A. LATAR BELAKANG
Keperawatan jiwa adalah suatu pelayan kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa
dari rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi pada anak sampai lansia. Salah
satu pilar model keperawatan profesional adalah pelayan keperawatan dengan
menggunakan sistem pemberian asuhan keperawatan (Patient Care Delivery System).
Dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan
dengan menerapkan proses keperawatan. Salah satu asuhan keperawatan yang kami
bahas ini adalah asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit keperawatan
diri.
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
Manusia sebagai makhluk holistik yang dipengaruhi oleh lingkungan dalam
dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas. Dalam
berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang
efektif agar mampu beradaptasi (Susilowati, 2005).
Kegagalan dalam memberi koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami
dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan
mental. gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya
sumber tekanan, perbedaan antar individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan
(Siswanto, 2007).
Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada beberapa aspek
yang mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya kualitas Sumber daya manusia dalam
mengawasi emosional, kemudian aspek sosial yakni kejadian di lingkungan yang
berdampak pada gangguan jiwa seperti tindakan kekerasan dan merasa tidak nyaman.
Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, menunjukkan gangguan mental
emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang
dewasa. Jumlah populasi orang dewasa di Indonesia kurang lebih 150.000.000 orang
yang mengalami gangguan mental emosional. (Sunaryo, 2004).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yaitu pasien mampu memahami pentingnya kebersihan diri dan
perawatan diri secara maksimal.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Klien mampu memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri
c. Klien mampu menunjukkan aktivitas makan.
d. Klien mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
C. LANDASAN TEORI
1. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung
satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu dalam
kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi.
Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota
kelompoknya sehingga apabila kelompok ini di desain secara sistematis dapat
menjadi sarana perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat
difungsikan sebagai terapi. Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini disebut
sebagai Terapi Aktivitas Kelompok.
Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang ditandai
dengan perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan menimbulkan
distres serta gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terapi
menggunakan aktivitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas
Kelompok. Dengan demikian, terapi aktivitas kelompok sebagai bagian dari terapi
kelompok sangat penting diterapkan dalam penanganan pasien gangguan jiwa
dimasyarakat.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok
pasien (5-12 orang) yang Bersama-sama melakukan aktivtas tertentu untuk mengubah
perilaku maladaptif menjadi adaptif.
2. Konsep Defisit Perawatan Diri
a. Pengertian
Defisit perawatan diri yaitu tidak mampu melakukan atau menyelesaikan
aktivitas perawatan diri (PPNI, 2017).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berpakaian, berhias,makan,toileting) (Surya,
2011).
b. Klasifikasi
1) Kurang perawatan diri Mandi/kebersihan
2) Kurang perawatan diri Mengenakan pakaian/berhias
3) Kurang perawatan diri Makan
4) Kurang perawatan diri Toileting
c. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut:
1) Kelelahan fisik
2) Penurunan kesadaran
1) Faktor prediposisi
a) Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c) Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d) Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi adalah kurang penurunan motivasi, Kerusakan kognitif atau
perseptual, cemas, Lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
d. Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000), Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1) Fisik
a) Badan bau
b) pakaian kotor.
c) Rambut dan kulit kotor.
d) Kuku panjang dan kotor.
e) Gigi kotor disertai mulut bau.
f) Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandi
D. WAKTU DAN TEMPAT
Hari/tanggal : Senin, 21 Maret 2022
Waktu : 10.00-11.00 WIB
Tempat : Ruang Perawatan Jiwa RS. Dustira
E. METODE
1. Dinamika kelompok
2. Tanya Jawab
F. MEDIA DAN ALAT
1. Laptop
2. Handphone
3. Pulpen
4. Buku
G. SETTING TEMPAT
Ruang Perawatan Jiwa RS. Dustira
a. Terapis dengan klien duduk bersama membentuk persegi panjang.
b. Ruang Nyaman dan Tenang
Contoh denah:
MEJA
Keterangan:
: Fasilitator
: Observer
: Klien
H. PEMBAGIAN TUGAS
1. Leader : Chintya Hutasoit
Tugas :
1) Memimpin jalannya TAK
2) Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya TAK
3) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
4) Memimpin diskusi kelompok
2. Co-Leader : Nizmah Aenul Hikmah
Tugas :
1) Membuka acara
2) mendapingi leader
3) mengambil alih posisi leader jika leader bloking
4) meneyerahkan kembali posisi kepada leader
5) menutup acara diskusi
3. Fasilitator :
Adisti Dewi Yumnaningrum
Larossa Tufaif Buediman
Syifa Nabila Fitriana
Tugas :
1) memberikan stimulus
2) memotifator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalan terapi
4. Observer : Astra Giandi Ahmadian Praja
Tugas :
1) Mengobservasi jalannya kegiatan
2) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan nonverbal pasien selama kegiatan
berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
5. Pasien
1) Pasien 1: Dwi Ariyanto
2) Pasien 2: Cincin Zulia Sari
3) Pasien 3: Adelia Angela Putri
4) Pasien 4: Widi Septia
Kriteria Pasien:
a) Pasien dengan defisit perawatan diri yang sudah mengetahui pentingnya menjaga
kebersihan diri.
b) Pasien dengan defisit perawatan diri yang sudah tahu cara menjaga kebersihan
diri.
6. Proses Seleksi
1) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria
2) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria
3) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut kegiatan TAK
I. SUSUNAN PELAKSANAAN
1. Susunan Perawat Pelaksanaan TAK
a. Leader : Chintya Hutasoit
b. Co-Leader : Nizmah Aenul Hikmah
c. Fasilitator :
Adisti Dewi Yumnaningrum
Larossa Tuffaif Buediman
Syifa Nabila Fitriana
d. Observer : Astra Giandi Ahmadian Praja
2. Pasien Peserta TAK
K. PROSES PELAKSANAAN
TAK DEFISIT PERAWATAN DIRI
SESI I: MENGETAHUI PENTINGNYA KEBERSIHAN DIRI DAN CARA MENJAGA
KEBERSIHAN DIRI
A. Tujuan
1. Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan dan alamat.
2. Klien mampu menyebutkan manfaat pentingnya menjaga kebersihan diri
3. Klien mampu menyebutkan cara menjaga kebersihan diri
4. Klien mampu menyebutkan akibat apabila tidak melakukan perawatan diri
B. Setting
1. Kelompok berada diruang yang tenang
2. Klien duduk membentuk kotak
3. Fasilitator berada disebelah pasien
C. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Game
D. Alat-alat
1. Sound system Bluetooth/Handphone/Laptop
2. Sikat gigi
3. Pasta gigi
4. Sabun mandi
5. Shampo
6. Lotion
7. Deodoran
8. Sisir
9. Bedak
10. Handsanitizer
E. Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu defisit perawatan diri
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi validasi: terapis menanyakan perasaan peserta hari ini.
c. Kontrak
d. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
e. Terapis menjelaskan aturan main
f. Masing-masing klien memperkenalkan diri: nama, nama panggilan
g. Jika ada klien yang mau meninggalkan kelompok harus meminta izin pada
terapis
h. Lama kegiatan 45 menit
i. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Kerja
a. Terapi memperkenalkan diri (nama, dan nama paggilan) terapi meminta
klien memperkenalkan nama dan nama panggilan secara berurutan,
dimulai dari klien yang berada di sebelah kiri terapis, searah jarum jam
b. Terapis menjelaskan yang akan dilaksanakan, yaitu masing-masing klien
membagi pengalaman tentang:
1) Keuntungan menjaga kebersihan diri
2) Kerugian tidak menjaga kebersihan diri
3) Cara menjaga kebersihan diri
4) Cara melakukan kebersihan diri
c. Meminta klien menceritakan pengalamannya tentang kebersihan diri
secara berurutan dimulai dari klien yang ada di sebelah kiri terapis,
seterusnya bergiliran searah jarum jam
d. Saat seorang klien selesai menceritakan pengalamannya, terapis
mempersilahkan klien lain untuk betanya sebanyak 3 pertanyaan.
e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat giliran
f. Setiap kali klien bisa menceritakan pengalaman merawat dirinya, terapis
memberikan pujian.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapi menyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapi memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Terapi menganjurkan klien untuk menerapkan cara menjaga kebersihan
diri yang sudah diajarkan
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapi membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya yaitu
berlatih cara berdandan
2) Terapi membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
F. Evaluasi dan Dokumentasi