PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas
Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 74 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :Petani
Alamat :Aceh Jaya
Masuk RS : 01 Agustus 2016
d. Riwayat Operasi
OS belum pernah menjalani operasi sebelumnya.
2
Suhu : 36.5C
b. Status Internus
Kepala-Leher :
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Hidung : Sekret (-), Darah (-)
Telinga : Sekret (-), Darah (-)
Leher : Dalam batas normal
Thorax :
Paru :
o Inspeksi : Bentuk dan Gerak Simetris
o Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
o Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
o Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Jantung :
o Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tak teraba
o Perkusi : Tidak pembesaran jantung
o Auskultasi : S1/S2 reguler, bising jantung (-)
Abdomen :
Inspeksi : Jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Distensi (+), Nyeri tekan (+) seluruh lapang perut
Perkusi : Timpani
Extremitas :
Ekstremitas Atas
o Dextra : dalam batas normal
o Sinistra: dalam batas normal
Ekstremitas Bawah
o Dextra : dalam batas normal
o Sinistra: dalam batas normal
Rectal Toucher
Sphingter anii : ketat
Ampula vateri :kosong, tidak kolaps
Mukosa : rata
Handscoen : feces (-), darah (-), lendir (-)
3
1.5 Diagnosis awal
Susp appendicitis perforasi
Susp perforasi gaster
4
Gambar2.1
Posisi Anteroposterior (AP)
5
Gambar 2.2Posisi Left Lateral Decubitus (LLD)
1.10 Tindakan
Dilakukan tindakan pembedahan emergensi laparotomi axplorasi dan
omental patchpada tanggal 03-08-2016
1.11 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
6
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Anatomi
7
Gaster merupakan bagian sistem gastrointestinal yang terletak diantara
esofagus dan duodenum. Gaster terletak di daerah kuadran kiri atas, epigastrium,
dan regio umbilikalis dan sebagian besar ditutupi oleh costae.Dari hubungan
anatomi topografik gaster-duodenum dengan hati, pankreas, dan limpa, dapat
diperkirakan bahwa tukak peptik dapat mengalami perforasi ke rongga sekitarnya
tau penetrasi ke dalam organ yang bersebelahan, tergantung pada posisi tukak.(3)
Gaster mempunyai dua lubang yaitu ostium cardiacum dan ostium pylorum,
dua curvatura yaitu curvaturamajor dan curvaturaminor, dan dua dinding yaitu
pariesanterior dan pariesposterior. Gaster dibagi menjadi bagian berikut : (1)
fundus yang berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak disebelah kiri ostium
cardiacum, (2) corpus yang terbentang dari ostium cardiacum hingga incisura
angularis, (3) anthrum pylorum terbentang dari incisura angularis sampai pylorus,
(4) merupakan bagian gaster yang berbentuk tubular dengan dinding otot yang
tebal.(4)
Arteri gastrica sinistra yang berasal dari truncus coeliacus. Arteri ini
berjalan ke atas dan kiri untuk mencapai esofagus dan kemudian berjalan turun
sepanjang curvatura minor gaster. Arteri ini memperdarahi sepertiga bawah
esofagus dan bagian kanan atas gaster.(4)
8
Arteri gastrica dextra yang berasal dari arteri hepatica communis pada
pinggir atas pylorus dan berjalan ke kiri sepanjang curvatura minor. Arteri ini
memperdarahi bagian kanan bawah gaster. (4)
Arteri gastrica braves yang berasal dari arteri lienalis pada hilum lienale dan
berjalan kedepan didalam ligamentum gastroplenicum untuk memperdarahi
fundus. (4)
Arteri gastroomentalis sinistra yang berasal dari arteri splenica pada hilum
lienale dan berjalan kedepan didalam ligamentum gastrolienale untuk
memperdarahi gaster sepanjang bagian atas curvatura major. (4)
Aliran balik gaster melalui vena gastrica sinistra dan dextra yang bermuara
ke vena porta hepatis. Vena gastrica breves dan vena gastroomentalis sinistra
bermuara ke dalam vena lienalis. Vena gastroomentalis dextra bermuara kedalam
vena mesenterika superior. (4)
3.3 Etiologi
9
f. malignansi intraabdomen dan limfoma
c. trauma tumpul pada gaster, trauma ini lebih umum pada anak daripada
dewasa dan termasuk trauma yang berhubungan dengan pemasangan alat,
cedera gagang kemudi sepeda, dan sindrom sabuk pengaman.
3.4 Fisiologi
Fungsi utama gaster adalah untuk menerima dan menampung makanan dan
minuman yang dikerjakan oleh fundus dan korpus dan penghancur yang
dikerjakan oleh antrum. Makanan tersebut perlahan-lahan dicerna dan bergerak
pada saluran cerna dibantu oleh asam gaster dan pepsin.(8)
10
Pengaturan sekresi gaster dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik dan
intestinal. Fase sefalik dimulai sebelum makanan masuk gaster dikarenakan
melihat, mencium, memikirkan, atau mengecap makanan.Fase ini diperantarai
oleh nervus vagus. Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus.
Distensi antrum juga dapat menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari
reseptor-reseptor pada dinding gaster untuk sekresi gastrin, reflek vagus, dan
reflek kolinergik intramural. Semua itu akan merangsang sel parietal untuk
memproduksi asam gaster. Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari gaster
ke duodenum. Fase sekresi gaster diduga sebagian besar bersifat hormonal.
Adanya protein yang tercerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang
pelepasan gastrin usus, suatu hormon yang menyebabkan gaster terus-menerus
menyekresikan sejumlah kecil cairan asam gaster.(5,8)
3.5 Patofisiologi
11
Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi
akut. Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi.
Hipokasia akan terjadi pada area pertumbuhan bakteri anaerob dan menyebabkan
pelemahan aktivitas bakterisid dari granulosit, yang mengarah pada peningkatan
aktivitas fagosit granulosit, degradasi sel, hipertonisitas cairan membentuk abses,
efek osmotik, mengalirnya lebih banyak cairan abses, dan pembesaran abses
abdomen. Jika tidak cepar mendapat terapi akan terjadi bakterimia, sepsis general,
kegagalan multi organ dan syok .(9)
3.7 Diagnosis
12
Perforasi lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis
akut. Penderita yang mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat, seperti
ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak terutama dirasakan di epigastrium
karena rangsang peritoneum oleh asam lambung, empedu dan enzim pankreas.
Cairan lambung dan duodenum akan mengalir ke parakolika kanan, menimbulkan
nyeri perut kanan bawah, kemudian menyebar ke seluruh perut. Pada awal
perforasi, belum ada infeksi bakteria, fase ini disebut fase peritonitis kimia.
Adanya nyeri di bahu meunjukkan adanya rangsang peritoneum di permukaan
bawah diafragma. Rekasi peritoneum berupa pengenceran zat asam yang
merangsang itu akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian
terjadi peritonitis bakteria.(12)
Rangsang peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defans muskuler.
Pekak hati bisa hilang akibat adanya udara bebas di bawah diafragma. Peristaltik
usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah terjadi
peritonitis bakteria, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia,
hipotensi, dan penderita tampak letargik karena syok toksis. (12)
Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang
menyebabkan pergeseran peritoneum dengan peritoneum. Nyeri subjektif
dirasakan waktu penderita bergerak, seperti jalan, bernafas, menggerakan badan,
batuk, dan mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri ketika digerakkan seperti
palpasi, tekanan dilepaskan, colok dubur, tes psoas dan tes obturator.(12)
Sebagian besar pasien yang mengalami perforasi berobat dalam keadaan
dramatis. Timbul nyeri mendadak pada abdomen bagian atas yang menyiksa.
Dalam beberapa menit timbul peritonitis kimia akibat keluarnya asam lambung,
pepsin, dan makanan yang menyebabkan nyeri hebat. Pasien takut untuk bergerak
atau bernafas. Abdomen pada pemeriksaan auskultasi senyap dan pada palpasi
mengeras seperti papan. Perforasi akut biasanya dapat didiagnosis hanya
berdasarkan pada gejala yang timbul. Diagnosis dipastikan melalui adanya udara
bebas dalam rongga peritoneal.Udara tentu saja masuk rongga peritoneal melalui
ulkus yang mengalami perforasi. Pengobatan adalah pembedahan segera disertai
dengan reseksi lambung atau penjahitan pada tempat perforasi, bergantung pada
keadaan penderita.(13)
13
3.8 Pemeriksaan Radiologi
Manfaat penemuan dini dari perforasi gaster sangat penting, karena keadaan
ini biasanya memerlukan intervensi bedah. Radiologis memiliki peran nyata
dalam menolong ahli bedah dalam memilih prosedur diagnostik dan untuk
menentukan apakah pasien perlu dioperasi. Deteksi pneumoperitoneum minimal
pada pasien nyeri akut abdomen karena perforasi gaster adalah tugas diagnostik
yang paling penting dalam status kegawatdaruratan abdomen. Seorang dokter
yang berpengalaman, dapat mendeteksi jumlah udara minimal sebanyak 1 ml,
menggunakan teknik foto abdomen klasik dalam posisi berdiri dan posisi lateral
decubitus kiri.(14)
Pada foto polos abdomen akan tampak udara bebas pada rongga peritoneum
dengan bentuk, ukuran dan lokasi yang berbeda sesuai dengan proyeksi foto.
Udara bebas pada rongga peritoneummemiliki beberapa khas, diantaranya:
a. Rigler sign, gas relief sign atau double wall sign yaitu tampaknya udara
bebas diluar saluran cerna.(14)
14
Gambar 3.2 Rigler sign
b. Triangle sign
Pada posisi lateral tampak gambaran radiolusen berbentuk segitiga diantara usus
dan dinding abdomen yang dikenal dengan triangle sign.(14)
15
Gambar 3.4 Triangle sign, posisi LLD
c. Hiperluscent liver sign
permukaan hepar.(14)
d. Urachus sign
Urachus merupakan korda fibromuskular yang menghubungkan umbilikus
dengan bagian atas vesica urinaria. Pada keadaan normal, urachus tidak
tampak pada foto polos abdomen. Namun pada pneumoperitoneum akan
tampak garis radioopak tipis pada midline abdomen dengan posisi vertikal
dari umbilikus hingga puncak vesica urinaria.(15)
16
Gambar 3.6 Urachus sign
e.
Cupola Sign
Gambar
3.7
Cupola
sign, tampak
udara bebas yang terperangkap
dibawah ligamentum diagfragma.
f. Football sign
Dalam keadaan normal, batas rongga abdomen
dapat terlihat karena adanya perbedaan densitas
antara lemak intraperitoneal dan dinding abdomen.
Pada pneumoperitoneum, udara membuat batas rongga abdomen yang
terdistensi menyerupai bentuk football. Terkadang ligamentum falciformis
dapat dilihat di bagian tengah abdomen. Football sign sering dijumpai pada
neonatus dengan necrotizing enterocolitis lanjut.(14)
17
Gambar 3.8 Football sign
3.8.2 Ultrasonografi
Udara bebas pada rongga peritoneum akan muncul sebagai daerah linier dengan
peningkatan ekogenisiti dengan distal ring-down atau artefak dengung.
Gambar 3.9Pada gambar kiri (sagital) tampak artefak berbentuk komet melewati
hepar, artefak tersebut terbentuk karena adanya udara bebas di ruang subprenikus
anterior yang menyebabkan terbentuknya bayangan. Pada gambar
kanan(transersal olblique) melalui midabdomen tampak dilatasi pada lengkungan
usus kecil dengan corakan cairan bebas diantara lengkungan usus.(14)
18
Gambar 3.10 Udara bebas pada rongga peritoneum
Udara bebas intraperitoneal dapat terlihat pada MRI, namun MRI tidak
pernah dipakai sebagai pilihan pertama dalam mendiagnosa pneumoperitoneum.
(16)
19
Gambar 3.11 Tampak udara bebas pada rongga peritoneum
3.9 Penatalaksanaan
3.9.1 Antibiotik
Antibiotik terbukti efektif dalam menurunkan kadar infeksi post operasi dan
dapat memperbaiki hasil akhir dari pasien dengan infeksi intra peritoneum dan
20
septikemia. Antibiotik yang biasa diberikan seperti metronidazole, gentamisin,
dan cefoprazone.(17)
Tujuan utama terapi bedah pada kasus perforasi gaster adalah untuk
mengoreksi masalah dasar secara anatomi, mengoreksi penyebab peritonitis, dan
mengelurakan materi asing yang ada dalam rongga peritoneum yang dapat
menginhibisi fungsi sel darah putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri,
seperti feses, sekresi gaster, dan darah. (17)
a. Preoperatif
b. Intraoperatif
c. Postoperatif
21
maka pemberian antibiotik secara oral tidak akan bekerja efektif dan dianjurkan
dilakukan pemberian secara intavena.(17)
3.10 Komplikasi
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau lokal pada setiap lapisan
luka operasi) dapat terjadi segera atau lambat. Faktor-faktor yang berpengaruh
pada kegagalan luka operasi seperti malnutrisi, sepsis, uremia, diabetes mellitus,
terapi kortikosteroid, obesitas, batuk yang berapt, hematoma (dengan atau tanpa
infeksi), abses abdominal terlokalisasi dan kegagalan multi organ serta syok
septik.(17)
3.11 Prognosis
22
penatalaksanaan dini yang tepat. Faktor-faktor seperti usia lanjut, komorbid,
malnutrisi dan timbulnya komplikasi dapat meningkatkan resiko kematian.(11)
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong WD, Sjamsuhidajat R. Perforasi. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
2003. Jakarta. 245
4. Snell RS. Abdomen. Anatomi Klinik. Edisi ke-6. 2006. Jakarta. 218-221
6. Lange JF, Nicolai A, Tilanus HW, Kuipers EJ, Eijck CHJ. Perforated
Peptic Ulcer: New Insights. Chapter 4.2011. Rotterdam
12. Tsai S, Mulholland MW. Emergency Operative for Perpic Ulcer Dissease.
Current Procedures of Surgery. Mc Graw-Hill Companies Inc. 2010. 67-69
13. Ign R.Lambung dan Duodenum, Anatomi. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
ke-2. 2003. Jakarta
24
15. Pneumoperitoneum Imaging. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/372053-overview#a1 pada 11
Agustus 2016
16. Marek AP, Deisler RF, Dutherland JB, Punjabi G, Portillo A, Krook J, et
al. CT Scan-Detected pneumoperitoneum of Intra-Abdominal Injury in
Blunt Trauma. US National Library of Medicine Institute of Health. 2013.
116-121
18. Zinner Mj, Ashley SW. Stomach and Duodenum. Maingots Abdominal
Operation 11th Edition. 2006
25