Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU PENYAKIT DALAM HEWAN KECIL


OBSTRUKSI SALURAN NAFAS ATAS ANJING BRACHYCEPHALIC

OLEH:
1)

MARIA ASTI S.R. RAFE

(1309012005)

2)

BEATRIX BARUT

(1309012006)

3)

SARRAH A. JOSEPH

(1309012007)

4)

FENY M. DARIS

(1309012009)

5)

YAKOBUS R. LADJU

(1309012017)

6)

YUNI R. RIWU

(1309012022)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan pengerjaan makalah ini dengan baik.
Penulis berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Penyakit Dalam Hewan
Kecil yang telah memberikan tugas pembuatan makalah mengenai gangguan obstruksi
saluran pernafasan bagian atas khususnya laring sebagai penambah nilai tugas dan bahan
referensi tambahan bagi mahasiswa terkait mata kuliah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Kecil.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
selama pengerjaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dan semoga Tuhan memberkati.

Kupang, September 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Anjing (Canis lupus familaris) dan kucing (Felis katus) adalah hewan kecil yang
sering dipelihara oleh manusia, baik itu untuk dijadikan sebagai hewan kesayangan
maupun untuk dipelihara dengan tujuan tertentu. Anjing dan Kucing sangat rentan terkena
penyakit gangguan saluran penrnafasan. Salah satunya yaitu obstruksi pada Faring.
Faring dalam bahasa Yunani,pharynx adalah tenggorokan atau kerongkongan
yang merupakan bagan dari sistem pernafasan. Faring dalam dunia kedokteran diartikan
sebagai tabung fibromuskular yang terdapat persis didepan tulang leher yang
berhubungan dengan rongga hidung, rongga telinga tengah dan laring.
Obstruksi faring adalah sumbatan yang terjadi pada saluran nafas bagian atas atau
pada faring. Obstruksi faring dapat sebagai efek sekunder akibat kelainan anatomi dari
saluran nafas bagian atas, dapat berupa stenosis nares dan penjuluran palatum lunak.
Obstruksi faring merupakan kasus yang serius jika pada pengobatan yang diberikan pada
pasien tidak berespon makan perlu dilakukan tindakan operatif trakeotomi.

1.2

TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami definisi obstruksi saluran
pernapasan atas meliputi etiologi, gejala klinis, cara mendiagnosa, diagnosa diferensial
serta terapi yang dapat dilakukan.

1.3

RUMUASAN MASALAH
Makalah ini membahas tentang obstruksi saluran pernapasan atas meliputi
etiologi, gejala klinis, cara mendiagnosa, diagnosa diferensial serta terapi yang dapat
dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Etiologi
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada

saluran pernapasan bagian atas. Jenisjenis anjing tertentu (mis. Pekingese, pug, Shih
Tzu, Boston terrier, bulldog, boxer dsb.) mempunyai rahang atas yang pendek dan
termasuk anjing brachycephalic. Pada anjing jenis-jenis itu lubang hidung, rongga
hidung, nasofaring dan laring menempati ruang yang jauh lebih pendek dibandingkan
anjing pada umumnya. Di samping itu juga sering terdapat palatum molle yang terlalu
panjang serta hipoplasia laring.
Pada keadaan yang ringan hanya terlihat pernapasan yang keras atau
mendengus (stridor nasal dan / atau stridor laring), tanpa gangguan terhadap aktivitasnya;
tetapi pada keadaan yang berat menyebabkan obstruksi dan gangguan aliran udara pada
waktu bernapas. Usaha inspirasi yang meningkat lama kelamaan bisa menyebabkan
kolaps laring.
Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya
adalah :
a. Obstruksi Nasal

Merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh

deviasi septum nasi,hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan
episodenasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk, 1999). Obstruksi saluran napas atas
adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas atas, sehingga ruang untuk
mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan penderita mengalami gangguan
pernapasan. Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum
nasi, hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah jeruk
yang timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat
mengarah pada kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode nasofaringitis
yang sering. Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisi
lendir yang dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi
sinusitis dan drainase dari rongga ini terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di
dalam hidun, maka nyeri akan dialami pada region sinus yang sakit. (Brunner &
Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 2001:554) Obstruksi nasal merupakan

tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang
torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi. (Arif
Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999).
1) Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung
kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa
maligna, lebih sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula menyebabkan
obstruksi saluran pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau keduanya.
2) Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat
pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan
pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi
saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat,
sehingga pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa
bermetastase ke jaringan / organ tubuh lain.
3) Polip Hidung
Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung membengkak
dan terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang kemudian terdorong ke
dalam rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan jaringan saraf, pembuluh darah
dan kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah masa yang mengandung jaringan saraf
pembuluh darah yang rusak, yang dapat menimbulkan sumbatan hidung yang menetap
dan rinorea serta terjadinya hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat
bersin-bersin dan terjadinya iritasi di hidung.
b. Obstruksi Laring adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang
berupa pembengkakanmembran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat
mengarah pada astiksia. (Arif Mansjoer, dkk, 1999). Adalah adanya penyumbatan pada
ruang sempit pita suara yang berupa pembengkakan membran mukosa laring, dapat
menutup jalan dengan rapat mengarah pada astiksia. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta
Kedokteran, 1999)

1) Abses Peritonial (Quinsy)


Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil
akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri piogen, lalu
menembus kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium
parafaringium dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan sepsis).
c. Sumbatan laring biasanya disebabkan oleh:
Radang akut dan radang kronis.
Benda asing
Trauma akibat kecelakaan, perkelahian
Trauma akibat tindakan medik
Tumor laring, baik berupa tumor jinak atau pun tumor ganas.
Kelumpuhan nervus rekurens bilateral
2.2

Gejala Klinis
Anjing menunjukkan tanda-tanda kesulitan respirasi dengan pernapasan yang keras

atau sering mendengkur terutama pada keadaan eksitasi atau stress. Bernapas dari mulut
tidak akan membantu bila obstruksi terdapat di daerah faring dan laring. Tanda-tanda ini
biasanya menjadi lebih berat pada umur yang makin tua. Pada keadaan yang berat
terdapat sianosis, hipertermia dan kolaps.Beberapa anjing akan menunjukan gejala
muntah terutama ketika menelan.

Gambar 1. Gambar laring pada anjing brachycephalic yang mengalami sindrom obstruksi saluran napas atas .

2.3

Diagnosa
Diagnosa penyakit dengan melihat gejala klinis berupa obstruksi pada laring adalah

kasus penyakit Canine Bracycephalic Airway Syndrome ( Jonathan dan Gannon, 2015).
Tahapan penentuan diagnosis penyakit akibat obstruksi pada laring sebagai berikut :
1. Anamnesis :

Dilakukan dengan melihat riwayat penyakit dengan atau tanpa didahului gejala-gejala
gangguan saluran pernapasan bagian atas seperti batuk. Anamnesis adalah pemeriksaan
tahap awal yang dilakukan dengan wawancara dan dapat membantu menegakkan
diagnosa hingga 80%, anamnesis ini bersifat subjektif. Tujuannya untuk menegakkan
gambaran kesehatan pasien secara umum, dan mengetahui riwayat penyakit pasien.
2. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik adalah komponen pengkajian kesehatan yang bersifat objektif yang
dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada tubuh pasien dengan melihat
keadaan pasien (inspeksi), meraba suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa
(perkusi), mengetuk suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (palpasi), dan
mendegarkan menggunakan stetoskop (auskultasi).
3. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu diagnosa ketika anamnesis dan
pemeriksaan fisik belum mendapatkan hasil. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
untuk memastikan hasil diagnosa meskipun anamnesis dan pemeriksaan fisiknya sudah
mencapai titik terang.
Radiografi( Sinar-x)
Radiografi( Sinar-x) dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis syndrom saluran
nafas pada anjing yang dimulai dari kepala, leher dan juga dada. Radiografi digunakan
untuk melihat kelainan palatum durum dan penyempitan pada trakea dan terlihat juga
adanya kolaps trakea, pneumonia dan beberapa kondisi medis sekunder lainnya yang
terkait dengan sindrom saluran nafas pada pasien.
2.4

Diagnosa Differensial
Diagnosa differensial dari penyakit syndrome obstruksi saluran pernafasan bagian atas

adalah tumor hidung, karsinoma nasofaring, polip hidung.

2.5

Penanganan :

Penanganan yang dapat diberikan kepada pasien penderita Syndrome Obstruksi


Saluran Pernafasan bagian atas adalah sebagai berikut :
1.

menghindari stress dan lingkungan yang terlalu panas

2.

bila ada kesulitan respirasi :

Hewan dikurung dan / atau diberi lingkungan yang sejuk

Diberi sedatif

Diberi prednisolon untuk mengurangi edema faring dan laring

Kalau perlu diadakan trakeostomi

3. Terapi operatif pada kasus-kasus berat dan selektif.


2.6

Terapi :

1. Memberikan obat sedasi (tidur) untuk menurunkan kecepatan respirasi dan


mengurangi pergerakan.
2. Obat acepromazine maleat : dosis 0.05 0.10 mg/kg secara IM atau SC.
3. Pasien harus diletakan dalam kandang dan minimalis faktor penyebab stres.
4. Obat antiinflamasi(golongan kortikosteroid : untuk mengurangi edema laring.
5. Obat : prednisolone dosis 1.0 mg/kg secara IV atau IM,
6. Dexametazone dosis 0.15 mg/kg secara IV atau IM.
7. Kortikosteroid diberikan jika hanya diperlukan dan tidak lebih dari 48 jam.
8. Pasien harus dimonitor untuk hipertemia, jika suhu rektal 40o C, : meletakan kipas
angin dalam kandang atau kompres alkohol.
9. Jika gangguan respirasi berat dan tidak memberikan respon terdahap obat , diperlukan
tindakan emergensi trakeotomi.

BAB III
KESIMPULAN
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan
pada saluran pernapasan bagian atas. Obstruksi jalan napas atas biasanya terjadi pada
anjing brachycephalic. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas
atas, diantaranya adalah obstruksi nasal dan obstruksi laring. Anjing menunjukkan tandatanda kesulitan respirasi dengan pernapasan yang keras (stridor sampai stertor), terutama
pada keadaan eksitasi atau stress. Bernapas dari mulut tidak akan membantu bila
obstruksi terdapat di daerah faring dan laring. Diagnosa penyakit dengan melihat gejala
klinis berupa obstruksi pada laring adalah kasus penyakit Canine Bracycephalic Airway
Syndrome meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosa
differensial dari penyakit syndrome obstruksi saluran pernafasan bagian atas adalah tumor
hidung, karsinoma nasofaring, polip hidung. Perlu adanya tindakan penanganan dan
terapi yang dapat diberikan kepada pasien penderita Syndrome Obstruksi Saluran
Pernafasan bagian atas.

DAFTAR PUSTAKA

Andreas,Frederico.2013. Obstruksi Jalan Napas Atas Brachycephalic.scribd


https://winerners.wordpress.com/2012/10/09/obstruksi-nasal/. Diakses pada kamis, 29
September 2016.
Brunner dan Suddart. 1994. Keperawatan Medikal Bedah I, edisi 8, Vol. 1. EGC : Jakarta
Davicioni jesse.,2015. Brachycephalic breeds and Brachycephalic syndrome. Anderson
veterinary group
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI : Jakarta
Miller Jonathan., Gannon Kristi. 2015. Perioperative Management Of Brachycephalic
Dogs.Oradell Animal Hospital.New Jersey

Anda mungkin juga menyukai