Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI : DEFISIT PERAWATAN DIRI
(SESI IC : SIKAT GIGI)

Disusun Oleh :
TRIE UTARI ADINNINGSIH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XIX


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
JAKARTA
2017
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Pendahuluan

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang
effektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Sheila, 2008).
Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya disstres
atau disabilitas (kerusakan pada salah satu atau lebih area fungsi yang penting) atau
disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau kehilangan
kebebasan (Sheila, 2008).
Asuhan keperawatan jiwa merupakan asuhan keperawatan spesialistik, namun
tetap dilakukan secara holistik pada saat melakukan kepada klien. Berbagai terapi
keperawatan yang dikembangkan dan difokuskan kepada klien secara individu, kelompok,
keluarga, maupun komunitas. Keperawatan jiwa mempelajari berbagai macam kasus yang
berhubungan dengan gangguan jiwa seseorang, salah satunya adalah defisit perawatan diri
(Personal Hygiene). Defisit perawatan diri merupakan akibat dari ketidak nyamanan
seseorang dalam perawatan dirinya karena lupa akan caranya maupun ketidaktahuan akan
perawatan diri.

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan,
dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

Data yang didapat diruang berry dalam 3 bulan terakhir menunjukkan terdapat 2
diagnosa keperawatan yaitu gangguan sensori persepsi : halusinasi dan deficit perawatan
diri, dimana presentase yang didapat menunjukkan pasien yang mengalami deficit
perawatan diri sebanyak 100%, dan gangguan sensori persepsi : halusinasi sebanyak
76.26% pasien.
Atas dasar tersebut , maka kami akan mengembangkan Terapi Aktivitas Kelompok
stimulasi persepsi : defisit perawatan diri (DPD). TAK Defisit Perawatan Diri bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya. Dan TAK ini meliputi
kemampuan dalam kebersihan diri, kemampuan dalam berdandan, kemampuan makan-
minum, dan Toileting. mengganggap dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) klien
dengan deficit perawatan diri membantu klien untuk tetap menjaga kebersihan diri. Klien
pun diharap dapat memahami pentingnya menjaga kebersihan diri dan mampu melakukan
kebersihan diri secara mandiri. Pada Sesi ini akan dilakukan TAK DPD sesi ke I C yaitu
mengajarkan cara menyikat gigi yang benar

B. TOPIK : TAK STIMULASI PERSEPSI : Defisit Perawatan Diri

Sesi 1C : Sikat gigi

C. TUJUAN
1. Umum
Klien mampu memahami pentingnya kebersihan diri dan perawatan diri serta
manfaat perawatan diri.

2. Khusus :
a. Klien mampu memahami manfaat menyikat gigi
b. Klien mampu memahami alat dan bahan untuk menyikat gigi
c. Klien mampu melakukan teknik menyikat gigi dengan benar

D. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Defisit Perawatan Diri


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Menurut Poter & Perry
(2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah
kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas
perawatannya secara mandiri seperti mandi, berpakaian, atau berhias, makan dan
BAB/ BAK (Dalami, 2007). Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004). Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang
tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah
2010).

2. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri


a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi/kebersihan) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

3. Etiologi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan: keluarga terlalu memanjakan dan melindungi klien
sehingga perkembangan inisiataif terganggu
2) Biologis: penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
3) Kemampuan realitas turun: klien dengan gangguan jiwa dimana
kemampuan realitasnya kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri
4) Social: kurang dukungan dan latihan kemampuan dalam perawatan diri

b. Faktor presipitasi
1) Kurang atau penurunan motivasi
2) Kerusakan kognisi atau perseptual
3) Cemas
4) Lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang melakukan perawatan diri

4. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala DPD adalah
a. Fisik : badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang, gigi kotor
dan disertai bau mulut, penampilan tidak rapi
b. Psikologis : males, tidak inisiatif, menarik diri, merasa tidak berdaya, rendah diri
dan merasa hina
c. Social : interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berprilaku sesuai
normal, cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat.

5. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TAK adalah terapi aktifitas kelompok yang dapat dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang emmpunyai masalah keperawatan yang sama. Aktiftas
dilaksanakan bersama kelompok dengan tujuan terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, slaing membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku ( Herianto Edi, 2012 ).

Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekolompok pasien
(5-12 orang) yang bersama sama melakukan aktivitas tertentu untuk mengubah perilaku
maladaptive. Lama pelaksanaan TAK adalah 20-40 menit untuk kelompol yang baru
terbentuk dan untuk kelompok yang sudah kohesif dapat berlangsung selama 60-120 menit
(Keliat, 2007). Ada empat jenis TAK, diantaranya :

1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi


2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi

Salah satu TAK yang umum dan biasa dilakukan pada pasein Defisit perawatan
diri adalah TAK stimulasi Persepsi. Aktivitas pada TAK ini dibagi menjadi 4 Sesi yang
masing-masing sesi terdiri dari 2-4 kegiatan diantaranya :

1. Sesi IA : TAK SP Kebersihan diri : Mandi


2. Sesi IB : TAK SP Kebersihan diri : keramas
3. Sesi IC : TAK SP Kebersihan diri : Menyikat gigi
4. Sesi ID : TAK SP Kebersihan diri : perawatan kuku
5. Sesi IIA : TAK SP Berdandan : Berpakaian rapi
6. Sesi IIB : TAK SP Berdandan : Berhias diri
7. Sesi IIIA : TAK SP : Tata cara makan
8. Sesi IIIB : TAK SP : Tata cara minum
9. Sesi IVA : TAK SP : Tata cara BAB
10. Sesi IVB : TAK SP : Tata cara BAK

E. KLIEN
1. Karakteristik
a. Klien yang sehat fisik
b. Klien dengan defisit perawatan diri
c. Klien yang tenang, kooperatif, dan mudah diajak berinteraksi.
d. Klien yang mempunyai emosi yang terkontrol
e. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekkannya.

2. Proses Seleksi
a. Berdasarkan pasien kelolaan mahasiswa
b. Berdasarkan seleksi kelompok
c. Berdasarkan rekomendasi perawat ruangan
d. Identifikasi klien yang memenuhi kriteria
e. Memuat kontrak dengan klien
f. Menjelaskan tujuan kegiatan
g. Menjelaskan tempat dan tujuan

3. Peserta
a. Devina
b. Suhaeni
c. Heni
d. Rita
e. Ainal
f. Rosmiyati

F. PENGORGANISASIAN
1. Waktu : 15.00 – 16.00 / Selasa , 24 Oktober 2017
2. Tempat : Ruang Bery , RS Duren Sawit
3. Lama : 15 Menit
4. Jumlah Peserta : 6 orang
5. Tim Terapis
a. Leader : Trie Utari Adinningsih
Tugas :
1) Menyusun rencana aktifitas kelompok
2) Mengarahkan kelompok dalam melaksanakan kegiatan

b. Co Leader : Agra Nadya


Tugas:
1) membantu leader dalam mengorganisasi anggota kelompok

c. Observer : Vidia Heningtyas T


Tugas :
1) Mengobservasi respon klien
2) Mencatat proses yang terjadi
3) Memberikan umpan balik
d. Fasilitator : Andri Paulus Messakh
Tugas :
1) Membantu ketua memfasilitasi anggota untuk berperan aktif
2) Membantu koordinasi kelompok
3) Menyiapkan tempat dan alat.
4) Menjadi motivator.
6. Setting Tempat

: Leader : Fasilitator

: Co Leader : Klien

: Observer

G. METODE
1. Diskusi
2. Roleplay

H. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Name tag
2. Sikat gigi
3. Pasta gigi
4. Gelas plastic
5. Air bersih
6. Handuk kecil
I. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Persiapan alat dan bahan sesuai kebutuhan
b. Persiapan klien : pilih klien sesuai indikasi. Jumlah 508 klien
c. Persiapan tempat

2. Orientasi
a. Ucapkan salam , perkenalkan diri
b. Evaluasi / validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
c. Kontrak : jelaskan kegiata yang akan dilakukan : belajar meyikat gigi,
waktunya 1 jam di ruang TAK

3. Tahap kerja
a. Diskusikan manfaat menyikat gigi. Tanyakan kepada semua klien secara
bergantian tentang manfaat menyikat gigi.
b. Rangkum jawaban klien tentang manfaat menyikat gigi. Bila aa jwaban yang
kurang berikah informasi tambahan

Manfaat menyikat gigi :

1. mencegah kerusakan gigi dan


infeksi gusi
2. Menghilangkan bau mulut
3. Meningkatkan penampilan diri

c. Diskusikan alat dan bahan untuk meyikat gigi. Tanyakan sesuai dengan
kebiasaan klien
d. Rangkum jawaban klien dan lengkapilah jawaban yan belum lengkap

Alat dan Bahan menyikat gigi :

1. Sikat gigi
2. Pasta gigi
3. Gelas plastic
4. Air bersih
5. Handuk kecil
e. Diskusikan cara menyikat gigi yang benar
Cara menyikat gigi :

1. Siapkan alat
2. Kumur-kumur
3. Ambil sikat gigi, oleskan pasta gigi secukupnya (sebesar biji jagung)
4. Gosok gigi minimal 8x , gosokan ke masing-masing sisi gigi
5. Kumur-kumur secukupnya
6. Bersihkan sikat gigi

f. Rangkum jawaban klien tentang cara menyikat gigi yang benar

g. Peragakan cara menyikat gigi dan minta salah satu klien mendemosntrasikan
h. Beri pujian kepada klien

4. Tahap Tahap Terminasi


a. Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar menyikat gigi dan
mencoba mempraktikannya
b. Evaluasi objektif : minta klien menyebutkan alat dna bahan yang digunakan
dan cara menyikat gigi yang benar
c. Rencana tindak lanjut : anjurkan klien menyikat gigi minimal 2 x sehari
Strategi Pelaksanaan : TAK DPD SESI IC (Sikat Gigi)

A. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat sore ibu-ibu. Sudah kenalkan sama saya?”
“ Baik saya akan memperkenalkan diri kembali nama nya Trie utari biasa dipanggil
suster Riri”
“Sebelum memulai kegiatan coba ibu-ibu perkenalkan diri masing-masing”

2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu-ibu sore ini?”
“Sudah mandi sore belum?”

3. Kontrak
a. Topik
“kalau begitu sesuai kontrak kita tadi siang sekarang kita akan melakukan TAK
mengenai cara menjaga kebersihan diri dengan tujuan supaya ibu-ibu tetap bersih,
rapi dan wangi selama berada di RS ini. Pada sesi ini kita bercakap-cakap tentang
cara- cara menjaga perawatan diri khususnya menggosok gigi?
b. Tempat
“TAK nya akan dilakukan di ruangan ini ya bu”
c. Waktu
“Kegiatan TAK ini akan berlangsung kurang lebih selama 1 jam dan dibagi
menjadi 4 sesi. Setiap sesi berlangsung selama 15 menit”

B. Fase Kerja

“Sebelumnya saya akan ingin menanyakan pada ibu-ibu, menurut ibu apa manfaat dari
menyikat gigi?”
“Iya bagus, apa ada yang mau menambahkan?”
“Bagus, ibu-ibu hebat. Semua jawabannya benar, manfaat dari menyikat gigi adalah
mencegah kerusakan gigi dan infeksi gusi , Menghilangkan bau mulut , Meningkatkan
penampilan diri”
“Lalu coba sebutkan apa saja alat yang diperlukan untuk meyikat gigi”
“Iya bagus benar semua. Alat yang dibutuhkan adalah Sikat gigi, pasta gigi, gelas
plastic, air bersih dan handuk kecil”
“sekarang coba sebutkan langkah-langkah menyikat gigi”
“Wah bagus sekali, bagaimana kalo sekarang kita lakukan bersama”
“sudah selesai. Ibu semua memang hebat”

C. Fase Terminasi
1. Evaluasi
“bagaimana perasaan ibu-ibu setelah kita belajar bersama mengosok gigi tadi?”
“coba ada yang mau mengulangi dan menyebutkan manfaat , alat dan langkah-
langkah dari menggosok gigi”
“Hebat bu”

2. RTL
“Baiklah bu, mulai dari sekarang jangan lupa menggosok gigi ya. Minimal 2 kali
sehari”

3. Kontrak
a. Topik
“baik bu, selanjutnya kita akan belajar cara menjaga kebersihan diri dengan cara
mandi yang akan di jelaskan oleh bruder Andri”
b. Tempat
“Tempatnya tetap diruangan ini bu”
c. Waktu
“waktunya sama seperti sebelumnya kurang lebih 15 menit”
J. Evaluasi

Sesi 1 C
Stimulasi Persepsi : Defisit Perawatan Diri , Menykat gigi

Nama klien
No Kemampuasn

1. Menjelaskan manfaat menggosok


gigi
2. Menyebutkan alat dan bahan gosok
gigi
3. Menjelaskan tahapan gosok gigi

4. Memperragakan gosok gigi secara


benar
5. Komitmen melakukan gosok gigi
2x sehari

Catatan :
1. Beri tanda check (v) untuk kemampuan yang dapat dilakukan
2. Bila klien tidak mampu ,stimulasi dan latih klien sampai klien mampu
3. Klien di anggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, dkk. (2007). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Fundamental of Nursing. Jakarta: EGC.
Keliat, B, A. (2016). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Ed. 2. Jakarta : EGC
Nurjannah, L. (2004). Pedoman pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Mocomedia
Wartonah , Tarwoto. (2010). Kebutuhan dasar manusia dan Proses Keperawtan. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai