Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Di susun
Aji Suratno 20010053
Aris Farma 20010009
Cut Agustiwati 20010012
Delia Septiani20010052
Mirdawati 20010021
Mirna Wati 20010022
M. Syawali 20010027
Neneng Syarifah 20010207
Rusmiati 20010037
Siti Nurhaliza 20010031
Yuriza Febrianti 20010214

Dosen pengampu :
Ns. Arif Fadhillah, S. Kep

PROGRAM STUDI ILMU SARJANA KEPERAWATAN


STIKes MEDIKA SEURAMOE BARAT
T.A 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN


JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Meulaboh, 28 September 2022

Oleh :

Kelompok 3

Dosen Mata Kuliah


Keperawatan Kesehatan Jiwa II
STIKes Medika Seramoe Barat

Ns. Arif Fadillah, S.Kep

NIDN

PROGRM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES MEDIKA SERAMOE BARAT

T.A 2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Berkat ridho dari-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas keperawatan kesehatan jiwa Dengan Judul “Proposal Terapi
Aktivitas Kelompok (Tak) Pada Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri” Di STIKes Medika
Seramoe Barat.

Dalam penyusunan Dengan Judul “Proposal Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Pada
Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri” ini penulis menyadari masih banyak kesulitan dan
hambatan, tetapi berkat bantuan dan bimbingan yang berupa saran dan kritikan dari berbagi
pihak penyusunan tugas keperawatan kesehatan jiwa ini dapat diselesaikan.

Meulaboh, 4 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain
di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama
manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain. Kelompok adalah kumpulan
individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain. Anggota kelompok mungkin
datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya,
seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan
menarik diri.
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan
salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat
(Yusuf dkk, 2015).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses piker sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat din diantaranya
mandi, makan dan minum secara mandiri, berhias secara mandiri dan toileting (Buang
Air Besar [BAB]/Buang Air kecil [BAK])(Damaiyanti M & Iskandar, 2014).
Penatalaksanaan klien dengan defisit perawatan diri dapat dilakukan salah satunya
dengan pemberian intervensi Terapi Aktivitas Kelompok yang merupakan salah satu
terapi modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifins secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis, prilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien.
Penggunaan kelompok dalam keperawatan jiwa memberi dampak positif dalam
pencegahan, pengobatan dan terapi pemulihan kesehatan jiwa melalui terapi aktivitas
kelompok. Pada dasamya terapi aktivitas kelompok telah dipergunakan dalam praktek
kesehatan jiwa yang juga merupakan bagian terpenting dalam keterampilan teraupetik
dalam keperawatan. Perawat sebagai pimpinan kelompok dapat menilai respon klien
selama berada dalam kelompok. Perawat sebagai pimpinan kelompok dapat
menggunakan kelompok untukmendorong individu mengungkapkan masalah dan
mendapat bantuan pemecahan masalah dari kelompok dan menilai respon klien selama
berada dalam kelompok (Keliat, 2014).
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah Defisit Perawatan Diri
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal Defisit Perawatan Diri
b. Pasien dapat mencegah Defisit Perawatan Diri
c. Pasien dapat mencegah Defisit Perawatan Diri dengan cara social
d. Pasien dapat mencegah Defisit Perawatan Diri dengan kegiatan spiritual
e. Pasien dapat mencegah Defisit Perawatan Diri dengan cara patuh minum obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Defisit Perawatan diri
1.1.1 Definisi Defisit Perawatan diri
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandin. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defist
perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa.
Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan
baik dalam keluarga maupun masyarakat. (Yusuf dkk, 2015).
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya. kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Damaiyanti M &
Iskandar, 2014)
1.1.2 Definisi Tak (Terapi Aktivitas Kelompok)
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung
satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu Individu dalam
kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi.
Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota
kelompoknya sehingga apabila kelompok ini di desain secara sistematis dapat menjadi
sarana perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan
sebagai terapi.
Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas
Kelompok. Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang
ditandai dengan perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan menit
20-40 menit untuk kelompok yang baru terbentuk. Untuk kelompok yang sudah
kohesif, TAK dapat berlangsung selama 60-120 menit (Keliat, 2004).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi defisit perawatan diri adalah terapi
aktivitas kelompok yang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan kemampuan
klien merawat diri. Kemampuan merawat diri yang dilatih terdiri dari kemampuan
dalam kebersihann diri, kemampuan dalam berdandan, kemampuan makan dan
minum, dan toileting.
1.1.3 Penyebab perilaku kekerasan
Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
yang termasuk perawatan diri
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan din lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah /
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Citra tubuh
b. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan dini
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
c. Praktik social
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi. sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, shampo, dll
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya. (Damaiyati M & Iskandar, 2014)
1.1.4 Rentang respon marah

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan kadang perawatan Tidak


Diri diri kadang tidak diri seimbang melakukan
Seimbang Perawatan diri

a) Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan Tidak melakukan
perawatan diri mampu untuk berperilaku adaptif, maka polaperawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatandiri.
b) Kadang perawatan diri kadang tidak. Saat klien mendapatkan stressor kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatandirinya.
c) Tidak melakukan perawatan diri. Klien mengatakan tidak peduli dan tidak biasa
melakukan perawatan saat menghadapi stressor. (Damaiyanti M & Iskandar,2014)
1. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman
berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh
permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana mana, tidak mungkin mengembangkan
kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain yang melibatkan diri
dalam situasi yang baru. la terus berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu
menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan
dalam mengalami stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya. (Damaiyanti
M & Iskandar, 2014).
2. Jenis
Menurut NANDA-I (2012) dalam Damaiyanti M & Iskandar (2014), jenis perawatan
diri terdiri dari:
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
sendiri
d. Defisit perawatan diri: eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.
3. Mekanisme koping (Damaiyanti M & Iskandar, 2014):
a. Regresi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara kembali ke level perilaku sebelumnya untuk
mengurangi kecemasan, membebaskan seseorang agar merasa lebih nyaman dan
membiarkan sikap ketergantunga.
b. Penyangkalan
Adalah penolakan bawah sadar untuk menghadapi pemikiran pemikiran realita yang
sangat berat
c. Isolasi diri, menarik diri
Proses memisahkan perasaan yang tak dapat diterima, ide atau impuls dari
pemikiran seseorang juga mengarah pada isolasi emosional
d. Intelektualisasi
Hal ini mengarah pada tindaka transfer emosional terhadap lingkungan intelektual.
2. Perilaku Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku klien tidak
lazım atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa bersalah atau
bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan penuh
cinta dan dukungan klien bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan dirumah dan
dukungan
4. Penatalaksanaan
Terapi pengobatan pada klien skizofrenia sangat beragam tergantung pada jenis
dan gejala yang dimunculkan Terkait dengan gejala negatif seperti defisit perawatan
diri, obat yang dapat diberikan adalah risperidon yang jugu berfungsi memperbaiki
gejala positif skizofrenia. Risperidon termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole.
Adapun Penataklaksannan lainnya, yaitu:
a. Meningkatkan kesadamın dan kepercyaan diri Bina hubungan saling percaya
Bicarakan tentang pentingnya kebersihan Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan Membantu klien merawat diri Bantu klien merawat diri Ajarkan
keterampilan secara bertahap Buat jadwal kegiatan setiap hari.
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri Dekatkan
peralatan agar mudah dijangkau oleh klien Sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman.
1.1.5 Tanda dan Gejala
Adapun tanda & gejala defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
a. Sebuah Mandi/kebersihan Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan
badan,memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
b. Berpakaian berhias Klien memiliki kelemahan dalam meletakkan atau menghapus
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
juga memiliki pakaian pakaian untuk mengenakan pakaian dalam, memilih,
menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan.
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat memuaskan,
mengenakan pakaian dan mengenakan sepatu
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan. mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan. menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya kemulut, melengkapi
makanan, mencema makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian
untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/ BAK dengan tepat, dan menyiram
toilet atau kamar kecil.
Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bawah
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berprilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandin (Damayanti M & Iskandar. 2014).

1.2 Konsep TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)


1.2.1 Definisi TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Defisit Perawatan Diri adalah
terapi aktivitas kelompok yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan klien
merawat diri. Kemampuan merawat diri yang dilatih terdiri dari kemampuan dalam
kebersihan diri, kemampuan dalam berdandan, kemampuan makan-minum, dan
toileting (Rusdi, 2013).
1.2.2 Jenis Terapi Aktivtas Kelompok Stimulasi Persepsi
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Kebersihan diri
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Berdandan
c. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Tata cara makan minum
d. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Tata cara BAB/BAK
1.2.3 Tujuan Terapi Aktivtas Kelompok Stimulasi Persepsi
Menurut (Anna Keliat, 2014) tujuan tak stimulasi persepsi : defisit perawatan diri
berpakaian, behias) :
1. Melaksanakan berdandan (berpakaian, berhias)
2. Melaksanakan kebersihan dir
3. Melaksanakan tata cara makan dan minum
4. Melaksanakan tata cara BAK/BAB
1.2.4 Tahapan Terapi Aktivtas Kelompok Stimulasi Persepsi
a. Pre-kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader dan
anggota, menentukan tempat dan waktu kegiatan kelompok akan dilaksanakan
serta membuat proposal lengkap dengan media yang akan digunakan beserta
dana yang dibutuhkan.
b. Fase Awal
Pada fase ini terdapat tiga tahapan yang terjadi, yaitu:
1. Orientasi
Anggota mulai mengengembangkan system social masing-masing, leader
mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
Selain itu leader memberikan pengarahan dan mengorientasikan anggota pada
tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasiaan,
waktu pertemuan, struktur dan aturan komunikasi (hanya satu oranh yang
berbicara pada satu saat). Norma perilaku, rasa memiliki atau kohesif antar-
anggota kelompok diupayakan terbentuk pada fase orientasi.
2. Konflik
Konflik merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan
yang akan terjadi. Perasaan bermusuhan, yang ditampilkan antar-anggota
kelompok maupun antar anggota dan pimpinan dapat terjadi pada tahap ini.
Pimpinan perlu memfasilitasi ungkapan perasaan positif maupun negative dan
membantu kelompok mengenali penyebab konflik dan mencegah perilaku
yang tidak produktif, misalnya saling menyalahkan.
3. Kebersamaan atau kohesif
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai
menemukan siapa dirinya. Anggota kelompok akan merasakan ikatan yang
kuat satu sama lain. Perasaan positif akan semakin saling diungkapkan.
Anggota merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim
dengan anggota lain. Pemimpin tetap berupaya memberdayakan kemampuan
anggota kelompok dalam penyelesaian masalah. Pada akhirnya anggota
kelompok akan belajar bahwa perbedaan tidak perlu dirisaukan, semua
persamaan dan perbedaan tetap dapat mewujudkan tujuan menjadi suatu
realitas.
c. Fase Kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim
1. Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya.
2. Perasaan positif dan negative dapat dikoreksi dengan hubungan saling
percay
3. Semua anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
4. Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan
realistis
5. Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok dalam meyelesaikan tugasny
6. Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif
b. Fase Terminasi
Ada dua jenis terminasi, yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota
kelompok mungkin mengalami terminasi yang premature, tidak sukses atau sukses.
Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi dan kecewa. Untuk menghindari
hal ini terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap betapa
bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan naggota untuk memberi umpan balik
pada setiap anggota. Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas
didiskusikan. Akhir Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) harus dievaluasi, bisa melalui
pre- dan post-test (Kusnadi, 2019)
1.2.5 Komponen Terapi Aktivtas Kelompok Stimulasi Persepsi
Menurut Yosep (2017) jumlah minimum anggota kelompok adalah 4 orang dan
maksimum 10 orang. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK
adalah: sudah punya diagnose
a. Struktur
Komponen ini adalah hal yang mendasari kelompok, termasuk batasan kelompok,
komunikasi, dan proses pengambilan keputusan, serta hubungan otoritas;
menawarkan stabilitas dan membantu mengatur perilaku serta pola interaksi.
b. Ukuran
Ukuran yang disarankan untuk sebuah kelompok yang berorientasi interpersonal
adalah 7-10 anggota.Komposisi jumlah anggota yang tepat akan memberikan
kesempatan pada anggota untuk menerima validasi kesepakatan bersama dan
mendengar sudut pandang yang berbeda.
c. Lamanya sesi
Lamanya sesi yang ideal adalah 20-40 menit untuk kelompok fungsi rendah dan
60-120 menit untuk kelompok dengan fungsi yang tinggi.
d. Komunikasi
Tugas utama pemimpin kelompok adalah mengobservasi dan menganalisis pola
komunikasi dalam kelompok.Elemen komunikasi yang dapat diamati secara
verbal dan nonverbal meliputi:
1) Pengaruh tata ruang dan tempatduduk
2) Tema umum yang diungkapkan dalamkelompok
3) Seberapa sering dan kepada siapa anggota kelompok saling berkomunikasi
4) Bagaimana anggota saling mendengarkan dalamkelompok
5) Apa proses pemecahan masalah yang terjadi dalamkelompok
6) Gerakan wajah dan tangan yang dapat menunjukkan kontenemosional.
e. Peran
Ditentukan oleh perilaku dan tanggung jawab yang ditanggung anggota
kelompok. Menurut Benne dan Sheats ( dalam stuart, 2016 ) seseorang dapat
memerankan tiga jenis peran dalam kelompok: peran pemeliharaan, peran tugas,
dan peran individu. Peran pemeliharaan melibatkan proses dan fungsi
kelompok.Jenis peran ini dipecah lagi menjadi penyemangat, penyelaras,
penyeimbangan,penjaga gawang, pengikut, pembuat aturan, dan pemecah masalah
dengan fungsi masing- masing.Sementara itu, peran tugas lebih berhubungan
dengan penyelesaian tugas kelompok.
f. Kekuatan
Kemampuan anggota untuk mempengaruhi kelompok secara keseluruhan dan
anggota lainnya secara individu. Kekuatan dalam kelompok dapat diasumsikan
berdasarkan sejumlah faktor, termasuk jenis kelamin, usia pengalamn
sebelumnya, lamanya waktu dalamkelompok, atau keinginan berbicara dalam
kelompok.
g. Norma
Norma adalah standar perilaku dalam kelompok yang mempengaruhi komunikasi
perilaku, dikomunikasikan secara terbuka atau tersembunyi. Norma kelompok
dibuat untuk memfasilitasi pencapaian tujuan atau tugas kelompok, mengontrol
konflik interpersonal, menginterpresentasi realitas sosial, serta mempererat
ketergantungan dalam kelompok.
h. Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai
tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam
kelompok.Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap
kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.
1.2.6 Kegiatan Terapi Aktivtas Kelompok Stimulasi Persepsi
Menurut (Munith, 2015) intervensi klien dengan defisit perawatan diri Tujuan Umum
Pasien dapat memelihara kebersihan diri secara mandiri
TUK 1: Pasien dapat membina hubungan saling percaya
a. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupaun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien
d. Jelaskan maksud dan tujuan pada pasien
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
TUK 2: Pasien dapat mendiskusikan aspek positif
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. b. Setiap bertemu hindarkan dan memberi nilai negative
c. Usahakan memberikan pujian yang realistic
d. Memberikan pasien waktu untuk memberikan pertanyaan
TUK 3: Pasien dapat menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam
keadaan saat ini
a. Diskusikan dengan pasien kemampuan yag masih dapat dilakukan dalam
keadaan saat ini
b. Memberikan kesempatan pasien untuk menjawab
TUK 4 ; Membuat perencanaan realistis bersama pasien
a. Mengajarkan pasien teknik atau cara melakukan perawatan diri b. Meberikan
waktu luang untuk pasien
c. Memberikan pujian setiap apapun yang dilakukan pasien
TUK 5: Membantu pasien dalam melakukan kegiatan secara mandiri dalam
perawatan diri
a. Mencontohkan cara perawatan diri pada pasien
b. Memberikan pasien kesempatan untuk mencontohnya
c. Memberikan pujian kepada pasien
TUK 6: Memberikan TAK SP : Defisit Perawatan diri
a. Diskusikan manfaat mandi, berpakaian rapi, makan yang benar dan toileting
yang baik
b. Diskusikan alat dan bahan yang diperlukan dalam perawatan diri mandi dan
berhias diri
c. Mencontohkan cara mandi, berpakaian rapid an berhias diri serta tata cara
makan dan toileting
d. Memberikan kesempatan klien untuk mencoba
BAB 3
RENCANA KEGIATAN
3.1 Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan Risiko perilaku
kekerasan, yaitu :
a. Hari/Tanggal: Kamis/6 oktober 2022
b. Waktu: Pkl. 09.00 – selesai
c. Alokasi waktu :
1) Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
2) Terapi kelompok (30 menit)
3) Penutup (5 menit)
d. Tempat: Ruang Aula
3.2 Klien
1. Karakteristik klien
a. Klien yang tidak mengalami gangguan fisik
b. Klien yang bisa membaca
c. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekannya
d. Klien dengan riwayat devisit perawatan diri
e. Klien yang mudah diajak berinteraksi
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien dengan riwayat devisit perawatan diri
b. Mengidentifikasi klien berdasarkan karakteristik devisit perawatan diri.
c. Mengumpulkan klien yang termasuk dari karakteristik masalah devisit perawatan diri
untuk mengikuti TAK.
3.2 Uraian Struukur Kelompok
1. Tempat : Ruang Aula
2. Hari /tanggal : Kamis, 6Oktober 2022
3. Waktu : 90.00 - 90.30 WIB
4. Lamanya : ± 30 menit
5. Jumlah anggota : 11 orang
6. Pengorganisasian
a. Leader : Delia Septiani
1) Membuka acara dan memperkenalkan diri dan anggota tim terapi
2) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
3) Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan
4) Memotivasi peserta TAK untuk menjawab pertanyaan dan memperaktek kan cara
perawatan kebersihan diri (kulit, mulut, dan rambut)
b. Fasilitator : Mirda Wati, Siti Nurhaliza, Neneng Syarifah, Yuriza Febrianti Tugas :
1) Memotivasi peserta yang kurang aktif
2) Menjadi contoh anggota kelompok selama kegiatan
c. Observer : Aji Suratno, Mirna wati, Syawali :
1) Mengamati proses kegiatan
2) Menilai jalannya TAK
3) Menyimpulkan hasil kegiatan.
d. Dokumentasi : Aris Farma, Cut Agustiawati
e. Nama Pasien
1) PSIK 3
3.3 Metode
a. Ceramah , Praktek dan Tanya jawab.
b. Media yang digunakan : kertas putih, spidol, pulpen, bola dan Handphone
c. Antisipasi Masalah
3.4 Antisipasi Masalah
a. Penanganan klien yang tidak efektif saat TAK, fasilitator memastikan agar klien berperan
aktif dalam TAK
b. Penanganan untuk klien yang meninggalkan permainan tanpa pamit :
1) Ingatkan klien akan aturan permainan bahwa barang siapa yang akan meninggalkan
ruang TAK harus pamit terlebih dahulu pada perawat
2) Jika klien tetap saja pergi jangan paksakan klien untuk mengikuti TAK tapi setelah
TAK selesai temui klien dan tanyakan mengapa tadi ia meninggalkan TAK.
3.5 Proses Evaluasi
1. Waktu
2. Kehadiran
3. Topik diskusi
4. Isu, ide dan pendapat anggota
5. Strategi leader
6. Rencana strategi berikutnya
7. Prediksi respon anggota pertemuan berikutnya.
3.6 Bentuk Formasi Kelompok
Kelompok: Membentuk lingkaran
3.7 Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Mengucapkan salam
2) Perkenalan di mulai oleh leader dilanjutkan oleh fasilitator, dan observer
3) Perkenalan oleh masing-masing klien dengan menyebutkan nama, asal ruangan
perawatan
b. Penjelasan Tujuan dan Aturan Main
1) Penjelasan aturan main dan tujuan terapi oleh leader Sebelum memulai
permainannya, saya menjelaskan tujuan dari permainan ini yaitu supaya kita
menjaga kebersihan diri kita dengan mandi,menggosok gigi, dan mencuci rambut.
Aturan mainnya yaitu teman-teman disini diharapkan mengikuti kegiatan TAK
dari awal sampai akhir, jika ada teman-teman yang ingin meninggalkan permainan
TAK ini atau kekamar mandi, teman-teman harus minta izin dengan Leader.
2) Cara permainannya, pertama saat musik dihidupkan bruder /suster akan
memberikan bola, dan berputar searah jarum jam, lalu musik berhenti dan bola
pun berhenti pada salah satu teman-teman. lalu teman yang memegang bola
berdiri dan memberikan salam, menyebutkan nama
3) Bagi anggota kelompok yang telah memperkenalkan diri maka di berikan identitas
berupa papan nama.
2. Fase Kerja
Langkah-langkah kegiatan
a. Membagikan kertas dan pulpen untuk klien
b. Klien di suruh menulis di kertas yang disediakan tentang : Manfaat membersihkan diri
yang di bantu oleh fasilitator
c. Bola dioper ke semua anggota TAK dan bila music berhenti, maka yang memegang
bola wajib untuk membaca hasil tulisannya.untuk pertama kali diawali oleh leader
d. Leader memberikan pujian “ bagus bapak/ibu telah dapat menyebutkan manfaat
membersihakan diri.
e. Leader meminta anggota TAK untuk membalik kertas dan kembali menulis alat-alat
yang digunakan untuk mandi di bantu oleh fasilitator
f. Bola kembali dioper dan bila music berhenti, maka yang memegang bola wajib untuk
menyebutkan terlebih dahulu, yang dimulai oleh leader
g. Leader memberikan pujian “bagus bapak/ibu sudah dapat menyebutkan alat-alat yang
digunakan untuk mandi”
h. Leader meminta anggota TAK menyebutkan langkah-langkah membersihkan diri
(mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut), bagi yang memegang bola saat music
berhenti, maka wajib untuk menyebutkan, yang dimulai oleh leader dan dilanjutkan
oleh anggota TAK
i. Leader memberikan pujian “ bagus bapak/ibu telah menyebutkan langkah mandi,
menggosok gigi, dan mencuci rambut secara benar”
j. Leader memasukkan jadwal rutin setiap hari untuk peserta TAK.
3. Fase Teminasi
a. Evaluasi respon subjektif klien
b. Bagaimana perasaan bapak-bapak dan ibu-ibu setelah kita bermain TAK selama 30
menit?
c. Coba bapak/ibu sebutkan langkah-langkah mandi, menggosok gigi dan mencuci
rambut.
3.8 Rencana Pelaksanaan
a. Memilih pasien yang mengikuti TAK sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan di
Ruangan Aula Rumah Sakit Jiwa Provinsi Aceh.
b. Peserta TAK 5 orang.
c. Persiapan waktu yang akan digunakan ada dalam
No Kegiatan Waktu Keterangan
1 Tahap orientasi : 5 menit Di pimpin oleh leader
- Memberi salam teraupetik :
salam dari terapis
- Melakukan BHSP
- Penjelasan Tujuan dan
Aturan Main
2 Tahap kerja : 30 menit Di pimpin oleh leader
- Langkah-langkah kegiatan
3 Tahap terminasi : 5 menit Di pimpin oleh leader
- Evaluasi
- Menanyakan perasan pasien
- Menyebutkan langkang
perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai