Anda di halaman 1dari 8

VARIABEL PENELITIAN

A. Pengertian
Pemahaman terhadap variabel dan hubungan antar
variabel merupakan salah-satu kunci penting dalam penelitian
kuantitatif. Posisi variabel yang senteral menempatkannya
sebagai dasar dari semua proses peneltian; mulai dari
perumusan masalah, perumusan hipotesis, pembuatan
instrumen pengumpul data, sampai pada analisisnya.
Sehubungan dengan posisi penting ini, variabel menjadi
penting artinya untuk menentukan bermutu-tidaknya suatu
hasil penelitian.
Secara leksikal, istilah variabel dapat diartikan sebagai
sesuatu yang dapat beragam (bervariasi). Arti kata ini
menunjukkan bahwa variabel merupakan sesuatu yang di
dalamnya terdapat atribut-atribut, unit-unit, dimensi-dimensi
atau nilai-nilai yang beragam. Kerlinger mendefinisikan
variabel sebagai ‘suatu sifat yang dapat memiliki bermacam
nilai”, atau “simbol/lambang yang padanya dilekatkan
bilangan atau nilai”.
Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu konsep,
yaitu konsep yang bersifat khusus yang mengandung variasi
nilai. Banyak ahli yang menyebutnya dengan konsep
variabel. Yang dimaksud dengan konsep variabel di sini
adalah konsep yang bersifat observatible, maksudnya konsep
yang sudah sangat dekat dengan fenomena-fenomena atau
obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep variabel itu
merupakan sebutan umum yang mewakili semua atribut,
dimensi atau nilai yang perlu diamati. Karena itu tidak
semua konsep disebut variabel, karena masih terdapat
konsep-konsep yang tidak mengandung memenuhi ciri
seperti itu.
B. Variabel Kategori dan Dimensi
Sebagai konsep yang mengandung nilai, variabel dapat
dikelompokkan pada variabel kategori dan variabel dimensi.
Kedua jenis variabel ini dapat dijelaskan sebagai berikut;

1. Variabel kategori
adalah konsep yang memiliki beberapa gejala yang
dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan label, atribut
atau unsur formal dari gejala itu. Variabel kategori adalah
variabel mengandung nilai-nilai yang tidak dapat
diutarakan dalam bentuk angka, tetapi dalam bentuk
kategori-kategori. Karena itu, variabel ini disebut juga
variabel kualatitatif. Included terms atau idividu-individu
yang terdapat pada konsep itu dikelompokkan
berdasarkan ciri tertentu, tanpa melihat peringkatnya.
Jadi, pada dasarnya tidak ada kelebihan peringkat nilai
satu sub-himpunan dari sub-himpunan lainnya.
Mengkategorisasikan berarti menempatkan suatu obyek ke
dalam sub- himpunan, sebagai bagian dari himpunan.
Karena itu, individu-individu yang termasuk dalam sub-
kategori hanya mungkin dihitung secara nominal, dan
perbedaan antara satu sama lain hanya karena ciri
atributnya (bukan harganya). Contoh variabel kategori ini
adalah jenis kelamin (memiliki dua gejala; laki-laki dan
perempuan) Pembuatan kategori yang terbaik adalah
dengan merujuk teori yang sudah ada. Tetapi jika sistem
kategori yang baku belum ditemukan, maka seorang
peneliti dapat membentuk kategori sendiri. Ada dua
ketentuan dalam membentuk kategori dari suatu variabel;
1) bersifat exhaustive; artinya semua unsur dari variabel
tersebut harus dapat dimasukkan ke dalam salah satu
kategori, dan 2) bersifat mutually exlusive, artinya satu
usnur hanya dapat dimasukkan ke dalam salah satu
kategori Pada era perkembangan ilmu
yang pesat belakangan ini, para peneliti telah berusaha
untuk mengkuantifikasi variabel-variabel kualitatif.
Menurut para ahli ini, terdapat beberapa jenis variabel
kualitatif yang dapat dihitung dengan angka-angka,
sekalipun tetap menyadari bahwa tidak semuanya dapat
diangkakan. Cara yang lazim digunakan untuk
mengkuantifikasi vaiabel kualitatif adalah dengan
membentuk indeks dan skala

2. Variabel dimensi
adalah konsep yang menunjukkan suatu gejala
berdasarkan nilai atau tingkatan. Ini berarti bahwa variabel
dimensi itu mengandung dimensi-dimensi yang dapat
diukur dan diberi skore dengan angka. Karena itu variabel
dimensi ini disebut juga variabel kuantitatif.
Pada penelitian kuantitatif, umumnya yang dipilih
sebagai variabel adalah konsep berdimensi tunggal.
Konsep berdimensi tunggal (unidimensional) adalah
konsep yang spesifik (bukan bersifat general) yang hanya
mengandung satu jenis gejala. Sebagai contoh,
pelaksanaan shalat fardhu. Konsep ini sudah spesifik,
karena tidak bercampur aduk dengan shalat sunat, zikir
dan sebagainya. Jika variabel penelitian adalah seperti
‘pengamalan agama’, maka konsep ini termasuk kategori
berdimensi majemuk (multidimensional). Konsep
‘pengamalan agama’ mengandung banyak jenis gejala,
seperti pelaksanaan shalat fardhu, pelaksanaan shalat
sunat, pelaksanan puasa, pelaksanaan zakat, kepatuhan
kepada orangtua, hubungan antara sesama dan banyak lagi
yang lain. Setiap jenis gejala pada ‘pengamalan agama’
adalah satu variabel, karena itu sangat kompleks dan sulit
untuk diuji dengan metoda statistik. Karena itu, konsep
multidimensional hanya mungkin dijadikan variabel
dalam penelitian yang berskala besar dan bermaksud
untuk menperoleh hasil yang mendalam.
Variabel dimensi dapat dibedakan pada dua
jenis; diskret  dan kontinu. Secara umum, perbedaan antara
kedua jenis variabel ini adalah bahwa, variabel diskret
merupakan hasil perhitungan sedangkan variabel kontinu
merupakan hasil pengukuran. Secara literal, diskret berarti
tidak mempunyai pecahan (utuh). Maksudnya, dalam
variabel kuantitatif diskret (discrete quantitative
variables), tiap nilai variabel dipisahkan oleh satu kesatuan
tententu. Jadi, variabel diskret hanya dapat dinyatakan
dalam satuan-satuan (satu, dua, enam), dan satuan-satuan
itu tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih
kecil. Dengan demikian, data yang diperoleh dari variabel
ini adalah data nominal. Sedangkan variabel kuantitatif
kontinu (continuous quantitative variables) adalah variabel
yang bersambungan, artinya di antara dua unit ukuran
masih terdapat unit-unit ukuran lain yang secara teoritik
tidak terhingga banyaknya. Contohnya, di antara 1,5
meter dan 1,6 meter masih terdapat ukuran 1,51, 1,52 dan
seterusnya. Data yang diperoleh dari variabel kontinu ini
terdiri dari data skala rasio, skala interval, dan skala
ordinal. Kerlinger menyatakan; bahwa variabel kontinu itu
memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam suatu
cakupan (range) tertentu. Ini menunjukkan;  pertama,
harga-harga suatu variabel kontinu mencerminkan suatu
urutan peringkat (rank order)  . Harga yang lebih besar
menunjukkan lebih banyak sifat tertentu yang dimilikinya
dibanding dengan harga yang lebih kecil, dan kedua,
ukuran-ukuran kontinu termuat dalam suatu range dan
setiap individu mendapat skor yang ada dalam range itu.
Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang
paling baik adalah konsep dimensi. Alasannya, adalah
karena 1) konsep dimensi dapat diterapkan untuk semua
budaya, dan 2) konsep dimensi akan menghasilkan data
berbentuk skala sehingga lebih mungkin untuk dianalisis
dengan metode-metode statistik yang lebih akurat. Hal ini
bukan berarti konsep kategori tidak berguna, sebab
konsep ini juga masih dapat dianalisis dengan statistik
non- prametrik dengan hasil perhitungan kasar atau dapat
juga diubah dengan cara-cara tertentu menjadi konsep
dimensi.

C. Variabel Independen dan Variabel Dependen


Secara umum, jenis variabel (dilihat dari sifat
hubungan antar variabel) dapat dibedakan pada variabel
indenpenden dan variabel dependen. Istilah variabel
independen dan variabel dependen berasal dari logika
matematika, di mana X dinyatakan sebagai yang
‘mempengaruhi atau sebab’ dan Y sebagai yang
‘dipengaruhi atau akibat’. Namun pengertian ini tentu tidak
selalu menggambarkan hakikat yang sebenarnya dari konsep
variabel independen dan dependen. Sebab dalam kenyataan,
khususnya dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, hubungan antar
variabel tidak selalu merupakan hubungan kausal. Yang
dapat dipastikan adalah, bahwa terdapat variabel yang saling
berhubungan, di satu pihak ada yang disebut variabel
independen dan di pihak lain ada yang disebut variabel
dependen. Kedua variabel ini diperlukan oleh setiap
penelitian kuantitatif. Adapun sifat hubungan itu ada yang
bersifat kausal, dan ada yang tidak demikian. Selain
itu ada beberapa catatan yang perlu dipahami dalam
mempelajari dua variabel, independen dan dependen. Dalam
suatu hubungan antar kedua variabel itu, keberadaan variabel
independen adalah sesuatu yang harus diterima, tanpa
mempersoalkan ‘mengapa’ variabel independen itu demikian.
Ini dapat dinyatakan sebagai suatu kepastian, sebab jika suatu
variabel masih dicaritahu hal-ihwal pembentuknya, maka ia
akan berubah posisi menjadi variabel antara (intervening
variabel), yaitu suatu variabel yang menghubungkan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Variabel independen,
khususnya dalam eksperimen, dapat dimanipulasi oleh
peneliti. Di sini dianut keyakinan, bahwa variabel dependen
akan diketahui tingkat perubahannya bila variabel terlebih
dahulu dipersiapkan. Bila seorang ahli farmakologi, misalnya,
ingin tahu dosis pemakaian dan khasiat suatu obat yang baru
diraciknya, maka ia harus terlebih dahulu menakar obat yang
akan diberikannya kepada ‘kelinci’ percobaannya. Karena itu
dapat pula dikatakan, bahwa variabel independen adalah
variabel yang meramalkan, sedangkan variabel dependen
adalah variabel yang diramalkan. Dalam penelitian yang
menggunakan tiga variabel atau lebih (multivariat)  , selain
variabel independen dan dependen masih ada lagi sejumlah
variabel lainnya yang menempati posisi tertentu dalam
hubungan antar variabel. Secara umum, variabel-variabel itu
disebut variabel kontrol. Disebut variabel kontrol, karena
variabel tersebut berfungsi untuk mengontrol variabel
independen dan atau variabel dependen.
Tujuan dari pemunculan variabel
kontrol yang paling penting adalah, untuk; a) menetralisir
pengaruh variabel-variabel luar yang tidak perlu, dan atau b)
menjembatani hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Karena itu variabel kontrol dapat
menempati posisi-posisi tertentu dalam hubungan antar
variabel; ada yang ditempatkan sebelum variabel independen
dan ada yang berada di antara variabel independen-
dependen. Variabel kontrol yang ditempatkan sebelum
variabel independen adalah variabel penekan (suppressor
variable) atau variabel pengganggu (distorter variable), sedangkan
variabel kontrol yang berada di antara variabel independen-
dependen adalah variabel antara (intervening variable).
a. Variabel Penekan atau pengganggu;
Ketika peneliti mengasumsikan bahwa selain variabel X
dan Y masih ada faktor lain yang sangat menentukan untuk
mengetahui hubungan antarvaribel yang sebenarnya, maka di
sini perlu menyertakan faktor itu sebagai variabel penekan
atau pengganggu dalam pengujian. Tujuan penyertaan
variabel penekan ini adalah untuk mengeleminir
kemungkinan kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.
Penelitian mengenai hubungan antara “lama waktu senggang
(di rumah) dengan lama menonton televisi”, misalnya,
diasumiskan akan berbeda antara suami dengan isteri. Karena
itu, variabel ‘jenis kelamin’ dapat dijadikan sebagai variabel
penekan/pengganggu. Berikut adalah gambaran penyebaran
data tanpa dan dengan menggunakan variabel
penekan/pengganngu;
Contoh penyebaran data tanpa variabel
penekan/pengganggu;

Lama waktu senggang dalam


No Rata-rata lama menonton TV dalam
jam/minggu
menit/minggu

1 >61 600
2 51-60 534
3 41-50 340
4 31-40 287
5 <30 210

Anda mungkin juga menyukai