Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PROFESI (KDP)

OLEH :

WILLY MUTIARA IDRA,S.KEP


2008149010094

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
2020/2021
A. Pengertian Terapi Oksigenasi
Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali
bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi.
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen
dalam udara ruangan adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan
transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya
bernafas dan mengurangi stres pada miokardium.
Tujuan terapi oksigenasi :
1) Mengembalikan PO2 arterial pada batas normal.
2) Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan secara adekuat.
3) Mengembalikan frekuensi pernapasan dalam batas normal.
B. Etiologi
1) Hiperventilasi
2) Hipoventilasi
3) Deformitas tulang dan dinding dada
4) Nyeri,cemas
5) Kelelahan
6) Kerusakan neuromuscular
7) Kerusakan muskoloskeletal
8) Kerusakan kognitif / persepsi
9) Obesitas imaturitas neurologis
10) Kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-
alveoli.
C. Tanda dan Gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas
tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung),
dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh
menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman),
hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi,
irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).
D. Indikasi Terapi Oksigen.
Muttaqin (2005) menyatakan bahwa indikasi utama pemberian terapi
O2 sebagai berikut :
1) Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah
2) Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap
keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan
serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan
3) Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang
adekuat.
E. Metoda pemberian terapi oksigen
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik:
1) Sistem aliran rendah
Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang
bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume
tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk
klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola
pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml
dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit (Harahap, 2005).
Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter nasal, kanula
nasal, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong
rebreathing, sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a. Kateter nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan
pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara,
murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter
penghisap. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2lebih
dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada
kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi
selaput lendir nasofaring, aliran lebih dari 6 L/mnt dapat
menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung,
kateter mudah tersumbat (Harahap, 2005).
b. Kanul nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas
makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien. Kerugian
tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai
O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena
kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lender (Harahap,
2005).
c. Sungkup muka sederhana
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 5-8. Keuntungan
konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan
sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
aerosol. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang
dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran
rendah (Harahap, 2005).
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lender. Kerugian Tidak dapat memberikan
O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan
penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat (Harahap, 2005).
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan
konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.  Kerugian kantong O2 bisa
terlipat (Harahap, 2005).
2) Sistem aliran tinggi
Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat
menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun
contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari
tabung akan menuju ke sungkup kemudian dihimpit untuk mengatur
suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibat udara luar dapat
diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara
pada alat ini ± 4–14 L/mnt dan konsentrasi 30 – 55% (Harahap, 2005).
F. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguang Oksigenasi
1. Pengkajian
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan , adanya
faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan oksigen.
b. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi karena
ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi, mengalami
kelemahan otot pernafasan.
c. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan
berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
d. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi  seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan oksigen yang banyak.
Orang yang biasa olahraga, memiliki peningkatan aktivitas metabolisme
tubuh dan kebutuhan oksigen.
e. Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.
f. Pola persepsi-kognitif
g. Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu
atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien.
h. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan, situasi
keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/ kurus).
i. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki kebiasaan
merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.
j. Keyakinan dan nilai
k. Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya
pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Ketidakefektifan pola nafas
DIAGNOSA OUTCOME INTERVENSI
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakanNIC: Airway suctioning
bersihan jalan keperawatan 3x24 jam, kepatenan jalanTentukan kebutuhan suction oral
napas nafas, dengan kriteria hasil dan atau tracheal
1. Tidak mengalami demam (5) Auskultasi suara nafas sesudah dan
2. Tidak mengalami kecemasansebelum melakukansuction
(5) Informasikan kepada klien dan
3. Tidak tersedak (5) keluarga tentang suction
4. Memiliki RR dalam batasGunakan universal precaution
normal (4) (maske, sarungtangan)
5. Memiliki irama pernafasan yangPasang nasal kanul selama
normal (4) dilakukan suction
6. Mampu mengeluarkan sputumMonitor status oksigen pasien
dari jalan nafas (4) (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status
7. Bebas dari suara nafashemodinamik (tingkat MAP [mean
tambahan(4) arterial pressure] dan irama
jantung) segera sebelum, selama
dan setelah suction
Perhatikan tipe dan jumlah sekresi
yang dikumpulkan

NIC: Airway management
Gangguan Setelah dilakukan tindakan a. Posisikan klien untuk
pertukaran gas keperawatan 3x24 jam, status memaksimalkan potensi
respiratori: pertukaran gas dengan ventilasinya.
indikator: b. Identifikasi kebutuhan klien
1. Status mental dalam batas normal akan insersi jalan nafas baik
(5) aktual maupun potensial.
2. Dapat melakukan napas dalam c. Lakukan terapi fisik dada
(5) d. Auskultasi suara nafas,
3. Tidak terlihat sianosis (5) tandai area penurunan atau
4. Tidak mengalami somnolen (4) hilangnya ventilasi dan
5. PaO2 dalam rentang normal (4) adanya bunyi tambahan
6.  pH arteri normal (4) e. Monitor status pernafasan
7. Ventilasi-perfusi dalam kondisi dan oksigenasi, sesuai
seimbang (4) kebutuhan

NIC: Respiratory monitoring
a. Monitor rata-rata, irama,
kedalaman dan usaha
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan respirasi
pola nafas keperawatan 3x24 jam, status respirasi: b. Perhatikan pergerakan dada,
ventilasi dengan indicator amati kesemetrisan,
1. Respiratory Rate (5) penggunaan otot-otot
2. Ekspansi dinding dada simetris aksesoris, dan retraksi otot
(5) supraklavikuler dan
3. Mampu melakukan inspirasi intercostal
dalam (5) c. Monitor pola pernafasan:
4. Tidak mengalami dispnea (5) bradipneu, takipneu,
5. Tidak mengalami ortopnea (5) hiperventilasi,
6. Auskultasi bunyi nafas dalam respirasiKussmaul,
rentang normal (5) respirasi Cheyne-Stokes
d. Monitor peningkatan
ketidakmampuan istirahat,
kecemasan, dan haus udara,
perhatikan perubahan pada
SaO2, SvO2, CO2 akhir-tidal,
dan nilai gas darah arteri
(AGD), dengan tepat
e. Monitor kualitas dari nadi
f. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Harahap. (2005). Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperwatan


Rufaidah Sumatera Utara Volume 1
NANDA. 2018-2020. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai