Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CIDERA KEPALA SEDANG

Dosen Pembimbing :

Ns. Andri Kusuma Wijaya, S.Kep., M.Kep

Oleh Kelompok 2 :

1. Adhek Riski Febriyanti : 2014201019 6. Harianti Yuzeva : 2014201020


2. Aditiya Noprianto : 2014201017 7. M. Deno Apriadi : 2014201024
3. Anggun Bunga Pratami : 2014201029 8. Patimah Cinde. L : 2014201022
4. Denisa Anggraini : 2014201017 9. Ulfa Kartika Sari : 2014201030
5. Emiliya Kontesa : 2014201015 10. Winda Syahbirah : 2014201033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmatNya sehingga
makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Cedera Kepala
Sedang” dapat selesai tepat pada waktunya. Penulis mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan terhadap penyakit
ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah
yang telah penulis buat. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah
senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Bengkulu, 07 Mei 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

A. Definisi .............................................................................................................. 3

B. Etiologi .............................................................................................................. 3

C. Manifestasi ....................................................................................................... 4

D. Patofisiologi ...................................................................................................... 7

E. Pathway ............................................................................................................ 8

F. Klasifikasi ......................................................................................................... 8

G. Komplikasi ....................................................................................................... 9

H. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 10

I. Pencegahan ...................................................................................................... 10

J. Penatalaksanaan ............................................................................................. 10

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ...................................................................................................... 12

B. Analisa Data ................................................................................................... 13

C. Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 14

D. Intervensi Keperawatan ................................................................................ 14

ii
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ................................................... 18

BAB 4 PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 26

B. Saran ............................................................................................................... 26

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 27

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut penelitiannasional Amerika Guerreroetal (2000) dibagian


kegawatdaruratan menunjukkan bahwa penyebab primer cedera kepala karenatrauman
pada anak-anak adalah karena jatuh,dan penyebab sekunder adalah terbentur oleh benda
keras. Penyebab cedera kepala pada remaja dan dewasa muda adalah kecelakaan
kendaraan bermotor dan terbentur, selain karena kekerasan. Insidensi cedera kepala
karena trauma kemudian menurun pada usia dewasa; kecelakaan kendaraan bermotor dan
kekerasan yang sebelumnya merupakan etiologi cederautama, digantikan oleh jatuh pada
usia>45tahun.

Kasus trauma terbanyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, disamping


kecelakaan industri, kecelakaan olahraga, jatuh dari ketinggian maupun akibat
kekerasan.Trauma kepala didefinisikan sebagai trauma non degeneratif– nonkonginetal
yang terjadi akibat ruda paksa mekanis eksteral yang menyebabkan kepala mengalami
gangguan kognitif, fisik dan psikososial baik sementara atau permanen.Trauma kepala
dapat menyebabkan kematian atau kelumpuhan padausiadini (Osborn,2003).

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada pengguna
kendaraan bermotor karena tingginya tingkat mobilitas dan kurangnyakesadaran untuk
menjaga keselamatan di jalan raya (Baheram, 2007). Lebih dari 50% kematian
disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan bermotor. Setiap tahun, lebih
dari 2 juta orang mengalami cedera kepala, 75.000 diantaranya meninggal dunia dan lebih
dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanen
(Widiyanto,2007).

Cedera kepala akan memberikan gangguan yang sifatnya lebih kompleks bila
dibandingkan dengan trauma pada organ tubuh lainnya. Hal ini disebabkan karena
struktur anatomic dan fisiologik dari isi ruang tengkorak yang majemuk, dengan
konsistensi cair, lunak dan padat yaitu cairan otak, selaput otak, jaringan syaraf,
pembuluh darah dan tulang (Retnaningsih,2008).

1
Angka kejadian cedera kepala pada laki-laki 58% lebih banyak dibandingkan
perempuan. Hal ini disebabkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usiaproduktif
sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah disamping
penanganan pertama yang belum benar benar rujukan yang
terlambat(SezanneC.Smeltzer&BrendaG.Bare,2013).

Melihat masalah di atas dan peran perawat dalam menangani masalah cedera
kepala sedang, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah cedera kepala sedang.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan gawatdarurat pada pasien cedera kepala sedang?

C. Tujuan

Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawatdarurat pada pasien cedera kepala sedang

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Cedera kepala adalah cedera kepala terbuka dan tertutup yang terjadikarena, fraktur
tengkorak, kombusiogegar serebri, kontusiomemar, leserasi dan perdarahan serebral
subarakhnoid, subdural, epidural, intraserebral, batang otak (Doenges, 2000). Cedera
kepala sedang adalah cedera kepala dengan skala koma glassgow9 -13, lesio peratif dan
abnormalitas dalam CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit(Torner,1999).

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas(Arif,2000).Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau
deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce
&Neil.2006).

Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan
gangguan fisik dan mental yang kompleks. Gangguan yang ditimbulkan dapat bersifat
sementara maupun menetap, seperti defisit kognitif, psikis, intelektual, serta gangguan
fungsi fisiologis lainnya.Hal ini disebabkan oleh karena trauma kepala dapat mengenai
berbagai komponen kepala mulai dari bagian terluar hingga terdalam, termasuk
tengkorak dan otak (Soertidewi,2006).

Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital atau
pundegeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik(Brain InjuryAssosiation ofAmerica, 2009). Cedera kepala
adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak dan otak
(SezanneC.Smeltzer&BrendaG.Bare,2013).

B. Etiologi

Beberapa etiologi cedera kepala (Yessie dan Andra, 2013):

1. Trauma tajam

3
Trauma oleh benda tajam: menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera
lokal. Kerusakan local meliputi contusion serebral, hematom serebral, kerusakan otak
sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.

2. Trauma tumpul

Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh (difusi):


kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk, yaitu cedera akson,
kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar pada hemisfer serebral,
batang otak atau kedua-duanya. Akibat cedera tergantung pada (Yessie dan Andra,
2013) :

a. Kekuatan benturan (parahnya kerusakan).

b. Akselerasi dan deselerasi.

c. Cup dan kontra cup

1) Cedera cup adalah kerusakan pada daerah dekat yang terbentur.

2) Cedera kontra cup adalah kerusakan cedera berlawanan pada sisi desakan
benturan.

d. Lokasi benturan

e. Rotasi: pengubahan posisi rotasi pada kepala menyebabkan trauma regangan dan
robekan substansia alba dan batang otak. Depresi fraktur: kekuatan yang mendorong
fragmen tulang turun menekan otak lebih dalam. Akibatnya CSS mengalir keluar ke
hidung, kuman masuk ke telinga kemudian terkontaminasi CSS lalu terjadi infeksi dan
mengakibatkan kejang.

C. Manifestasiklinis

Manifestasi klinis dari cedera kepala (Yessie dan Andra, 2013) :

1. Cedera kepala sedang-berat

a. Oedema pulmonal

4
Edema paru adalah suatu kondisi saat terjadi penumpukan cairan diparu-paru yang
dapat mengganggu fungsi paru-paru. Biasanya ditandai dengan gejala sulit
bernafas.

b. Kejang infeksi

Kejang infeksi adalah kejang yang disebabkan oleh infeksi kumandi dalam saraf
pusat.

c. Tanda herniasi otak

Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak bergeser dari

posisi normalnya. Kondisi ini dipicu oleh pembengkakan otak akibat cedera

kepala, stroke, atau tumor otak.

d. Hemiparase

Hemiparase adalah kondisi ketika salah satu sisi tubuh mengalami kelemahan

yang dapat mempengaruhi lengan, kaki, dan otot wajah sehingga sulit untuk

digerakkan.

e. Gangguan akibat saraf kranial

Manifestasi klinis spesifik :

1. Gangguan otak

Comosio cerebri (gegar otak)

1) Tidak sadar <10 menit

2) Muntah-muntah

3) Pusing

4) Tidak ada tanda defisit neurologis

5) Contusio cerebri (memar otak)

5
6) Tidak sadar >10 menit, jika area yang terkena luas dapat berlangsung >2-3
hari setelah cedera

7) Muntah-muntah

8) Amnesia

9) Ada tanda-tanda defisit neurologis

2. Perdarahan epidural (hematoma epidural)

a. Suatu akumulasi darah pada ruang tulang tengkorak bagian dalam dan
meningen paling luar. Terjadi akibat robekan arteri meningeal

b. Gejala : penurunan kesadaran ringan, gangguan neurologis dari kacau


mental sampai koma

c. Peningkatan TIK yang mengakibatkan gangguan pernafasan, bradikardi,


penurunan TTV

d. Herniasi otak yang menimbulkan :

Dilatasi pupil dan reaksi cahaya hilang

a) Isokor dan anisokor

b) Ptosis

3. Hematom subdural

a. Akut: gejala 24-48 jam setelah cedera, perlu intervensi segera

b. Sub akut: gejala terjadi 2 hari sampai 2 minggu setelah cedera

c. Kronis: 2 minggu sampai dengan 3-4 bulan setelah cedera

4. Hematom intrakranial

a. Pengumpulan darah >25 ml dalam parenkim otak

b. Penyebab: fraktur depresi tulang tengkorak, cedera penetrasi peluru, gerakan

akselerasi-deselerasi tiba-tiba

6
5. Fraktur tengkorak

a. Fraktur linier (simple)

1) Melibatkan Os temporal dan parietal

2) Jika garis fraktur meluas kearah orbital atau sinus paranasal (resiko

perdarahan)

b. Fraktur basiler

1) Fraktur pada dasar tengkorak

2) Bisa menimbulkan kontak CSS dengan sinus, memungkinkan bakteri


masuk

D. Patofisiologi

Cedera kepala menyebabkan sebagian sel yang terkena benturan mati atau rusak
irreversible, proses ini disebut proses primer dan sel otak disekelilingnya akan
mengalami gangguan fungsional tetapi belum mati dan bila keadaan menguntungkan
sel akan sembuh dalam beberapa menit, jam atau hari. Proses selanjutnya disebut
proses patologi sekunder.

Proses inflamasi terjadi segera setelah trauma yang ditandai dengan aktifasi
substansi mediator yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah, penurunan aliran
darah, dan permeabilitas kapiler yang meningkat. Hal ini menyebabkan akumulasi
cairan (edema) dan leukosit pada daerah trauma. Sel terbanyak yang berperan dalam
respon inflamasi adalah sel fagosit, terutama sel leukosit Polymorphonuclear (PMN),
yang terakumulasi dalam 30 - 60 menit yang memfagosit jaringan mati. Bila
penyebab respon inflamasi berlangsung melebihi waktu ini, antara waktu 5-6 jam
akan terjadi infiltrasi sel leukosit mononuklear, makrofag, dan limfosit. Makrofag ini
membantu aktivitas sel polymorphonuclear (PMN) dalam proses fagositosis (Riahi,
2006).

7
E. Pathway

Benturan kepala

Trauma kepala

Trauma akibat deselerasi/akslerasi

Trauma pada jaringan Robekan dan distori

Rusaknya jaringan kepala Jaringan sekitar tertekan

Luka terbuka
Gangguan rasa nyaman Nyeri Akut

Risiko Infeksi

Sumber : Buku Standar Diagnosa Keperawatan

F. Klasifikasi

Menurut Tarwoto (2007), cedera kepala dapat di klasifikasikan berdasarkan:

1. Berdasarkan kerusakan jaringan otak

a. Komosio serebri (gegar otak):

8
Gangguan fungsi neurologi ringan tanpa tanpa adanya kerusakan struktur otak,
terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa disertai amnesia
retrograde, mual, muntah, nyeri kepala.

b. Kontusio serebri (memar)

Gangguan fungsi neurologi disertai kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas otak
masih utuh, hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit.

c. Laserasio serebri

Gangguan fungsi neurologi disertai kerusakan otak yang berat dengan fraktur
tengkorak terbuka. Massa otak terkelupas keluar dari rongga intra kranial.

2. Berdasarkan berat ringannya cedera kepala

a. Cedera kepala ringan

Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit,
tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau hematom.

b. Cedera kepala sedang

Jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit sampai dengan 24 jam,
dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan.

c. Cedera kepala berat

Jika GCS berada antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai
kontusio, laserasi atau adanya hematom, edema serebral.

G. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada pasien cedera kepala menurut Wahjoepramono (2005)
antara lain :

cedera otak sekunder akibat hipoksia dan hipotensi, edema Serebral, peningkatan tekanan
intrakranial, herniasi jaringan otak, infeksi, hidrosefalus.

9
H. Pemeriksaan Penunjang

a). CT Scan. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras): mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk
mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri;

b). Adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan kesadaran, mengidentifikasi
adanya hemoragi, pergeseran jaringan otak;

c). Angiografi Serebral Menunjukkan kelainan sirkulasi cerebral seperti pergeseran


cairan otak akibat oedema, perdarahan, trauma;

d). EEG (Electro Encephalografi) Memperlihatkan keberadaan/perkembangan


gelombang patologis;

e). MRI (Magnetic Resonance Imaging), Mengidentifikasi perfusi jaringan otak,


misalnya daerah infark, hemoragik; f) Rontgen, Mendeteksi perubahan struktur
tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang;

g) Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG). Untuk menentukan apakah penderita
trauma kepala sudah pulih daya ingatnya.

I. Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi resiko cedera kepala di dalam


masyarakat adalah dengan menggunakan pengaman dan mentaati lalu lintas saat
berkendara, menggunakan alat pengaman saat berolahraga, selalu menggunakan alat
keselamatan seperti helm atau pelindung kepala apabila bekerja di lingkungan yang
berisiko menimbulkan cedera kepala. Memasang pegangan besi di kamar mandi dan di
samping tangga untuk mengurangi risiko terpeleset. Memastikan lantai selalu kering dan
tidak licin juga memasang penerangan yang baik di seluruh bagian rumah. Memeriksa
kondisi mata secara rutin, terutama jika mengalami gejala gangguan penglihatan, seperti
buram atau penglihatan berbayang.

J. Penatalaksanaan

10
Penderita cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera dan dilakukan
menurut urutan prioritas. Pasien dengan cedera kepala harus ditangani dan dipantau terus
sejak tempat kecelakaan, selama perjalanan dari tempat kejadian sampai rumah sakit,
diruang gawat darurat, kamar radiologi, sampai ke ruang operasi, ruang perawatan atau
ICU, sebab sewaktu-waktu bisa memburuk akibat aspirasi, hipotensi, kejang dan
sebagainya.

Penatalaksanaan Cedera Kepala Sedang terbagi menjadi 3 bagian:

1. Terapi farmakologis, untuk mempertahankan status cairan dan


menghindaridehidrasi PemberianNaCl 3% 75 cc/jam dengan KI 50%, asetat
50% targetnatrium 145-150 dengan monitor pemeriksaan natrium setiap 4-6
jam

2. Terapi nutrisi diberikan kebutuhan metabolisme istirahat dengan 140% kalori


har denganrumusberisi protem 15% diberikanselama 7hari
Pilihanenteralmakanan dapat mencegah kejadian hiperglikemi, infeksi

3. Terapi preventif kejang, persembahan terapi profilaksis dengan fenitoin,


karbamazepin efektif pada minggu pertama Faktor-faktor terkait yang harus
dievaluasi pada terapi

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. DATA UMUM

1. Nama : An.G

2. Tempat/ Tanggal Lahir : 20 Mei 2003

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : Sma

6. Pekerjaan : Pelajar

7. Alamat : Sawah Lebar

8. Diagnosa Medis : Cidera Kepala Sedang

9. No. Rm : 0129

2. RIWAYAT KESEHATAN

Pasien datang dengan keluhan utama pusing dan terdapat luka memar pada wajah
di bagian mata kiri.

a. Riwayat Penyakit sekarang

Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung di bawa ke RS. Harapan &
Doa dan langsung mendapatkan perawatan karena pasien mengalami perdarahan lewat
hidung dan muntah disertai darah. Luka memar di bagian wajah kiri. Kemudian pasien
dirujuk ke RSUD.Jakarta Medika untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

b. Riwayat Penyakit Keluarga

12
Keluarga mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan. Pasien adalah anak
kedua dari empat orang bersaudara.

B. ANALISA DATA

No. DATA MASALAH ETIOLOGI


Data Subjektif Data Objektif
1. - Klien - Td : 100/70 Nyeri akut Agen pencedera
mengeluh - N : 72x /menit fisiologis ( mis.
pusing bagian - Suhu : 37 C Inflamasi, iskemia,
kepala - RR : 20x neoplasma)
- Klien /menit
mengeluh nyeri - Skala Nyeri :
pada bagian 7
wajah
P : Kecelakaan
lalu lintas
Q : Tertusuk-
tusuk
R : Kepala
(wajah)
S : Skala nyeri
7
T : Hilang
Timbul
2. - Pasien - tampak luka Resiko infeksi Kerusahan
mengatakan kemerahan Integritas Kulit
terasa nyeri pada bagian
pada bagian wajah akibat
wajah akibat luka memar
luka memar

13
3. - Klien - klien tampak Gangguan rasa Gejala Penyakit
mengeluh sulit meringis nyaman
tidur - Nadi : 72x
- klien /menit
mengatakan
nyeri yang di
rasakan hilang
timbul
- klien
mengeluh tidak
nyaman

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis ditandai


denganmengeluh nyeri
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Kerusahan Integritas Kulit ditandai dengankulit
di sekitar muka kemerahan
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Gejala Penyakit ditandai dengan
mengeluh sulit tidur

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi


(SDKI) Hasil (SLKI) Keperawatan (SIKI)
1. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan O:
pencedera fisiologis d.d tindakan keperawatan -Identifikasi lokasi,
mengeluh nyeri 2x24 jam didapatkan karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
- keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun Identifikasi skala
- meringis menurun nyeri
- gelisah menurun

14
- kesulitan tidur -Identifikasi respons
menurun nyeri non verbal
-Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyen
-Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup -
Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

T:
-Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
-Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat
dan tidur -
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

15
E:
-Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
-Jelaskan strategi
meredakan nyeri
-Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

K:
-Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan O:
Kerusahan Integritas tindakan keperawatan -Monitor tanda
Kulit d.d kulit di sekitar 2x24 jam didapatkan gejala infeksi lokal
muka kemerahan kriteria hasil : dan sistemik
- kemerahan menurun
- nyeri menurun T:
-Batasi jumlah
pengunjung edema -
Berikan perawatan
kulit pada daerah
edema
-Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien -
Pertahankan teknik

16
aseptik pada pasien
berisiko tinggi

E:
-Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
-Ajarkan cara
memeriksa luka -
Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

K:
-Kolaborasi
pemberian
imunisasi, Jika perlu
3. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan O:
b.d Gejala Penyakit d.d tindakan keperawatan -Identifikasi adanya
mengeluh sulit tidur 2x24 jam didapatkan nyeri atau keluhan
kriteria hasil : fisik lainnya -
- keluhan tidak Identifikasi toleransi
nyaman menurun fisik melakukan
- keluhan sulit tidur pergerakan
menurun -Monitor frekuensi
jantung dan tekanan
darah sebelum
memulai mobilisasi
-Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi

T:

17
-Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
-Fasilitasi
melakukan
pergerakan, jika
perlu
-Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

E:
-Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
-Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
-Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur)

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Diagnosis Tanggal/Jam Implementasi Rencana Evaluasi


Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Senin, 01 Mei 1. Mengidentifikasi S:
Agen 2023 / 09.00 lokasi, karakteristik, - Klien
pencedera WIB durasi, frekuensi, mengeluh
kualitas, intensitas

18
fisiologis d.d nyeri Identifikasi pusing bagian
mengeluh nyeri skala nyeri kepala
2. Mengidentifikasi - Klien
respons nyeri non mengeluh
verbal nyeri pada
3. Mengidentifikasi bagian wajah
faktor yang O:
memperberat dan - Klien
memperingan nyen mengeluh
4. Mengidentifikasi pusing bagian
pengetahuan dan kepala
keyakinan tentang - Klien
nyeri Identifikasi mengeluh
pengaruh nyeri pada nyeri pada
kualitas hidup bagian wajah
5. Memonitor efek P :
samping Kecelakaan
penggunaan lalu lintas
analgetik Q : Tertusuk-
6. Memberikan teknik tusuk
nonfarmakologi R : Kepala
untuk mengurangi (wajah)
rasa nyeri S : Skala nyeri
7. Mengkontrol 7
lingkungan yang T : Hilang
memperberat rasa Timbul
nyeri
A:
8. Memfasilitasi
- Masalah
istirahat dan tidur
teratasi
9. Mempertimbangkan
sebagian
jenis dan sumber
P:
nyeri dalam
- Intervensi
dilanjutkan

19
pemilihan strategi
meredakan nyeri
10. Menjelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
11. Menjelaskan
strategi meredakan
nyeri
12. Mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
13. Mengkolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Selasa, 02 S:
Mei 2023 / - Klien
09.00 WIB mengeluh
pusing bagian
kepala
berkurang
- Klien
mengeluh
nyeri pada
bagian wajah
berkurang
O:
- Klien
mengeluh
pusing bagian
kepala
berkurang

20
- Klien
mengeluh
nyeri pada
bagian wajah
berkurang
P :
Kecelakaan
lalu lintas
Q : Tertusuk-
tusuk mulai
mereda
R : Kepala
(wajah)
S : Skala nyeri
0
T : Hilang

A:
- Masalah
teratasi
P:
- Intervensi
dihentikan
2. Resiko infeksi Senin, 01 Mei 1. Memonitor tanda S:
b.d Kerusahan 2023 / 09.00 gejala infeksi lokal - Pasien
Integritas Kulit WIB dan sistemik mengatakan
d.d kulit di 2. Membatasi jumlah terasa nyeri
sekitar muka pengunjung edema pada bagian
kemerahan 3. Memberikan wajah akibat
perawatan kulit luka memar
pada daerah edema O:
4. Mencuci tangan - tampak luka
sebelum dan kemerahan
sesudah kontak pada bagian

21
dengan pasien dan wajah akibat
lingkungan pasien luka memar
5. Mempertahankan A:
teknik aseptik pada - Masalah
pasien berisiko teratasi
tinggi sebagian
6. Menjelaskan tanda P:
dan gejala infeksi - Intervensi
7. Mengajarkan cara dilanjutkan
memeriksa luka
8. Menganjurkan
meningkatkan
asupan cairan
9. Mengkolaborasi
pemberian
imunisasi, Jika
perlu
Selasa, 09 S:
Mei 2023 / - Pasien
09.00 WIB mengatakan
nyeri pada
bagian wajah
akibat luka
mulai mereda
O:
- tampak luka
kemerahan
pada bagian
wajah akibat
luka mulai
membaik
A:

22
- Masalah
teratasi
P:
- Intervensi
dihentikan
3. Gangguan rasa Senin, 01 Mei 1. Mengidentifikasi S:
nyaman b.d 2023 / 09.00 adanya nyeri atau - Klien
Gejala Penyakit WIB keluhan fisik mengeluh sulit
d.dmengeluh lainnya tidur klien
sulit tidur 2. Mengidentifikasi mengatakan
toleransi fisik nyeri yang di
melakukan rasakan hilang
pergerakan timbulklien
3. Memonitor mengeluh
frekuensi jantung tidak nyaman
dan tekanan darah O:
sebelum memulai - klien tampak
mobilisasi meringis
4. Memonitor kondisi - Nadi : 72x
umum selama /menit
melakukan A:
mobilisasi - Masalah
5. Memfasilitasi teratasi
aktivitas mobilisasi P:
dengan alat bantu - Intervensi
6. Memfasilitasi dihentikan
melakukan
pergerakan, jika
perlu
7. Melibatkan
keluarga untuk
membantu pasien
dalam

23
meningkatkan
pergerakan
8. Menjelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
9. Menganjurkan
melakukan
mobilisasi dini
10. Mengajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur)
Selasa, 02 11. Mengidentifikasi S:
Mei 2023 / adanya nyeri atau - Klien mulai
09.00 WIB keluhan fisik tidur teratur
lainnya klien
12. Mengidentifikasi mengatakan
toleransi fisik nyeri yang di
melakukan rasakan
pergerakan meredaklien
13. Memonitor mulai merasa
frekuensi jantung nyaman
dan tekanan darah O:
sebelum memulai - Nadi : 80x
mobilisasi /menit
14. Memonitor kondisi A:
umum selama - Masalah
melakukan teratasi
mobilisasi P:
- Intervensi
dihentikan

24
15. Memfasilitasi
aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
16. Memfasilitasi
melakukan
pergerakan, jika
perlu
17. Melibatkan
keluarga untuk
membantu pasien
dalam
meningkatkan
pergerakan
18. Menjelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
19. Menganjurkan
melakukan
mobilisasi dini
20. Mengajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur)

25
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cedera kepala adalah cedera kepala terbuka dan tertutup yang terjadikarena, fraktur
tengkorak, kombusiogegar serebri, kontusiomemar, leserasi dan perdarahan serebral
subarakhnoid, subdural, epidural, intraserebral, batang otak (Doenges, 2000). Cedera
kepala sedang adalah cedera kepala dengan skala koma glassgow9 -13, lesio peratif dan
abnormalitas dalam CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit(Torner,1999).

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas(Arif,2000).Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau
deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce
&Neil.2006).

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Agus Yudawijaya, Sp.S., M.Si.Med “Tatalaksana Cedera Kepala” Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia Jakarta 2022

Haryono, R., & Utami, M. P. S. (2019). Keperawatan Medikal Bedah II. Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Inonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 2 (Keperawatan Medikal Bedah). Yogyakarta:
Nuha Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai