PENYUSUN
K1A112004
PEMBIMBING
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2018
BAB I
LAPORAN KASUS
A. PRIMARY SURVEY
Dilakukan pada hari Minggu, 02 Desember 2018 pukul 22.10 WITA di IGD RS
Bahteramas.
20x/menit
B. SECONDARY SURVEY
1. Identitas
Nama : Tn. Muh.Ikwan
Umur : 25 tahun
Wita)
a. Keluhan utama
b. Anamnesis Terpimpin
c. Mekanisme Trauma
d. Riwayat Trauma
e. Keluhan Tambahan
1. Status Generalista
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda Vital
VAS 7/10
3. Status Present
cm, bone expose (+) tendon expose (+), hematoma (-), swelling
(-).
CRT ≤ 2 detik.
cm, bone expose (-) tendon expose (-), hematoma (-), swelling
(-).
ROM : Aktif dan pasif wirst joint dextra terbatas karena nyeri
Darah Rutin
Pemeriksaan X-Ray
4. Resume
shoulder dextra dan region manus dextra sejak 30 menit yang lalu akibat
benda tajam
gizi baik. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Status lokalis: region
shoulder dextra dan region manus dextra, pada region shoulder dextra
10 x 4 cm, bone expose (+) tendon expose (+), Palpasi: ditemukan Nyeri
tekan (+), ROM : Aktif dan pasif Acromioclavicular joint dan shoulder
4 x 1 cm, Palpasi: Nyeri tekan (+),ROM : Aktif dan pasif wirst joint dextra
terbatas karena nyeri NVD: sensibilitas (+), teraba pulsasi A. radialis, CRT
≤ 2 detik
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
Fraktur Clavicula
7. Rencana Terapi
a) Non Farmakologi
1. Istrirahat
2. Imobilisasi
3. Elevasi
4. Edukasi
IVFD
Inj Antibiotik
Inj Analgetik
Inj H2RA
HR : 84 x/m Istirahat
RR : 20 x/m Imobilisasi
T : 36.7 0C Edukasi
A : PH1+ Ruptur
Farmakologi:
Acromioclavicular Joint
Ciprofloxasin 1 A/ 12 Jam /IV
HR : 88 x/m Imobilisasi
RR : 20x/m Edukasi
T : 36.6 0C Farmakologi:
A : PH2+ Ruptur
Ciprofloxasin 1 A/ 12 Jam /IV
Acromioclavicular joint
Ketorolac 30 Mg/ 8 Jam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Dislokasi adalah cedera pada persendian yang mana kepala tulang lepas atau
otot yang menurun ataupun karena factor eksternal yang berupa tekanan energy
dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh. Cedera pada
sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang yang membuat persendian dan
tulang rawannya, ligament atau kapsul sendi rusak. Darah dapat mengumpul di
antara ujung distal clavicula dengan acromion. Dislokasi AC joint dapat terjadi
B. Anatomi
anteroposterior. Sendi ini berorientasi dengan cara ketika terdapat tekanan kuat
akromion pada skapula dan pokok persoalan untuk beban yang terlalu tinggi
diteruskan oleh pembentuk otot dada ke ekstremitas atas. Ini juga merupakan sendi
sinovial, tetapi mempunyai susunan planar. Persendian diskus yang berbentuk baji,
yang fungsinya sangat tidak dipahami, ditemukan didalam persatuan sendi dari
aspek superior. Kedua sisi pada permukaan sendi dilapisi oleh fibrocartilage dan
menggeser akromion.
pada acromion berbentuk konkaf dan pada ujung distal berbentuk konveks
C. Epidemiologi
tahun karena aktivitas olah raga dan kecelakaan lalu lintas. Cedera ini umumnya
atlit. Cedera ini sering terjadi pada aktivitas olahraga seperti hoki, rugby, sepak
bola, gulat, dan lacrosse. Umumnya, laki-laki berpotensi 5 kali lebih sering
mengalami cedera ini dibandingkan perempuan dan tipe I serta tipe II 2 kali lebih
D. Etiologi
clavicula yang melekat pada tulang rusuk tidak bisa bergerak cukup untuk
langsung, yakni terjatuh tepat pada bahu dimana lengan dalam posisi ekstensi.
subkutan dan tidak banyak otot yang melindungi atau melekat padanya. Besarnya
gaya ketik terjatuh menetukan tingkat keparahan cedera dan struktur yang
terlibat. Biasanya gaya awal diserap oleh ligamen acromiovlavicularis. Jika gaya
terpengaruh. Selain itu, trauma tidak langsung seperti jatuh pada posisi siku
tertekuk (elbow flexion) atau lengan terentang (shoulder abduction), juga dapat
bahu bagian anterior, maka akan ada gaya yang mendorong bahu tersebut ke arah
Selain itu, penanganan yang kurang atau bahkan tidak tepat dapat
acromioclavicular joint seperti adanya tumor, arthritis, atau kondisi DCO (Distal
Clavicula Osteolysis) yang biasanya pada orang muda yang mengangkat beban
berat.4
E. Klasifikasi
sistem 6 tipe yang dijelaskan oleh Rockwood (1998), tiga yang merupakan
(1967) dan dua dari Tossy (1963) yang memperhitungkan tidak hanya
m.Deltoid dan m.Trapezius serta arah dislokasi dari clavicula sehubungan dengan
acromion. Pada dasarnya tipe IV, V, dan VI adalah varian dari tipe III.
Adapun penjelasan dari keenam tipe tersebut sebagai berikut:
a) Tipe I
Pada ligamen acromioclavicular terjadi stretch yang menyebabkan
ligamen tersebut mengalami ketegangan dan dapat juga menyebabkan ruptur
parsial.
b) Tipe II
Pada ligamen acromioclavicular terjadi ruptur total dan ligamen
coracoclavicular terjadi rupture parsial.
c) Tipe III
Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur total,
dan tulang clavicula terangkat ke atas.
d) Tipe IV
Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur total,
dan tulang clavicula terdorong ke arah posterior.
e) Tipe V
Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur total,
dan tulang clavicula mengalami ketidakstabilan.
f) Tipe VI
Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur total,
dan tulang clavicula masuk diantara kepala humerus dan tendon otot biceps
dan coracobrachialis
Selanjutnya Jeremy Jones dan Frank Gaillard mendeskripsikan 6 tipe
F. Mekanisme Trauma
bahu bagian anterior, maka akan ada gaya yang mendorong bahu tersebut ke arah
fascia deltoidtrapezial. Pada titik ini ekstremitas atas telah kehilangan dukungan
a. Anamnesis
menuruni bukit.
bahu. Nyeri menjalar sampai ke dasar leher dan trapezius atau otor deltoid
lengan melewati dada (seperti hendak mengambil sesuatu dari saku baju)
Nyeri juga terjadi saat fleksi bahu (meraih sesuatu melewati kepala) atau
atau karena edema pada sendi itu sendiri. Daerah ini biasanya terasa nyeri
saat ditekan. Pada LGS aktif, pasien mengeluhkan nyeri pada saat fleksi
Nyeri semakin bertambah saat bahu semakin difleksikan, baik secara aktif
Tes special yang dapat dilakukan antara lain: tes adduksi menyilang
paxinos.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. X-Ray
radiografi standar bahu. Tampilan Zanca (di mana sinar x-ray diarahkan
Type 1
Type 2
Type 3
Type 5
Type 6
2. MRI
membedakan derajat III dari Tipe II dan dalam keputusan untuk dilakukan
tindakan operasi.
Gambar 5. resonansi magnetik (MRI) pasien dengan cedera sendi acromioclavicular tipe-III
Terapi awal tergantung pada tingkat cedera dan aktivitas pasien serta tujuannya.
Terapi awal untuk semua fase yang tidak memerlukan operasi (tipe
I,II,III) istrahat, kompres es dan sling brace imobilisasi selama 1-6 minggu
(rata-rata 2-3 minggu) dan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi 2-3 bulan.
dipergunakan untuk nyeri dan inflamasi. Injeksi kedalam sendi dapat juga
dilakukan pada fase awal untuk control nyeri yang segera dan juga untuk
yang menunjukan gejala dan pada pasien yang tidak merespon terapi
konservatif.
Cedera tipe III dapat ditangani secara operatif maupun non operatif.
Satu penelitian mengatakan terjadi kepuasan jangka panjang pada pasien yang
di operasi tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada LGS dan
kesulitan jangka panjang. Terapi konservatif untuk tipe III adalah dengan
a. Operasi
Beberapa prosedur bedah sudah dijelaskan akan tetapi belum ada
cenderung gagal.
b. Pelat Kait
Pelat kait pada awalnya dirancang untuk fraktur klavikula ujung lateral.
Aplikasi ini telah diperluas ke dislokasi sendi AC. Ini telah dikaitkan dengan
arthritis AC setinggi 41%, dan operasi kedua yang pasti untuk penghapusan
perangkat keras . Plat kait yang mengikis melalui akromion telah dicatat 32
c. Sekrup Bosworth
Fiksasi antara Coracoid dan klavikula telah menjadi prospek yang menarik
dasar dari coracoid - sedangkan ligamen CA melekat jauh ke arah distal dan
lateral.
e. Teknik Fiksasi
pangkal coracoid dan melalui ujung distal klavikula dan tetap pada
tombol jahitan, dan sekrup interferensi. Komplikasi dari teknik ini termasuk
dislokasi sendi akut tipe II AC. Argumen itu tampak cacat, karena sendi AC
f. Rekonstruksi Ligamen CC
lubang bor tunggal atau 2, untuk meniru jalannya ligamen conoid dan
Pasien dipulangkan pada hari kedua pasca operasi setelah balutan luka.
atau mengemudi. Pada minggu ketiga pasien pasca operasi didorong untuk
cedera pada bahu harus program rehabilitasi bahu selama 10 hari diikuti
I. Komplikasi
Komplikasi yang sama dapat terjadi pada cedera acromioclavicular joint tipe
III-VI. Selain itu, adanya ketidakstabilan sendi ditambah penurunan kerja bahu dan
biomekanik yang abnormal, pasien juga mungkin mengeluh deformitas parah pada
acromioclavicular joint dan nyeri leher ketika traksi dan saraf pada pleksus
cepat (24%). Namun, secara keseluruhan 87% cedera tipe III menunjukkan hasil
menyebabkan kececatan lebih kronis, terutama pada atlet dan pekerja berat yang
mengandalkan bahu mereka sehari-hari. Untuk beberapa kasus, reseksi arthriplasty
J. Prognosis
Pada kasus cedera acromioclavicular joint tipe I dan II mayoritas pasien akan
pulih dan sebagian besar gejala akut akan mereda setelah 7-10 hari, tetapi tinjauan
dengan persepsi umum yang menunjukkan bahwa cedera tipe I dan II memiliki
prognosis yang baik dan tidak berhubungan dengan ketidakstabilan sendi. Cedera
tipe I dan II dapat menyebabkan nyeri persisten dan perubahan radiografi. Gejala
utama seperti nyeri hebat dan ketidakstabilan yang membuat pasien mengurangi
kinerja atau berhenti olahraga, naik 9% untuk tipe I, dan mencapai 42% untuk tipe
II. Perubahan radiografi yang dicatat ditemukan 70% pada pasien cedera tipe I dan
75% pada tipe II. Selain itu, sebanyak 6% dari kasus cedera acromioclavicular
joint tipe I hingga tipe III ditemukan osteolysis distal claviucula. Adanya
kelemahan ditemukan pada 33%. Beberapa pasien juga memiliki kelemahan yang
terjadi.
BAB III
DISKUSI KASUS
Tn. Muh.Ikwan, 25 Tahun datang dengan keluhan nyeri pada region shoulder
dextra dan region manus dextra sejak 30 menit yang lalu akibat benda tajam. Pasien
kearah pasien. Riwayat pingsan (-), mual (-), muntah (-), Riwayat Alkohol (-),
(bebat luka ), keluhan lain berupa nyeri pada punggung tangan kanan.
antara ujung distal clavicula dengan acromion. Dislokasi AC joint dapat terjadi
aktivitas olah raga dan kecelakaan lalu lintas. Cedera ini umumnya lebih sering
terjadi pada laki-laki muda dibanding perempuan dengan perbandingan 5:1 hingga
10:1.
Pasien biasanya mengalami riwayat trauma langung pada bahu atau sendi
acromioclavicular. Pasien melakukan olahraga seperti sepak bola, ski menuruni bukit.
Pasien mencari pertolongan karena merasakan nyeri pada bagian anterior bahu. Nyeri
menjalar sampai ke dasar leher dan trapezius atau otor deltoid atau sampai ke lengan
baik. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Status lokalis: pada region shoulder
dextra inspeksi ditemukan Deformitas (+), Wound (+) Vulnus Insisivum ukuran 10 x
4 cm, bone expose (+) tendon expose (+), Palpasi: ditemukan Nyeri tekan (+), ROM :
Aktif dan pasif Acromioclavicular joint dan shoulder joint terbatas karena nyeri,
NVD : sensibilitas (+), teraba pulsasi A. radialis dan A. Brachilalis, CRT ≤ 2 detik.
Pada Regio Manus Dextra didapatkan Inspeksi : Deformitas (+), Wound (+)
Vulnus Insisivum ukuran 4 x 1 cm, Palpasi: Nyeri tekan (+),ROM : Aktif dan pasif
wirst joint dextra terbatas karena nyeri NVD: sensibilitas (+), teraba pulsasi A.
Beberapa pasien mengeluhkan nyeri pada saat fleksi bahu yang ekstrim. Nyeri
semakin bertambah saat bahu semakin difleksikan, baik secara aktif maupun pasif.
Nyeri biasanya menghilang saat dilakukan MMT yang isometric pada otot rotator
cuff.
50 Mg/12 jam, ciprofloxsacin 1 gram /12 jam, adona drips 1 gr. Persiapan operasi
spectrum luas, dan resusitasi cairan yang adekuat. Pasien datang dengan kondisi tidak
stabil karena nyeri dan perdarahan aktif maka perlu diberikan analgetik dan babat
tekan luka. Antibiotik diberikan untuk profilaksis, dengan cara diberikan dosis tinggi,
1-3 kali dosis biasanya. Antibiotik yang umum diberikan adalah golongan
mengeurangi terjadinya komplikasi post operasi seperti infeksi luka dan pembentukan
abses intraabdominal.
Dunn atau modifikasi sendi. Terapi awal tergantung pada tingkat cedera dan aktivitas
pasien serta tujuannya. Cedera tipe I dan II ditangani tanpa operasi tetapi pasien di
anjurkan untuk istrahat, kompres es dan sling brace imobilisasi selama 1-6 minggu
(rata-rata 2-3 minggu) dan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi 2-3 bulan.
dipergunakan untuk nyeri dan inflamasi. Operasi merupakan indikasi untuk pasien
cedera tipe II yang menunjukan gejala dan pada pasien yang tidak merespon terapi
konservatif.
Terapi untuk tipe III Masih controversial, Cedera tipe III dapat ditangani secara
operatif maupun non operatif. Terapi konservatif untuk tipe III adalah dengan
istrahat. Support, modalitas, obat-obatan untuk gejala, dan dapat kembali keaktivitas
secara bertahap dalam 6-12 minggu. Cedera tipe IV, V, dan VI memerlukan
4. Boffano Michele, Mortera Stefano, Wafa Hazem. 2017. The Surgical treatment of
Vienna. Austria..
Fixation.
Training 2000;35(3):261-267.