Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FARMASI RUMAH SAKIT

“MEDICATION ERROR PADA DISPENSING”

OLEH
KELOMPOK 3 :
ANDI NURUL ANNISA HIDAYAH 201704003
BARIYAH NURUL HABIBAH 201704005
DIAN NOVITA SARI 201704008
DITA SYAMSUDDIN 201704009
MIRANDAH 201704016
MULYADI 201704018
NURHIDAYANTI B 201704019
NURUL ATMAH 201704020
RAHMANIAH 201704023
SAHRIANA 201704027
SRI WAHYUNI 201704029
SUCI SAFITRI ANNUR 201704030
SULASTRI RAHAYU S 201704034
YUDHI PRAREZEKI 201704037
YULIANA RUSLAN 201704038

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan
bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Salah satu tujuan pelayanan kefarmasian yaitu melindungi pasien dan masyarakat
dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien
(patient safety) (PMK RI No 58 , 2014).
Keselamatan pasien merupakan suatu disiplin baru dalam pelayanan
kesehatan yang mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan medicalerror
yang sering menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan
kesehatan. Kegiatan skrining resep yang dilakukan tenaga kefarmasian untuk
mencegah terjadinya keselahan pengobatan (Medicationerror) (Depkes RI,
2008).
Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi
tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap tujuan tercapainya
medikasi yang aman. Menurut Standar Akreditasi Rumah Sakit, kejadian
medication error dapat dibagi atas tiga 2ediatri yaitu fase prescribing error
(kesalahan peresepan), fase dispensing error (kesalahan pencampuran) dan fase
administration error (kesalahan pemberian) (Kemenkes, 2011).
Medication error merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien rawat
inap. Secara umum Medication error didefinisikan sebagai peresepan, pemberian
dan administrasi obat yang salah, yang menyebabkan konsekuensi tertentu atau
tidak. Sebuah studi medication error pada pasien pediatric menunjukkan
5,7%medication errors 10778 kasus berasal dari pemesanan obat. Studi lain
menyebutkan bahwa lokasi yangbpalin banyak terjadi kesalahan pada pediatric
adalah NICU (Neonatal Intensive Care Unit), unit pelayanan umum, unit
3ediatric dan pasien rawat inap. Sebagian besar kesalahan terkait dengan
administrasi obat terutama penggunaan dosis obat yang kurang tepat.
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien
atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, dkk., 1991).
Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error
adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Medication error
yang terjadi tentunya merugikan pasien dan dapat menyebabkan kegagalan
terapi, bahkan dapat timbul efek obat yang tidak diharapkan (Hartayu dan Aris,
2005).
Dalam penelitian menyatakan bahwa 11% medication error di rumah sakit
berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis
atau obat yang keliru (Dwiprahasto, 2006).
Kesalahan pengobatan dan efek samping obat terjadi rata-rata 6,7% pasien
yang masuk ke rumah sakit. Di antara kesalahan tersebut, 25 hingga 50% adalah
berasal dari kesalahan peresepan yang seharusnya dapat dicegah (Aiken, dkk
2002).
Jenis kasus dispensing error yang terjadi pada pelayanan farmasi adalah
salah obat, salah kekuatan obat, dan salah kuantitas. Hal ini selaras dengan
beberapa penelitian lain antara lain (Aldhwaihi, dkk 2016 ).
Salah obat adalah jenis error paling umum dari dispensingerror pada
pelayanan farmasi, sementara error lain adalah kekeliruan kekuatan obat (wrong
medicine), dosis (wrong drug strength), dan jumlah obat (wrong quantity) (James
dkk 2007).
Penyebab tersebut bisa karena staf tidak mempunyai pengetahuan atau
ketrampilan yang benar tentang berbagai ukuran dan ketrampilan kemampuan
mengkonversi ke unit pengukuran lain. Hal ini sangat penting untuk mencegah
kekeliruan dosis (Pitoya Z. A. Dkk, 2016).
Faktor penyebab Medication Error fase dispensing meliputi beban kerja
yaitu rasio antara beban kerja dan Sumber Daya Manusia tidak seimbang,
edukasi yaitu penyiapan obat yang tidak sesuai permintaan resep, komunikasi
yaitu kurangnya komunikasi mengenai stok perbekalan farmasi, kondisi
lingkungan yaitu tidak adanya ruangan penyiapan obat dan gangguan bekerja
yaitu terganggu dengan dering telepon. Hal ini selaras dengan hasil penelitian
yang menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berkaitan dengan dispensing
errors adalah beban pekerjaan tinggi, jumlah staf yang kurang, obat LASA,
kemasan yang mirip, sistem penyimpanan obat LASA dan gangguan lingkungan
antara lain distraksi, interupsi (Aldhwaihi etal, 2016).

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Dispensing obat adalah proses berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
dispensing obat. Berbagai kegiatan tersebut adalah menerima dan memvalidasi
resep obat, mengerti dan menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter,
membahas solusi masalah yang terdapat dalam resep bersama-sama dengan
dokter penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita (P-3), menyediakan
atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi obat,
merekam semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Penderita Rawat Jalan
(PRJ) atau Penderita Rawat Tinggal (PRT), memberikan informasi yang
dibutuhkan kepada penderita dan perawat.
Praktik Dispensing yang Baik adalah suatu praktik yang memastikan suatu
bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada pasien yang benar,
dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yg jelas, dan dalam kemasan yang
memelihara potensi obat.
II.2 Lingkungan Dispensing
Yang termasuk lingkungan dispensing adalah staf, sekeliling lingkungan
fisik, rak, ruang peracikan, ruang penyimpanan, peralatan, permukaan yang
digunakan selama bekerja, dan bahan pengemas.
Lingkungan dispensing harus bersih dan diorganisasikan. Bersih karena
umumnya obat digunakan secara internal dan diorganisasikan agar dispensing
dapat dilakukan dengan aman, akurat, dan efisien.
Staf harus memiliki kebersihan diri dan harus memakai baju kerah
putih/baju kerja. Sekeliling lingkungan fisik, ruang peracikan, dan ruang
penyimpanan harus bebas debu dan kotoran; sebaiknya dibersihkan setiap hari.
Wadah dan obat-obattan sebaiknya diorganisasikan dalam rak; sebaiknya obat
dalam dan obat luar diletakkan secara terpisah; bahan kimia cair dan padat juga
sebaiknya disimpan secara terpisah; semua wadah dan obat harus diberi etiket
secara jelas untuk memastikan pemilihan yang aman dari sediaan dan
meminimalkan kesalahan. Semua peralatan untuk meracik, seperti lumpang dan
alu, spatula, timbangan, dll harus dibersihkan hingga bersih dan kering sebelum
pemakaian sediaan selanjutnya. Timbangan sebaiknya dikalibrasi sesuai dengan
peraturan yang ada.
Lingkungan dispensing harus memiliki ruangan yang memungkinkan
gerakan yang longgar bagi staf selama proses dispensing, tetapi pergerakan harus
diminimalkan untuk memelihara efisiensi.
Sistem perputaran sediaan harus ditetapkan berbasis obat yang digunakan
terlebih dahulu, misalnya yang masuk dulu/keluar dulu (First In/First Out).
II.3 Personel Dispensing
Selain membaca, menulis, menghitung, dan menuang, personel dispensing
harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang obat yang mau didispensing, seperti penggunaan umum,
dosis yang digunakan, efek samping yang ditimbulkan, mekanisme kerja obat,
interaksi dengan obat lain/makanan, penyimpanan yang baik, dll.
2. Keterampilan kalkulasi dan aritmatik yg baik.
3. Keterampilan mengemas yang baik.
4. Bersifat bersih, teliti, dan jujur.
5. Memiliki sikap dan keterampilan yang baik dalam berkomunikasi dengan
penderita dan profesional kesehatan lain.
II.4 Proses Dispensing
1. Menerima dan memvalidasi resep
2. Mengkaji resep untuk kelengkapan
3. Mengerti dan menginterpretasikan resep
4. Menapis profil pengobatan penderita
5. Menyiapkan, membuat, atau meracik obat
6. Mendistribusikan obat kepada penderita.
II.5 Jenis Kesalahan dalam Dispensing
1. Kesalahan karena bentuk sediaan
- Pemberian kepada pasien suatu sediaan obat dalam bentuk berbeda dari
yang diorder oleh dokter penulis.
- Penggerusan tablet lepas lambat, termasuk kesalahan.
2. Kesalahan karena pembuatan/penyiapan obat yang keliru
- Sediaan obat diformulasi atau disiapkan tidak benar sebelum pemberian.
Misalnya, pengenceran yang tidak benar, atau rekonstitusi suatu sediaan
yang tidak benar. Tidak mengocok suspensi. Mencampur obat-obat yang
secara fisik atau kimia inkompatibel.
- Penggunaan obat kadaluarsa, tidak melindungi obat terhadap pemaparan
cahaya.
3. Kesalahan karena pemberian obat yang rusak
- Pemberian suatu obat yang telah kadaluarsa atau keutuhan fisik atau kimia
bentuk sediaan telah membahayakan. Termasuk obat-obat yang disimpan
secara tidak tepat.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dispensing obat adalah proses berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
dispensing obat. Berbagai kegiatan tersebut adalah menerima dan memvalidasi
resep obat, mengerti dan menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter,
membahas solusi masalah yang terdapat dalam resep bersama-sama dengan
dokter penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita (P-3), menyediakan
atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi obat,
merekam semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Penderita Rawat Jalan
(PRJ) atau Penderita Rawat Tinggal (PRT), memberikan informasi yang
dibutuhkan kepada penderita dan perawat.
Proses Dispensing, meliputi:
1. Menerima dan memvalidasi resep
2. Mengkaji resep untuk kelengkapan
3. Mengerti dan menginterpretasikan resep
4. Menapis profil pengobatan penderita
5. Menyiapkan, membuat, atau meracik obat
6. Mendistribusikan obat kepada penderita
III.2 Saran
Medication Eror membutuhkan perhatian khusus dari Tenaga Kesehatan,
terkhusus Dispensing Obat yang berhubungan langsung dengan obat yang akan
digunakan oleh pasien, sehingga jika terjadi kesalahan dapat berakibat fatal.
Semoga Makalah ini dapat memberikan sedikit pengetahuan tentang betapa
pentingnya Dispensing Obat
DAFTAR PUSTAKA
Aldhwaihi K, Schifano F, Pezzolesi C, and Umaru N. 2016. Systematic Review of the
Nature of Dispensing Errors in Hospital Pharmacies. Integrated Pharmacy
Research and Practice 5: 1-10.
Pitoyo A Zani, Tuti Hariyanto, Navis Yuliansyah, Indah Mauludiyah. 2016.
Kebijakan Sistem Penyimpanan Obat LASA, Alur Layanan, dan Formulir untuk
Mencegah Dispensing Error. JK Brawijaya 29 (3):235-244.

Anda mungkin juga menyukai