Di susun
Aji Suratno 20010053
Aris Farma 20010009
Cut Agustiwati 20010012
Delia Septiani20010052
Mirdawati 20010021
Mirna Wati 20010022
M. Syawali 20010027
Neneng Syarifah 20010207
Rusmiati 20010037
Siti Nurhaliza 20010031
Yuriza Febrianti 20010214
Dosen pengampu :
Ns. Arif Fadhillah, S. Kep
Oleh :
Kelompok 3
NIDN
T.A 2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Berkat ridho dari-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas keperawatan kesehatan jiwa Dengan Judul “Proposal Terapi
Aktivitas Kelompok (Tak) Pada Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri” Di STIKes Medika
Seramoe Barat.
Dalam penyusunan Dengan Judul “Proposal Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Pada
Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri” ini penulis menyadari masih banyak kesulitan dan
hambatan, tetapi berkat bantuan dan bimbingan yang berupa saran dan kritikan dari berbagi
pihak penyusunan tugas keperawatan kesehatan jiwa ini dapat diselesaikan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain
di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama
manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain. Kelompok adalah kumpulan
individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain. Anggota kelompok mungkin
datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya,
seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan
menarik diri.
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan
salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat
(Yusuf dkk, 2015).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses piker sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat din diantaranya
mandi, makan dan minum secara mandiri, berhias secara mandiri dan toileting (Buang
Air Besar [BAB]/Buang Air kecil [BAK])(Damaiyanti M & Iskandar, 2014).
Penatalaksanaan klien dengan defisit perawatan diri dapat dilakukan salah satunya
dengan pemberian intervensi Terapi Aktivitas Kelompok yang merupakan salah satu
terapi modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifins secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis, prilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien.
Penggunaan kelompok dalam keperawatan jiwa memberi dampak positif dalam
pencegahan, pengobatan dan terapi pemulihan kesehatan jiwa melalui terapi aktivitas
kelompok. Pada dasamya terapi aktivitas kelompok telah dipergunakan dalam praktek
kesehatan jiwa yang juga merupakan bagian terpenting dalam keterampilan teraupetik
dalam keperawatan. Perawat sebagai pimpinan kelompok dapat menilai respon klien
selama berada dalam kelompok. Perawat sebagai pimpinan kelompok dapat
menggunakan kelompok untukmendorong individu mengungkapkan masalah dan
mendapat bantuan pemecahan masalah dari kelompok dan menilai respon klien selama
berada dalam kelompok (Keliat, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah Defisit Perawatan Diri
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal Defisit Perawatan Diri
b. Pasien dapat mencegah Defisit Perawatan Diri
c. Pasien dapat mencegah Defisit Perawatan Diri dengan cara social
d. Pasien dapat mencegah Defisit Perawatan Diri dengan kegiatan spiritual
e. Pasien dapat mencegah Defisit Perawatan Diri dengan cara patuh minum obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Defisit Perawatan diri
1.1.1 Definisi Defisit Perawatan diri
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandin. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defist
perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa.
Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan
baik dalam keluarga maupun masyarakat. (Yusuf dkk, 2015).
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya. kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Damaiyanti M &
Iskandar, 2014)
1.1.2 Definisi Tak (Terapi Aktivitas Kelompok)
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung
satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu Individu dalam
kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi.
Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota
kelompoknya sehingga apabila kelompok ini di desain secara sistematis dapat menjadi
sarana perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan
sebagai terapi.
Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas
Kelompok. Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang
ditandai dengan perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan menit
20-40 menit untuk kelompok yang baru terbentuk. Untuk kelompok yang sudah
kohesif, TAK dapat berlangsung selama 60-120 menit (Keliat, 2004).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi defisit perawatan diri adalah terapi
aktivitas kelompok yang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan kemampuan
klien merawat diri. Kemampuan merawat diri yang dilatih terdiri dari kemampuan
dalam kebersihann diri, kemampuan dalam berdandan, kemampuan makan dan
minum, dan toileting.
1.1.3 Penyebab perilaku kekerasan
Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
yang termasuk perawatan diri
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan din lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah /
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Citra tubuh
b. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan dini
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
c. Praktik social
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi. sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, shampo, dll
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya. (Damaiyati M & Iskandar, 2014)
1.1.4 Rentang respon marah
a) Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan Tidak melakukan
perawatan diri mampu untuk berperilaku adaptif, maka polaperawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatandiri.
b) Kadang perawatan diri kadang tidak. Saat klien mendapatkan stressor kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatandirinya.
c) Tidak melakukan perawatan diri. Klien mengatakan tidak peduli dan tidak biasa
melakukan perawatan saat menghadapi stressor. (Damaiyanti M & Iskandar,2014)
1. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman
berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh
permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana mana, tidak mungkin mengembangkan
kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain yang melibatkan diri
dalam situasi yang baru. la terus berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu
menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan
dalam mengalami stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya. (Damaiyanti
M & Iskandar, 2014).
2. Jenis
Menurut NANDA-I (2012) dalam Damaiyanti M & Iskandar (2014), jenis perawatan
diri terdiri dari:
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
sendiri
d. Defisit perawatan diri: eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.
3. Mekanisme koping (Damaiyanti M & Iskandar, 2014):
a. Regresi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara kembali ke level perilaku sebelumnya untuk
mengurangi kecemasan, membebaskan seseorang agar merasa lebih nyaman dan
membiarkan sikap ketergantunga.
b. Penyangkalan
Adalah penolakan bawah sadar untuk menghadapi pemikiran pemikiran realita yang
sangat berat
c. Isolasi diri, menarik diri
Proses memisahkan perasaan yang tak dapat diterima, ide atau impuls dari
pemikiran seseorang juga mengarah pada isolasi emosional
d. Intelektualisasi
Hal ini mengarah pada tindaka transfer emosional terhadap lingkungan intelektual.
2. Perilaku Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku klien tidak
lazım atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa bersalah atau
bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan penuh
cinta dan dukungan klien bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan dirumah dan
dukungan
4. Penatalaksanaan
Terapi pengobatan pada klien skizofrenia sangat beragam tergantung pada jenis
dan gejala yang dimunculkan Terkait dengan gejala negatif seperti defisit perawatan
diri, obat yang dapat diberikan adalah risperidon yang jugu berfungsi memperbaiki
gejala positif skizofrenia. Risperidon termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole.
Adapun Penataklaksannan lainnya, yaitu:
a. Meningkatkan kesadamın dan kepercyaan diri Bina hubungan saling percaya
Bicarakan tentang pentingnya kebersihan Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan Membantu klien merawat diri Bantu klien merawat diri Ajarkan
keterampilan secara bertahap Buat jadwal kegiatan setiap hari.
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri Dekatkan
peralatan agar mudah dijangkau oleh klien Sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman.
1.1.5 Tanda dan Gejala
Adapun tanda & gejala defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
a. Sebuah Mandi/kebersihan Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan
badan,memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
b. Berpakaian berhias Klien memiliki kelemahan dalam meletakkan atau menghapus
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
juga memiliki pakaian pakaian untuk mengenakan pakaian dalam, memilih,
menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan.
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat memuaskan,
mengenakan pakaian dan mengenakan sepatu
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan. mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan. menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya kemulut, melengkapi
makanan, mencema makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian
untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/ BAK dengan tepat, dan menyiram
toilet atau kamar kecil.
Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bawah
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berprilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandin (Damayanti M & Iskandar. 2014).