OLEH
KELOMPOK 3 :
ANDI NURUL ANNISA HIDAYAH 201704003
BARIYAH NURUL HABIBAH 201704005
DIAN NOVITA SARI 201704008
DITA SYAMSUDDIN 201704009
MIRANDAH 201704016
MULYADI 201704018
NURHIDAYANTI B 201704019
NURUL ATMAH 201704020
RAHMANIAH 201704023
SAHRIANA 201704027
SRI WAHYUNI 201704029
SUCI SAFITRI ANNUR 201704030
SULASTRI RAHAYU S 201704034
YUDHI PRAREZEKI 201704037
YULIANA RUSLAN 201704038
1.3 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Dispensing obat adalah proses berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
dispensing obat. Berbagai kegiatan tersebut adalah menerima dan memvalidasi
resep obat, mengerti dan menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter,
membahas solusi masalah yang terdapat dalam resep bersama-sama dengan
dokter penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita (P-3), menyediakan
atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi obat,
merekam semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Penderita Rawat Jalan
(PRJ) atau Penderita Rawat Tinggal (PRT), memberikan informasi yang
dibutuhkan kepada penderita dan perawat.
Praktik Dispensing yang Baik adalah suatu praktik yang memastikan suatu
bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada pasien yang benar,
dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yg jelas, dan dalam kemasan yang
memelihara potensi obat.
II.2 Lingkungan Dispensing
Yang termasuk lingkungan dispensing adalah staf, sekeliling lingkungan
fisik, rak, ruang peracikan, ruang penyimpanan, peralatan, permukaan yang
digunakan selama bekerja, dan bahan pengemas.
Lingkungan dispensing harus bersih dan diorganisasikan. Bersih karena
umumnya obat digunakan secara internal dan diorganisasikan agar dispensing
dapat dilakukan dengan aman, akurat, dan efisien.
Staf harus memiliki kebersihan diri dan harus memakai baju kerah
putih/baju kerja. Sekeliling lingkungan fisik, ruang peracikan, dan ruang
penyimpanan harus bebas debu dan kotoran; sebaiknya dibersihkan setiap hari.
Wadah dan obat-obattan sebaiknya diorganisasikan dalam rak; sebaiknya obat
dalam dan obat luar diletakkan secara terpisah; bahan kimia cair dan padat juga
sebaiknya disimpan secara terpisah; semua wadah dan obat harus diberi etiket
secara jelas untuk memastikan pemilihan yang aman dari sediaan dan
meminimalkan kesalahan. Semua peralatan untuk meracik, seperti lumpang dan
alu, spatula, timbangan, dll harus dibersihkan hingga bersih dan kering sebelum
pemakaian sediaan selanjutnya. Timbangan sebaiknya dikalibrasi sesuai dengan
peraturan yang ada.
Lingkungan dispensing harus memiliki ruangan yang memungkinkan
gerakan yang longgar bagi staf selama proses dispensing, tetapi pergerakan harus
diminimalkan untuk memelihara efisiensi.
Sistem perputaran sediaan harus ditetapkan berbasis obat yang digunakan
terlebih dahulu, misalnya yang masuk dulu/keluar dulu (First In/First Out).
II.3 Personel Dispensing
Selain membaca, menulis, menghitung, dan menuang, personel dispensing
harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang obat yang mau didispensing, seperti penggunaan umum,
dosis yang digunakan, efek samping yang ditimbulkan, mekanisme kerja obat,
interaksi dengan obat lain/makanan, penyimpanan yang baik, dll.
2. Keterampilan kalkulasi dan aritmatik yg baik.
3. Keterampilan mengemas yang baik.
4. Bersifat bersih, teliti, dan jujur.
5. Memiliki sikap dan keterampilan yang baik dalam berkomunikasi dengan
penderita dan profesional kesehatan lain.
II.4 Proses Dispensing
1. Menerima dan memvalidasi resep
2. Mengkaji resep untuk kelengkapan
3. Mengerti dan menginterpretasikan resep
4. Menapis profil pengobatan penderita
5. Menyiapkan, membuat, atau meracik obat
6. Mendistribusikan obat kepada penderita.
II.5 Jenis Kesalahan dalam Dispensing
1. Kesalahan karena bentuk sediaan
- Pemberian kepada pasien suatu sediaan obat dalam bentuk berbeda dari
yang diorder oleh dokter penulis.
- Penggerusan tablet lepas lambat, termasuk kesalahan.
2. Kesalahan karena pembuatan/penyiapan obat yang keliru
- Sediaan obat diformulasi atau disiapkan tidak benar sebelum pemberian.
Misalnya, pengenceran yang tidak benar, atau rekonstitusi suatu sediaan
yang tidak benar. Tidak mengocok suspensi. Mencampur obat-obat yang
secara fisik atau kimia inkompatibel.
- Penggunaan obat kadaluarsa, tidak melindungi obat terhadap pemaparan
cahaya.
3. Kesalahan karena pemberian obat yang rusak
- Pemberian suatu obat yang telah kadaluarsa atau keutuhan fisik atau kimia
bentuk sediaan telah membahayakan. Termasuk obat-obat yang disimpan
secara tidak tepat.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dispensing obat adalah proses berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
dispensing obat. Berbagai kegiatan tersebut adalah menerima dan memvalidasi
resep obat, mengerti dan menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter,
membahas solusi masalah yang terdapat dalam resep bersama-sama dengan
dokter penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita (P-3), menyediakan
atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi obat,
merekam semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Penderita Rawat Jalan
(PRJ) atau Penderita Rawat Tinggal (PRT), memberikan informasi yang
dibutuhkan kepada penderita dan perawat.
Proses Dispensing, meliputi:
1. Menerima dan memvalidasi resep
2. Mengkaji resep untuk kelengkapan
3. Mengerti dan menginterpretasikan resep
4. Menapis profil pengobatan penderita
5. Menyiapkan, membuat, atau meracik obat
6. Mendistribusikan obat kepada penderita
III.2 Saran
Medication Eror membutuhkan perhatian khusus dari Tenaga Kesehatan,
terkhusus Dispensing Obat yang berhubungan langsung dengan obat yang akan
digunakan oleh pasien, sehingga jika terjadi kesalahan dapat berakibat fatal.
Semoga Makalah ini dapat memberikan sedikit pengetahuan tentang betapa
pentingnya Dispensing Obat
DAFTAR PUSTAKA
Aldhwaihi K, Schifano F, Pezzolesi C, and Umaru N. 2016. Systematic Review of the
Nature of Dispensing Errors in Hospital Pharmacies. Integrated Pharmacy
Research and Practice 5: 1-10.
Pitoyo A Zani, Tuti Hariyanto, Navis Yuliansyah, Indah Mauludiyah. 2016.
Kebijakan Sistem Penyimpanan Obat LASA, Alur Layanan, dan Formulir untuk
Mencegah Dispensing Error. JK Brawijaya 29 (3):235-244.