Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT

DISUSUN OLEH :
NAMA :RISKA AYU FITRIANI
NIM :1914401072

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


D.III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
1.1 Peran Perawat Dalam Memberikan Obat
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil
untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat
dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat.Perawat memiliki peran yang
utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien
untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap
obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang
pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain.
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :
1)        Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat denganmemperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberianpelayanan keperawatan.Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhanasampai dengan kompleks.
2)        Sebagai advokat klien
3)        Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & kelgdalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalampengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalammempertahankan & melindungi hak-hak
pasien meliputi:
-         Hak atas pelayanan sebaik-baiknya
-         Hak atas informasi tentang penyakitnya
-         Hak atas privasi
-         Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
-         Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian
4)        Sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkantingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehinggaterjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
5)        Sebagai coordinator.
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan sertamengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanankesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien
6)        Sebagai kolaborator.
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatanyang terdiri dari dokter,
fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanankeperawatan yang
diperlukan.
7)        Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakanperencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metodepemberian pelayanan keperawatan

1.2 Dasar Hukum


Jika memang tindakan medis berupa pemberian obat atau suntikan itu di luar wewenang
bidan atau perawat namun mereka diberikan pelimpahan itu, maka hal tersebut tidaklah
dilarang. Namun dengan ketentuan (lihat Pasal 65 ayat (3) UU Tenaga Kesehatan):
a.    tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang telah
dimiliki oleh penerima pelimpahan;
b.    pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan pemberi pelimpahan;
c.    pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang dilimpahkan sepanjang
pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan; dan
d.    tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk pengambilan keputusan sebagai dasar
pelaksanaan tindakan.
Mengenai tenaga kesehatan (bidan dan perawat) dapat memberikan pelayanan di luar
kewenangannya juga diatur dalam Pasal 63 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan:
 
“Dalam keadaan tertentu Tenaga Kesehatan dapat memberikan pelayanan di luar
kewenangannya.”
 
Dalam penjelasan Pasal 63 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan dikatakan bahwa yang dimaksud
"keadaan tertentu" yakni suatu kondisi tidak adanya tenaga kesehatan yang  memiliki
kewenangan untuk melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan serta tidak
dimungkinkan untuk dirujuk.
BAB II
2.1 Peran Perawat Sebelum Pemberian Obat
Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa identitas
pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas atau ditanyakan
langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang
lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan nama
generik. Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum obat
tersebut diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali.Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya
diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat.Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan Tugas
seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.

2.2 Peran Perawat Saat Pemberian Obat


Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan . 

2.3 Peran Perawat Setelah Pemberian Obat


Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis, cara/
rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu
tidak dapat dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan
dilaporkan kepada dokter untuk  tindakan selanjutnya
BAB III
3.1 Prinsip Pemberian Obat
1.        Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya.Jika pasien
tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau
kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.        Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang
kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat
kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat.Jika labelnya tidak terbaca,
isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat
harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3.        Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya.Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien.Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat
baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada
4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti ! 
4.        Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.Obat dapat diberikan
peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a) Oral , adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b) Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti

usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui
vena (perset / perinfus).
c) Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
d) Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang
(stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan
dalam bentuk supositoria.
e) Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat
secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk
asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5.    Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan,
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.    Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum,
harus dicatat.
3.2 Pencegahan Kesehalan dalam Pemberian Obat
1. Baca label obat dengan teliti. Banyak produk tersedia dalam kotak,warna dan bentuk
yang sama.
2. Pertanyakan  pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal. Kebanyakan dosis
terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Interprestasi
yang salah terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi yang
berlebihan.
3. Waspada obat-obatan bernama sama. Banyak nama obat yang terdengar sama(misalnya
digoxin dan digitoxin).
4. Cermati angka belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan
perkalian satu sama lain(contoh:tablet cumadin dalam tablet 2,5 dan 25mg).
5. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakan dosis di
programkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek teraupetik dan
responnya.
6. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di programkan,konsultasikan kepada
sumbernya. Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka resiko pemberian dosis
yang tidak akurat menjadi lebih besar.
7. Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak
resmi.Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat
yang sering di programkan.Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan
tersebut obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
8. Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat di baca.Apabila
ragu tanya ke dokter kesempatan terjadinya interprestasi kecuali,perawat
mempertanyakan program obat yang sulit di baca.
9. Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien,menyebutkan nama
lengkapnya,cermati nama yang tertera pada tanda pengenalan.
10. Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip label khusus
pada buku,obat dapat memberi peringatan tentang peringatan masalah yang potensial.
11. Cermati ekuivalen.Saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah terjadi.Contoh:di baca
milligram padahal mililiter. 

3.3 Keamanan dalam Pemberian Obat Injeksi


Cedera akibat tusukan jarum pada perawat merupakan masalah yang signifikan dalam
institusi pelayanan kesehatan dewasa ini. Ketika perawat tanpa sengaja menusuk dirinya sendiri
dengan jarum suntik yang sebelumnya masuk dalam jaringan tubuh klien, perawat beresiko
terjangkit sekurang kurangnya 20 patogen potensial. Perawat beresiko terkena cedera akibat
tusukan jarum suntik melalui salah satu dari cara berikut ini.
1. Meleset ketika mencoba kembali menutup jarum dan menusuk tangan anda yang
sebelah.
2. Anda kembali menutup jarum dan jarum menembus tutup itu.
3. Tutup jarum yang sudah dipasang lepas
4. Mencederai diri anda sendiri saat mengumpulkan kotoran yang ternyata berisi
instrumen tajam.

Teknik Menutup Kembali Jarum dengan Satu Tangan Langkah Rasional Jangan pernah
menutup jarum kembali.Gunakan prosedur ini hanya bila sebuah wadah pembuangan benda
tajam tidak tersedia dan anda tidak dapat meninggalkan ruangan Cedera akibat tertusuk jarum
menempatkan tenaga perawat pada risiko terkena patogen yang ditularkan melalui
darah.Setelah menggunakan sebuah jarum, perawat kesehatan harus membuang benda yang
tajam ini ke wadah pembuangan terdekat yang sudah didesain Sebelum memberi injeksi,
tempatkan tutup jarum di atas benda padat yang tidak bergerak, misalnya tepi meja disisi
tempat tidur.Bagian tutup jarum yang terbuka harus menghadap ke wajah dan dalam
jangkauan tangan perawat yang dominan, atau jangkauan infeksi, atau jangkauan tangan.
Hal ini membuat perawat siap melakukan seluruh prosedur dengan cara yang aman.
Beri injeksi Hal ini memastikan pemberian obat.Tempatkan ujung jarum pada pintu masuk
tutup jarum. Dengan perlahan masukkan jarum ke dalam tutupnya Memaksa jarum masuk ke
dalam tutupnya dapat membuat jarum menjadi bengkok Begitu jarum berada di dalam
tutupnya, gunakan sebuah benda untuk menahan sehingga jarum dapat ditutup seluruhnya
Gunakan gerakan perlahan dan jangan pernah memaksa jarum ke dalam tutupnya Buang jarum
pada kesempatan pertama. Hal ini menjamin lingkungan yang aman untuk klien dan perawat 1.

3.3 Kesimpulan

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil
untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat
dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan . 
DAFTAR PUSTAKA
Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009).Pharmacology for Nurses: A
Pathophysiologic Approach Vol. I. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Berman, A., Snyder,S.J.,
Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Bawelle, Selleya Cintya, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan
Pelaksanaaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage
Tahuna.ejournal keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1.Agustus
2013.http://binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361517912.pdf.(Diaksestanggal 29 April 2014).
Bayang, Andi Thenry., dkk. 2013.Faktor Penyebab Medication Error Di RSUD AnwarMakkatutu
Kabupaten Bantaeng.
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8 th Ed . New Jersey : Pearson
Prentice Hall Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for Nurses,
6e.Missouri : Saunders.

Anda mungkin juga menyukai