Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

ABSES PARU DEXTRA

Oleh:
dr. Danial Saleh

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
RS UNIVERSITAS MATARAM – PUSKESMAS BABAKAN
NUSA TENGGARA BARAT
2022
LAPORAN KASUS
Identititas

Nama : Tn. A
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tegal
Agama : Islam
Anamnesis
Keluhan Utama :
Batuk dan seak napas

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang ke igd dengan keluhan demam sejak kurang lebih 2
minggu naik turun, pasien juga mengeluhkan batuk dialami sejak 2 bulan yang lalu.
Batuk berlendir berwarna putih kental seperti nanah, tidak ada darah dan berbau
busuk. Lendir dirasakan bertambah banyak sejak 10 hari terakhir. Ada sesak setiap
kali batuk, pasien merasakan pusing sesekali, ada demam naik turun sejak 2
minggu yang lalu terutama malam hari disertai keringat malam, ada nyeri dada
dibagian kanan bawah seperti tertekan dirasakan hilang timbul. Pasien mengeluh
penurunan nafsu makan sejak 1 bulan terakhir diikuti dengan penurunan berat
badan kurang lebih 10kg dalam 1 bulan.
Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu :
-Riwayat dirawat di RS dengan demam tifoid selama 5 hari
-Riwayat kontak dengan penderita TB ada (bapak)
-Riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung tidak ada

Riwayar penyakit keluarga :


-Ada riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama

Riwayat kebiasaan :
-Riwayat alergi disangkal
-Riwayat asma disangkal
-Riwayat merokok tidak ada
Pemeriksaan Fisis

Keadaan umum : sakit sedang


Kesadaran : compos mentis, GCS: E4M6V5
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Denyut nadi : 80x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Suhu badan axilla : 38.7oC
Saturasi O2 : 96% dengan O2 4 lpm nasal kanul
Pemeriksaan Fisis
Kepala : Normocephal, lidah kotor (+), mukosa bibir
kering (+)
Leher : normal, tidak ada pembesaran KGB
Thorax :
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, tidak
terlihat massa, tidak terlihat sikatrik
Palpasi : vokal fremitus melemah pada hemithorax
kanan, setinggi ICS VI
Perkusi : Redup hemithorax kanan setinggi ICS VI
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, Ronkhi (+/+) di
kedua hemithorax paru, Wheezing
(-/-)
Pemeriksaan Fisis
Jantung : DBN
Abdomen :
Inspeksi : tampak datar
Palpasi : nyeri tekan (-)
Extremitas : Superior: Akral hangat (+/+), Edema (-/-)
Inferior : Akral hangat (+/+), Edema (-/-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

 Tes Sputum BTA : 1+


 GenXpert MTB-RIF : MTB DETECTED MEDIUM
Rif Resistance Not Detected
RADIOLOGI
 Konsolidasi inhomogen disertai bayangan
bulat luscent dengan air fluid level
 Cavitas pada zona atas parenkim
 Cor : bentuk, letak dan ukuran normal
 Sinus dan diafragma baik
 Tulang-tulang intak

 KESAN : TB AKTIF DENGAN ABSES


PARU DEXTRA
Diagnosis :
• Abses Paru Dextra
• TB Paru Bakteriologis Kasus Baru Kategori 1
• Anemia Normositik Nomokrom
Terapi

-O2 nasal kanul 3-4 lpm


-IVFD NaCl 0,9% 14 tpm
-Ceftriaxone 1gr/12jam/IV
-Combivent 1rs/8jam/inh
-4 FDC 1x3 tab
-Paracetamol 1g (bila suhu >38,5°C)
Planing
• Pewarnaan gram
• Biakan dahak
• Evaluasi darah rutin
• Pemeriksaan kimia darah
• CT-Scan
• Bronkoskopi
• Pasang WSD
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa nekrotik
pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga
membentuk kavitas yang berisi nanah dalam parenkim
paru pada satu lobus atau lebih.
Etiologi
Kelompok bakteri anaerob:
- Bacteriodes melaninogenus Kelompok bakteri aerob, gram positif:
- Bacteriodes fragilis - Staphylococcus sp.
- Peptostreptococcus species - Streptococcus microphilic
- Bacillus intermedius - Streptococcus pyogenes
- Fusobacterium nucleatum - Streptococcus pneumoniae
- Microaerophilic streptococcus

Kelompok bakteri aerob, gram positif:


- Klebsiella pneumoniae
Kelompok jamur (muciraceae aspergillus - Pseudomonas aeroginosa
species), parasit, amuba, mikobakterium -Escherichia coli
- Actinomyces species
- Nocardia species
Faktor Predisposisi

• Ada sumber infeksi saluran pernafasan:


• Infeksi mulut, tumor laring yang terinfeksi, bronkitis,
bronkiektasis dan kanker paru yang terinfeksi.
• Daya tahan saluran pernafasan yang terganggu:
• Obstruksi mekanik saluran pernafasan:
• Pada aspirasi bekuan darah, pus, bagian gigi yang
menyumbat, makanan dan tumor bronkus.
Patofisiologi

Invasi agen infeksi (Infeksi saluran nafas,


aspirasi, infeksi periodontal, abses hepar)

Mekanisme pertahanan tubuh melawan


agen infeksi

Agen infeksi masuk ke saluran pernafasan


dan terjadi reaksi inflamasi

Neutrofil migrasi ke alveolus dan mengisi air


containing space

Oklusi dan nekrosis jaringan membentuk


formasi abses
Gejala Klinis
• Malaise, merupakan gejala awal disertai tidak nafsu makan yang lama
kelamaan menyebabkan penurunan berat badan.
• Demam, berupa demam intermitten bisa disertai menggigil bahkan ‘rigor’
dengan suhu tubuh mencapai 39.40C atau lebih.
• Batuk pada pasien abses paru merupakan batuk berdahak yang setelah
beberapa saat dapat berubah menjadi purulen dan bisa mengandung
darah. Sputum yang berbau amis dan berwarna anchovy menunjukkan
penyebabnya bakteri anaeraob dan disebut dengan putrid abscesses.
• Nyeri pleuritik atau nyeri yang dirasakan dalam dada menunjukkan
adanya keterlibatan pleura.
• Sesak yang disebabkan oleh adanya pus yang menumpuk menutupi
jalan napas
Pemeriksaan Fisis

• Demam
• Tanda konsolidasi (suara napas menurun,
pekak jika diperkusi,)
• Ronkhi basah dan krepitasi di tempat abses
• Tanda-tanda efusi pleura
• Clubbing finger
Diagnosis
• Keluhan penderita yang khas seperti malaise, demam ringan sampai demam
tinggi, batuk purulen dengan bau amis dan penurunan berat badan.
• Riwayat penyakit sebelumnya seperti infeksi saluran nafas atas, infeksi gigi,
serangan epilepsi, dan penurunan kesadaran berkaitan dengan sedasi.
• Peningkatan jumlah leukosit yang umumnya mencapai 10.000-30.000/mm3.
• Radiologi : Xray. ada kavitas dengan proses konsolidasi disekitarnya adanya air-
fluid level
• CT Scan : Lesi dens bundar dengan kavitas berdinding tebal tidak teratur dan
terletak di jaringan paru yang rusak
• Bronkoskopi: untuk mengetahui adanya obstruksi pada bronkus. Obstruksi
bronkial sekunder biasanya disebabkan oleh karsinoma.
Pemeriksaan Penunjang

1. Gambaran radiologis
-CXR
Kavitas berdinding tebal dengan air
fluid level di dalamnya

-CT-Scan
Dapat melihat kavitas kecil
2. LABORATORIUM
-Leukositosis ≥15.000
-Peningkatan LED
-Anemia penyakit kronik

3. DAHAK
- Pewarnaan gram penuh leukosit dan bermacam-macam
basil.
- Biakan dahak untuk bakteri anaerob, aerob,
mikobakterium, jamur, dalam beberapa kasus parasit
Tatalaksana
Terapi suportif
-Istirahat di tempat tidur
-Pemberian terapi oksigen
-Pemasangan infus untuk rehidrasi dan
koreksi elektrolit & koreksi diet
-Paracetamol jika demam

Postural drainage
Memposisikan badan dengan mengandalkan
gravitasi agar memudahkan aliran sekrat ke
saluran napas agar mudah untuk dikeluarkan.
Tatalaksana Medis
• Manajemen awal didasarkan pada data mikrobiologi dan pengetahuan
terhadap kondisi atau penyakit yang mendasari.

Antibiotik
• Clindamycin (600-800 mg/6-8jam/IV 5-21 hari dilanjutkan 150-300
mg/8 jam/oral total 28-48 hari.
• Kombinasi penisilin dan metronidazole
• ampicilin /sulbactam (1,5-3 gr/6jam/oral)
• Paracetamol (500 mg /8jam/oral)
• Alternatif : Meropenem 1 gr IV setiap 8 jam
• MRSA : linezolid 600 mg/12jam/IV atau vankomisin 15 mg /kgbb/12
jam/IV
Terapi Bedah

Indikasi terapi bedah:


• Gagal respon terhadap terapi antibiotik, kecurigaan
neoplasma, atau malformasi paru kongenital. Tindakan
bedah antara lain: lobektomi atau pneumonektomi.
• Jika abses > 6 cm
• Gejala tetap ada setelah pengobatan adekuat
Durasi Terapi
• Pada tahap awal, diberikan antibiotik intravena sampai demam
menghilang dan terdapat perbaikan klinis dalam 4-8 hari, diikuti
dengan terapi oral hingga 6-8 minggu.
• Keberhasilan terapi antibiotik dapat dinilai dari menghilangnya
gejala tanpa bukti radiologis atau perbaikan menipisnya dinding
kaviti setelah terapi 4-6 minggu.
• Perbaikan radiografi bisa lebih lambat dari penyembuhan klinis.
Dalam beberapa pasien dengan respon klinis yang membaik dengan
pengobatan, kavitas sembuh perlahan dan membutuhkan waktu
berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk menghilang secara
radiografi.
Daftar Pustaka
1. Sinto L. Hemangioma Pada Anak. CDK. 2017;44:392–295.
2. Lubis BS. Penatalaksanaan Hemangioma. CDK. 2016;43:353–8.
3. C P, C V, B B. Case Report: A Rare Case of Infantile Hemangioma, Treated in a Private Clinic as Out Patient. J
Prim Heal Care Open Access. 2019;9(1):1–3.
4. Hamzah M. Hemangioma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. p. 242–4.
5. Narendran V. The Skin of the Neonate. In: Marti RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, editors. Fanaroff and Martin’s
Neonatal-Perinatal Medicine. 11th ed. Philadephia: Elsevier Inc.; 2020. p. 1919–21.
6. MacArthur KM, Püttgen K. Vascular Tumors. In: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ,
McMichael AJ, et al., editors. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. New York: McGraw-Hill; 2019. p. 2042–59.
7. Martin KL. Vascular Disorders. In: KLIEGMAN RM, III JWSG, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 21st ed.
Philadephia: Elsevier Inc.; 2020. p. 3461–72.
8. Dinulos J. Vascular Tumors and Malformations. In: Dinulos J, editor. Habif’s Clinical Dermatology. 7th ed.
Philadephia: Elsevier Inc.; 2021. p. 904–47.
9. Ferri FF. Ferri’s Clinical Advisor 2020. Ferri FF, editor. Philadephia: Elsevier Inc.; 2020. 1997–1999 p.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai