Definisi :
1. Allergic angioedema
Berdasarkan studi yang dilakukan, angioedema paling sering disebabkan oleh
alergi. Sekitar 48 orang pasien dengan allergic angioedema,
41.7% kasus disebabkan oleh makanan,
39.6% oleh obat-obatan, 8.3% oleh binatang,
sekitar 10.4% dipengaruhi oleh aeroalergen
b. Medikamentosa :
Antihistmin H1 generasi kedua karena mempunyai efek
samping yang lebih sedikit. Pada kasus urtikaria yang sulit
ditangani maka dapat dikombinasi antihistamin H1 generasi
pertama, antihistamin H1 generasi gerenasi kedua.
Jika memenuhi kriteria anafilaktik berikan :
Epinefrin atau adrenalin di paha daerah mid anterolateral dengan
dosis 0,01 mg/kg BB. Dosis ini dapat diulang setiap 5-15 menit
Antihistamin H1 seperti difenhidramin dapat diberikan secara
intravena dengan dosis 1,25 mg/kgBB/kali, maksimal 50 mg/dosis.
Antihistamin H2, seperti ranitidin (0,5-1 mg/kg/kali) dapat
diberikan intravena. Kortikosteroid (metilprednisolon) dapat
diberikan 1-2 mg/kg/hari.
Second line therapies
a. Doxepin adalah suatu antidepressant trisiklik dengan aktivitas antihistamin
yang kuat, dimulai dengan dosis 10-30 mg, sangat berguna pada pasien
yang sering merasa cemas di malam hari.(5)
b. Pemberian kortikosteroid sistemik oral
c. Untuk kasus darurat pada angioedema non-herediter yang menyebabkan
angioedema orofaring-laring, diberikan epinefrin. Epinefrin bekerja secara
cepat dengan menstimulasi β-adrenoreceptor sehingga terjadi
vasokonstriksi dan stabilisasi mast cell)
Efek samping epinefrin adalah takikardi, kecemasan, dan sakit kepala.
Oleh karena itu, penggunaannya harus berhati-hati
Pada angioedema herediter, pemberian kortikosteroid,
antihistamin, dan norepinefrin tidak memiliki efek. Pada
serangan yang bersifat akut, diberikan plasma C1-esterase
inhibitor. Jika tidak tersedia, dapat diberikan infus dengan
fresh frozen plasma 500-2000 ml. Untuk tindakan profilaksis,
bisa diberikan Androgen (Danzol 200-600 mg/hari),
KOMPLIKASI