DISUSUN OLEH :
NAMA :RISKA AYU FITRIANI
NIM :1914401072
usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui
vena (perset / perinfus).
c) Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
d) Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang
(stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan
dalam bentuk supositoria.
e) Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat
secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk
asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan,
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum,
harus dicatat.
3.2 Pencegahan Kesehalan dalam Pemberian Obat
1. Baca label obat dengan teliti. Banyak produk tersedia dalam kotak,warna dan bentuk
yang sama.
2. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal. Kebanyakan dosis
terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Interprestasi
yang salah terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi yang
berlebihan.
3. Waspada obat-obatan bernama sama. Banyak nama obat yang terdengar sama(misalnya
digoxin dan digitoxin).
4. Cermati angka belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan
perkalian satu sama lain(contoh:tablet cumadin dalam tablet 2,5 dan 25mg).
5. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakan dosis di
programkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek teraupetik dan
responnya.
6. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di programkan,konsultasikan kepada
sumbernya. Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka resiko pemberian dosis
yang tidak akurat menjadi lebih besar.
7. Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak
resmi.Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat
yang sering di programkan.Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan
tersebut obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
8. Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat di baca.Apabila
ragu tanya ke dokter kesempatan terjadinya interprestasi kecuali,perawat
mempertanyakan program obat yang sulit di baca.
9. Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien,menyebutkan nama
lengkapnya,cermati nama yang tertera pada tanda pengenalan.
10. Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip label khusus
pada buku,obat dapat memberi peringatan tentang peringatan masalah yang potensial.
11. Cermati ekuivalen.Saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah terjadi.Contoh:di baca
milligram padahal mililiter.
Teknik Menutup Kembali Jarum dengan Satu Tangan Langkah Rasional Jangan pernah
menutup jarum kembali.Gunakan prosedur ini hanya bila sebuah wadah pembuangan benda
tajam tidak tersedia dan anda tidak dapat meninggalkan ruangan Cedera akibat tertusuk jarum
menempatkan tenaga perawat pada risiko terkena patogen yang ditularkan melalui
darah.Setelah menggunakan sebuah jarum, perawat kesehatan harus membuang benda yang
tajam ini ke wadah pembuangan terdekat yang sudah didesain Sebelum memberi injeksi,
tempatkan tutup jarum di atas benda padat yang tidak bergerak, misalnya tepi meja disisi
tempat tidur.Bagian tutup jarum yang terbuka harus menghadap ke wajah dan dalam
jangkauan tangan perawat yang dominan, atau jangkauan infeksi, atau jangkauan tangan.
Hal ini membuat perawat siap melakukan seluruh prosedur dengan cara yang aman.
Beri injeksi Hal ini memastikan pemberian obat.Tempatkan ujung jarum pada pintu masuk
tutup jarum. Dengan perlahan masukkan jarum ke dalam tutupnya Memaksa jarum masuk ke
dalam tutupnya dapat membuat jarum menjadi bengkok Begitu jarum berada di dalam
tutupnya, gunakan sebuah benda untuk menahan sehingga jarum dapat ditutup seluruhnya
Gunakan gerakan perlahan dan jangan pernah memaksa jarum ke dalam tutupnya Buang jarum
pada kesempatan pertama. Hal ini menjamin lingkungan yang aman untuk klien dan perawat 1.
3.3 Kesimpulan
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil
untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat
dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan .
DAFTAR PUSTAKA
Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009).Pharmacology for Nurses: A
Pathophysiologic Approach Vol. I. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Berman, A., Snyder,S.J.,
Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Bawelle, Selleya Cintya, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan
Pelaksanaaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage
Tahuna.ejournal keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1.Agustus
2013.http://binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361517912.pdf.(Diaksestanggal 29 April 2014).
Bayang, Andi Thenry., dkk. 2013.Faktor Penyebab Medication Error Di RSUD AnwarMakkatutu
Kabupaten Bantaeng.
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8 th Ed . New Jersey : Pearson
Prentice Hall Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for Nurses,
6e.Missouri : Saunders.