Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA PADA An. P DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


di BANGSAL DEWANDARU RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI
PROVINSI JAWA TENGAH

Dosen Pembimbing Akademik : Sarka Ade Susana, SIP., S.Kep., MA

Disusun Oleh :
Ayunda Sekar Arum (P07120217013)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA An. P DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
di BANGSAL DEWANDARU RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI
PROVINSI JAWA TENGAH

Diajukan untuk disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

( ) ( )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan asuhan keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada An. P Dengan Defisit Perawatan Diri di Bangsal
Dewandaru RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah”. Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan Keperawatan Jiwa.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak
Joko Susilo, SKM., M.Kes.
2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta, Bapak Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom.
3. Ketua Program Studi DIV Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan
Yogyakarta, Bapak Maryana, S.Psi., S.Kep., Ns., M.Kep.
4. Dosen Koordinator Praktik Klinik Keperawatan Jiwa, Ns. Sutejo, M.Kep.,
Sp.Kep.J
5. Dosen Pembimbing Akademik, Sarka Ade Susana, SIP., S.Kep., MA
6. Dosen Pembimbing Lapangan, Samsul Arif P. S.Kep., Ns
Kami berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih
mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien An. P dengan diagnosa
medis Retardasi Mental dengan Gangguan Perilaku di Bangsal Dewandaru RSJD
Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharap dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih sempurna.

Yogyakarta, Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam
menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia. Gangguan jiwa dibagi
menjadi dua bagian besar, yaitu gangguan jiwa ringan (Neurosa) dan
gangguan jiwa berat (Psikosis). Psikosis ada dua jenis yaitu: psikosis
organik, dimana didapatkan kelainana pada otak dan psikosis fungsion
tidak terdapat kelainan pada otak. Psikosis salah satu bentuk
gangguan jiwa merupakan ketidak mampuan untuk berkomunikasi atau
menggali realitas yang menimbulkan kesukaran dalam kemampuan
seseorang berperan sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari -hari.
Menurut World Health Organitation (WHO, 2013), prevalensi
masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia
pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah
gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan
jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena
dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
pada An. P. dengan diagnosis keperawatan yang sesuai.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pengkajian terhadap An. P diharapkan mahasiswa
dapat :
a. Melakukan pengkajian data.
b. Intervensi data dasar.
c. Merencanakan suatu tindakan yang komprehensif.
d. Melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai perencanaan.
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan keperawatan.
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis
makalah dengan baik dan benar.
2. Bagi pembaca
Laporan pendahuluan ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami
dan lebih mengerti tentang halusinasi dan masalah keperawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Defisit Perawatan Diri


Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya .
Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya ika tidak dapat melakukan
perawatan dirinya (Mukhripah & Iskandar, 2012:147).
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri. Tidak ada keinginan
untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau
badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri adalah
ketidakmampuan dalam : kebersihan dir, makan, berpakaian, berhias diri,
makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A,
dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015)
B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri
adalah :
1. Kelelahan fisik dan
2. penurunan kesadaran.
Sedangkan Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri
adalah :
1. Faktor presdiposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiw dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri. (Mukhripah & Iskandar,
2012:147 - 148).
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri (Mukhripah & Iskandar,
2012: 148).
Menurut Depkes (2000) didalam buku (Mukhripah & Iskandar,
2012:148) faktor – faktor yang mempengaruhi personl higiene adalah
1. Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya
2. Praktik sosial : pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi peruabahan personal hygiene.
3. Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misanya,
pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
5. Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
6. Kebiasaan orang : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo
dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
C. Pohon Masalah
D. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri

Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
E. Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri: Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri: Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri.
4. Defisit perawatan diri: Eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri (Nurjannah, 2004:79)

F. Tanda Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)
adalah sebagai berikut:
1. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian, meggunakan alat
tambahan, emngguakan kancig tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskkan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
meggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah
lalu memasukannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan
menurut cara diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil
(Mukhripah & Iskandar, 2012:149-150).
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarangan tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri (Mukhripah &
Iskandar, 2012:150).
G. Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi sosial, menarik diri
4. Intelektualisasi (Mukhripah & Iskandar, 2012:153).
Sedangkan menurut (Stuart & Sundeen, 2000) didalam didalam (Herdman
Ade, 2011:153-154) mekanisme koping menurut penggolongannya dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukund
fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar mencapai tujuan. Kategorinya
adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatn diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat
fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan
cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau
merawat diri.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman Ade,
2011:154) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri
2. Membimbing dan menolong klien perawatan diri
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
4. BHSP (bina hubungan saling percaya)
I. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri : Kebersihan diri (Mandi) , berdandan , makan,
BAB/BAK (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:155).
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
J. Rencana Tindakan Keperawatan

HARI/T DIAGNOSA PERENCANAAN


NO. ANGGA KEPERAW KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
TUJUAN
L/JAM ATAN EVALUASI
1. Sabtu, 15 Defisit Tujuan Umum : Klien menunjukkan Bina hubungan Kepercayaan
Februari Perawatan Klien dapat tanda- tanda dapat saling percaya dari klien
2020 Diri memelihara atau membina hubungan dengan prinsip merupakan
10.00 merawat saling percaya komunikasi hal yang akan
kebersihan dengan perawat, teraupetik, yaitu: memudahkan
sendiri secara yaitu: 1. Sapa klien perawat
mandiri. 1. Ekspresi wajah dengan dalam
TUK 1 : bersahabat ramah baik melakukan
Klien dapat 2. Klien verbal pendekatan
membina menunjukkan maupun non atau
hubungan saling rasa senang. verbal intervensi
percaya 3. Klien bersedia 2. Perkenalkan selanjutnya
berjabat tangan. diri dengan terhadap
4. Klien bersedia sopan klien.
menyebutkan 3. Tanyakan
nama nama
5. Ada kontak lengkap dan
mata. nama
6. Klien mau panggilan.
duduk 4. Jelaskan
berdampingan. tujuan
7. Klien mau pertemuan
mengutarakan 5. Jujur dan
masalah yang menepati
dihadapinya. janji
6. Tunjukkan
sikap empati
dan
menerima
klien dengan
apa adanya.
7. Beri
perhatian
pada
pemenuhan
kebutuhan
dasar pasien.

(Ayunda)
TUK 2 : Kriteria Evaluasi : Melatih klien Pengetahuan
Klien mampu Klien dengan aman cara-cara tentang
melakukan melakukan perawatan diri pentingnya
kebersihan diri (kemampuan dengan cara : perawatan
secara mandiri. maksimum) diri dapat
1. Menjelaskan
aktivitas perawatan meningkatka
pentingnya
diri secara mandiri. n motivasi
kebersihan
klien.
diri.
2. Menjelaskan
Menyiapkan
alat-alat
untuk
untuk
meningkatka
menjaga
n
kebersihan
kemandirian.
diri.
3. Menjelaskan
Bimbingan
cara- cara
perawat akan
melakukan
mempermuda
kebersihan
h klien
diri.
melakukan
4. Melatih klien
perawatan
mempraktikk
diri secara
an cara
mandiri.
menjaga
kebersihan
diri.

(Ayunda)
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : Melatih klien Membiasakan
Klien mampu Klien dengan aman berdandan, diri untuk
melakukan melakukan dengan rincian: melakukan
tindakan (kemampuan 1. Untuk klien perawatan
perawatan, maksimum) atau laki-laki, latihan diri sendiri.
berupa berhias mempertahankan meliputi:
atau berdandan aktivitas perawatan a. Berpakaian
secara baik. diri berupa berhias b. Menyikat
dan berdandan. rambut
Klien berusaha c. Bercukur
untuk memelihara Untuk klien
kebersihan diri, wanita, latihan
seperti mandi pakai meliputi:
sabun dan disiram a. Berpakaian
dengan air sampai b. Menyisir
bersih, mengganti rambut
pakaian bersih c. Berhias
sehari – hari dan 2. Memantau
merapikan kemampuan
penampilan. klien dalam
berpakaian dan
berhias.
3. Memonitor
atau
mengidentifikasi
adanya
kemunduruan
sensori, kognitif,
dan psikomotor
yang
menyebabkan
klien
mempunyai
kesulitan dalam
berpakaian dan
berhias.
4. Diskusikan
dengan klien
kemungkinan
adanya
hambatan dalam
berpakaian dan
berhias.
5. Menggunakan
komunikasi atau
instruksi yang
mudah
dimengerti klien
untuk
mengakomodasi
keterbatasan
kognitif klien.
6. Sediakan baju
bersih dan sisir,
jika mungkin
bedak, parfum,
dsb.
7. Dorong klien
untuk
mengenakan
baju sendiri dan
memasang
kancing dengan
benar.
8. Memberikan
bantuan kepada
klien jika perlu.
9. Evaluasi
perasaan klien
setelah mampu
berpakaian dan
berhias.
10. Berikan
reinforcement
atau pujian atas
keberhasilan
klien berpakaian
dan berhias.

(Ayunda)
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : 1. Memantau Identifikasi
Klien mampu Kebutuhan kemampuan mengenai
melakukan personal hygiene klien makan. penyebab
kegiatan makan klien terpenuhi. 2. Identifikasi klien tidak
dengan baik. Klien mampu bersama mau makan
melakukan klien faktor- menentukan
kegiatan makan faktor intervensi
secara mandiri dan penyebab perawat
tepat dengan klien tidak selanjutnya.
mengungkapkan mau makan.
kepuasan makan. 3. Identifikasi Pengetahuan
adanya tentang
hambatan pentingnya
makan. perawatan
a. Fisik : diri
kelemah meningkatka
an, n motivasi.
isolasi,
keterbata Klien
san, mungkin
ekstremi kesulitan
tas, dll. dalam
b. Emosi : mempersiapk
depresi, an,
manik, mengambil
penurun makanan
an nafsu sendiri, dan
makan. merapikan
c. Intelektu peralatan.
al :
curiga Menambah
d. Social : wawasan
curiga klien tentang
e. Spiritual personal
: adanya hygiene.
waham
4. Diskusikan Penguatan
dengan klien (reinforceme
akibat nt) dapat
kurang atau meningkatka
tidak mau n motivasi
makan. klien.
5. Diskusikan
dengan klien
fungsi
makanan
bagi
kesehatan.
6. Menjelaskan
cara
mempersiapk
an makan
kepada klien.
7. Menjelaskan
tentang
personal
hygiene
tentang pola
makan.
8. Menjelaskan
cara makan
yang tertib.
9. Menjelaskan
cara
merapikan
peralatan
setelah
makan.
10. Praktik
makan
disesuaikan
dengan
tahapan
makanan
yang baik.
11. Evaluasi
perasaan
klien setelah
makan.
Berikan
penguatan
(reinforceme
nt) terhadap
kemajuan
klien
( misalnya:
peningkatan
porsi makan)

(Ayunda)
TUK 5 : Kriteria Evaluasi: 1. Mengkaji Mengetahui
Klien mampu Klien dapat budaya klien kebiasaan
melakukan melaksanakan ketika klien dalam
BAB / BAK perawatan diri mempromosi toileting
secara mandiri secara mandiri kan aktivitas dapat
dalam hal BAB / perawatan membantu
BAK seperti : diri. perawat
2. Bantu klien melakukan
1. Mampu duduk
ke toilet. intervensi
dan turun dari
3. Berikan selanjutnya.
toilet
pengetahuan
2. Mampu
tentang Hambatan
membersihkan personal mobilitas
diri setelah hygiene menyebabkan
eliminasi secara dalam klien tidak
mandiri/ kaitannya mampu
dibantu dengan melakukan
toileting. perawatan
4. Menjelaskan diri secara
tempat mandiri.
BAB / BAK
yang sesuai. Mengetahui
5. Menjelaskan pentingnya
cara personal
membersihka hygiene bagi
n diri setelah klien.
BAB / BAK.
6. Menjelaskan Memberikan
cara kesempatan
membersihka kepada
n tempat keluarga
BAB dan untuk
BAK. membantu
klien.

(Ayunda)
TUK 6 : Kriteria Evaluasi : 1. Diskusikan Memberikan
Keluarga Keluarga dapat dengan kesempatan
mampu merawat mengetahui deficit keluarga kepada
anggota perawatan diri tentang keluarga
keluarganya klien dan cara fasilitas untuk
yang mengalami memberikan kebersihan membantu
masalah kurang dukungan pada diri yang klien dan
perawatan diri. klien dalam dibutuhkan memberikan
melakukan oleh klien motivasi.
perawatan diri. untuk
menjaga Keluarga
perawatan sebagai
diri klien. sistem
2. Anjurkan pendukung
keluarga berperan
untuk terlibat penting
dalam dalam
merawat diri membantu
klien dan klien.
membantu
mengingatka
n klien dalam
merawat diri
( sesuai
dengan yang
disepakati)
3. Anjurkan
keluarga
untuk
memberikan
pujian atas
keberhasilan
klien dalam
merawat diri.
(Ayunda)
HARI/ INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
TANG
NO KEPERAWA KRITERIA
GAL/J TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
TAN EVALUASI
AM
2 Sabtu/ Gangguan TUM: Klien Setelah 1x interaksi
Bina hubungan Hubungan
15 persepsi dapat klien menunjukkan
saling percaya saling
Februar sensori : mengontrol tanda-tanda
dengan prinsip percaya
i 2020 Halusinasi halusinasi percaya kepada
komunikasi merupakan
10.00 perawat dengan
terapeutik. dasar untuk
TUK 1: kriteria hasil:
1. Sapa klien kelancaran
Klien dapat 1. Ekspresi
dengan hubungan
membina wajah
ramah baik interaksi
hubungan saling bersahabat
secara verbal selanjutnya.
percaya 2. Menunjukkan
maupun non
rasa senang
verbal.
3. Ada kontak
2. Perkenalka
mata
n diri dengan
4. Mau berjabat
sopan.
tangan
3. Tanyakan
5. Mau
nama
menyebutkan
lengkap klien
nama
dan nama
6. Mau
panggilan
menjawab
yang disukai
salam
klien.
7. Mau duduk
4. Jelaskan
berdampingan
tujuan
dengan
pertemuan.
perawat
5. Jujur dan
8. Bersedia
menepati
mengungkapk
janji.
an masalah 6. Tunjukan
yang dihadapi sikap empati
dan terima
klien apa
adanya.
7. Beri
perhatian
kepada klien
dan
perhatikan
kebutuan
dasar klien.

(Ayunda)
1. Identifikasi 1. merupaka
TUK 2 : Setelah 2x interaksi
bersama n upaya
Klien dapat klien dapat
klien cara untuk
mengontrol mengontrol
yang memutus
halusinasi halusinasinya
dilakukan siklus
dengan kriteria
jika terjadi halusinasi.
hasil :
halusinasi. 2. reinforce
1. Klien dapat 2. Diskusikan ment
menyebutkan manfaat positif
tindakan yang cara yang dapat
dapat digunakan meningkat
dilakukan klien, jika kan harga
untuk bermanfaat diri klien.
mengendalikan beri pujian. 3. Memberi
halusinasinya. 3. Diskusikan alternative
cara baru pikiran
2. Klien dapat
untuk bagi klien
menyebutkan
mengontrol 4. Memotiva
cara baru.
timbulnya si dapat
3. Klien dapat halusinasi. meningkat
memilih cara 4. Bantu klien kan
yang telah melatih dan keinginan
dipilih untuk memutus klien
mengendalikan halusinasi untuk
halusinasi. secara mencoba
bertahap memilih
4. Klien dapat
salah satu
mengikuti
cara
terapi aktivitas
pengendal
kelompok.
ian
halusinasi.
(Ayunda)
1. Anjurkan 1. untuk
TUK 3 Setelah 3x klien
klien untuk mendapa
Klien mendapat mendapat
memberi tkan
dukungan dukungan keluarga
tahu bantuan
keluarga dalam dalam mengontrol
keluarga keluarga
mengontrol halusinasinya
sedang dalam
halusinasinya dengan kriteria
halusinasi. mengont
hasil:
2. Diskusikan rol
a. Klien dapat dengan halusinas
menjalin keluarga i.
hubungan tentang 2. Untuk
saling a. Gejala meningk
percaya halusinas atkan
dengan i yang pengetah
perawat dialami uan
klien. tentang
b. Keluarga
halusinas
dapat b. Cara
i.
menyebutka yang
n dapat
pengertian, dilakuka
tanda dan n klien
tindakan dan
untuk keluarag
mengendali untuk
kan memutus
halusinasi halusinas
i.
c. Cara
merawat
anggota
keluarga
yang
halusinas
i di
rumah,
beri
kegiatan
jangan
biarkan
sendiri.
d. Beri
informas
i tentang
kapan
pasien
memerlu
akn
bantuan.

(Ayunda)
1. Diskusik 1. dengan
TUK 4 Setelah 3x interaksi
an dengan mengeta
Klien klien dapat
klien dan hui efek
memanfaatkan memanfaatkan obat
keluarga samping
obat dengan dengan kriteria
tentang obat
baik hasil :
dosis, klien
1. Klien dan frekuensi tahu apa
keluarga dan manfaat yang
mampu obat. harus
menyebutkan 2. Diskusik dilakuka
manfaat, dosis an n setelah
dan efek bahayanya minum
samping obat tanpa obat.
konsultasi. 2. Bantu
2. Klien dapat
3. Bantu klien
menginformasi
klien menggun
kan manfaat
menggunak akan
dan efek
an prinsip prinsip
samping obat
lama benar. lama
3. Klien dapat benar.
memahami 3. dengan
akibat (Ayunda) mengeta
pemakaina hui
obat tanpa prinsip
konsultasi maka
kemandir
ian klien
4. Klien dapat
tentang
menyebutkan
pengobat
prinsip 5 benar
an dapat
pengunaan
ditingkat
obat.
kan
secara
bertahap.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.


Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course). Yogyakarta: EGC.
Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Momedia.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Lampiran
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
SP1 KEBERSIHAN DIRI

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien
Seorang klien mengalami defisit perawatan diri. Klien terlihat kotor,
rambut kotor dan kusam, gigi kotor, kulit berdaki, bau, kuku panjang dan
kotor, BAB/BAK disembarangan tempat.
b. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri, ketidakmampuan dalam kebersihan diri
c. Tujuan khusus
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
3) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
4) Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
5) Menganjurkan pasien Memasukkan kedalam jadwal harian
d. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri
3) Jelaskan cara menjaga kebersihan diri
4) Bantu pasien mempraktekkan cara mejaga kebersihan diri
5) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
1. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak atau ibu, perkenalkan nama saya Ayunda Sekar
Arum. saya biasanya dipanggil Ayunda. Nama kamu siapa? Biasanya
dipanggil siapa ? Saya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
yang akan merawat bapak hari ini dari jam 7 sampai jam 2 siang.
Dari tadi saya lihat kamu menggaruk – garuk badan, apakah gatal ?
2) Evaluasi
Bagaimana keadaan kamu hari ini ? apakah kamu sudah mandi ?
Sudah berganti baju ?
3) Kontrak
Topik : Saya ingin berbincang – bincang tentang pentingnya
kebersihan
Waktu : Kita akan berbincang – bincang jam berapa ? berapa lama ?
bagaimana jika jam 09.30- 09.45 ?
Tempat : Dimana kita akan berbincang – bincang? Bagaimana kalau
ditaman ?
b. Kerja
Mengapa kamu garuk – garuk badan ? Apakah kamu sudah mandi ? Apa
alasan kamu tidak merawat diri ? Kalau kita tidak teratur merawat
kebersihan diri masalah apa menurut kamu yang bisa muncul ? Ya betul,
selain bau badan , masalah yang dapat timbul yaitu kudis, panu, kutu ,
gatal – gatal, dan lain – lain. Menurut kamu kita mandi harus
bagaimana ? sebelum mandi apa yang perlu kita siapkan ? benar sekali,
kamu perlu menyiapkan handuk, sikat gigi dan pasta gigi, sabun,
shampoo, dan sisir. Bagaimana kalau sekarang kita kekamar mandi , saya
akan membimbing kamu melakukannya. Sekarang,buka pakaian dan
siram seluruh tubuh termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokan pada
kepala sampai berbusa, lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali!
Selanjutnya ambil sabun, gosokan diseluruh tubuh secara merata, lalu
disiram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai pasta gigi,
giginya disikat mulai dari atas sampai bawah. Gosok seluruh gigi, mulai
dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur – kumur sampai bersih.
Terakhir, siram lagi seluruh badan sampai bersih lalu keringkan dengan
handuk. bagus sekali
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Bapak atau ibu setelah belajar cara menjaga
kebersihan diri (mandi) yang benar.
2) Evaluasi Obyektif Coba Bapak atau ibu sebutkan lagi apa saja cara –
cara mandi yang baik yang sudah Bapak atau ibu lakukan. 3) Kontra -
Topik Bagaimana kalau besok kite bertemu lagi dan berbincang –
bincang lagi tentang cara makan yang baik. - Tempat Bapak atau ibu
mau berbincang – bincang dimana? Bagaimana kalau diruang
makan ? - Waktu Bagaimana kalau kita berbincang – bincang
kembali besok jam 08.00 – 08.15 ?, apakah bapak atau ibu setuju ? 4)
Rencana tindak lanjut Saya harap Bapak atau ibu melakukan cara
menjaga kebersihan diri dan jangan lupa memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian (Aprilianti, dkk, 20145-7).
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
SP2 MAKAN

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien: Klien
mengatakan malas makan sendiri dn tidak mampu untuk makan sendiri.
Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.
b. Diagnosa
keperawatan
Defisit perawatan diri makan
c. Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengetahui cara dan alat makan yang benar.
3) Klien dapat melakuakan kegiatan makan
4) Klien dapat memasukkan kegiatan makan dalam jadwal kegiatan
harian.
d. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
2) Jelaskan cara dan alat makan yang benar.
3) Latih kegiatan makan
4) Anjurkan pasien memasukkan kegiatan makan dalam jadwal
kegiatan harian.
2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat siang Bapak atau ibu, tampak rapi hari ini. Siang ini kita
akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung
di ruang makan ya!Mari.....itu sudah datang makanan.
2) Evaluasi
a) Bagaiman Bapak atau ibu sudah mandi hari ini ?
b) Alat apa saja yang dibutuhkan ketika mau mandi ?
3) Kontrak Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang
tentangcara dan alat makan yang benar. Waktu : Bapak atau ibu kita
akan berbincang – bincang jam berapa ? Dan berapa lama ?
Bagaimana jika jam 08.00 – 08-15. Tempat :dimana kita berbincang
– bincang ? Bagaimana kalau kita berbincang diruan makan ?
b. Kerja “Bagaimana kebiasaan sebelum, saat,
maupun setelah makan? Dimana Bapak atau Ibu makan?” “Sebelum
makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikkan!”
“ Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap
kita berdoa dulu. Silakan Bapak atau Ibu yang pimpin! Bagus.” “Mari
kita makan! Saat makan kita harus menyuap makanan satu persatu
dengan pelan-pelan. Ya, ayo......sayurnya dimakan ya. Setelah makan kita
bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul ......dan kita akhiri dengan
cuci tangan.” “Ya bagus ! itu suster sedang membagikan obat, coba
Bapak atau Ibu minta sendiri obatnya.’’
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang – bincang
dengan saya dan setelah kita makan bersama.
2) Evaluasi Obyektif
Coba bapak atau ibu sebutkan kembali apa saja yang harus kita
lakukan pada saat makan.
3) Kontrak
- Topik
Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang
lagi tentang cara toileting yang baik.
- Tempat
Besok kita akan berbincang – bincang dimana ? Bagaimana kalau
ditaman ?
- Waktu
Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali besok jam 08.00
– 08.15 ? Apakah Bapak atau ibu setuju ?
4) Rencana tindak lanjut
Saya harap Bapak atau ibu melakukan makan secara mandiri dan
jangan lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian (Kelliat,
2007:173).
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
SP3 TOILETING

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien
Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
atau BAB. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai
BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB atau BAK.
b. Diagnosa
keperawatan
Defisit Perawatan Diri Toileting
c. Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan salingan percaya
2) Klien dapat melakukan BAB dan BAK yang baik
3) Klien dapat menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai 4) Klien
dapat menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAK dan BAB
d. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
2) Latihan cara BAB dan BAK dengan baik
3) Jelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
4) Jelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini ? baik.
Sudah dijalankan jadwal kegiatannya ?. . kita akan membicarakan
tentang cara BAB dan BAK yang baik ya. Kira – kira 30 menit
yah .. ? dimana kita duduk ?
2) Evaluasi
a) Bagaimana bapak atau ibu makannya sudah habis 1 porsi ?
b) Bapak atau ibu ketika makan apa saja yang harus dilakukan ?
3) Kontrak
Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang
tentangmelakukan BAB dan BAK secar mandiri
Waktu :Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ?
Dan berapa ? Dan berapa lama ? Bagaimana jika jam 08.00 – 08.00?
Tempat : Dimana kita akan berbincang – bincang ? bagaimana jika
kita berbincang – bincang di taman ?
b. Kerja
Untuk pasien laki-laki: Dimana biasanya bapak buang air besar dan
buang air kecil? Benar bapak buang air besar atau kecilyang bail itu di
WC, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran
pembuangan kotoran. Jadi kita tidak boleh buang air besar atau kecil di
sembarang tempat. Sekarang, apakah bapak tau bagaimana cara cebok?
Yang perlu diingat saat mencebok adalah bapak membersihkan bokong
atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja atau
air kencing yang di tubuh bapak. Setelah bapak selesai cebok, jangan
lupa tinja atau air kencing yang ada di WC di bersihkan. Caranya siram
tinja atau air kencing yang ada di WC secukupnya sampai tinja atau air
kencing itu tidak tersisa di WC. Setelah itu cuci tangan dengan
menggunakan sabun. Untuk perempuan: Cara membilas yang bersih
setelah ibu buang air besar yaitu dengan menyiram air kea rah depan ke
belakang. Jangan terbalik yah.. cara seperti ini berguna untuk mencegah
masuknya kotoran/tinja yang ada di bokong ke bagian kemaluan kita.
Setelah ibu selesai cebok, jangan lupa tinja atau air kecingyang ada di
WC di bersihkan. Caranya siram tinja atau air kencing tersebut dengan
air secukupnya sampai air kencing atau tinja tidak tersisa di WC. Lalu
cuci dengan menggunakan sabun.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Bapak atau ibu setelah berbincang – bincang
lagi tentang Buang air besar atau kecil yang baik.
2) Evaluasi Obyektif
Coba bapak atau ibu jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang
baik.
3) Kontrak
- Topik : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang –
bincang lagi tentang cra berhias/berdandan.
- Tempat : Besok kita akan berbincang – bincang dimana ?
Bagaimana kalau di ruangan ?
- Waktu : Besok jam berapa Bapak atau ibu ? Berapa lama ?
Bagaimana kalau jam 08.00 – 08.15 seperti biasa.
4) Rencana tindak lanjut
Saya harap Bapak atau ibu melakukan toileting yang baik dan jangan
lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian(Aprilianti, dkk, 20145-7).
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
SP4 BERDANDAN/BERHIAS

3. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien
Klien mengatakan dirinya malas berdandan. Ketidakmampuan berpakaian
atau berhias ditandai dengan rambut acak – acakan, pakaian kotor dan
tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki – laki) atau tidak
berdandan (wanita).
b. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri Berhias/berdandan
c. Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat menjelaskan pentingnya berhias/berdandan
3) Latihan cara berhias/ berdandan
4) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
d. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
2) Jelaskan pentingnya berhias/berdandan
3) Latihan cara berhias/ berdandan
4) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi Bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini ? Baik.
Sudah dijalankan jadwal kegiatannya ?., Hari ini kita akan latihan
berhias/berdandan, mau dimana latihannya? Bagaimana kalau diruang
tamu ? bagaimana kalau kita melakukannya selama 30 menit?
2) Evaluasi
a) Bagaimana Bapak atau ibu hari ini sudah BAB/BAK ?
b) Bapak atau ibu ketika BAB/BAK apa saja yang harus dilakukan.?
3) Kontrak
Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentang
melakukan berhias/berdandan.
Waktu : Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ?
Dan berapa lama ? Bagaimana jika jam 08.00 – 08.15 ?
Tempat : Dimana kita akan berbincang – bincang ? Bagaimana kalau
kita berbincang – bincang di ruangan?
b. Kerja
“apa yang bapak lakukan setelah selesai mandi? Apa Bapak sudah ganti
baju?” “untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering.
Berganti pakaian yang bersih 2 kali sehari. Sekarang coba bapak ganti
baju. Ya, bagus seperti itu.” “apakah bapak menyisir rambut? Bagaimana
cara bersisir? Coba kita praktikkan, lihat ke cermin, bagus sekali “apakah
bapak suka bercukur? Berapa hari sekali bercukur? Betul 2 kali seminggu
“tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak dirapikan!
ya, bagus!” (catatan : janggut dirapikan jika pasien tidak memelihara
janggut).
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berhias/berdandan?
2) Evaluasi Obyektif
Coba Bapak, sebutkan cara berhias diri yang baik sekali lagi
3) Kontrak
- Topik Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang –
bincang lagi tentang kondisi bapak/ibu yang lain.
- Tempat Besok kita akan berbincang – bincang dimana ? bagaimana
kalau di taman ?
- Waktu Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali hari ini
jam 08.00 selama 30 , apakah bapak atau ibu setuju ?
4) Rencana tindak lanjut
Saya harap Bapak atau ibu melakukan berhias atau berdandan yang
baik dan jangan lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian. (Kelliat,
2007:171).
DAFTAR PUSTAKA

Aprilianti dkk. (2014). Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa Defisit Perawatan


Diri. Bina Medika (pp. 5-7). Jakarta: Scribd.
Keliat A B. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai