OLEH :
HASTY WAHYUNI S.Ked
N 111 14 044
PEMBIMBING
dr. Patmawati, M.Kes., Sp.KJ
Umur : 58 tahun
Alamat : Tolai
Agama : Islam
1. RIWAYAT PENYAKIT
Pasien wanita umur 58 tahun datang ke poli Jiwa RSD Mamboro. Pasien
datang dengan keluhan gelisah dan banyak bicara sudah sejak ± 1 minggu. Pasien
sudah ke empat kalinya masuk RS dengan keluhan gelisah, banyak bicara,
mengamuk, memukul suaminya dengan kayu, susah tidur, dan berbicara sendiri.
Gejala hilang timbul dan pertama kali muncul pada tahun 2009 dan kembali
muncul seminggu terakhir ini. Pasien juga memiliki riwayat sering putus obat dan
tidak teratur minum obat.
Ketika ditanya pasien menjawab pertanyaan dengan tidak jelas dan marah
jika didekati dan ditanyai. Intonasi suara pasien terdengar seperti anak kecil yang
kadang melengking ketika ia mulai berbicara sendiri. Tampak dari pengamatan
selama di ruangan, pasien sering meludah sembarangan, berteriak, menyanyi dan
menangis sendiri tanpa sebab, serta membanting-banting kedua kakinya
bergantian seperti anak kecil. Pasien juga sempat membuka-buka bajunya dan
bertelanjang.
Hendaya / Disfungsi :
sama
C. Riwayat penyakit sebelumnya :
Trauma (-)
Infeksi (-)
Kejang (-)
NAPZA (-)
Alkohol (-)
rokok (+)
Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara (P,L,P). Riwayat penyakit yang
F. Situasi sekarang :
2. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Penampilan :
Tampak seorang wanita paruh baya sesuai umur, perawatan diri kurang. Memakai
baju daster lusuh, badan kurus, rambut beruban tidak rapi, perawakan sedang.
Kesadaran :
Compos mentis
di tempat ia berbaring
Pembicaraan :
Tidak kooperatif
Mood : Marah
Afek : Iritabilitas
Daya ingat
- Segera : Baik
D. Gangguan persepsi
E. Proses berfikir
Arus pikiran
Kontinuitas : Inkoheren
Isi pikiran
H. Tilikan (Insight)
Pemeriksaan Fisik
- GCS E4M6V5
- Pemeriksaan Thoraks :
- gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), kernig sign (-)/(-),
Pasien wanita umur 58 tahun datang ke poli Jiwa RSD Mamboro. Pasien datang
dengan keluhan gelisah dan banyak bicara sudah sejak ± 1 minggu. Pasien sudah ke
empat kalinya masuk RS dengan keluhan gelisah, banyak bicara, mengamuk, memukul
suaminya dengan kayu, susah tidur, dan berbicara sendiri. Gejala hilang timbul dan
pertama kali muncul pada tahun 2009 dan kembali muncul seminggu terakhir ini. Pasien
juga memiliki riwayat sering putus obat dan tidak teratur minum obat.
Dari autoanamnesis, pemeriksa merasa kesulitan melakukan anamnesis dan
pemeriksaan. Pasien menjawab pertanyaan dengan tidak jelas dan marah jika didekati
dan ditanyai. Intonasi suara pasien terdengar seperti anak kecil yang kadang melengking
ketika ia mulai berbicara sendiri. Tampak dari pengamatan selama di ruangan, pasien
sering meludah sembarangan, berteriak, menyanyi dan menangis sendiri tanpa sebab,
serta membanting-banting kedua kakinya bergantian seperti anak kecil. Pasien juga
sempat membuka-buka bajunya dan bertelanjang.
Riwayat penyakit terdahulu, pasien tidak pernah mengalami kejang, Diabetes
Melitus, Hipertensi, tidak ada riwayat penggunaan NAPZA, alkohol dan rokok. Tidak
ada keluarga pasien yang menderita penyakit atau gejala yang sama dengan pasien.
Sebelum pasien sakit, dikatakan bahwa pasien adalah orang yang baik, senang bergaul
dan dekat dengan tetangga sekitar.
Berdasarkan pemeriksaan status mental pasien ditemukan perilaku dan aktivitas
psikomotor yang gelisah, membanting-banting kakinya layaknya anak kecil. Suara
Intonasi suara yang keras, kadang melengking serta spontan. Pasien tidak kooperatif saat
diperiksa sehingga banyak item yang tidak bisa dinilai. Selain itu, juga ditemukan
hendaya pekerjaan, waktu senggang dan sosial, ditemukan fungsi intelektual yang
terganggu, juga ditemukan gangguan persepsi halusinasi auditorik namun tidak
menonjol. Produktivitas buruk, kontuinitas irelevan-inkoheren, dan hendaya berbahasa
terganggu. Isi pikir tidak dapat dinilai. Pengendalian impuls tidak dapat dikendalikan.
Serta ditemukan pula daya nilai yang terganggu.
5. EVALUASI MULTIAKSIAL :
Aksis I :
klinis yang bermakna , hendaya berat dalam menilai realita seperti halusinasi
walaupun tidak menonjol serta disabilitas yang berat, maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa penyakit yang diderita pasien termasuk gangguan jiwa
psikotik.
Skizofrenia yaitu, halusinasi yang menetap dari panca indra dan arus pikiran yang
waham dan halusinasi pada pasien tidak menonjol; pada skizofrenia hebefrenik onset
terjadinya pertama kali sudah tidak sesuai kriteria yaitu > 25 tahun; pada skizofrenia
tidak terdapat gejala yang spesifik pada kasus. Sehingga diagnosis pada kasus ini
(F20.9).
Aksis II :
Aksis III :
Aksis IV :
Tidak ada
Aksis V :
Organobiologik
Psikologik
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu
7. PROGNOSIS
Malam
a. Faktor Pendukung
b. Faktor penghambat
bawah usia 25 tahun, berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari semua kelas
sosial. Hal ini tidak sesuai dengan usia pasien pada kasus ini yang masih 58 tahun, selain
itu berdasarkan gender dan usia, skizofrenia pada pria memiliki onset yang lebih dini
daripada wanita. Pasien pada kasus ini seorang perokok dan peminum alkohol, dan
berdasarkan survei ditemukan lebih dari ¾ pasien skizofrenia merokok dibanding kurang
dari setengah pasien psikiatri lain secara keseluruhan. Sejumlah studi melaporkan bahwa
merokok dan alkohol dikaitkan dengan penggunaan obat antipsikotik dalam dosis yang
lebih tinggi, hal ini mungkin karena zat tersebut meningkatkan laju metabolisme obat-
obatan tersebut.1
Pada kasus ini, merujuk pada kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ III
mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari
Pada pasien ini, terapi yang diberikan adalah terapi psikofarmaka berupa
Haloperidol 5 mg/hari dan diazepam 5 mg. Haloperidol merupakan anti psikosis tipikal
golongan Butyrophenone dimana mekanisme adalah memblokade dopamin pada
reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal (Dopamin D2 reseptor antagonis), sedangkan diazepam merupakan
anti-anxietas golongan benzodiazepine. Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitas dari
system limbik yang terdiri dari dopaminergik, nonadrenergik, seretonnergik yang
dikendalikan oleh GABAergic yang merupakan suatu inhibitory neurotransmitter. Obat
antiansietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya yang akan meng-inforce
the inhibitory action of GABA neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut mereda.
. Kombinasi antipsikosis dan anti-anxietas memiliki efek sedasi meningkat,
bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat (acute
adjunctive therapy).4
Untuk terapi non psikofarmaka, dapat dilakukan :1,2,4
a. Terapi perilaku
Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong
dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau
menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan
postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorientasi keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali
mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap
hari).
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif
d. Psikoterapi individual
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban
dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi
jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah
sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah
lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama
yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan
adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan,
manipulasi, atau eksploitasi.
9. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka
b. Non-psikofarmaka
- Psikoterapi Individual
10. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai efektivitas
pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping obat yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA