Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


DI RSJ KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

OLEH :
SUJIANTI
P003200210

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011, yang
dikutip dari Ikrar (2012), penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat yang
luar biasa. Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia, seperti fenomena gunung es di lautan, yang kelihatannya hanya
puncaknya, tetapi dasarnya lebih banyak lagi yang belum terlacak.
Menurut data dari Departemen Kesehatan tahun 2007, kasus gangguan jiwa di
Indonesia yaitu 11,6% dari seluruh penduduk Indonesia (19,6 juta orang dari 241
juta). Pada laporan riset kesehatan dasar tahun 2007, ditemukan bahwa sebanyak
11,6% individu yang berumur 15 tahun keatas melaporkan bahwa mereka memiliki
ganggguan emosional (Dimyati, 2010).
Widowati (2013) mengungkapkan bahwa tekanan hidup diduga membuat
semakin banyak orang depresi dan gila. Berdasarkan yang diliput dari jurnal Antara
Sultra News, penderita gangguan jiwa di wilayah Kendari berdasarkan data yang di
dapatkan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang
terletak di Kelurahan Tobuuha, Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari, saat ini terdapat
sekitar 160 pasien gangguan jiwa yang tengah dirawat di Rumah Sakit Jiwa tersebut.
Dikatakan, faktor-faktor yang membuat orang terkena gangguan jiwa sangat
beragam, misalnya pekerjaan tidak ada langsung stres, kehilangan pekerjaan dan
faktor lainnya sehingga mengakibatkan orang bisa gila yang saat ini ditangani di
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan uraian data diatas, Penulis tertarik untuk mengangkat masalah
tersebut dalam suatu Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota
Kendari”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan oleh peneliti diatas, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri di Rumah Sakit
Jiwa (RSJ) Kota Kendari.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa D-III
Keperawatan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan defisit perawatan diri khususnya defisit perawatan diri pada pasien
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Kendari
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
a. Melakukan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan
perawatan diri di RSJ Kota Kendari
b. Melakukan Pengkajian asuhan keperawatan dengan pemenuhan
kebutuhan perawatan diri di RSJ Kota Kendari
c. Menegakkan Diagnosa Keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan
perawatan diri di RSJ Kota Kendari
d. Menyusun Intervensi asuhan keperawatan dengan pemenuhan
kebutuhan perawatan diri di RSJ Kota Kendari
e. Melakukan Implementasi asuhan keperawatan dengan pemenuhan
kebutuhan perawatan diri di RSJ Kota Kendari
f. Melakukan Evaluasi asuhan keperawatan dengan pemenuhan
kebutuhan perawatan diri di RSJ Kota Kendari

1.4 Manfaat
1. Aplikatif
a. Bagi Rumah Sakit dan Perawat
Sebagai masukan serta acuan bagia perawat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan, terutama dalam penerapan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri.
b. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam melaksanakan
asuhan keperawatab dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan defisit perawatan diri.
c. Bagi Klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara
memenuhi kebutuhan klien, khususnya klien dengan gangguan defisit
perawatan diri.
2. Pengembangan Keilmuan
Hasil penulisan yang diperoleh dapat digunakan sebagai perbandingan
dan bahan untuk penelitian selanjutnya di bidang keperawatan dan dapat
menjadi referensi dan rujukan dalam pembuatan ataupun pengaplikasian askep
gangguan Defisit Perawatan Diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebutuhan Perawatan Diri


1. Definisi Kebutuhan Perawatan Diri

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi


kebutuhannya sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri (Depkes, 2000
dalam Direja, 2011).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter. Perry, 2005 dalam
Direja, 2011). Tarwoto dan Wartonah (2000, dalam Direja, 2011) menjelaskan kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya.
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013) Defisit perawatan diri
adalah gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas perawatan diri
seperti mandi, berhias/berdandan, makan dan toileting. Defisit perawatan diri adalah
suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau
badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah
satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, 2015).
2. Rentang Respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri
sebagai berikut :
a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri, kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresor
3. Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan
diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dan
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri

b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013),
faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene yakni body image, praktik
sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan, serta kondisi
fisik/psikis seseorang.
4. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013), jenis-jenis defisit perawatan
diri terdiri dari :
1. Kurang perawatan diri : mandi/kebersihan
2. Kurang perawatan diri : pakaian/berhias
3. Kurang perawatan diri : makan
4. Kurang perawatan diri : toileting

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari : nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, keluarga
yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
di rumah sakit. Biasanya masalah yang dialami pasien yaitu senang menyendiri,
tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan
acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya
faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental
yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
(TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe
yang biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
e. Kebutuhan Pasien Pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu serta
pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi,
tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku, tubuh pasien nampak kusam
dan badan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di tempat
tidur dan psien tidak bisa membersihkan WC setelah BAB/BAK.
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan aktivitas
apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan Obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat tidak
teratur.
7) Aktivitas Dalam Rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas didalam
maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa malas.
f. Mekanisme Koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa
menyelesaikan masalah yang ada, pasien tidak mampu berolahraga karena
pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan,
pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu menghindari orang lain.
3) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya
dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial
ekonomi dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami gangguan
kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
k. Sumber Koping

Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan


strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping
tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan
sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stressdan mengadopsi strategi koping yang
efektif.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

Definisi

Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri


Penyebab
1. Gangguan muskuloskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis dan/atau psikotikcara mandiri
5. Penurunan motivasi/minat

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Menolak melakukan perawatan diri
Objektif
1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arthris reumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestetik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu

Keterangan
Diagnosis ini dispesifikkan menjadi salah satu atau lebih dari:
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Makan
4. Toileting
5. Berhias

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Defisit Perawatan Perawatan diri : mandi Bantuan perawatan diri
Diri Kriteria hasil : : mandi/berpakaian
: mandi - Masuk dan keluar dari Definisi : membantu
kamar mandi pasien melakukan
- Mengambil alat/bahan kebersihan diri.
mandi Aktivitaas-aktivitas :
- Mendapat air mandi 1. Pertimbangkan budaya
- Menyalakan keran pasien saat
- Mengatur air mempromosikan
- Mengatur aliran air aktivitas perawatan
- Mandi di bak cuci diri
- Mandi di bak mandi 2. Pertimbangkan usia
- Mandi dengan bersiram pasien saat
- Mencuci wajah mempromosikan
- Mencuci badan bagian aktivitas perawatan
atas diri
- Mandi badan bagian 3. Tentukan jumlah dan
bawah tipe terkait bantuan
- Membersihkan area yang diperlukan
perineum
- Mengeringkan badan
4. Letakkan handuk,
sabun, deodoran, alat
bercukur, dan asesoris
lain yang diperlukan di
tepi tempat tidur atau
kamar mandi
5. Sediakan lingkungan
yang terapeutik dengan
memastikan
kehangatan, suasana
rileks, privasi dan
pengalaman pribadi
6. Fasilitsi pasien untuk
menggosok gigi dengan
tepat
7. Fasilitasi pasien untuk
mandi sendiri dengan
tepat
8. Monitor kebersihan
kuku, sesuai dengan
kemampuan merawat
diri pasien
9. Monitor integritas kulit
pasien
10. Jaga ritual kebersihan
11. Fasilitasi untuk
mempertahankan
rutinitas waktu tidur
pasien yang biasanya,
tanda sebelum tidur,
dan obyek yang
familiar untuk pasien
12. Dukung orangtua atau
keluarga berpartisipasi
dalam ritual menjelang
tidur yang biasa
dilakukan dengan tepat
13. Berikan bantuan sampai
pasien benar- benar
mampu merawat diri
secara mandiri
Memandikan
Aktivitas-aktivitas :
- Bantu memandikan
pasien dengan
menggunakan kursi
untuk mandi, bak
tempat mandi,
mandi dengan
mandiri, dengan
menggunakan cara
yang tepat atau
sesuai keinginan
pasien
- Cuci rambut sesuai
dengan kebutuhan
atau keinginan
- Mandi dengan air
yang mempunyai
suhu yang nyaman
- Bantu dalam hal
perawatan perineal
jika memang
diperlukan
- Bantu dalam hal
kebersihan
- Cukur pasien sesuai
dengan indikasi
- Tawarkan mencuci
tangan setelah
eliminasi dan
sebelum makan
- Monitor kondisi
kulit saat mandi
- Monitor fungsi
kemampuan saat
mandi
Defisit Perawatan Perawatandiri : Berpakaian
Diri : berpakaian berpakaian/berdandan Definisi : memilih,
Kriteria hasil : memakaikan, dan
- Memilih pakaian melepaskan pakaian
- Mengambil pakaian dari seseorang yang tidak bisa
lemari melakukan sendiri
- Mengambil pakaian dari Aktivitas-aktivitas :
lemari dinding 1. Identifikasi area
- Mengambil pakaian dimana pasien
- Memakai pakaian bagian membutuhkan bantuan
atas dalam berpakaian
- Memakai pakaian bagian 2. Monitor kemampuan
bawah pasien untuk
- Mengancingkan baju berpakaian sendiri
- Menggunakan ikat 3. Pakaikan pasien
pinggang setelah membersihkan
- Menutup resleting diri diselesaikan
- Memakai kaos kaki 4. Dukung pasien untuk
- Memakai sepatu berpartisipasi dalam
- Memasang tali sepatu pemilihan pakaian
- Membuka baju bagian 5. Dukung penggunaan
atas perangkat perawatan
- Membuka baju bagian diri dengan tepat
bawah 6. Pakaikan pakaian yang
tidak ketat, dengan
tepat
7. Ganti pakaian pasien
pada saat waktu tidur
8. Tawari untuk
mencuci pakaian,
bila perlu
9. Berikan bantuan
sampai pasien
sepenuhnya mampu
memikul tanggung
jawab untuk berpakaian
sendiri
Defisit Perawatan Perawatan diri : makan Bantuan perawatan diri:
Diri : makan dan Kriteria hasil : pemberian makan
minum - Menyiapkanmakanan Definisi : membantu
yang akan disantap seseorang untuk makan
- Membuka tutup Aktivitas-aktivitas :
makanan 1. Monitor kemampuan
- Menggunakan alat pasien untuk
makan menelan
- Menaruh makanan pada 2. Identifikasi diet
alat makan yang disarankan
- Mengambil cangkir atau 3. Atur meja dan
gelas nampan makanan
- Memasukkan makanan agar terlihat menarik
ke mulut dengan jari 4. Ciptakan lingkungan
- Memasukkan makanan yang menyenangkan
ke mulut dengan sendok selama waktu makan
- Memasukkan makanan 5. Pastikan posisi
ke mulut dengan pasien yang tepat
peralatan (makan) untuk
- Minum dengan gelas memfasilitasi
atau cangkir mengunyah dan
- Menaruh makanan di menelan
mulut 6. Berikan bantuan
- Memanipulasi makanan fisik, sesuai
di mulut kebutuhan
- Mengunyah makanan 7. Berikan penurunan
- Menelan makanan nyeri yang cukup
- Menelan minuman sebelum makan,
dengan tepat
- Menghabiskan makanan 8. Berikan kebersihan
mulut sebelum
makan
9. Makanan disajikan
dengan tepat dalam
nampansesuai
kebutuhan, misalnya
daging yang sudah
dipotong atau telur
yang telah dikupas
10. Buka bungkusan
makanan
11. Jangan meletakkan
makanan pada sisi
dimana pandangan
seseorang tidak
dapat melihat
12. Gambarkan lokasi
dari makanan yang
ada di nampan untuk
seseorang yang
memiliki gangguan
penglihatan
13. Posisikan pasien
dalam posisi makan
yang nyaman
14. Berikan pengalas
makanan
15. Berikan sedotan
minuman, sesuai
kebutuhan atau
sesuai keinginan
16. Berikan makanan
dengan suhu yang
paling sesuai
17. Sediakan makanan
dan minuman yang
disukai, dengan
tepat
18. Monitor berat badan
pasien dengan tepat
19. Monitor status
hidrasi pasien
dengan tepat
20. Dukung pasien
untuk makan di
ruang makan, jika
tersedia
21. Sediakan interaksi
sosial dengan tepat
22. Berikan alat-alat
yang bisa
memfasilitasi pasien
untuk makan sendiri
23. Gunakan cangkir
dengan pegangan
yang besar, jika
diperlukan
24. Gunakan alat makan
dan gelas yang tidak
mudah pecah dan
tidak berat, sesuai
kebutuhan
25. Berikan penanda
sesering mungkin
dengan pengawasan
ketat, dengan tepat
Defisit Perawatan Perawatan diri : eliminasi Bantuan perawatan diri:
Diri : eliminasi Kriteria hasil : eliminasi
- Merespon saat kandung Definisi : membantu dalam
kemih penuh dengan eliminasi
tepat waktu Aktivitas-aktivitas :
- Menanggapi dorongan 1. Pertimbangkan
untuk buang air besar budaya pasien saat
secara tepat waktu mempromosikan
- Masuk dan keluar dari aktivitas perawatan
kamar mandi diri
- Membuka pakaian 2. Pertimbangkan usia
- Memposisikan diri di pasien saat
toilet atau alat bantu 3. mempromosikan
eliminasi aktivitas perawatan
- Sampai ke toilet antara diri
dorongan atau hampir 4. Lepaskan baju yang
keluarnya urin diperlukan sehingga
- Sampai ke toilet antara bias melakukan
dorongan sampai eliminasi
keluarnya feses 5. Bantu pasien ke
- Mengosongkan kandung toilet atau tempat
kemih lain untuk eliminasi
- Mengosongkan usus pada interval waktu
- Mengelap sendiri setelah tertentu
buang urin 6. Pertimbangkan
- Mengelap sendiri setelah respon pasien
buang air besar terhadap kurangnya
- Berdiri setelah eliminasi privasi. Beri privasi
atau berdiri dari kursi selama eliminasi
bantu untuk eliminasi 7. Fasilitasi kebersihan
toilet setelah
- Merapikan pakaian
menyelesaikan
setelah ke kamar mandi
eliminasi
8. Ganti pakaian pasien
setelah eliminasi
9. Siram toilet
10. Bersihkan alat- alat
untuk eliminasi
(kursi toilet
/commode, pispot)
11. Buatlah jadwal
Aktivitas terkait
eliminasi, dengan
tepat
12. Instruksikan pasien
atau yang lain dalam
rutinitas toilet
13. Buatlah kegiatan
eliminasi, dengan
tepat dan sesuai
kebutuhan
14. Sediakan alat bantu
(misalnya, kateter
eksternal atau
urinal), dengan tepat
15. Monitor integritas
kulit pasien
Manajemen
lingkungan
Aktivitas-aktivits :
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien
2. Lindungi pasien
dengan pegangan
pada sisi/bantalan
disisi ruangan yang
sesuai
3. Dampingi pasien
selama tidak ada
perawatan bangsal
4. Sediakan tempat
tidur dengan
ketinggian yang
rendah
5. Letakkan benda
yang sering
digunakan dalam
jangkauan pasien
6. Sediakan tempat
tidur dan lingkungan
yang bersih dan
nyaman
7. Sediakan linen dan
pakaian dalam
dengan kondisi baik
8. Singkirkan bahan-
bahan yang
dipergunakan
selama penggantian
pakaian dan
eliminasi, serta bau
apapun yang tersisa,
sebelum kunjungan
dan waktu makan

4. Impleentasi Keperawatan
Implementasi tindakan keoerawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta
respons pasien didokumentasikan (Prabowo, 2014).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai
berikut.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada
saat tindakan dilakukan.
A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau
ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh
perawat.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belum memuaskan
c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.

Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi sangat
diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan yang positif. Pasien dan
keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self- reinforcement (Prabowo, 2014).
BAB III METODE
PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan
karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status
perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-lain (Hidayat, 2012).

Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan bagaimana penerapan asuhan


keperawatan pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa
(RSJ) Kota Kendari.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua responden dengan defisit perawatan diri di
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Kendari dari tanggal - sampai dengan -.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2015). Populasi dari penelitian ini adalah -
orang pasien gangguan jiwa yang mengalami defisit perawatan diri setelah di
observasi yang berada di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Kendari bulan - tahun -.
2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi
porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam 2015). Sampel
dalam penelitian ini adalah pasien defisit perawatan diri yang berada di Rumah Sakit
Jiwa (RSJ) Kota Kendari Tahun -. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
mengumpulkan seluruh pasien gangguan defisit perawatan diri di Ruangan
Observasi yang sudah di observasi yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Setelah diobservasi didapatkan - orang klien yang memenuhi kriteria,
maka dilakukan cara simple random sampling atau acak sederhana yaitu dengan
menggunakan cara pengambilan lot nama-nama pasien atau pengundian. Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah 2 (dua) orang pasien defisit perawatan diri
yang berada di Ruang Observasi Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Kendari. Sample
yang dipilih berdasarkan kriteria sampel.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1) Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden

2) Pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri

3) Klien gangguan jiwa berat yang sudah kooperatif dan sudah bisa
berkomunikasi verbal dengan cukup baik
4) Pasien dengan defisit perawatan diri yang berada di Ruang
Observasi Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Kendari Tahun -.

D. Fokus Studi
E. Definisi Operasional

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format asuhan


keperawatan, format skrining dan alat-alat pemeriksaan fisik.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,


observasi langsung, dan studi dokumentasi.

1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, alasan masuk,


faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, genogram, konsep diri,
dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
data, masalah, dan etiologi (pohon masalah).
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah, serta
tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan,
dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan
paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.
BAB IV
PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada partisipan 1 dan partisipan 2


dengan diagnosa keperawatan gangguan defisit perawatan diri. Berdasarkan hasil
pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal - sampai tanggal -
maka dapat disimpulkan :

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada partisipan 1 ditemukan klien .....
Pada partisipan 2 ditemukan klien.....
2. Analisa Data dan Diagnosa
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan peneliti mengumpulkan data dan
menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan pohon masalah yang ada pada
teori. Asumsi peneliti terdapat.....
3. Intervensi Keperawatan
Pada tahap perencanaan, peneliti menyimpulkan bahwa....
4. Implementasi Keperawatan
Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
peneliti susun yang didapat dari teoritis. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan adalah diagnosa gangguan defisit perawatan diri, harga diri rendah,
resiko perilaku kekerasan dan gangguan persepsi sensori.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi untuk masalah keperawatan, setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama – hari, kedua partisipan ....

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan mengaplikasikan ilmu dan teori
yang diperoleh di bangku perkuliahan khususnya pada pasien dengan gangguan
defisit perawatan diri.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi karya tulis ilmiah perpustakaan untuk
menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa bagi mahasiswa
yang bersangkutan di Poltekkes Kemenkes Kota Kendari khususnya pada pasien
dengan gangguan defisit perawatan diri.
3. Rumah Sakit
Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan, khususnya pada
pasien dengan gangguan defisit perawatan diri. Bahwa, perawat tidak hanya
terfokus melakukan implementasi pada diagnosa defisit perawatan diri saja, tetapi
harus memperhatikan diagnosa penyerta seperti kerusakan integritas kulit.
4. Bagi Klien
Pasien diharapkan dapat mengikuti terapi kesehatan yang telah direncanakan
oleh dokter dan perawat untuk mempercepat proses kesehatan pada klien, terutama
pada klien dengan defisit perawatan diri.

Anda mungkin juga menyukai