Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER)


PADA ANAK

Anggota Kelompok :

1. Angelica Dian PS 201711004


2. Maria Erlina Nggonde 201711027
3. Nandiati Aninda 201711038
4. Siti Wahyuni 201711050
5. Sri Rezeki Handayani 201711051

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa berkat
kasih dan karunia Nya, Kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) pada
Anak” dengan lancar dan tepat waktu. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak II.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan tepat
waktu.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, terutama bagi mahasiswa


/ mahasiswi STIK sint carolus untuk membantu menambah wawasan serta
ilmu pengetahuan.

Jakarta, 28 November 2019


BAB I

LATAR BELAKANG

ADHD (Attention Deficit Hypercvity Disorder) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh ketidakmampuan
memusatkan perhatian, hiperaktvitas dan impulsivitas yang terjadi pada lebih dari satu situasi,
dengan frekuensi lebih sering dan intensitas lebih berat dibandingkan dengan anak-anak
seusianya. (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Teori lainnya yang dapat mempengaruhi ADHD
adalah konsep keterlambatan perkembangan, ketidakmampuan memusatkan perhatian, rentang
perhatian pendek dan impulsif adalah karakteristik anak-anak dengan gangguan perkembangan.
Penelitian mengatakan bahwa karakteristik anak dengan ADHD tidak berubah seiring
pertambahan usia bahkan sampai usia dewasa (King,2000).

Prevalansi ADHD pada anak-anak berusia 4-17thn adalah 59% yang mewakili 54 juta
anak. Sejak saat itu tingkat diagnosis meningkat sekitar 2-3% dalam 6thn (Centers for Disease
control and prevention,2007). ADHD muncul pada masa kanak-kanak awal, biasanya mulai
timbul di usia 3 tahun. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan dengan
perbandingan 4:1.

ADHD pada anak dapat berdampak buruk pada kehidupan anak dimasa depan, sekitar
65-80% anak dengan ADHD akan memiliki gejala yang menetap hingga usia remaja (Forgey dan
DeJong, 2008). Sekitar 15-20% kasus ADHD menetap hingga usia dewasa. Gejala hiperaktivitas
umumnya menghilang, namun gejala penurunan rentang perhatian dan masalah pengendalian
impuls mungkin menetap. Seorang yang mengalami gangguan ADHD biasanya mengalami
kesulitan untuk berkonsentrasi pada satu hal dan sulit untuk duduk tenang, biasanya anak dengan
ADHD yang gejalanya menetap hingga masa remaja berisiko tinggi untuk mengalami gangguan
tingkah laku, sekitar 50% anak dengan gangguan tingkah laku akan mengalami gangguan
kepribadian antisosial dimasa dewasanya (Kaplan et al., 2010).

Penyebab pasti ADHD sampai sekarang belum diketahui, namun ada beberapa faktor
yang sering diajukan sebagai faktor risiko terjadinya ADHD yaitu faktor genetik, faktor fungsi
otak dan faktor lingkungan. Beberapa ada penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk anak
dengan ADHD yaitu secara farmakologi maupun perawatan.
TUJUAN

1. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak, serta untuk
mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan ADHD (Attention
Deficit Hyperactivive Disorder)
2. Tujuan Khusus
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahui mengenai anak dengan ADHD.
Setelah penyusunan makalah ini diharapkan penyusun dapat lebih memahami materi
mengenai anak ADHD, yaitu:
a. Untuk mengetahui definisi ADHD
b. Untuk mengetahui etiologi dan faktor risiko ADHD
c. Untuk mengetahui patologi dari ADHD
d. Untuk mengetahui klasifikasi dari ADHD
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari ADHD
f. Untuk mengetahui tumbuh kembang anak dengan ADHD
g. Untuk mengetahui kebutuhan khusus dari anak dengan ADHD
h. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang ADHD
i. Untuk mengetahui pencegahan untuk ADHD
j. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan
k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan anak dengan ADHD
BAB II

PEMBAHASAN TEORI

A. DEFINISI
ADHD mengacu kepada tingkat perkembangan yang kurang tepat, impulsif dan
hiperaktif (american psychiatric association). ADHD adalah gangguan neurobehavioral
yang umum di alami masa kanak-kanak dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Anak-anak dengan ADHD sangat berisiko mengalami gangguan prilaku,
gangguan memberontak, depresi, kecemasan dalam gangguan perkembangan seperti
bicara, ketrelambatan bahasa dan belajar dibanding anak tanpa ADHD (American
Academy of Pediatrics,2011)
ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder,
(Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan Disorder =
gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian
disertai hiperaktif.

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Penyebab utama ADHD masih belum diketahui, namun diperkiran dipengaruhi oleh
organik,genetik dan faktor lingkungan. Beberapa faktor risiko ADHD:
a) Faktor genetik (Keturunan)
Dari penelitian ditemukan bahwa faktor keturunan membawa peran sekitar 80%.
Dengan kata lain bahwa sekitar 80% dari perbedaan antara anak-anak yang
mempunyai gejala ADHD di kehidupan bermasyarakat akan ditentukan oleh faktor
genetik. Anak dengan orang tua riwayat keluarga dengan ADHD terutama ayah,
saudara laki-laki atau paman yang menyandang ADHD mempunyai 8 kali
kemungkinan mempunyai resiko mendapatkan anak ADHD, sampai sekarang belum
diketahui gen mana yang menyebabkan ADHD (Paternotte&Buitelaar, 2010:17).
b) Faktor Fungsi otak
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa secara biologis ada dua mekanisme di
dalam otak yaitu pengaktifan sel-sel saraf (Eksitasi) dan penghambat sel-sel saraf
(Inhibisi). Pada reaksi eksitasi sel-sel saraf terhadap adanya rangsangan dari luar
adalah melalui panca indra. Dengan reaksi inhibisi, sel-sel saraf akan mengatur bila
terlalu banyak eksitasi. Pada perkembangan seorang anak pada dasarnya
mengaktifkan sistem-sistem ini adalah perkembangan terbanyak. Pada anak kecil,
sistem pengereman atau sistem hambatan belumlah cukup berkembang setiap anak
balita bereaksi impulsif, sulit menahan diri, dan menganggap dirinya pusat dari dunia.
Umumnya sistem inhibisi akan mulai pada usia 2 tahun, dan pada usia 4 tahun akan
berkembang secara kuat. Tampaknya pada anak ADHD perkembangan sistem ini
lebih lambat, dan juga dengan kapasitas yang lebih kecil. Sistem penghambat atau
pengereman di otak bekerja kurang kuat atau kurang mencukupi. Dari penelitian juga
disebutkan bahwa adanya neuroanatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda antara anak
yang menyandang ADHD dan tidak (Paternotte&Buitelaar, 2010:19).
c) Faktor Lingkungan
Saat ini tidak lagi diperdebatkan apakan ADHD disebabkan oleh lingkungan
ataukah gen, namun sekarang lebih mengarah pada bagaimana hubungan atau
interaksi yang terjadi antara faktor genetik dan lingkungan. Dengan kata lain, ADHD
juga bergantung pada kondisi gen tersebut dan efek negatif lingkungan, bila hal ini
terjadi secara bersamaan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan penuh resiko.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan secara luas, termasuk lingungan
psikologis (relasi dengan orang lain, berbagai kejadian dan penanganan yang telah
diberikan), lingkungan fisik : (makanan,obat-obatan, menyinaran), lingkungan
biologis : ( cedera otak, radang otak, komplikasi saat melahirkan)
(Paternotte&Buitelaar, 2010:18).
d) Faktor Risiko Lainnya
 Faktor Risiko lainnya seperti beberapa anak mungkin memilki kekurangan atau
bahkan tidak adanya epinefrin, dopamin, dan serotonin. Neurotransmitter ini biasanya
terjadi/ada/bekerja ketika otak berkonsentrasi dan mempengaruhi tingkat aktvitas,
suasana hati dan kesadaran. di hipotesiskan bahwa anak-anak yang kekurangan
neurotransmitter mengalami kesulitan dalam belajar, membaca, matematika, bahasa
dan cenderung impulsif.
 Beberapa prilaku pola makan juga dipercaya mempengaruhi gejala seperti glukosa
(tidak/belum divalidasi) namun demikian anak-anak memang menunjukan
peningkatan gejala ketika mengkomsumsi coklat,susu sapi dan telur. Penelitian dari
konofal, lecendreux, arnulf, and colleagues, (2004) menungkapkan bahwa hubungan
zat besi juga mempengaruhi ADHD karena zat besi adalah coenzyme dari sintesis
dopamin.

C. PATOLOGI ADHD
Penelitian pada anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) menunjukkan
adanya penurunan volume kortexs prefrontal sebelah kiri, penemuan ini menunjukkan
bahwa gejala ADHD intensi, hiperaktif dan impulsivitas menggambarkan adanya
disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak khususnya cerebellum juga terkena.

D. KLASIFIKASI ADHD
Menurut kriteria diagnostic statistical manual (DSM) IV (1994) dalam Baihaqi (2008:8)
antara lain :
1) Kurang perhatian
Penderita ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih dari gejala-gejala
berikutnya dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan
yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
 Seringkali gagal memperhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau
membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-
kegiatan lainnya.
 Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-
tugas atau kegiatan bermain.
 Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung
 Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagal dalam menyelesaikan
pekerjaan sekolah, pekerjaan atau tugas di tempat kerja (bukan disebabkan karena
perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti instruksi)
 Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan
 Seringkali kehilangan benda/barang penting untuk tugas-tugas dan kegiatan,
misalnya kehilangan permainan, kehilangan tugas sekolah, kehilangan pensil,
buku dan alat tulis lainnya
 Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-
tugas yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti menyelesaikan
pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah
 Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, dan
 Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari

2) Hiperaktivitas Impulsifitas
Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas
berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan yang
maladaptif dan tidak dengan tingkat perkembangan.
a) Hiperaktivitas
 Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dan sering menggeliat di
kursi
 Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya
dimana diharapkan agar anak tetap duduk.
 Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi dimana hal ini
tidak tepat, (pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah
yang subjektif).
 Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan
senggang secara tenang.
 Sering „bergerak‟ atau bertindak seolah-olah „dikendalikan oleh motor‟
 Sering berbicara berlebihan
b) Impulsifitas
 Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai
 Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran
 Mereka sering menginterupsi atau menggangu oranglain, misalnya memotong
pembicaraan atau permainan
 Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang
menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun
 Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/situasi
 Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial,
akademik atau pekerjaan
 Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau
gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh
gangguan mental lainnya.

E. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang sering ditemukan pada anak ADHD antara lain sebagai berikut :
 Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.
 Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
 Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
 Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau keadaan
di dalam suatu kelompok
 Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang belum selesai disampaikan
 Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
 Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-
aktivitas bermain
 Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya
 Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
 Sering berbicara secara berlebihan.
 Sering menyela atau mengganggu orang lain
 Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
 Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan-
kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).

F. TUMBUH KEMBANG ANAK DENGAN ADHD


Taraf kecerdasan anak dengan ADHD pada umunya bervariasi dari di bawah rata-
rata maupun lebih tinggi. Anak dengan ADHD cenderung memiliki skor rendah pada
subtes WISC dari peringkat terendah, yaitu object assembly, picture arrangement,
information, comprehension, digit span, dan blok design. Dengan berbagai keterbatasan
tersebut anak dengan ADHD mengalami masalah prilaku, sosial, kognitif, akademik dan
emosional serta mengalami hambatan dalam mengaktualisasikan potensi kecerdasan.
Aktivitas dan kegelisahan pada anak dengan ADHD menghambat kemampuan
mereka disekolah biasanya mereka tidak akan bisa duduk dengan tenang, gelisah dan
bergerak-gerak dikursi, menganggu kegiatan orang yang disekitarnya, mudah marah dan
dapat melakukan prilaku yang berbahaya seperti berlari ke jalan tanpa melihat keadaan
dijalan terlebih dahulu.
Biasanya cara anak ADHD menunjukkan dirinya bergantung faktor yang
berhubungan dengan usia dan profil kesulitan tertentu. Informasi ini dapat membantu
dalam melakukan identifikasi. Adapun aspek-aspek tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:

Pengaruh anak dengan ADHD terhadap pendidikan:

 tidak dapat segera memulai suatu kegiatan

 prestasi kurang

 bekerja terlalu lambat atau cepat

 melupakan instruksi atau penjelasan

 tidak melakukan tugas

 selalu meninggalkan benda-benda samapai menit terakhir

 selalu bingung

 menangguhkan pekerjaan

 motivasi yang kurang

 kesulitan mengerjakan tugas

 menghindari teman, berperilaku kacau.


Pengaruh anak dengan ADHD terhadap perilaku:
 menuntut

 turut campur dengan orang lain

 mudah frustasi

 kurang mengendalikan diri

 tidak tenang/gelisah

 lebih banyak bicara

 suka menjadi pemimpin dan mudah berubah pendiran

 mengganggu, cenderung untuk mendapat kecelakaan

 mudah bingung, mengalami hari-hari baik dan buruk.

Pengaruh anak dengan ADHD terhadap aspek sosial:


 mementingkan diri sendiri, egosentris
 cemas, kasar dan tidak peka
 tidak dewasa
 harga diri rendah
 keras/tenang, membuat keributan
 tidak berfikir panjang
 menarik diri dari kelompok
 sering brperilaku tanpa perasaan
 tidak mau menunggu giliran.

G. KEBUTUHAN KHUSUS ANAK DENGAN ADHD


Anak dengan ADHD mengalami kesulitan untuk melakukan proses tindakan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Keadaan ini menuntut pengaturan yang
memungkinkan anak dapat mengontrol diri dalam segala perbuatannya. Selain itu setiap
perlakuan yang diberikan pada anak ADHD membutuhkan umpan balik yang segera dan
konsisten. Hal ini penting untuk memperkuat tingkah laku yang dikehendaki dan
menghindarkan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hal tersebut, maka
terdapat beberapa hal yang dibutuhkan anak ADHD, yaitu: Kebutuhan pengendalian diri
dan Kebutuhan belajar.
Kebutuhan pengendalian diri lebih berkaitan dengan mengurangi atau
menghilangkan hyeraktivitas, meningkatkan rentang perhatian, dan pengendalian
impulsivitas. Oleh karena itu yang dibutuhkan anak ADHD,yaitu:

 Rutinitas, struktur dan konsistensi


Untuk terpenuhinya rutinitas, struktur dan konsisten, perlu dibuat jadwal harian
dalam bentuk visual dan tempelkan di tempat yang mudah dilihat. Bila ada
perubahan, beritahu sebelumnya. Tetapkan peraturan secara jelas beserta
konsekuensinya bila anak melanggar peraturan tersebut. Konsistensi dalam penerapan
disiplin, pemberian reward bagi tingkah laku positif dan penerapan konsekuensi atau
hukuman haruslah konsisten agar anak tidak bingung.
 Fokuskan pada hal-hal positif
Untuk meningkatkan rasa percaya diri anak, beri perhatian lebih pada keunggulan
anak dan saat-saat ia melakukan tingkah laku positif. Berikan reward dan
penghargaan atas usaha-usaha yang telah ia lakukan walaupun hasilnya belum
memuaskan. Temukan aktivitas-aktivitas yang disukai anak dan kembangkan
kemampuan anak secara optimal agar dapat dibanggakan.
 Penjelasan yang sederhana dan singkat
Agar anak dapat memahami apa yang disampaikan orang lain, penjelasan harus
diberikan dengan kata-kata sederhana, singkat, dan dalam situasi yang tenang.
Penting untuk menarik perhatian anak sebelum memulai penjelasan. Pastikan bahwa
ia mendengarkan perkataan orang lain dan tidak sedang melamun atau asik
melakukan aktivitas tertentu. Amat disarankan untuk menggunakan nada suara datar,
monoton, dan tegas bila berbicara dengan anak.
 Hindari argumentasi dan eskalasi
Untuk menghindari konflik yang berlarut-larut, sedapat mungkin hindarilah
argumentasi. Beri perintah atau larangan dengan singkat dan tegas. Abaikan saja
komentar-komentar protes dari anak, jangan terlalu banyak memberikan penjelasan
karena justru akan menimbulkan argumentasi. Yang penting adalah menjelaskan
konsekuensi dari pilihan anak: bila ia memilih mengikuti perintah, maka ia akan
memperoleh reward; sementara kalau ia memilih menolak, maka yang diperoleh
adalah konsekuensi negatif.
 Abaikan hal-hal yang tidak penting
Kita perlu menyadari bahwa anak ADHD tidak mungkin dituntut untuk
berperilaku teratur dan selalu mentaati norma-norma sosial. Buatlah daftar tentang
tingkah laku yang menjadi prioritas dalam kehidupan anak seperti misalnya mampu
menghindarkan diri dari bahaya, tidak bertindak agresif, mengerjakan tugas sebaik
mungkin. Hal-hal lain yang tidak menjadi prioritas sebaiknya tidak terlalu dijadikan
masalah sehingga anak tidak frustasi.
Peningkatan Kebutuhan Belajar, yaitu dengan cara:
 Anak ADHD seperti anak pada umumnya membutuhkan pengembangan diri yaitu
melalui belajar. Karena hambatan yang dialaminya pemenuhan kebutuhan akan
belajar pada anak ADHD tidak semulus pada anak umumnya. Tanpa bantuan yang
dirancang secara khusus akan sulit bagi anak untuk bisa belajar secara optimal. Ia
akan kesulitan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Padahal secara umum
potensi kecerdasannya relatif baik, bahkan sama seperti anak pada umumnya.
 Untuk memenuhi kebutuhan belajar anak ADHD tidaklah mudah, dibutuhkan
pengetahuan dan keterampilan yang lebih. Dan yang paling mendasar adalah
ketangguhan , kesungguhan , dan kesabaran dalam membantu anak belajar yang
memang lain dari yang lain. Oleh karena itu penting terutama bagi orang tua dan guru
bekerjasama dan mencari cara-cara terbaik untuk dapat memilih berbagai strategi
pembelajaran yang sesuai bagi anak.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ADHD


 Skiring DDTK
Dilakukan Skrining DDTK (deteksi dini tumbuh kembang) pada anak pra sekolah
dengan ADHD, tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya
gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36
bulan ke atas. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan
tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan
guru TK. Keluhan tersebutdapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah
ini:
 Anak tidak bisa duduk tenang
 Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
 Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
 Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan
Perhatian danHiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale)
yaituFormulir yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada
orangtua / pengasuh anak / guru TK dan pertanyaan yang perlu
pengamatan pemeriksa.
 Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
-Pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilakuyang
tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua / pengasuh
anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
-Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH
-Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak
berada,missal ketika di rumah, sekolah, pasar, took, dll. Setiap saat dan ketika
anak dengan siapa saja.
-Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama
dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah
dijawab.
 Interpretasi :
Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
Nilai 3 : jiak keadaan tersebut selalu ada pada anak.Beri nilai total 13 atau lebih
anak kemungkinan dengan ADHD.
 Intervensi :
 Anak dengan kemungkinan ADHD perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang
memiliki : fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi
lebih lanjut.
 Beri nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan
ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepadaorang-orang terdekat
dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru,dsb).

ADHD Menurut Doenges, 2007 pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan
ADHD antara lain :

 Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang


memperberat masalah
 Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organic.
 Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa.

I. PENCEGAHAN ADHD
 Skrining DDTK pada ADHD
 Perawatan saat hamil ( hindari obat – obatan dan alkoholic ) untuk orang tua
 Asupan nutrisi yang seimbang
 Berikan rutiitas yang tersturktur ( membantu anak untuk mematuhi jadwal yang
teratur )
 Manajemen perilaku (dapat mendorong anak untuk fokus pada apa yang
mereka lakukan )

J. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN PERAWATAN


Penatalaksanaan Pengobatan secara Medis
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai
pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan
melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial antara
lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin
tertentu. obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain :

Obat Dosis (mg/hari) Pertimbangan Keperawatan


Metilfenidat (Ritalin) 10-60 dalam 3 atau 4 dosis yang Pantau supresi nafsu makan yang
terbagi turun, atau keterlambatan
pertumbuhan; berikan setelah
makan; efek obat lengkap dalam 2
hari
Dekstroamfetamin (Dexedrine) 5-40 dalam 2 atau 3 dosis yang Pantau adanya insomnia; berikan
Amfetamin (Adderall) tebagi setelah makan untuk mengurangi
efek supresi nafsu makan efek
obat lengkap dalam 2 hari

Pemolin (Cylert) 37,5-112,5 dalam satu dosis harian Pantau peningkatan tes fungsi hati
dan supresi nafsu makan; dapat
berlangsung 2 minggu untuk
mencapai efek obat yang lengkap

Penatalaksanaan Keperawatan
 Hentikan perilaku yang tidak aman
 Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima
 Berikan pengawasan yang ketat untuk menghindari risiko cedera saat anak sedang
hiperaktif
 Meningkatkan performa peran dengan cara :
a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan
b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari distraksi
untuk menyelesaikan tugas)
 Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a. Dapatkan perhatian penuh anak
b. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil
c. Izinkan beristirahat
 Mengatur rutinitas sehari-hari
a. Tetapkan jadual sehari-hari
b. Minimalkan perubahan
 Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan perasaan
dan frustasi orang tua
 Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD, anak dengan
ADHD dianjurkan diet rendah gula supaya energi anak tidak berlebihan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN POLA GORDON


1. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARA KESEHATAN
1. Kaji masa gestasi
2. Kaji riwayat penyakit ibu dan ayah
3. Kaji riwayat penyakit anak
4. Kaji riwayat pengobatan anak
5. Kaji riwayat imunisasi
6. Tanyakan kepada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera otak.
7. Kaji apakah anak mengalami Perubahan suasan hati yang yang
mendadak/impulsive.
2. POLA NUTRISI METABOLIK
1. Kaji apakah ada penurunan berat badan pada anak
2. Kaji nafsu makannya apakah mengalami anoreksia
3. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Kaji apakah anak tidak bisa duduk tenang.
2. Kaji Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah.
3. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi dimana hal ini
tidak tepat,
4. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Kaji apakah saat tidur suka terbangun
5. POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Kaji apakah anak ada gangguan koordinasi
2. Kaji apakah anak sulit untuk berkonsentrasi
6. POLA PERAN DAN HUBUNGAN
1. Kaji apakah anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan
membina hubungan dengan teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan
impulsivitas.
2. Kaji hubungan dengan orang tua apakah anaknya sulit diatur
B. DIAGNOSA DAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1
Risiko Cedera b.d Hiperaktivitas dan prilaku impulsive
Hasil yang diharapkan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien tidak
melukai diri sendiri dengan kriteria hasil:
1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat dimana pasien merasa tidak perlu melakukan
agresi.
2. Anak mencari bantuan kepada orangtua, perawat ataupun orang yang lebih tua untuk
mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari prilaku
maladaptive diri sendiri
Rencana Tindakan dan Alasan Tindakan:
1. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan
interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan
R/ Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan
yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang
lain
2. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan-perasaan
tersebut sebagai miliknya sendiri. Dengan menganjurkan ortu membuat buku catatan
kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan
R/ Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan persepsi
anak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan
juga respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif.
3. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak
R/ Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan.
4. Usahakan untuk bisa tetap dalam pengawasan jika tingkat kegelisahan dan tegangan
mulai meningkat
R/ Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat-obatan stimulan sistem saraf otak. Pantau
kefektifan obat-obatan dan efek efek samping yang merugikan
R/ Obat-obatan stimulan yang digunakan untuk ADHD misalnya metilfenidat membantu
membantu meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi, tetap fokus pada suatu
aktivitas, dan mengendalikan masalah perilaku.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 2

Isolasi Sosial menarik diri b.d harga diri rendah sekunder terhadap prestasi yang buruk.

Hasil yang diharapkan:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24jam anak dapat mengembangkan hubungan
dengan orang lain atau anak lain dengan kriteria hasil :

1. Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima ketika berinteraksi dengan teman
atau anggota keluarga
2. Berhasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan
3. Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugas secara mandiri
4. Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan tidak diingatkan

Rencana Tindakan dan Alasan Tindakan:

1. Kaji faktor yang memperburuk perilaku klien


R/ mengetahui masalah yang memperburuk dan mempengaruhi perilaku klien
2. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan lingkungan yang bebas dari distraksi
R/ mengetahui kemampuan klien untuk menghadapi stimulus eksternal tidak terganggu
3. Berikan stimulus kemudian pujian ketika anak melakukan kegiatan serta hindari
mengkritik anak didepan orang lain
R/ membuat anak nyaman dan ingin melakukan tindakan kembali
4. Informasikan kepada keluarga untuk memperhatikan anak ketika mengerjakan tugas
serta membantu anak untuk berpendapat
R/ menstimulus anak agar percaya diri
5. Edukasi keluarga untuk memberikan dampingan dan support
R/ pasien mampu mengembalikan kepercayaan dirinya kembali
6. Anjurkan kepada keluarga untuk menggunakan bahasa yang sederhana dan memberikan
petunjuk yang kongkreat
R/ kemampuan klien dalam memahami intruksi yang lebih mudah
7. Kolaborasi dengan ahli psikologi dalam menstimulus anak
R/mengurangi dmpak isolasi dan membuat anak mmpu bersosialisasi kembali

DIAGNOSA KEPERAWATAN 3
Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak adekuat.
Hasil yang diharapkan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien mampu:
1. Anak mampu penundaan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk
menipulasi orang lain.
2. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara
sosial
3. Anak mampu mengungkapkan kemampuan kemampuan koping alternatif yang dapat
diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk
menggunakannya sebagai respons terhadap rasa frustasi

Rencana Tindakan dan Alasan Tindakan:


1. Kaji apakah sasaran-sasarannya adalah realistis
R/ Hal ini penting untuk pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk
aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk suksesadalah mungkin dan kesuksesan
ini dapat meningkatkan harga diri anak.
2. Temani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam
mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang melihatnya
sebagai negatif.
R/ Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan
rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal
yang negatif.
3. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dan keluarga dalam menghadapi rasa
takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan
melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang
berhasil dan penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan
R/ dapat meningkatan harga diri pasien.
4. Kolaborasi
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam


peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak
lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah,
tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap
seperti sedang duduk maupun sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan
adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan dan suka menganggu orang disekitarnya. Ciri
utama dari ADHD yakni: gangguan pemusatan perhatian (inattention), gangguan pengendalian
diri (impulsivitas) dan gangguan dengan aktivitas yang berelebihan (hiperaktivitas).

Anak dengan ADHD bisa diakibatkan dari faktor genetik, faktor fungsi otak, faktor
lingkungan dan faktor lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan khusus anak dengan ADHD
dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih, serta ketangguhan dan kesabaran dalam
membantu anak belajar dan memusatkan perhatiannya. Penting bagi orangtua dan guru untuk
bekerjasama dan mencari cara-cara terbaik untuk memilih strategi belajar yang sesuai bagi anak.
Kegagalan dalam belajar pada anak dengan ADHD lebih disebabkan karena anak mengalami
kesulitan mengendalikan diri dan dorongan-dorongan emosional yang muncul seperti tindakan
impulsivitas yang sering mengganggu lingkungan belajar.

SARAN

1. Bagi Mahasiswa dan Masyarakat


Bagi mahasiswa dengan mengetahui adanya gangguan ADHD atau bisa disebut dengan
gangguan kesulitan berkonsentrasi disertai dengan hiperaktivitas pada anak, diharapkan
mahasiswa mampu mempelajari gangguan ini secara mendalam sehingga dapat
memberikan edukasi kepada kehidupan masyarakat dan menerapkannya didalam
kehidupan sehari-hari. Peran masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung dan
membentuk kondisi sosial yang baik dan kondusif untuk anak dengan ADHD.
2. Bagi Orangtua
Bagi orangtua yang mempunyai anak dengan ADHD atau bisa disebut dengan gangguan
kesulitan berkonsentrasi dan hiperaktif, diharapkan mampu memberikan perhatian lebih
terhadap perkembangan anak dan mendukung serta membimbing anak dalam terapi
pembelajarannya. Dengan adanya perhatian dan dukungan yang lebih dari orangtua, hal
tersebut mampu meningkatkan pembelajaran anak dan daya konsentrasinya dapat lebih
efektif sehingga anak dapat berkembang lebih baik lagi.

3. Bagi Sekolah
Bagi sekolah setelah mengetahui hal-hal yang bersangkutan dengan ADHD, diharapkan
pihak sekolah dan tenaga pengajar mampu mengetahui gejala-gejala dari ADHD pada
anak sejak awal sehingga pihak sekolah dan tenaga kesehatan mampu memberikan
penanganan khusus yang baik dalam proses pembelajarannya. Pengaturan kondisi kelas
yang tenang dan sedikit stimulus diperlukan supaya anak dengan ADHDlebih dapat
memusatkan perhatiannya terhadap tugas yang diberikan serta memberikan instruksi
yang jelas sangat perlu untuk mengarahkan akan dalam berkonsentrasi secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Bibi Leila Hoseini, M. A. (2014). Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) in Children. Short Review
and Literatur.Iran.International Journal of Pediatrics.

budiana, D. e. (2012). Efektifitas penerapan terapi permainan sosialisasi untuk menurunkan prilaku
implusif pada anak dengan attention deficit huperactivity Disorder (ADHD). Surabaya: Program
studip psikologi universitas negri surabaya .

CDC. (2019). Attention Deficit Hyperactivity Disorder. USA Departement of Health.

hatinigsih, N. (2013). .Play terapi untuk meningkatkan konsentrasi pada anak attention deficit
hiperactivity Disorder. universitas muhamadiyah malang.

Health Service . (2018). Attention Deficit Hyperactivity Disorder. UK.

Hockenberry. (2015). Wong's Nursing Care of Infant and Children. Canada: Elsevier.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.

Sugiarmin, M. (2007). BUKU BAHAN AJAR ANAK ADHD. Pendidikan Luar Biasa.

Waren, m. (2019). Attention Deficit Hyperactivity Disorder. StatPearls Publishing.

Anda mungkin juga menyukai