Tension Pneumothoraks
Pembimbing :
Disusun oleh:
dr. Tito Santana
RS UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2023
2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : sesak tiba-tiba saat diberi ASI
C. PEMERIKSAAN FISIK.
Keadaan umum:
Tanda vital :
Tekanan darah :
3
HR (Nadi) :
RR (Laju Nafas) :
Suhu :
Status Internus
Kepala : mesocephale
Rambut : hitam
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung : simetris, sekret -/-
Telinga : discharge -/-
Mulut : bibir pucat (-),sariawan (-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-)
Thoraks :
Paru Hasil pemeriksaan
Inspeksi Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada ketinggalan
gerak, pelebaran costa (-), retraksi (-)
Palpasi Tidak ada nafas yang tertinggal, Fremitus dada kanan
dan kiri sama
Perkusi Sonor
Auskultasi Terdengar suara dasar vesikuler (+/+),Wheezing (-/-),
Ronkhi (-/-)
4
^ Atas : SIC II di sisi lateral linea parasternalis sinistra.
^ Bawah : SIC V linea mid clvicularis sinistra.
Batas Kanan Jantung
^ Atas : SIC II linea parasternalis dextra
^ Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
Auskultasi HR= 80 x/menit BJ I/II murni reguler, bising (-),
gallop (-)
Abdomen
Abdomen Hasil pemeriksaan
Inspeksi Perutdatar, sikatriks (-)
Auskultasi Suara peristaltik (+), suara tambahan (-)
Palpasi Nyeri tekan (+) pada suprapubik, defans muskuler
(-)
Perkusi Suara timpani (+)
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Dextra Akral Hangat (+), Edem (-)
Ekstremitas Superior Sinistra Akral Hangat (+), Edema (-)
Ekstremitas Inferior Dextra Akral Hangat (+), Edema (-)
Ekstremitas Inferior Sinistra Akral Hangat (+), Edema (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah rutin
5
Pemeriksaan 9/11/202 Nilai
3 rujukan
Leukosit 4.5 – 11.50
Eritrosit 4.10 – 5.10
Hemoglobin 12 – 16
Hematokrit 36.0 – 46.0
MCV 78 – 102
MCH 25.0 – 35.0
MCHC 31.0 – 37.0
Trombosit 150 – 450
Neutrofil 42 – 74
Limfosit 17 – 45
Monosit 2.0 – 8.0
Eosinofil 0.0 – 5.0
Basofil 0–1
LimfositAbsolut 0.9 – 5.20
2.
6
3. Pemeriksaan Radiologis
a.
F. INITIAL PLAN
7
A. IP Dx :
Sulit BAK
Mengedan saat BAK
Kandung kemih terasa penuh
Pancaran BAK lemah
Dengan perubahan posisi air kencing keluar lancar
Akhir BAK, masih ada air kencing yang menetes
Pasien jarang minum air putih, maksimal 3 gelas/hari
Sering minum teh atau kopi
Pemeriksaan fisik : nyeri tekan suprapubik.
Foto polos abdomen AP : suspek vesicolithiasis
USG abdomen : vesicolithiasis
B. IP Tx :
IVFD RL 500cc
Inj Ceftriaxone 2 gram
Inj Ondansentron 8 mg
Pro Vesicolithotomy
C. IP Mx :
Keadaan Umum
Tanda Vital (Nadi, RR, suhu)
Tanda kegawatan inkontinensia uri seperti nyeri hebat pada perut bawah
D. IP Ex :
Menjelaskan kepada keluarga tentang sakit pasien, bahwa pasien
mengalami gangguan pada sistem saluran kemih akibat batu pada
kandung kemih
Banyak minum air putih lebih dari 8 gelas ukuran sedang per hari.
Hindari kebiasaan menahan buang air kecil, buang air kecil normalnya
setiap 4 jam atau 6 kali per hari.
Kurangi konsumsi teh dan kopi.
G. PROGNOSIS
8
Quo ad vitam : dubia ad bonam
9
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumothorax adalah terdapat adanya akumulasi udara yang berada di dalam rongga pleura.
Pneumothorax dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak
terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada. Lapisan pleura terbagi atas
dua yaitu, pleura visceral dan pleura parietal yang diantaranya terdapat rongga pleura.
(1)
B. Klasifikasi
Berdasarkan Penyebab
1. Spontan Pneumothorax
Jenis ini merupakan bentuk pneumotoraks yang paling umum dalam praktik klinis dan selalu
sekunder pada patologi paru atau pleura. Tidak ada penyebab yang jelas atau trauma
sebelumnya. Penderita biasanya berada pada kelompok usia 20-40 tahun dan dengan rasa sakit
di dada yang tajam, dan dyspnea. Pada pasien bronkitis kronis dan emfisema yang berusia di atas
10
11
11
dan dengan demikian tekanan intrapulmoner tinggi yang dihasilkan oleh batuk dapat
menghasilkan pneumotoraks spontan.
daerah apeks paru. Faktor resiko utama adalah merokok. Pada beberapa kasus faktor herediter
Pneumotoraks spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantong udara dekat
pleura viseralis. Penelitian secara patologis membuktikan bahwa pasien pneumotoraks spontan
yang parunya direseksi tampak adanya satu atau dua ruang berisi udara dalam bentuk bulla
yang dibatasi pleura fibrotik yang menebal, sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri
kerusakan bagian apeks paru berhubungan dengan iskemia atau peningkatan distensi pada
alveoli di daerah apeks patu akibat tekanan pleura yang lebih negatif.
penyakit yang sering menjadi penyebab pneumothoraks antara lain PPOK tipe emfisema dan
tuberkulosis paru.
11
12
2. Pneumothorax Traumatik
Penyebab yang biasa adalah trauma langsung atau tidak langsung pada dada, misalnya
kecelakaan di jalan raya, luka tusukan, luka perang.
3. Pneumothorax Iatrogenik
Terjadi sebagai akibat prosedur diagnostik atau terapeutik.
2. Generalisasi Pneumothorax
Apabila udara berada pada seluruh rongga pleura, yaitu hemithorak.
antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3
diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding traktus
respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun
sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps
pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari
2. Closed Pneumothorax
Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh karena adanya kerobekan pleura visceralis
sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus akan memasuki kavum pleura.
3. Tension Pneumothorax
12
13
Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat
inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin
lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan
3.2. Patofisiologi(4)
Tension pneumothorax terjadi ketika udara dalam rongga pleura memiliki tekanan yang lebih tinggi
daripada udara di dalam paru. Udara memasuki rongga pleura dari tempat terjadinya cedera pada pleura yang
bekerja seperti katup satu arah. Udara dapat memasuki rongga pleura pada saat inspirasi tetapi tidak dapat
keluar kembali dikarenakan terjadi cedera tersebut sehingga akan menutup pada saat ekspirasi.
Dalam keadaan normal pleura parietal dan visceral seharusnya dapat dipertahankan tetap berkontak
karena adanya gabungan anatara tekanan intrapleura yang negative dan tarikan kapiler oleh sejumlah
kecil cairan pleura.
13
14
Pada saat inspirasi akan terdapat lebih banyak udara lagi yang masuk dan tekanan udara mulai melampaui
tekanan barometrik.
Peningkatan tekanan udara akan mendorong paru yang dalam keadaan recoiling sehingga terjadi
atelektasis kompresi. Udara juga akan menekan mediastinum sehingga terjadi kompresi serta pergeseran
jantung dan pembuluh darah besar. Udara tidak bisa keluar dan tekanan akan semakin meningkat akibat
adanya penumpukan udara ini yang menyebabkan kolaps paru. Ketika udara terus menumpuk dan
tekanan intrapleura akan terus meningkat, akibatnya mediastinum akan semakin terdorong dari sisi yang
terkena. Keadaan ini juga akan mendorong trakea, esophagus, serta aliran balik vena.
(4)
3.4 Manifestasi Klinis
Awitan biasanya tiba-tiba dan berat ringannya gejala bergantung pada luasnya jaringan paru yang
mengalami kolaps serta penyakit dasar yang telah ada sebelumnya. Pneumotoraks dapat menyebabkan
gejala nyeri, sesak napas dan sianosis. Pada bayi, gejala dan tanda klinis mungkin sulit dikenali.
Pneumotoraks
14
15
intratorakal atau mungkin tidak bergejala sama sekali. Derajat rasa nyeri tidak berhubungan dengan
luasnya pneumotoraks. Biasanya didapatkan distres pernapasan, retraksi, menurunnya suara napas,
takikardi, hipotensi. Jika dalam keadaan lanjut laring, trakea dan jantung dapat bergeser ke arah
berlawanan.
3.5 Diagnosis(4)
3.5.1 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan :
1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiperekspansi
dinding dada)
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak
menggetar.
intrapleura tinggi.
4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang,
suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif.
3.5.2.Pemeriksaan Penunjang(4)
Laboratorium
15
16
tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas
sebesar 10%.
Electrocardioghraphy (ECG)
Radiologi(4)
1. Foto Rontgen
2. CT-scan thorax
3. Ultrasonography (USG)
2. Emboli paru.
3. Infark paru
4. Ulkus peptikum
2. fisema.
3. eumomediastinum.
4. eumopericardium.
Untuk mendapatkan diagnosis pasti, pengambilan foto dada dekubitus lateral paru-paru yang
paling terkena adalah wajib. Praktis, bahkan jumlah kecil udara dapat terlihat.
16
17
3.7 Tatalaksana
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pengobatan tergantung pada ukuran pneumotoraks. Jika
kecil, observasi sudah cukup; Jika besar, maka dapat di lakukan drainase tertutup dengan tabung dan tindakan
Prinsip tatalaksana :
pleura.
Tindakan Dekompresi(4)
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumothorax yang luasnya >15%. Pada intinya,
tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intrapleura dengan membuat hubungan antara cavum pleura
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura akan
berubah menjadi negative karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut.
kedalam rongga pleura, kemudian infuse set yang telah dipotong pada
2. Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan
kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding thorax
17
infuse set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air .
3. Pipa water sealed drainage (WSD) pipa khusus (thorax kateter) steril,
dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan troakar atau dengan
bantuan klem penjempit. Setelah troakar masuk, maka thorax kateter
segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut,
sehingga hanya kateter thorax yang masih tertinggal di rongga pleura.
Selanjutnya ujung kateter thorax yang ada di dada dan di pipa kaca
WSD dihubungkan melalui pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa
plastic lainnya. Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan
intrapleural tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi
tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O.
3.8 Komplikasi
1. Hemotoraks
2. Penekanan pada kardiovaskular akibat dari tension pneumothorax
3. Fistula bronkopleural.
3.9 Pencegahan
1. Beritahu orang untuk memakai pengaman saat berkendaraan.
2. Bila diperlukan pemasangan vena subklavia, gunakan pendekatan
supraklavikula daripada pendekatan infraklavikular bila memungkinkan
untuk membantu mengurangi kemungkinan terbentuknya pneumotoraks.
3. Transbronchial, transthoracic, dan prosedur lainnya sebaiknya dilakukan
dengan pedoman USG.
3.10 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
PENUTUP
dalam rongga pleura. Pneumothorax dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Tension
pneumothorax terjadi ketika udara dalam rongga pleura memiliki
18
tekanan yang lebih tinggi daripada udara di dalam paru. Udara memasuki rongga pleura dari tempat
terjadinya cedera pada pleura yang bekerja seperti katup satu arah. Udara dapat memasuki rongga
pleura pada saat inspirasi tetapi tidak dapat keluar kembali dikarenakan terjadi cedera tersebut
sehingga akan menutup pada saat ekspirasi.
Foto thorax digunakan untuk mengdiagnosa mayoritas pada kasus pneumothorax dan
terdapat gambaran klasik. Pada beberapa pasien, mungkin
lebih baik untuk secara radiologis mengkonfirmasi dan menglokalisasi lokasi tension pneumothorax
sebelum dilakukan tindakan dekompresi. Udara pada
kavitas pleura, dengan deviasi kontralateral pada struktur mediastinum, adalah pertanda dari tension
pneumothorax. Penemuan pada radiografi dada dapat ditemukan peningkatan volume thorax,
pelebaran sela iga, pendataran batas jantung pada ipsilateral, deviasi mediastinum kontralateral, dan
depresi middiafragma
perbedaan klinis yang signifikan pada kedua pneumothorax yang tersembunyi tersebut tidak
dapatdibedakan
26
19
DAFTAR PUSTAKA
Hill; 2016.
Shock. 2008.
20
9. DG Jain, SN Gosavi, Dhruv D Jain.Understanding and Managing
Tension Pneumothorax. Journal, Indian Academy of Clinical
MedicineVol. 9, No.
1. 2008.
27
21
28
22
DAFTAR PUSTAKA
23