OLEH :
PEMBIMBING KLINIK
1
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
1. Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal masuk : 20 November 2018
Ruangan : Teratai kelas 3
Alamat : Jl. Tombolotutu
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : kedua kaki tidak bisa digerakkan dan mati rasa
Anamnesis Terpimpin :
Pasien rujukan rumah sakit Suaka Insan Banjarmasin masuk rumah
sakit dengan keluhan lemas seluruh badan dan tidak bisa menggerakkan
kedua kaki sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengatakan bahwa pada Tanggal 1
agustus 2018 pasien dijatuhi buah kelapa sawit dengan berat 30 kg saat
sedang panen, dimana buah menimpah kepala pasien dan lehernya, pada saat
itu pasien tidak sadarkan diri dan dibawa ke rumah sakit Suaka Insan di
Banjarmasin. Pasien masih dapat berkomunikasi dengan baik dan ingat
kejadian, pasien mengeluh tidak dapat menggerakkan kedua kaki, pasien
mengeluh kedua tungkainya pun mati rasa dari dada hingga telapak kaki
sehingga pasien lebih banyak berbaring ditempat tidur.. Keluhan tersebut
dirasakan bersamaan dengan kelumpuhan pada kedua kaki. pasien tidak ada
riwayat mual (-), muntah (-), demam (-), BAB dan BAK Biasa.
2
Riwayat penyakit dalam keluarga :
Tidak ada riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-) atau alergi (-)
dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga yang mengeluh hal serupa.
Kepala : Normocephali
Thoraks
Paru-paru
3
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler +/+, Rh-/-, wh-/-
Jantung :
Perkusi : redup
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan Lokalis
Look : Tampak ulkus dekubitus pada regio lumbal dengan ukuran 13 x13 cm
berlubang, tampak musculus berwarna merah dan tulang, pus (+), darah (-
),bau (+).
Feel : nyeri tekan pada area lesi dan pasien tidak merasakan nyeri mulai dari
kaki hingga bagian dada.
4
Pemeriksaan Neurologis :
a. Sistem Motorik
1. Kekuatan Otot :
Ekstremitas Dextra Sinistra
atas 4 4
bawah 0 0
2. Myotome
Spinal Level Myotome
C5 Shoulder abduction +
C6 Elbow extension +
Wrist extensors
C7 Elbow extensor -
And wrist flexion
C8 Finger flexion and -
thumb extension
T1 Finger abduction -
3. Refleks
a) Biceps : positif
b) Triceps : negatif
c) Patella : Negatif
d) Achilles : Negatif
b. Sistem Sensorik
Pemeriksaan sensorik mengalami gangguan setinggi T5, dimana pasien
tidak merasakan adanya setntuhan mulai dari telapak kaki sampai setinggi
payudara (dermatom T5) . Serta pada tangan bagian medial ekstremitas
atas kehilangan sensasi sensibilitas (anastesi) .
5
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin :
HbsAg
6
2. Foto lumbosacral 2/8/2018)
a. Pasien Tn.A
7
3. CT-Scan Servico Thorakal (2/8/2018)
8
4. Foto Ulkus Dekubitus 21/11/2018
VI. RESUME
9
refleks patella (-) dan refleks achilles (-). Pada pemeriksaan sensorik pasien
mengalami hipoastesi setinggi dermatome C6, Hasil Laboratorium (leukosit
19,5 , Eritrosit 4,47, hb 11,6 , Ct 9 dan BT 2. Pada pemeriksaan foto Ct Scan
Crrviko Thoracal kesan Multiple Level Servical fractur pada C5-C6 bilateral
Interfacetal Dislocation kesan Cord Injury.
VII. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
1. Ivfd RL 20 tpm
2. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
3. Ranitidin 50mg/12jam
4. Neurodex 2 x 1
b. Non Operatif
1. Dilakukan pembersihan pada area luka
2. Ganti perban tiap 3 hari 1 kali.
c. Operatif
Operasi dekompresi laminektomi dan stabilisasi posterior pada
vertebra cervikal
10
11
d. Foto Kontrol 8/8/2018
Follow up
Hari/
tangg Subjektif objektif Assesment penanganan
al
Pasien mengeluh TD: 140/80 Fraktur - Ivfd RL 20 tpm
nyeri pada bagian N: 84x/m Disloc - Ceftriaxon 1
belakang daerah luka R: 18x/m Vertebra gr/12 jam
, susah buang air S: 36,6°C Cervical C6- - Ranitidin
besar sejak 1 Status 7 Klasifikasi 50mg/12jam
minggu, BAK lokalis : Frankle A - Neurodex 2 x 1
lancar, lemas Tampak post - GV 3 hari 1 kali
seluruh tubuh ulkus laminectomy
dekubitus + disability
21/11 pada regio posterior +
/2018 lumbal Paraplegia +
dengan Hiposastesi
ukuran 13 Setinggi
x13 cm Dermatom
berlubang, C6 + Ulkus
tampak Dekubitus
musculus Grade III
berwarna
merah dan
tulang,
22/9/ Sakit kepala, TD: 130/80 Fraktur - Ivfd RL 20 tpm
2018 Mengeluh sesak N: 81x/m Disloc - Ceftriaxon 1
12
nafas, batuk ,susah R: 24x/m Vertebra gr/12 jam
BAB, BAK biasa. S: 37,2 °C Cervical C6- - Ranitidin
Status 7 Klasifikasi 50mg/12jam
lokalis : Frankle A - Neurodex 2 x 1
Tampak post
ulkus laminectomy
dekubitus + disability - GV 3 Hari 1
Kali
pada regio posterior +
lumbal Paraplegia +
dengan Hiposastesi
ukuran 13 Setinggi
x13 cm Dermatom
berlubang, C6 + Ulkus
tampak Dekubitus
musculus Grade III
berwarna
merah dan
tulang,
Batuk (+), susah TD: 120/70 Fraktur - Ivfd RL 20 tpm
BAB, BAK biasa N: 78x/m Disloc - Ceftriaxon 1
R: 20x/m Vertebra gr/12 jam
S: 36,6 °C Cervical C6- - Ranitidin
Status 7 Klasifikasi 50mg/12jam
lokalis : Frankle A - Neurodex 2 x 1
23/9/
Tampak post - GV 3 hari 1 kali
2018
ulkus laminectomy
dekubitus + disability
pada regio posterior +
lumbal Paraplegia +
dengan Hiposastesi
ukuran 13 Setinggi
13
x13 cm Dermatom
berlubang, C6 + Ulkus
tampak Dekubitus
musculus Grade III
berwarna
merah dan
tulang,
14
2018 BAK biasa, badan N: 80x/m Disloc - Ceftriaxon 1
lemas (+) R: 20x/m Vertebra gr/12 jam
S: 36,5 °C Cervical C6- - Ranitidin
Status 7 Klasifikasi 50mg/12jam
lokalis : Frankle A - Neurodex 2 x 1
Tampak post - GV 3 Hari 1
Kali
ulkus laminectomy
dekubitus + disability
pada regio posterior +
lumbal Paraplegia +
dengan Hiposastesi
ukuran 13 Setinggi
x13 cm Dermatom
berlubang, C6 + Ulkus
tampak Dekubitus
musculus Grade III.
berwarna
merah dan
tulang,
15
BAB II
PEMBAHASAN
16
Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio
yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal
Di antara setiap vertebra terdapat diskus yang terdiri dari pelindung luar,
annulus fibrosus, dan gel didalamnya disebut nukleus pulposus. Diskus ini
berfungsi sebagai bantalan atau peredam dan memungkinkan pergerakan antara
korpus verterbra. Terdapat berkas serat yang kuat diantara tulang yang disebut
ligament longitudinal. Ligamen longitudinal anterior berjalan di depan korpus
vertebra dan ligamen longitudinal posterior berada di posterior korpus vertebra, di
depan medula spinalis1.
1. Fraktur Atlas C 1
Fraktur ini terjadi pada kecelakaan jatuh dari ketinggian dan posisi
kepala menopang badan dan daerah cervical mendapat tekanan hebat.
Condylus occipitalis pada basis crani dapat menghancurkan cincin tulang
atlas. Jika tidak ada cedera angulasi dan rotasi maka pergeseran tidak berat
dan medulla spinalis tidak ikut cedera. Pemeriksaan radiologi yang
dilakukan adalah posisi anteroposterior dengan mulut pasien dalam
keadaan terbuka.5
17
Terapi untuk fraktur tipe stabil seperti fraktur atlas ini adalah immobilisasi
cervical dengan collar plaster selama 3 bulan5.
2. Pergeseran C 1 C2 ( Sendi Atlantoaxial)
Atlas dan axis dihubungkan dengan ligamentum tranversalis dari atlas
yang menyilang dibelakang prosesus odontoid pada axis. Dislokasi sendi
atlantoaxial dapat mengakibatkan arthritis rheumatoid karena adanya
perlunakan kemudian akan ada penekanan ligamentum transversalis..
Umumnya ligamentum tranversalis masih utuh dan prosesus odontoid
pindah dengan atlas dan dapat menekan medulla spinalis. Terapi untuk
fraktur tidak bergeser yaitu imobilisasi vertebra cervical.Terapi untuk
fraktur geser atlantoaxial adalah reduksi dengan traksi continues.5
3. Fraktur Cervikal (C3-C7)
Tipe fraktur servikal pada segmen ini sangat sering terjadi. Kondisi ini
bersifat cedera stabil maupun tidak stabil yang memberikan manifestasi
klinis berupa defisit neurologis5.
4. Flexi Subluksasi Vertebral Cervical
Fraktur ini terjadi saat pergerakan kepala kearah depan yang tiba-
tiba sehingga terjadi deselerasi kepala karena tubrukan atau dorongan pada
kepala bagian belakang, terjadi vertebra yang miring ke depan diatas
vertebra yang ada dibawahnya, ligament posterior dapat rusak dan fraktur
ini disebut subluksasi, medulla spinalis mengalami kontusio dalam
waktu singkat5.
Tindakan yang diberikan untuk fraktur tipe ini adalah ekstensi cervical
dilanjutkan dengan imobilisasi leher terekstensi dengan collar selama 2
bulan5.
5. Fleksi dislokasi dan fraktur dislokasi cervical
Cedera ini lebih berat dibanding fleksi subluksasi. Mekanisme
terjadinya fraktur hampir sama dengan fleksi subluksasi, posterior ligamen
robek dan posterior pada satu atau kedua sisi kehilangan kestabilannya
dengan bangunan sekitar2
18
Berdasarkan kestabilannya fraktur vertebra terdapat dua tipe, yaitu:
1. Cedera stabil : jika bagian yang terkenatekanan hanya bagian medulla
spinalis anerior, komponen vertebra tidak bergeser dengan pergerakan
normal, ligamen posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak
terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur adalah contoh cedera stabil.
2. Cedera tidak stabil: cedera yang dapat bergeser dengan gerakan normal
karena ligamen posteriornya rusak atau robek.3
19
Paralisis di bawah lutut
h. Cauda equina
Hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri dan usually
pain and hyperesthesia, kehilangan control bowel dan bladder
i. S3 sampai S5 atau conus medullaris pada L1
Kehilangan kontrol bowel dan bladder secara total4
20
Fraktur yang sifatnya stabil membutuhkan stabilisasi, sebagai
contoh: brace rigid collar untuk fraktur cervical, cervical-thoracic brace
untuk fraktur pada punggung bagian atas, thoracolumbal-sacral
orthosis untuk fraktur punggung bagian bawah, dalam waktu 8 sampai
12 minggu brace akan terputus, umumnya fraktur pada leher yang
sifatnya tidak stabil ataupun mengalami dislokasi memerlukan traksi,
halo ring dan vest brace untuk mengembalikan kesejajaran.4,23
2. Medikamentosa
Obat yang diberikan pada pasien cedera servikal adalah golongan
kortikosteroid. Steroid berfungsi memperbaiki cedera medula spinalis dan
diberikan pada 8 jam pertama setelah cedera. Methylprednisolon dapat
menurunkan respon inflamasi dengan menekan migrasi
polymorphonuclear (PMN) dan menghambat peningkatan permeabilitas
vaskular. Dosis yang diberikan 30 mg/kgbb intravena dalam 15 menit
pertama diikuti 45 menit berikutnya dengan dosis 5,4 mg/kgbb/jam selama
23 jam4.
3. Bedah
Bila terdapat tanda kompresi pada medula spinalis karena
deformitas tulang, fragmen tulang, atau hematom, diperlukan tindakan
dekompresi. Tujuan terapi awal adalah untuk dekompresi medula spinalis
dengan memperbaiki diameter sagital normal dari kolumna vertebralis.
Berkurangnya dislokasi baik parsial atau komplit juga akan mengurangi
21
nyeri. Dislokasi yang disertai instabilitas tulang belakang memerlukan
tindakan reposisi dan stabilisasi4.
Pembedahan darurat dilakukan bila terdapat gangguan neurologis
progresif akibat penekanan dan pada luka tembus. Pembedahan akan
mengurangi kemungkinan terjadinya penyulit tetapi tidak harus dilakukan
sebagai tindakan darurat. Pasien dengan kompresi sekunder dari herniasi
diskus akibat trauma harus segera didekompresi. Cedera medula spinalis
akibat osteofit, penebalan ligamen flavum, atau stenosis tidak memerlukan
operasi segera. Terdapat 3 indikasi utama untuk melakukan tindakan
operasi yaitu untuk dekompresi elemen saraf, koreksi deformitas, dan
stabilisasi segmen 5
Berdasarakan pada data- data tersebut diatas, maka pada pasien ini
didapatkan paraplegia dan hipoastesi pada kedua kaki termasuk dalam
level komplet (frankle A) , dengan diawali dengan adanya trauma medulla
spinalis. Trauma medulla spinalis pada kasus ini diakibatkan oleh adanya
kompresi pada tulang vertebrae cervikal 6 dan cervikal 7. Kompresi pada
kasus ini menyebabkan kerusakan pada medulla spinalis yang jenisnya
adalah transeksi medulla spinalis, karena adanya gejala yang sesuai
dengan lesi jenis ini yaitu hilangnya kemampuan motorik dibawah tingkat
lesi, hilangnya sensasi sensorik dibawah tingkat lesi, dan hilangnya semua
refleks dibawah tingkat lesi. Pada kasus ini karena lesi berada pada
segmen vertebrae cervikal 6 dan cervikal 7, maka terjadi gangguan pada
fungsi neurologis dibawah tingkat lesinya yaitu paraplegia pada kedua
kaki dan pada lengan tidak mampu untuk mengekstensikan kedua siku,
serta hilangnya fungsi sensorik pada kedua kaki setinggi dada sampai
telapak kaki.
Pada pasien ini telah dilakukan tindakan dekompresi laminektomi
dan stabilisasi posterior pada tulang spinalis. Dekompresi laminektomi
adalah tindakan pembedahan dengan cara mengurangi penekanan pada
lamina agar gejala yang ditimbulkan karena stenosis spinal berkurang dan
tidak terjadi lagi. Ada lima tindakan dekompresi, yaitu: diskektomi
22
(membuang diskus), flavektpmi (membuang ligamentum flavum),
laminektomi (membuang sebagian atau seluruh lamina), foraminatomi
(membebaskan foramen syaraf), dan facetektomi (membuang sendi facet).
-
- Gambar 1.1 Dekompresi Laminectomy
-
-
- Gambar 1.2 Disabilitasi Posterior
23
Dekubitus adalah suatu keadaan kerusakan jaringan setempat yang disebabkan
oleh iskemia pada kulit (kutis dan sub-kutis) akibat tekanan dari luar yang
berlebihan. Umumnya terjadi pada penderita dengan penyakit kronik yang
berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure
ulcer, pressure sore, bed sore7
1. Stadium 1
2. Stadium 2
3. Stadium 3
4. Stadium 4
24
Pada pasien ini didapatkan Tampak ulkus dekubitus pada regio lumbal
dengan ukuran 13 x13 cm berlubang, tampak musculus berwarna merah dan
tulang, pus (+), darah (-),bau (+). Sehingga termasuk dalam grade III.
25
DAFTAR PUSTAKA
26