Anda di halaman 1dari 30

REFLEKSI KASUS JANUARI 2019

PRO REMOVE IMPLANT FRAKTUR COMPLETE CONDYLUS


MEDIALIS FEMUR SINISTRA

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ERY PRAYUDI
NIM : N 111 17 065

PEMBIMBING KLINIK
dr. Muh. Ardi Munir M.Kes, Sp.OT, FICS, M.H

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2019

1
BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
1. Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 26 Desember 2018
Ruangan : Teratai kelas 3
Alamat : Petobo

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri lutut kiri
Anamnesis Terpimpin :
Pasien dari Poliklinik Orthopedi Undata masuk rumah sakit dengan
keluhan nyeri pada lutut bagian kiri sejak 3 bulan yang lalu, keluhan
dirasakan pada saat kaki pasien tertimpa material bangunan sewaktu kejadian
Gempa Bumi di Palu pada tanggal 28 September 2018. Setelah tertimpa
bangunan pasien mengatakan kakinya sulit untuk digerakkan dan dirasakan
sangat nyeri, pasien juga tidak mampu untuk berjalan sehingga memerlukan
alat bantu seperti tongkat untuk berjalan. Pasien tidak ada riwayat mual (-),
muntah (-), demam (-), BAB dan BAK Biasa.

Riwayat penyakit sebelumnya:


Pasien memiliki riwayat operasi pemasangan ORIF Fracture Femur
Sinistra pada saat 2 minggu setelah kejadian Bencana Tsunami, Gempa Bumi,
dan Likuifaksi di RS Undata Palu.
Riwayat penyakit dalam keluarga :
Tidak ada riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-) atau alergi (-)
dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga yang mengeluh hal serupa.

2
Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pasien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan menggunakan Kartu
BPJS.

III. STATUS GENERALISATA


Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmhg Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 82x/menit Suhu : 36,4C

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Kepala : Normocephali
Konjungtiva : Anemis -/-, sklera ikterik -/-
Pupil : isokor +/+
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening -/-
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : pergerakan simetris bilateral, tidak ada jejas
Palpasi : vocal fremitus sama bilateral
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler +/+, Rh-/-, wh-/-

Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : redup
Auskultasi : bunyi jantung S1/S2 reguler
Abdomen
Inspeksi : bentuk kesan cembung
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : timpani diseluruh kuadran abdomen

3
Palpasi : nyeri tekan (-),ginjal teraba +/+, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior : akral hangat +/+, edema -/-
Inferior : akral hangat +/+, edema -/-
Pemeriksaan Status Lokalis
Look : Tampak jaringan parut bekas operasi pada regio Genu Sinistra hingga
paha bagian depan dengan ukuran 15 cm x 2 cm, disertai terpasangnya K-
Wire pada regio Genu Medial Sinistra, darah (-), dan pus (-).
Feel : Nyeri tekan pada area Genu Sinistra, pada saat diraba terasa hangat.
Move : Gerakan kaki terbatas, dan nyeri pada saat digerakkan oleh
pemeriksa.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : tanggal 28/12/2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah rutin :
Leukosit 6,59 103/ul 4,5-10,6
Eritrosit 4,14 106/ul 3,8-5,2
Hemoglobin 9,8 g/dl 12,8-16,8
Hematokrit 30,6 % 35-47
Trombosit 395 103/ul 154-442
Clothing Time 7 menit 4-12
Bleeding Time 4 menit 1-4

Glucose Sewaktu 99,6 mg/dl 80-199

Kimia klinik:
HbsAg Non reaktif
Anti HCV Non Reaktif

4
2. Foto AP / Lateral Genu Sinistra (28/10/2018)

Gambar 1 : Foto AP/Lateral Ny. M sebelum dilakukan tindakan pemasangan


ORIF
Kesan : Fracture Complete Condylus Medialis Os Femur Sinistra

5
3. Foto AP/Lateral Genu Sinistra Post ORIF (30/10/2018)

Gambar 2 : Foto AP/Lateral Ny. M setelah dilakukan tindakan pemasangan


ORIF
Kesan :
- Fracture Complete Condylus Medialis Os Femur Sinistra
- Terpasang 4 buah K-Wire disertai 1 buah screw diantara Distal Femur dan
Proximal Tibia

6
4. Status Lokalis Pro Remove Implant Fraktur Genu Sinistra
28/12/2018

Gambar 3 : Status Lokalis Ny. M sebelum dilakukan tindakan Remove Implant


Keterangan :
- Tampak jaringan parut bekas operasi pada regio Genu Sinistra hingga paha
bagian depan dengan ukuran 15 cm x 2 cm, disertai terpasangnya K-Wire
pada regio Genu Medial Sinistra.

7
VI. RESUME
Pasien perempuan usia 28 tahun dari Poliklinik Orthopedi Undata
masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri Regio Genu Sinistra sejak 3 bulan
yang lalu, keluhan dirasakan pada saat kaki pasien tertimpa material
bangunan. Setelah kejadian kaki pasien sulit digerakkan dan tidak dapat
berjalan. Riwayat BAB dan BAK Biasa. Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos Mentis, tekanan darah : 120/80 mmhg, pernafasan :
20x/menit, Nadi: 82x/menit,Suhu : 36,4C.
Pada pemeriksaan Fisik didapatkan Status lokalis :
- Look : Tampak jaringan parut bekas operasi pada regio Genu Sinistra hingga
paha bagian depan dengan ukuran 15 cm x 2 cm, disertai terpasangnya K-
Wire pada regio Genu Medial Sinistra, darah (-), pus (-).
- Feel : Nyeri tekan pada area Genu Sinistra, pada saat diraba terasa hangat.
- Move : Gerakan kaki terbatas, dan nyeri pada saat digerakkan oleh pemeriksa.

Hasil Laboratorium 28 Desember 2018 (Leukosit: 6,59. Eritrosit: 4,14. Hb:


9,8. Hematokrit: 30,6. Trombosit: 395. CT 7’ dan BT 4’.
Pada pemeriksaan Foto Genu Sinistra sebelum operasi Pada tanggal 28
Oktober 2018 Kesan Fracture Complete Condylus Medialis Os Femur
Sinistra. Pada pemeriksaan Foto Genu Sinistra setelah operasi pemasangan
ORIF Femur Distal Pada tanggal 30 Oktober 2018 Kesan Fracture Complete
Condylus Medialis Os Femur Sinistra dan Terpasang 4 buah K-Wire disertai
1 buah screw diantara Distal Femur dan Proximal Tibia.

VII. DIAGNOSIS KERJA


Post ORIF Knee Sinistra + Pro Remove Implant + Fraktur Complete Condylus
Medialis Femur Sinistra

8
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
1. IVFD Ringer Lactate 20 tpm
2. Moxifloxacin Drips 400 mg /12 jam
3. Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
4. Inj. Ranitidin 50 mg / 8 jam
b. Non Medikamentosa
1. Pasien dipuasakan makan dan minum 8 jam sebelum operasi.
2. Foto Kontrol Genu AP/Lateral Post Operasi
3. Ganti perban tiap 1 hari 1 kali, setelah operasi.
c. Operatif
Operasi Remove Implant Fraktur Complete Condylus Medialis
Femur Sinistra
Prosedur Operasi :
1. Melakukan prosedur anestesi spinal lalu memposisikan pasien .
2. Melakukan disinfeksi area kerja
3. Dilakukan insisi pada daerah anterior femur
4. Membuka area yang terpasang K-wire dan screw
5. Remove K-Wire 3 buah
6. Mencuci Luka, kemudian kontrol perdarahan
7. Memasang Drain pada area kerja
8. Lakukan jahitan kembali pada fascia, subkutis dan kulit
9. Memasang softban dan bandage untuk imobilisasi femur dan cruris.
10. Operasi Selesai

IX. DIAGNOSIS AKHIR


Post Remove Implant Fraktur Complete Condylus Medialis Femur Sinistra.

9
d. Status Lokalis 31 Desember 2018 (POH+1)

Gambar 4 : Status Lokalis Ny. M setelah dilakukan tindakan Remove Implant

10
e. Foto Kontrol X-Ray Genu AP/Lateral 31 Desember 2018 (POH+1)

Gambar 5 : Foto Genu AP/Lateral setelah dilakukan tindakan Remove Implant

Kesan :
- Fracture Complete Condylus Medialis Os Femur Sinistra
- Terpasang 2 buah K-Wire disertai 1 buah screw diantara Distal Femur dan
Proximal Tibia

11
X. FOLLOW UP
Tanggal Follow Up
27/12/2018 S = Nyeri lutut kiri (+) pada saat digerakkan, lutut kiri sulit untuk
(PH+1) digerakkan. Riwayat BAB dan BAK lancar
O = TD: 110/70
N: 84x/m
R: 18x/m
S: 36,6°C
Status lokalis : Jaringan parut bekas operasi pada regio Genu Sinistra
hingga paha bagian depan, disertai terpasangnya K-Wire pada regio
Genu Medial Sinistra, darah (-), pus (-).
A = Post ORIF Knee Sinistra + Pro Remove Implant + Fraktur
Complete Condylus Medialis Femur Sinistra
P =
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
28/12/2018 S = Nyeri lutut kiri (+) pada saat digerakkan, lutut kiri sulit untuk
(PH+2) digerakkan. Riwayat BAB dan BAK lancar
O = TD: 110/70
N: 84x/m
R: 18x/m
S: 36,6°C
Status lokalis : Jaringan parut bekas operasi pada regio Genu Sinistra
hingga paha bagian depan, disertai terpasangnya K-Wire pada regio
Genu Medial Sinistra, darah (-), pus (-).
A = Post ORIF Knee Sinistra + Pro Remove Implant + Fraktur
Complete Condylus Medialis Femur Sinistra
P =
- IVFD RL 20 tpm

12
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
29/12/2018 S = Nyeri lutut kiri (+) pada saat digerakkan, lutut kiri sulit untuk
(PH+3) digerakkan. Riwayat BAB dan BAK lancar
O = TD: 110/70
N: 84x/m
R: 18x/m
S: 36,6°C
Status lokalis : Jaringan parut bekas operasi pada regio Genu Sinistra
hingga paha bagian depan, disertai terpasangnya K-Wire pada regio
Genu Medial Sinistra, darah (-), pus (-).
A = Post ORIF Knee Sinistra + Pro Remove Implant + Fraktur
Complete Condylus Medialis Femur Sinistra
P =
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
30/12/2018 S = Nyeri lutut kiri (+) pada saat digerakkan, lutut kiri sulit untuk
(PH+4) digerakkan. Riwayat BAB dan BAK lancar
O = TD: 110/70
N: 84x/m
R: 18x/m
S: 36,6°C
Status lokalis : Jaringan parut bekas operasi pada regio Genu Sinistra
hingga paha bagian depan, disertai terpasangnya K-Wire pada regio
Genu Medial Sinistra, darah (-), pus (-).
A = Post ORIF Knee Sinistra + Pro Remove Implant + Fraktur
Complete Condylus Medialis Femur Sinistra
P =
- Pro Remove Implant Genu Sinistra tanggal 31 Desember 2018

13
- IVFD RL 20 tpm
- Skin Test Ceftriaxone, jika cocok Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Konsul ke dokter Spesialis Anestesi untuk kelayakan operasi, dan
teknik anastesi
- Puasakan Pasien 8 jam sebelum Operasi

31/12/2018 S = KU Baik, Nyeri lutut kiri (+) pada luka operasi. Demam (-), Kram (-)
(PH+5, O = TD: 110/70
POH+1) N: 84x/m
R: 18x/m
S: 36,6°C
Status lokalis : Tampak luka operasi disertai jahitan sepanjang luka
insisi. Darah (+) minimal, pus (-), nyeri tekan (+), terpasang drain (+)
dan gips (+)
A = Fraktur Complete Condylus Medialis Femur Sinistra Post Remove
ORIF
P =
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Moxifloxacin 400 mg / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Foto Genu AP/Lateral
Laporan post operasi :
1. Melakukan prosedur anestesi spinal lalu memposisikan pasien .
2. Melakukan disinfeksi area kerja
3. Dilakukan insisi pada daerah anterior femur
4. Membuka area yang terpasang K-wire dan screw
5. Remove K-Wire 3 buah
6. Mencuci Luka, kemudian kontrol perdarahan

14
7. Memasang Drain pada area kerja
8. Lakukan jahitan kembali pada fascia, subkutis dan kulit
9. Memasang softban dan bandage untuk imobilisasi femur dan cruris
10. Operasi Selesai

1/1/2019 S = KU Baik, Nyeri lutut kiri (+) pada luka operasi. Demam (-), Kram (-)
(PH+6, O = TD: 110/70
POH+2) N: 84x/m
R: 18x/m
S: 36,6°C
Status lokalis : Tampak luka operasi disertai jahitan sepanjang luka
insisi. Darah (-), pus (-), nyeri tekan (+), drain terpasang pada femur
sinistra dengan perdarahan 5cc, gips terpasang (+)
A = Fraktur Complete Condylus Medialis Femur Sinistra Post Remove
ORIF
P =
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Moxifloxacin 400 mg / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
2/1/2019 S = KU Baik, Nyeri lutut kiri (+) berkurang pada luka operasi. Demam (-
(PH+7, ), Kram (-)
POH+3) O = TD: 100/70
N: 84x/m
R: 18x/m
S: 36,6°C
Status lokalis : Tampak luka operasi disertai jahitan sepanjang luka
insisi. Darah (-), pus (-), nyeri tekan (+), drain terpasang pada femur
sinistra dengan perdarahan 6cc
A = Fraktur Complete Condylus Medialis Femur Sinistra Post Remove
ORIF

15
P =
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Moxifloxacin 400 mg / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam

3/1/2019 S = KU Baik, Nyeri lutut kiri (+) berkurang pada luka operasi. Demam (-
(PH+8, ), Kram (-)
POH+4) O = TD: 100/70
N: 84x/m
R: 18x/m
S: 36,6°C
Status lokalis : Tampak luka operasi disertai jahitan sepanjang luka
insisi. Darah (-), pus (-), nyeri tekan (+), gips terpasang (+).
A = Fraktur Complete Condylus Medialis Femur Sinistra Post Remove
ORIF
P =
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Moxifloxacin 400 mg / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Aff Drain dari gips.

16
BAB II
PEMBAHASAN
Pasien perempuan usia 28 tahun dari Poliklinik Orthopedi Undata
masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri Regio Genu Sinistra sejak 3 bulan
yang lalu, keluhan dirasakan pada saat kaki pasien tertimpa material
bangunan. Setelah kejadian kaki pasien sulit digerakkan dan tidak dapat
berjalan. Riwayat BAB dan BAK Biasa. Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos Mentis, tekanan darah : 120/80 mmhg, pernafasan :
20x/menit, Nadi: 82x/menit,Suhu : 36,4C.
Pada pemeriksaan Fisik didapatkan Status lokalis :
- Look : Tampak jaringan parut bekas operasi pada regio Genu Sinistra
hingga paha bagian depan dengan ukuran 15 cm x 2 cm, disertai
terpasangnya K-Wire pada regio Genu Medial Sinistra, darah (-), pus (-).
- Feel : Nyeri tekan pada area Genu Sinistra, pada saat diraba terasa
hangat.
- Move : Gerakan kaki terbatas, dan nyeri pada saat digerakkan oleh
pemeriksa.
Hasil Laboratorium 28 Desember 2018 Leukosit: 6,59. Eritrosit: 4,14.
Hb: 9,8. Hematokrit: 30,6. Trombosit: 395. CT 7’ dan BT 4’.
Pada pemeriksaan Foto Genu Sinistra sebelum operasi Pada tanggal
28 Oktober 2018 Kesan Fracture Complete Condylus Medialis Os Femur
Sinistra. Pada pemeriksaan Foto Genu Sinistra setelah operasi pemasangan
ORIF Femur Distal Pada tanggal 30 Oktober 2018 Kesan Fracture Complete
Condylus Medialis Os Femur Sinistra Fracture Complete Condylus Medialis
Os Femur Sinistra dan Terpasang 4 buah K-Wire disertai 1 buah screw
diantara Distal Femur dan Proximal Tibia.

17
A. Anatomi Femur

Gambar 6: Anatomi Os Femur


Tulang-tulang tungkai atas terdiri dari os femur dan patella atau
tempurung lutut. Os Femur Di atas, femur bersendi dengan articulatio coxae
dan di bawah membentuk articulatio genu. Pusat caput terdapat lekukan kecil
yang disebut fovea capitis,yaitu untuk tempat perlekatan dari ligamentum
capitis femoris. Sebagian pendarahan untuk caput femoris dari arteria
obturatoria dihantarkan melalui ligamentum ini dan memasuki tulang melalui
fovea capitis.1
Collum, yang menghubungkan caput dengan corpus, berjalan ke bawah,
belakang, dan lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat.
Besamya sudut ini dapat merubah akibat adanya penyakit. 1

18
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas antara
collum dan corpus. Linea intertrochanterica menghubungkan kedua
trochanter ini di anterior dan oleh crista intertrochanterica di sebelah
posterior,pada crista ini terdapat tuberculum quadratum. 1
Corpus femoris permukaan anteriornya licin dan bulat, sedangkan
permukaan posterior mempunyai rigi, disebut linea aspera. Pada linea ini
melekat otot-otot dan septa intermuscularis. Pinggir-pinggir linea aspera
melebar ke atas dan bawah. Pinggir medial melanjutkan diri ke distal sebagai
crista supracondylaris medialis yang menuju ke tuberculum adductorum pada
condylus medialis. 1
Ujung bawah femur mempunyai condylus medialis dan lateralis, yang di
bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior
condylus bersendi dengan facies articularis patellae. Kedua condylus ikut
serta dalam pembentukan articulatio genu. Di atas condylus terdapat
epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorum dilanjutkan oleh
epicondylus medialis. Musculi dan ligamenta penting yang melekat pada
femur. 1
Patella adalah tulang sesame yang terbesar (yaitu sebuah tulang yang
berkembang di dalam tendo musculusquadriceps femoris di depan sendi
lutut). Facies posterior bersendi dengan condylus femoris. Patella terletak
dalam posisi terbuka di depan sendi lutut dan dapat diraba dengan mudah
melalui kulit. Patella dipisahkan dari kulit oleh bursa subcutaneus. Pinggir
atas, lateral dan medial merupakan tempat lekat dari berbagai bagian
musculus quadriceps femoris. Patella dicegah bergeser ke lateral selama
kontraksi musculus quadriceps femoris oleh serabut-serabut horizontal bawah
musculus vastus medialis dan oleh besarnya ukuran condylus lateralis
femoris. 1

B. Definisi Fraktur Condylus Femur


Fraktur (patah tulang) adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

19
Jika kulit di atasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (atau
sederhana). Jika kulit atau salah satu dari rongga tubuh di atasnya tertembus
oleh tulang, keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau compound) yang
cenderung mengalami kontaminasi dan infeksi. 2
Fraktur Condilus Femur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan
oleh cedera langsung atau jatuh dari ketinggian, sehingga tibia terdorong naik
ke fosa interkondilus. Satu kondilus femur mungkin mengalami fraktur dan
terdorong ke atas atau kedua kondilus pecah terbelah. 2
Hoffa’s Fraktur lebih sering terjadi sebagai fraktur komponen tulang
paha suprakondil dan interkondilar dan biasanya intraarticular. Sekitar 40%
dari intercondylarfraktur telah menghubungkan fragmen Hoffa, dan lebih
sering terjadipada fraktur terbuka, Fraktur dapat terjadi di kedua kondilus
femoralis, tetapi lebih sering pada kondilus lateral. Paling sering pada bagian
unicondylar,namun fraktur Hoffa bicondylar pernah dilaporkan. 3
Fraktur ini relatif jarang dan biasanya terjadi sebagai akibat jatuh dengan
lutut dalam keadaan fleksi dari ketinggian. Cedera langsung atau jatuh dari
ketinggian dapat mendorong tibia naik ke fosa interkondilus. Satu kondilus
femur mungkin mengalami fraktur dan terdorong ke atas atau kedua kondilus
pecah terbelah. Permukaan belakang patela yang berbentuk baji melesak ke
dalam sendi lutut dan mengganjal diantara kedua kondilus yang retak. Pada
bagian proksimal, kemungkinan terdapat komponen melintang sehingga
didapati garis fraktur berbentuk seperti huruf T atau Y. Secara klinis, sendi
lutut bengkak akibat hemartrosis dan biasanya disertai goresan atau memar
pada bagian depan lutut yang menunjukkan adanya trauma. Patella juga dapat
mengalami fraktur. 3

C. Klasifikasi Fraktur Condylus Femur


Letenneur et al. Mengusulkan sistem klasifikasi untuk koronal fraktur
kondilus femoralis dalam upaya untuk memprediksi fraktur mana yang akan
berkembang menjadi nekrosis avaskular. Tidak ada hubungan antara kejadian
nekrosis avaskular dan tipe fraktur telah ditunjukkan secara meyakinkan.

20
Klasifikasi fraktur kondilus femoralis dibagi menjadi tiga jenis: tipe I sejajar
dengan korteks femoral posterior; tipe II terjadi di posterior garis ini,tetapi
tetap sejajar dengan korteks femoralis posterior; dan tipe III adalah fraktur
miring dari kondilus femoralis posterior.3

Gambar 7 : Klasifikasi Fraktur Condylus Femur3

D. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Fraktur Condylus Femur


Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan
bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi,
diskrepansi), nyeri tekan, krepitasi, gangguan fungsi muskuloskeletal akibat
nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler. Apabila
gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnosa fraktur dapat ditegakkan
walaupun jenis konfigurasi frakturnya belum dapat ditentukan.4
Diagnosis fraktur ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yaitu radiologis. Pada anak biasanya diperoleh dengan
alloanamnesis dimana ditemukan adanya riwayat trauma dan gejala-gejala
seperti nyeri, pembengkakan, perubahan bentuk dan gangguan gerak. Pada
pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah waktu terjadinya,
cara terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Bila tidak ada riwayat
trauma berarti merupakan fraktur patologis. 4

21
Pada pemeriksaan fisik dilakukan :
a. Look (Inspeksi)
Deformitas : angulasi (medial, lateral, posterior atau
anterior),diskrepensi (rotasi, perpendekan atau perpanjangan), bengkak
atau kebiruan, dan fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak). 4
b. Feel (Palpasi)
Tenderness (nyeri tekan) pada daerah fraktur, krepitasi, dan Nyeri
sumbu.
c. Move (Gerakan)
Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif, dan gerakan
yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya. 4
Pemeriksan trauma di tempat lain seperti kepala, thorak, abdomen, tractus
urinarius dan pelvis. Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskular
bagian distal fraktur yang berupa pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit,
pengembalian darah ke kapiler (Capillary refil test), sensasi motorik dan
sensorik. 5
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan
Radiologi. Untuk melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan
selanjutnya. Foto rontgen minimal harus dua proyeksi yaitu AP dan lateral. 5
Sinar-X
Satu kondilus femur dapat mengalami fraktur secara oblik dan bergeser ke
atas, atau kedua kondilus dapat pecah terbelah sehingga garis fraktur
berbentuk T atau Y. 5

22
Gambar 8 :Gambaran Radiologi Hoffa Fracture.3

E. Penatalaksanaan Fraktur Condylus Femur


Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan
bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi,
diskrepansi), nyeri tekan, krepitasi, gangguan fungsi muskuloskeletal akibat
nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler.6
Penatalaksanaan pertama yaitu dapat dilakukan dengan reduksi tertutup
dengan traksi tulang selama 4-6 minggu kemudian dilanjutkan dengan
penggunaan gips minispika sampai terjadi penyambungan tulang. Reduksi
terbuka dan fiksasi interna dilakukan apabila reduksi tertutup tidak terjadi
penyambungan tulang, atau nyeri lokal yang parah. Pada kasus pasien tidak
dilakukan reduksi tertutup dengan traksi tulang namun hanya dilakukan
imobilisasi selama 2 minggu, kemudian pasien dilakukan Reduksi Terbuka
dan fiksasi interna setelah 2 minggu pasca trauma.4

23
Untuk fraktur kondilus tunggal lateral atau medial, paling baik dilakukan
ORIF dengan sekrup tulang spongiosa. Pada patah tulang kondilus ganda,
yaitu fraktur kondilus T atau Y juga dilakukan ORIF pada kedua kondilus dan
pada komponen melintang bila sarananya tersedia. Pada fraktur kominutif
berat di interkondiler, tindakan terbaik adalah traksi skelet kontinu yang
memungkinkan nyeri gerak sendi lutut menghilang. Hal ini dapat dijadikan
patokan untuk menilai apakah fragmen sendi sudah pada posisi yang
diinginkan atau belum. Pada lansia, fraktur femur interkondiler femur
umumnya lebih baik ditangani secara konservatif dengan traksi skelet. 6
Pada terapi konservatif dapat dilakukan Traksi pada area fragmen, untuk
anak-anak usia tiga tahun ke atas dan dewasa dapat dilakukan traksi kulit
menurut Hamilton Russel. Traksi dikenakan pada tungkai yang patah, dengan
panggul dalam posisi fleksi 40 derajat dan lutut dalam fleksi 40 derajat. Dapat
juga dilakukan traksi menurut Buck, yaitu traksi dengan tungkai bawah dalam
keadaan ekstensi. Traksi dipasang selama 3-4 minggu dan penderita
dipulangkan dengan gips spika panggul selama 3-4 minggu. Aliran darah
tungkai yang digantung dengan traksi kulit pada perlu dipantau setiap hari
untuk menghindari iskemia. Iskemia tungkai akan mengakibatkan sangat
kesakitan dan ekstremitas menjadi pucat, kebiruan, dan denyut nadi
menghilang. Bila terjadi iskemia, traksi harus segera dihentikan.2

24
Gambar 9 : Berbagai jenis traksi dan supensi pada fraktur bagian
femur.2

Normalnya diperlukan waktu 20 minggu atau lebih untuk fraktur yang


dapat diatasi dengan traksi ialah fraktur intertrokanter dan subtrokanter,
diafisi oblik, segmental, dan komunitif, fraktur suprakondiler tanpa dislokasi
berat, dan fraktur kondilus femur. Yang tidak dapat ditangani dengan traksi
adalah dislokasi berat tertentu. Pada orang dewasa, fraktur ditangani secara
konservatif dengan traksi skelet pada tuberositas tibia maupun suprakondiler.
Cara ini biasanya berhasil mempertautkan fraktur femur. Yang penting ialah
latihan otot dan gerakan sendi terutama m. kuadriseps otot tungkai bawah,

25
lutut, dan pergelangan kaki. Traksi skelet memerlukan waktu istirahat di
tempat tidur yang lama sehingga untuk mempercepat mobilisasi dan
memperpendek masa istirahat di tempat tidur, dianjurkan dilakukan ORIF.
Fiksasi interna biasanya berupa pin kuntscher intramedular. Untuk fraktur
yang tidak stabil seperti fraktur batang femur yang kominutif atau fraktur
batang femur bagian distal, pin intramedular dapat dikombinasi dengan pelat
untuk netralisasi rotasi.2

Gambar 10 : Reduksi Fraktur Condylus Femur.2

Pada Case Report yang dilakukan Agarwala S, 2011 dilakukan


penatalaksanaan pemasangan ORIF dengan dengan metode Z-Plasty dapat
dilakukan dengan mengurangi dan memperbaiki fraktur dengan K-wire
1.2mm, kemudian Fiksasi pasti dan stabil dengan Herbert sekrup mengikuti
prinsip-prinsip untuk fraktur intra-artikular, sehingga M. Quadriceps
postfixation dapat terfiksasi. Radiografi dilakukan segera pasca operasi,
setelah reduksi anatomi dengan fiksasi stabil tercapai, pasien segera di
imobilisasi di tempat tidur dengan aman. Pasien diedukasi untuk melakukan

26
gerakan aktif sendi lutut dan disarankan mengurangi beban berlebihan pada
lutut selama tiga bulan pasca operasi. 6

Gambar 9 : Teknik Operasi Hoffa Fracture dengan pemasangan ORIF


dengan menggunakan metode Z-Plasty. 6

F. Proses Penyembuhan Tulang pada Fraktur


Proses penyembuhan fraktur atas 4 fase yaitu7
1. Fase kerusakan jaringan dan hematom
Pada fase ini pembuluh darah robek dan terbentuk hematom
disekitar fraktur. Karena kerusakan pembuluh darah tadi maka
fragmenfraktur yang tidak mendapatkan suplai darah akan mati
sepanjangsatu atau dua milimeter. 7
2. Fase inflamasi dan proliferasi seluler
Delapan jam setelah fraktur, terjadi reaksi inflamasi akut yang di ikuti
dengan proliferasi sel di bawah periosteum menuju canalis medularis.
Akibat pecahnya pembuluh darah maka terjadi kontak antara jaringan di
luar pembuluh darah dengan darah menyebabkan terjadinya pembekuan
darah dan ini dikenal sebagai hematom. Bekuan darah hematom ini
menyebabkan trombosit mengeluarkan mediator-mediator untuk
terjadinya proses inflamasi. Sebagai hasil proses inflamasi maka akan

27
terbentuk jaringan granulasi yang mempunyai pembuluh darah. Dengan
adanya pembuluh darah maka nutrisi dan oksigen pada daerah inflamasi
tercukupi dan hal ini penting untuk penyusunan jaringan tulang. 7
3. Fase pembentukan kalus
Sel proliferasi memiliki potensial osteogenik maupun kondrogenik dalam
kondisi yang sesuai. Sel-sel ini akan berkembang menjadi tulang dan
atau menjadi tulang rawan pada keadaan tertentu.Tulang imatur atau
woven bone ini selanjutnya akan mengalami pemadatan sehingga
daerah fraktur akan terfiksasi dan pergerakan antar fragmen fraktur
akan sangat berkurang. Selanjutnya dalam empat minggu fraktur akan
menyatu. 7
4. Fase Remodelling
Pada fase ini fraktur telah di satukan oleh jembatan tulang solid yang
mengintari daerah fraktur. Selama berbulan-bulan bahkan hingga tahunan
proses penulangan yangpada awalnya kasar akan mengalami formasi dan
reasorbsi tulang secara terus menerus. Pada bagian yang bertekanan tinggi
akan di bentuk lamela yang lebih tebal. Selama proses penyembuhan
fraktur, periosteal akan memicu peningkatan sel-sel kondrogenik dan
osteogenik pada kalus.7

Gambar 10 : Tahapan Fraktur Healing yang meliputi Fase Hematoma,


Fase Inflamasi, Fase Pembentukan Kalus dan Fase Remodelling.7

28
I. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:
a. Komplikasi yang bersifat umum; trombosis vena, emboli paru, pneumonia,
dekubitus5
b. Nekrosis avaskuler femur
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% penderita dengan fraktur yang
disertai pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa pergeseran. tidak ada cara
untuk mendiagnosis hal ini pada saat terjadi fraktur. Beberapa minggu
kemudian, scan nanokoloid dapat memperlihatkan berkurangnya
vaskularitas.4
c. Nonunion
Lebih dari 1/3 penderita dengan fraktur distal femur tidak dapat
mengalami union terutama pada fraktur yang bergeser. Komplikasi lebih
sering pada fraktur dengan lokasi yang lebih ke proksimal. Ini disebabkan
kareana vaskularisasi yang jelek, reduksi yang tidak adekuat, fiksasi yang
tidak adekuat dan lokasi fraktur adalah intra-artikuler.4
Tulang di tempat fraktur remuk, fragmen terpecah dan paku atau sekrup
menjebol keluar dari tulang atau terjulur ke lateral. Pasien mengeluh nyeri,
tungkai memendek dan sukar berjalan. Metode pengobatan nekrosis
avaskuler tergantung penyebab terjadinya nonunion dan umur penderita.4
d. Osteoartritis
Osteoartritis sekunder terjadi karena adanya kolaps bagian genu atau
nekrosis avaskuler. Kalau terdapat banyak kehilangan gerakan sendi dan
kerusakan meluas ke permukaan sendi, diperlukan pergantian sendi total.4

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Richard Snell, 2012 Anatomi Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC


Jakarta
2. Apley AG, Solomon L, 2010, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley, Wijaya Medika ; Jakarta
3. Matcuk GR, etal 2014, Coronal plane fracture of the femoral condyles:
anatomy, injury patterns, andapproach to management of the Hoffa
fragment, University Of Southern California viewed 12 Januari 2019 at :
https://www.researchgate.net/publication/266560143
4. Noor, Zairin. 2012. Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika . Jakarta
5. Sjamsuhidajat, De Jong. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.
6. Agarwala S, Osteochondral Fracture Lateral Femoral Condyle Treated with
ORIF Using Z-Plasty: AModification ofCoonse and Adams Approach
Department of Orthopaedics, P. D. Hinduja National Hospital and Medical
Research Centre India, viewed 12 Januari 2019 at :
http://webbut.unitbv.ro/BU2014/series
7. Rahman S, 2012, Aspek Biomolekuler dalam Proses Penyembuhan Fraktur,
Banda Aceh viewed at 12 Januari 2019 :
conference.unsyiah.ac.id/TIFK/1/paper/viewFile/787/82

30

Anda mungkin juga menyukai