Anda di halaman 1dari 44

Hidropneumoperitoneum

Disusun oleh :
Erlangga Pradipta Harianto 22010120220110
Nurismatul Izzah 22010120220046
Rani Rahayu 22010120220234
Qonita Qurrota A’yun 22010120220167
Yohana Novelia Christin 22010120220240
Latar Belakang

Hydropneumoperitoneum adalah suatu keadaan dimana terdapat keberadaan gas atau udara dan cairan pada kavitas

peritoneum. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti penggunaan alat ke dalam peritoneum sehingga menyebabkan

masuknya udara, perforasi pada saluran pencernaan yang menyebabkan keluarnya udara dan cairan ke rongga peritoneum, dan

pada kasus yang sangat jarang diakibatkan oleh bakteri yang tumbuh pada rongga peritoneum.
Latar Belakang

Pasien dengan kondisi ini biasanya menunjukan perforasi pada viscera dan segera memerlukan tindakan atau intervensi

bedah segera untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. Perforasi akibat ulserasi duodenum merupakan penyebab

pneumoperitoneum paling sering. Sementara itu, penyebab lainnya seperti obstruksi usus besar, ruptur divertikulum, trauma

penetrasi, ruptur dari inflammatory bowel disease (megacolon), necrotizing enterocolitis, kanker usus, iskemi usus pasca

laparatomi, laparaskopi, kerusakan pada anastomosis operasi, dan endoskopi.


TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMOPERITONEUM
Anatomi Abdomen

Abdomen merupakan bagian tubuh berbentuk rongga yang terletak diantara toraks

dan pelvisdinding abdomen terbentuk dari otot-otot abdomen, fasia-fasia, vertebra

lumbalis 1-5 beserta diskusnya , dan os illium, rongga abdomen dibagi menjadi 3

yaitu,

- Rongga peritoneal

- Rongga retroperitoneal

- Rongga pelvis
natomi Abdomen
DEFINISI

Hydropneumoperitoneum adalah suatu keadaan dimana terdapat keberadaan gas atau udara dan cairan pada kavitas peritoneum.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti penggunaan alat ke dalam peritoneum sehingga menyebabkan masuknya udara,

perforasi pada saluran pencernaan yang menyebabkan keluarnya udara dan cairan ke rongga peritoneum, dan pada kasus yang sangat

jarang diakibatkan oleh bakteri yang tumbuh pada rongga peritoneum.


Epidemiologi

Pneumoperitoneum ada 2 macam,

1) Surgical Pneumoperitoneum : 85%-90%

2) Pneumoperitoneum Spontan 5%-15%


Infeksi rongga peritoneum
Pneumatosis intestinalis
PATOFISIOLOGI
Pneumoperitoneum pada akhirnya merupakan hasil dari iskemia
jaringan, erosi, infeksi, atau cedera mekanis dan / atau termal. Udara
bebas atau pneumoperitoneum terbentuk jika udara keluar dari sistem
gastrointestinal. Hal ini terjadi setelah perforasi lambung, bagian
duodenum dan usus besar.
Manajemen
Manajemen
Manajemen
TINJAUAN PUSTAKA
PERITONITIS
Etiologi
Patofisiologi
Anamnesis

Pneumoperitoneum & Peritonitis Ileus Obstruktif


•Nyerit perut terus menerus •Nyeri perut hilang timbul
•Muntah, anoreksia, mual •Tidak dapat BAB/Kentut
•Distensi abdomen
•Konstipasi
•Konstipasi
•Tidak dapat BAB/Kentut
•Tidak dapat BAB/kentut
•Defans muscular •Urin output <0,5 cc/jam
•Demam •
Pemeriksaan Fisik

Pneumoperitoneum Peritonitis
•Temuan gas bebas intraperitoneal yang •TTV : takikardi, hipotensi, anuria
diasosiasikan perforasi
Ileus Obstruktif •Inspeksi : distensi abdomen
● Inspeksi : nafas thoraco-abdomen, perut •Auskultasi : bising usus –
menonjol
● Auskultasi : peristaltic metallic sound •Perkusi : pekak hati (-)
● Perkusi : pekak hati (+), timpani •Palpasi Nyeri tekan (+)
● Palpasi : nyeri tekan (-)
● RT : ampula recti kolaps dan tidak ada nyeri •Defans muscular
bagian bentral
•RT : ampula recti mengembang
dan nyeri bagian ventral
Radiologi

Posisi x foto polos Posisi x foto thoraks


abdomen
•Erect-Semieret AP
•Supine Proyeksi AP
•Erect – semi erect
proyeksi AP
•LLD dengan sinar
horizontal preksi AP
Interpretasi

Gambaran radiologi Dugaan perforasi

•Retensi dari gas dan fluid level •Supine L preperitoneal fat,


•Tanda-tanda inhibisi psoas line menghilang, kabur
•Perubahan pola mukosa, edema
pada cavum abdomen
usus •erect-semi erect : free air
•Perkaburan dari “flank stripe” subdiafragma (semilunar
•Pertanda retikulasi pada lemak shadow)
subkutan •LLD : free air intra peritoneal
•Terbatasnya pergerakan diafragma pada daerah yang paling tinggi
Manajemen
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. S

Umur : 55 tahun

Alamat : Pancur, Mayong

Masuk RSDK : 06/03/2021

No. CM : c8xxxxx
Data Dasar
Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien tanggal 6 maret 2021

Keluhan utama : nyeri perut seluruh lapangan perut

Riwayat penyakit sekarang :

pasien mengalami nyeri perut, terasa perih, anus nyeri, BAB menceret dan terakhir kali BAB berdarah

seminggu yang lalu. Pasien mengeluhkan BAB diare sejak 2 tahun yang lalu, disertai dengan sulit BAB,

terasa nyeri perut dan perut kembung jika tidak bisa BAB. sejak 1,5 tahun yang lalu, keluhan disertai BAB

berdarah. pasien berobat ke RS dikatakan curiga ada tumor, pasien menjalani operasi pengangkatan

tumor pada bulan jui 2020. Setelah operasi pasien dikatakan mengalami peradangan usus kronis. setelah

operasi keluhan masih tetap. pada bulan oktober 2020 pasien menjalani operasi ambeiyen karena BAB

masih bercampur darah, setelah dioperasi keluhan masih sama. kemudian pasien dirujuk di RSDK.
Data Dasar
Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien

Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat operasi pengangkatan tumor usus

Riwayat operasi ambeiyen

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada data

Riwayat sosial ekonomi :tidak ada data


Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik dilakukan tanggal 6-8 Maret Status Generalis


2021
Kepala : dbn
Keadaan umum : tampak sakit sedang, lemah,
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera
composmentis
ikterik (-/-)
Tanda Vital Mulut : Mallampati II buka mulut 3 jari,
Tekanan Darah : 100/60 mmhg
gigi goyang (-), gigi ompong (+), gigi
HR : 103 x/ m reguler cukup palsu (-)
RR : 20 Leher : deviasi trakea (-), benjolan (-),
Suhu : 36,5 C leher kaku (-)
Sp O2; 98% (air room)
BB Sekarang : 50 kg Pulmo : SD vesikuler (+/+), Rh(-/-) Wh(-/-)
TB : 165 cm
Jantung : BJ 1-2 reguler, bising (-), gallop
Pemeriksaan Fisik

Abdomen Ekstremitas

superior inferior
Inspeksi : Distensi, tampak scar bekas operasi di
midline infraumbilical
Edema -- +/+
Palpasi : Nyeri tekan (+), defans muskular (+)
Akral dingin -/- -/-
Perkusi : Timpani
Sianosis -/- -/-
Auskultasi : Bising usus (+)
CRT <2”/<2” <2”/<2”
RT : Teraba benjolan sirkuler 2 cm dari anal verge,
mukosa licin, nyeri (+), ampula recti tidak kolaps,
feses (+) cair

HS : feses (+), lendir (-), darah (-)


Diagnosis Sementara
Hydropneumoperitoneum Kanan
Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium darah pada tanggal 05/03/2021
Hemoglobin 8,4 g/dl
Hematokrit 25,6 %
Leukosit 10,2 x 10^2/ mikro Liter
Trombosit 135x10^3/mikro Liter

Kimia Klinik
GDS 113 mg/dl
Ureum 47 mg/dl
Kreatinin 1,24 mg/dl
Na 135 mmol/l
Cl 98 mmol/l
HsCRP 39,36 mg/dl
Albumin 2,1 g/dl (05/03/2021 RSU PKU Muhammadiyah)

Studi kagulasi
PPT 22 detik/K 11,3 detik
PPTK 65,1 detik/K 31,4 detik
Pemeriksaan Laboratorium

Imunologi Klinik
Procalsitonin 43,74 ng/ml
RDT covid 19 negatif (03/03/21RSU PKU muhammadiyah)
HbsAg negatif (03/03/21 RSU PKU muhammadiyah)
Pemeriksaan Radioogi
Klinis : ileus obstruktif
-Preperitoneal fat line kanan kiri baik
-Psoas line kanan kiri dan kontur ginjal
x-foto polos abdomen 2 posisi (AP supine-LLD) superposisi dengan udara usus
-Tak tampak opasitas patologis pada cavum
abdomen dan cavum pelvis
-Distribusi udara usus meningkat
-Tampak dilatasi loop-loop usus
-Tampak gambaran rigler sign
-Tampak gambaran coiled spring dan herring
bone
-Pada proyeksi LLD, tampak lusensi disertai air
fluid level pada aspek laterosuperior
hemiabdomen kanan, yang membentuk
gambaran lateral decubitus sign, tampak
multiple air fluid level
-tampak fecal material
kesan : - Gambaran small bowel obstruction

- Gambaran hidropneumoperitoneum
Diagnosis

Peritonitis et causa perforasi usus et causa ileus obstruktif


PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

● Hidropneumoperitoneum merupakan suatu kegawatdaruratan yang ditandai dengan peningkatan akumulasi udara

dan cairan pada cavum peritoneum.

● Akumulasi cairan dan udara tersebut merupakan hal yang seharusnya tidak terjadi secara fisiologis dimana

peritoneum memiliki cairan yang sangat sedikit dan hanya berfungsi sebagai pelumas dan udara pada peritoneum

● Kejadian ini sering dikaitkan dengan terjadinya perforasi akibat obstruksi saluran pencernaan, terutama pada

bagian ileum yang biasanya akan mengarah kepada terjadinya peritonitis akibat pengenalan bakteri dari saluran

pencernaan ke cavum peritoneum yang seharusnya steril


PEMBAHASAN

● Pneumoperitoneum dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologis foto polos abdomen, CT scan, MRI, dan

ultrasonografi.

● Pada foto polos abdomen, pneumoperitoneum paling baik terlihat dengan posisi lateral dekubitus kiri yang

menunjukkan gambaran radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum

● CT scan merupakan kriteria standar untuk mendeteksi pneumoperitoneum, namun tidak selalu dibutuhkan jika

dicurigai pneumoperitoneum dan lebih mahal serta memiliki efek radiasi yang besar
PEMBAHASAN

Prinsip tatalaksana dan prognosis tergantung penyebab utamanya. Ketika pasien diduga mengalami hidropneumoperitonitis,

langkah pertama mencari tahu penyebabnya untuk melakukan tatalaksana yang tepat. Jika kasus yang terjadi adalah pneumoperitoneum

tanpa peritonitis dilakukan terapi konservatif, sedangkan kasus pneumoperitoneum dengan peritonitis maka dilakukan pembedahan.

Tatalaksana peritonitis primer sendiri prinsipnya adalah pemberian antibiotik sedangkan jika dikarenakan perforasi usus maka

dilakukan pembedahan segera.


KESIMPULAN

•Hidropneumoperitoneum pada kasus ini merupakan hasil diagnosis dan tatalaksana yaitu Peritonitis et
causa perforasi usus kecil et causa ileus obstruksi pasien dilakukan pemeriksaan radiologi berupa foto
polos thorax semi-erect AP dan foto polos abdomen Abdomen 2 posisi AP Supine dan LLD.
Pemeriksaan penunjang laboratorium dan kultur juga dibutuhkan memastikan adanya infeksi lain serta
persiapan menuju bedah karena kegawatan.

•Komplikasi pada pasien peritonitis dapat menyebabkan syok hingga kematian, jika terjadi peritonitis
maka sangat mengancam jiwa dan tingkat kematian meningkat apabila tidak segera ditatalaksana. Hal
ini peran dokter umum sangat penting yaitu untuk monitoring dari pasien terutama yang mendapatkan
pengobatan jangka panjang. Peritonitis merupakan kompetensi 3B pada dokter umum dimana mampu
membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada kegiatan gawat darurat demi
menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan pada pasien. Selanjutnya dokter umum dapat
melakukan rujukan pada dokter bedah digestif untuk penatalaksanaan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Breen ME , Dorfman M, Chan SB. 2008. Pneumoperitoneum without peritonitis: A case report. Am J Emerg Med; 26:841e1-2

2. Philip KT, Cheuk CS, Beth P, et al.ISPD Peritonitis Guidline:2016 update on prevention and treatment. Perit Dial Int. 2016 Sep-Oct; 36(5): 481–508.doi:

10.3747/pdi.2016.00078

3. Neudecker J. et al. (2006) The EAES Clinical Practice Guidelines on the Pneumoperitoneum for Laparoscopic Surgery (2002). In: Neugebauer E., Sauerland S., Fingerhut A.,

Millat B., Buess G. (eds) EAES Guidelines for Endoscopic Surgery. Springer, Berlin, Heidelberg. https://doi.org/10.1007/978-3-540-32784-4_2

4. Appenrodt B, Grunhage F, Gentemann MG, Thyssen L, Sauerbruch T, Lammert F. Nucleotide-binding oligomerization domain containing 2 (NOD2) variants are genetic risk

factors for death and spontaneous bacterial peritonitis in liver cirrhosis. Hepatology. 2010 Apr. 51(4):1327-33.

5. Sartelli M, Catena F, Abu-Zidan FM, et al. Management of intra-abdominal infections: recommendations by the WSES 2016 consensus conference. World J Emerg Surg. 2017.

12:22.

6. Hydropneumoperitoneum - Oxford Reference [Internet]. [cited 2021 Mar 9]. Available from: https://www.oxfordreference.com/view/10.1093/oi/authority.20110803095953919

7. Elrobaa IH, Khan AH, Ahmad MK, Elamatha AJ, Elserhy MD, Eltahir E, et al. Huge hydro pneumoperitoneum reported as complication of perforated duodenal ulcer with

interesting images. Pan Afr Med J [Internet]. 2019 [cited 2021 Mar 10];34:217. Available from: /pmc/articles/PMC7060911/

Anda mungkin juga menyukai