Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan


atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Sakit dan dirawat di
rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Anak yang dirawat di rumah
sakit akan mudah mengalami krisis dan masalah seperti anak mengalami stress, dan anak
mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping. Reaksi anak dalam
mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman
sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, system dukungan (support system) yang
tersedia, serta ketrampilan koping dalam menangani stress (Wong, 2009). Hospitalisasi
juga menimbulkan beberapa dampak pada anak di antaranya seperti dapak perpisahan,
kehilangan control, sakit/nyeri, dan beberapa akibat dari dampak hospitalisasi tersebut
ialah anak merasa putus asa, menimbulkan reaksi protes, tidak kooperatif, depresi (Wong,
2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cemas pada anak yang dirawat dirumah
sakit, antara lain: akibat perubahan status kesehatan maupun lingkungan dalam kebiasaan
sehari-hari, keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun
kejadian-kejadian yang bersifat menekan (Whaley & Wong, 1998 dalam Nursalam,
2005).Terapi Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Adriana, 2011). Ada
beberapa fungsi bermain di rumah sakit antara lain: mengenalkan pada anak pada
lingkungan dan keadaan yang asing, mengajarkan untuk bisa membuat keputusan dan
control, untuk mengurangi stress dan cemas, untuk mengurangi nyeri, mengenalkan
tentang tujuan dan penggunaan alat medis (Wong, 2004).Sesuai dengan hasil
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti jumlah populasi anak di RSUD Pandan Arang
Boyolali selama 3 bulan terakhir berjumlah 39 orang yang berusia 4-6 tahun. Dan sesuai
dengan hasil observasi yang sudah dilakukan di ruang anak RSUD Pandan Arang
Boyolali untuk keadaan anak usia presekolah yang dirawat kebanyakan mengalami
kecemasan yang ditandai dengan selalu rewel, susah untuk tidur, jika ada perawat yang
mendekati untuk melihat keadaan ataupun melakukan tindakan anak selalu menangis
ketakutan, dan untuk anak usia sekolah kecemasannya ditandai dengan anak selalu diam,
tidak kooperatif, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang terapi
bermain. Untuk itu peneliti mengambil judul “Pengaruh terapi bermain gelembung super
terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Hospitalisasi


2. Apa saja reaksi anak yang mengalami Hospitalisasi
3. Apa stressor dan reaksi keluarga sehubungan dengan Hospitalisasi anak
4. Apa prinsip dan intervensi keperawatan Hospitalisasi

1.3 Tujuan Penulis

1. Mengetahui pengertian Hospitalisasi


2. Mengetahui reaksi anak yang mengalami Hospitalisasi
3. Mengetahui stressor dan reaksi keluarga sehubungan dengan Hospitalisasi anak
4. Mengetahui prinsip dan intervensi keperawatan Hospitalisasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hospitalisasi pada Anak

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat
di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan
lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor
stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2000).

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan
perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah
besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2004). Hospitalisasi
juga dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab
anak dirawat di rumah sakit (Stevens, 1999).

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi adalah


suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang mengharuskan anak
dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat
menyebabkan beberapa perubahan psikis pada anak.

Perubahan psikis terjadi dikarenakan adanya suatu tekanan atau krisis pada anak.
Jika seorang anak di rawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami
krisis yang disebabkan anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status
kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak
mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi
masalah maupun kejadian kejadian yang sifatnya menekan (Nursalam, Susilaningrum,
dan Utami, 2005).

2.1.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak


a) Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan
dan diawali oleh situasi asing,binatang buas
b) Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
c) Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
d) Prosedur yang menyakitkan
e) Takut akan cacat atau mati.
f) Berpisah dengan orang tua dan sibling

2.1.2 Stressor pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak
(Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2005). Jika seorang anak dirawat di rumah
sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stres
akibat perubahan yang dialaminya,yaitu :

a. Perubahan status kesehatan anak


b. Perubahan lingkungan
c. Perubahan kebiasaan sehari-hari

Berbagai perasaan yang muncul pada anak yang mengalami hospitalisasi yaitu :
 Cemas
 Marah
 Sedih
 Takut
 Rasa bersalah

Untuk mengurangi dampak rawat nginap di rumah sakit, peran perawat sangat
berpengaruh dalam mengurangi ketegangan anak. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengurangi dampak stress hospitalisasi antara lain :
a. Meminimalkan dampak perpisahan.
Respon perilaku anak akibat perpisahan di bagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
protes ( phase of protest), tahap putus asa (phase of despair), dan tahap menolak
(phase of denial).
b. Mengurangi kehilangan kontrol.
c. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri.

Seorang anak yang menginap di rumah sakit dapat mengalami kecemasan akibat
kehilangan kendali atas dirinya. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan
kehilangan kebebasan dalam mengembangkan otonominya. Anak akan bereaksi negatif
terhadap ketergantungan yang dialaminya, terutama anak akan menjadi cepat marah dan
agresif (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2005).
Seseorang yang mengalami kecemasan memiliki rentang respon dan tingkatan yang
berbeda-beda. Menurut Suliswati (2005), ada empat tingkat kecemasan yang dialami
individu, yaitu

a) Kecemasan ringan (mild anxiety)


Apabila dalam kehidupan sehari-hari seseorang kelihatan waspada ketika terdapat
permasalahan. Pada kategori ini seseorang dapat menyelesaikan masalah secara efektif
dan cenderung untuk belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
Tanda dan gejala:
- perasaan agak tidak nyaman
- gelisah
- imnsomnia ringan akibat perubahan pola perilaku
- perubahan nafsu makan ringan.

b) Kecemasan sedang (moderat anxiety)


Biasa terlihat pada seseorang adalah menurunnya penerimaan terhadap rangsangan dari
luar karena individu cenderung fokus terhadap apa yang menjadi pusat perhatiannya.
Tanda dan gejala
- berfokus pada lingkungan
- konsentrasi hanya pada tugas individu
- jumlah waktu yang digunakan dalam mengatasi masalah bertambah
- terjadi takipneu,takikardi,
- terjadi peningkatan ketegangan otot karena tindakan fisik yang berlebihan

c) Kecemasan berat (severe anxiety)


Lahan persepsi seseorang sangat menyempit sehingga perhatian seseorang hanya bisa
pada hal-hal yang
kecil dan tidak bisa berfikir hal lainnya.
Tanda dan gejala
- mengalami perasaan terancam
- terjadi perubahan pernafasan
- perubahan gastrointestinal
- perubahan kardiovaskuler
- kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi
d) Panik (panic)
Merupakan tahap kecemasan yang paling berat. Pada kategori ini, biasanya seseorang
tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Tanda dan gejala
- hiperaktifitas atau imobilisasi berat
- Merasa lemah
- Jantung berdetak kencang
- Merasa mengigil berkeringat

2.1.3 Faktor faktor Penyebab Stress Hospitalisasi Pada Anak


1. Lingkungan
Saat dirawat di Rumah Sakit klien akan mengalami lingkungan yang baru
bagi dirinya dan hal ini akan mengakibatkan stress pada anak.
2. Berpisah dengan keluarga
Klien yang dirawat di Rumah Sakit akan merasa sendiri dan kesepian,jauh
dari keluarga dan suasana rumah yang akrab dan harmonis.
3. Kurang informasi
Anak akn merasa takut karena dia tahu apa yang akan dilakukan perawat
atau dokter.anak yang tidak tahu tentang penyakit nya dan kuatir akan
akibat yang mungkin timbul karena penyakitnya.
4. Masalah pengobatan
Anak takut akan prosedur pengobatan yang akan dilakukan,karena anak
merasa bahwa pengobatan yang akan diberikan itu akan menyakitkan.

Dengan mengerti kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya dan


mampu memenuhi kebutuhan tersebut,perawat dapat mengurangi stress akibat
hospitalisasi dan dapat meningkatkan perkembangan anak kearah yang normal.(Whaley
& Wong’s, 1999).
2.2 Reaksi Anak yang Mengalami Hospitalisasi

Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan
anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan
kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah
kecemasan karena perpisahan,kehilangan,perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.
Berikut reaksi anak berdasarkan usia perkembangannya :
a. Infant
 Cemas akibat perpisahan dengan orang tua akan menyebabkan gangguan
pembentukan rasa percaya dan kasih sayang.
 Pada usia lebih 6 bulan akan menyebabkan Stranger Anxiety ( cemas
karena perpisahan ) dimana anak akan menangis,marah,gerakan yang
berlebihan.
 Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan Separation Anxiety dimana
bayimenangis keras jika ditinggal ibunya.Pada bayi yang mengalami
perlakuan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan,pergerakan
tubuh yang berlebihan dan menangis kuat.
b. Toddler
Toddler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang
memadai dan pengertian terhadap realitas terbatas.Hubungan anak dengan ibu
sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan
orang yang terdekat bagi diri anak dan lingkungan yang dikenal serta akan
mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.Dissebutkan bahwa sumber
stress utama pada anak yaitu akibat perpisahan usia (15-30 bulan). Anxietas
perpisahn disebut “Analitic Depression”

a) Respon perilaku anak sesuai dengan tahapannya yaitu :


 Tahap Protes ( Fase Of Protes )
Nangis kuat,menjerit memanggil orangtua,menolak perhatian orang lain.
 Tahap Putus Asa ( Fase Of Despair )
Nangis berkurang,tidak aktif,kurang minat bermain dan makan,menarik
diri,sedih dan apatis,menghisap jari,menghindari kontak mata.
 Tahap Menolak (Fase Detachment / Denial )
Ragu menerima,anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya,bermain
dengan orang lain,mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang
lain,anak mulai terlihat gembira.

b) Kehilangan kontrol : Setiap pembatasan yang dilakukan anak akan merasa


tidak aman dan mengancam,terganggunya aktivitas rutin.
c) Reaksi perlukaan dan sakit : Meringis,mengigit dan memukul,dapat
mengkomunikasikan rasa nyeri dan menunjukkan lokasi.

c. Prasekolah
Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan
a) Pengertian tentang sakit
 anak usia 4 – 6 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga
membuat mereka harus istirahat di tempat tidur.
 Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak
tentang penyakit yang di alaminya.
b) Separation /Perpisahan
 Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami
mengapa perpisahan terjadi.
 Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsunng
lama.
 Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti
bagi anak sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi cemas.
c) Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
 Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga
sering membuat anak frustasi, marah dan depresi.
 Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif
mereka terhambat.
d) Gangguan body image dan nyeri
 anak mulai menyadari tentang nyeri
 Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka
insisi.

d. Usia Sekolah
a) Pengertian tentang sakit
 Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor
eksternal atau bakteri, virus dan lain-lain.
 Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah
b) Separation / Perpisahan
 Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah
 Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat mengakibatkan stress
 Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman
c) Kehilangan fungsi control
 Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang
dialaminya.
d) Gangguan body Image
 Anak takut mengalami kecacatan dan kematian
 Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap alat
genitalianya

e. Usia Remaja
a) Pengertian tentang sakit
 Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang
bersifat kompleks
 Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.
b) Separation / Perpisahan
 Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit
akan menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya.
 Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak dengan
peer groupnya jika mereka mengalami kecacatan.
c) Kehilangan fungsi control
 Bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
 Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep
diri remaja.
 Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri
d) Gangguan body image
 Sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer
groupnya dan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani
stress karena adanya perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh
teman / peer groupnya.
 Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan
dengan organ seksual.

2.3 Stresor dan Reaksi Keluarga Sehubungan Dengan Hospitalisasi Anak


Bagian integral dari keluarga adalah anak,jika anak harus menjalani hospitalisasi akan
memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga dan fungsi keluarga ( Wong & Whaley,
1999) .
 Reaksi orang tua dipengaruhi oleh :
1. Tingkat keseriusan penyakit anak.
2. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi.
3. Prosedur pengobatan.
4. Kekuatan ego individu.
5. Kemampuan koping sebelumnya.
6. Kebudayaan dan kepercayaan.
7. Komunikasi dalam keluarga.
8. Adanya support sistem
9. Adanya stress lain dalam keluarga.

 Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi :


1. Denial/Disbelief
Tidak percaya akan penyakit anak.
2. Marah/Merasa bersalah
Merasa tidak mampu merawat anaknya.
3. Ketakutan,cemas dan frustasi
Orang tua merasa takut dan cemas terhadap tingkat keseriusan
penyakit anak,prosedur tindakan medis yang akan dilakukan serta
ketidaktahuan tentang penyakit si anak.
4. Depresi
Depresi terjadi biasanya setelah masa krisis anak.Orang tua akan
merasa lelah fisik maupun mental,khawatir memikirkan anaknya yang
lain di rumah serta orang tua akan merasa depresi berhubungan dengan
biaya pengobatan dan perawatan si anak.
2.3.1 Reaksi Sibling Berhubungan Dengan Hospitalisasi
a. Reaksi sibling yaitu:
o Merasa kesepian
o Merasa ketakutan
o Merasa khawatir
o Marah
o Cemburu
o Merasa benci
o Merasa Bersalah
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi sibling
o Tkut tertular penyakit
o Usia
o Dekatnya hubungan dengan sisakit
o Kurangnya informasi tentang sakit yang dialami saudaranya
o Berubahnya perlakuan orang tua.

2.3.2 Dampak Dan Cara Mengatasi Hospitalisasi Dalam Keluarga


a. Pengaruh pada fungsi keluarga
Pola kumunikasi antar anggota keluarga terganggu serta respon emosional
tidak dapat terkontrol dengan baik.
b. Penurunan peran anggota keluarga
Pola kumunikasi yang berbeda dari biasanya,anak meraasa kehilangan
peran orang tua karena perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit
dan di rawat.Terkadang orang tua menyalahkan sibling sebagai prilaku
antisocial.
c. Cara mengatasi masalah yang timbul sehubungan ddengan hospitalisasi
anak
 Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan
asuhan keperawatan
 Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan
keluarga
 Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
 Beri dukungan pada anak dan keluarga
 Beri informasi yang adekuat.
2.4 Prinsip dan Intervensi Keperawatan Hospitalisasi

 Prinsip Perawatan Hospitalisasi Anak


Prinsip Hospitalisasi anak di sebut QUESTT yang artinya
Q = Question Child
U = Use pain Wraiting Scale
E = Evaluate Behavior & Physiologic Change
S = Sequare Paent Involvement
T = Take Cause Of Pain Into Account
T = Take action & Evaluate Result
 Intervensi Perawatan
1. Meminimalkan stresor: mencegah/ mengurangi dampak perpisahan,
mencegah perasaan kehilangan kontrol, mengurangi rasa takut.
z
a) Mencegah dampak perpisahan:
o Melibatkan orangtua berperan aktif dalam perawatan anak (rooming
in)
o Beri kesempatan orangtua untuk melihat anak setiap saat
o Modifikasi ruang perwatan
o Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah

b) Mencegah perasaan kehilangan kontrol:


o Hindarkan pembatasan fisik jika anak kooperatif
o Apabila diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
o Buat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, bermain & aktivitas lain
dalam perawatan
o Fokuskan pada upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan cara
memberi kesempatan anak mengambil keptusan & melibatkan ortu

c) Meminimalkan rasa takut:


o Mempersiapkan psikologis anak & ortu untuk tindakan prosedur yg
menimbulkan nyeri
o Lakukan permainan dulu sebelum melakukan persiapan fisik anak
o Pertimbangkan menghadrkan ortu saat anak dilakukan prosedur
o Tunjukkan sikap empati sbg pendktan utama
o Pada tindk pembedahan elektif lakukan persiapan khusus

2. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak


o Membentuk perkembangan ortu & anak
o Hospitalisasi dapat dijadikan media belajar untuk orangtua
o Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dgn
memberi kesempatan pada anak ,mengambil keputusan
o Fasilitasi anak untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama pasien
yg ada/ teman sebaya/ teman sekolah

3. Memberi dukungan pada anggota keluarga lain


o Beri dukungan kepada keluarga untuk mau tinggal dengan anak di RS
o Fasilitasi keluarga untuk konsultasi pada psikolog / ahli agama
o Beri dukungan pada kelurga untuk menerima kondisi anaknya
o Fasilitasi untuk menghindarkan saudara kandung bila diperlukan keluarga
& berdampak positif

4. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di RS


Sebelum masuk RS:
o Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit
o Apabila harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat
diorintasikan dgn situasi Rumah Sakit

Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan


o Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.
o Orientasikan anak dan ortu pada ruang rawat yang ada beserta fasilitas yang
dapat digunakan.
o Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya.
o Berikan identitas pada anak
o Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti.
o Laksanakan pengkajian riwayat keperawatan.
o Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dgn yang
programkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi
tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua
dan keluarga (Wong, 2000).

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi perawat dapat mengatasi atau
menurunkan dampak dari hospitalisasi pada anak.agar anak dan keluarga betah
untuk berada di ruang inap dan melakukan keperawatan yang sesuai dengan
prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

file:///http/jtptunimus-gdl-sriindahek-5180-3-babii.pdf

file:///http/ka_1_slide_konsep_hospitalisasi_pada_anak.pdf

file:///http/konsep-hospitalisasi-compatibility-mode.pdf

Anda mungkin juga menyukai