OLEH :
SUJIANTI
P003200210
1.4 Manfaat
1. Aplikatif
a. Bagi Rumah Sakit dan Perawat
Sebagai masukan serta acuan bagia perawat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan, terutama dalam penerapan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri.
b. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam melaksanakan
asuhan keperawatab dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan defisit perawatan diri.
c. Bagi Klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara
memenuhi kebutuhan klien, khususnya klien dengan gangguan defisit
perawatan diri.
2. Pengembangan Keilmuan
Hasil penulisan yang diperoleh dapat digunakan sebagai perbandingan
dan bahan untuk penelitian selanjutnya di bidang keperawatan dan dapat
menjadi referensi dan rujukan dalam pembuatan ataupun pengaplikasian askep
gangguan Defisit Perawatan Diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013),
faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene yakni body image, praktik
sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan, serta kondisi
fisik/psikis seseorang.
4. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013), jenis-jenis defisit perawatan
diri terdiri dari :
1. Kurang perawatan diri : mandi/kebersihan
2. Kurang perawatan diri : pakaian/berhias
3. Kurang perawatan diri : makan
4. Kurang perawatan diri : toileting
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari : nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, keluarga
yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
di rumah sakit. Biasanya masalah yang dialami pasien yaitu senang menyendiri,
tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan
acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya
faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental
yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
(TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe
yang biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
e. Kebutuhan Pasien Pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu serta
pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi,
tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku, tubuh pasien nampak kusam
dan badan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di tempat
tidur dan psien tidak bisa membersihkan WC setelah BAB/BAK.
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan aktivitas
apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan Obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat tidak
teratur.
7) Aktivitas Dalam Rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas didalam
maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa malas.
f. Mekanisme Koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa
menyelesaikan masalah yang ada, pasien tidak mampu berolahraga karena
pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan,
pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu menghindari orang lain.
3) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya
dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial
ekonomi dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami gangguan
kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
k. Sumber Koping
Definisi
Keterangan
Diagnosis ini dispesifikkan menjadi salah satu atau lebih dari:
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Makan
4. Toileting
5. Berhias
3. Intervensi Keperawatan
4. Impleentasi Keperawatan
Implementasi tindakan keoerawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta
respons pasien didokumentasikan (Prabowo, 2014).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai
berikut.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada
saat tindakan dilakukan.
A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau
ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh
perawat.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belum memuaskan
c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi sangat
diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan yang positif. Pasien dan
keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self- reinforcement (Prabowo, 2014).
BAB III METODE
PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan
karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status
perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-lain (Hidayat, 2012).
Penelitian ini dilakukan pada dua responden dengan defisit perawatan diri di
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Kendari dari tanggal - sampai dengan -.
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2015). Populasi dari penelitian ini adalah -
orang pasien gangguan jiwa yang mengalami defisit perawatan diri setelah di
observasi yang berada di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Kendari bulan - tahun -.
2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi
porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam 2015). Sampel
dalam penelitian ini adalah pasien defisit perawatan diri yang berada di Rumah Sakit
Jiwa (RSJ) Kota Kendari Tahun -. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
mengumpulkan seluruh pasien gangguan defisit perawatan diri di Ruangan
Observasi yang sudah di observasi yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Setelah diobservasi didapatkan - orang klien yang memenuhi kriteria,
maka dilakukan cara simple random sampling atau acak sederhana yaitu dengan
menggunakan cara pengambilan lot nama-nama pasien atau pengundian. Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah 2 (dua) orang pasien defisit perawatan diri
yang berada di Ruang Observasi Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Kendari. Sample
yang dipilih berdasarkan kriteria sampel.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
3) Klien gangguan jiwa berat yang sudah kooperatif dan sudah bisa
berkomunikasi verbal dengan cukup baik
4) Pasien dengan defisit perawatan diri yang berada di Ruang
Observasi Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Kendari Tahun -.
D. Fokus Studi
E. Definisi Operasional
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada partisipan 1 ditemukan klien .....
Pada partisipan 2 ditemukan klien.....
2. Analisa Data dan Diagnosa
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan peneliti mengumpulkan data dan
menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan pohon masalah yang ada pada
teori. Asumsi peneliti terdapat.....
3. Intervensi Keperawatan
Pada tahap perencanaan, peneliti menyimpulkan bahwa....
4. Implementasi Keperawatan
Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
peneliti susun yang didapat dari teoritis. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan adalah diagnosa gangguan defisit perawatan diri, harga diri rendah,
resiko perilaku kekerasan dan gangguan persepsi sensori.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi untuk masalah keperawatan, setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama – hari, kedua partisipan ....
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan mengaplikasikan ilmu dan teori
yang diperoleh di bangku perkuliahan khususnya pada pasien dengan gangguan
defisit perawatan diri.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi karya tulis ilmiah perpustakaan untuk
menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa bagi mahasiswa
yang bersangkutan di Poltekkes Kemenkes Kota Kendari khususnya pada pasien
dengan gangguan defisit perawatan diri.
3. Rumah Sakit
Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan, khususnya pada
pasien dengan gangguan defisit perawatan diri. Bahwa, perawat tidak hanya
terfokus melakukan implementasi pada diagnosa defisit perawatan diri saja, tetapi
harus memperhatikan diagnosa penyerta seperti kerusakan integritas kulit.
4. Bagi Klien
Pasien diharapkan dapat mengikuti terapi kesehatan yang telah direncanakan
oleh dokter dan perawat untuk mempercepat proses kesehatan pada klien, terutama
pada klien dengan defisit perawatan diri.