Anda di halaman 1dari 13

DIAGNOSA KLINIK PADA ANJING

Kelompok 10
Siti Maryam (O11113510)1, Nurfajrin Syamsir (O11113014), Risal Pangeran
(O11113311),Stephani Datu Rara (O11113305)

Dosen : Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M.Sc


Asisten :
2
Bagian Bedah & Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi
Program Studi Kedokteran Hewan ( PSKH ), Universitas Hasanuddin ( UNHAS )
Korespondensi Penulis : email sitimaryam.sm86@gmail.com

ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemeriksaan klinis pada anjing, sehingga
dapat diketahui ada tidaknya kelainan yang dimiliki. Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah berbagai macam peralatan dalam mendiagnosa penyakit antara lain timbangan, termometer,
hammer, penlight dan stetoskop. Sebelum melakukan pemeriksaan, didahului dengan melakukan
sinyalemen dan anamnesa dengan keterangan dari klien. Dalam mengambil informasi kepada klien,
seorang dokter hewan dituntut mempunyai kemampuan untuk dapat secara aktif dalam menggali
informasi kepada klien dan dapat menyakinkan bahwa hewannya ditangani dengan benar. Adapun
tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan catur indera pemeriksa, yakni dengan
penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain dengan cara inspeksi,
palpasi atau perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui,
mengukur dan menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta
pemeriksaan dengan alat dignostik lain. Diusahakan agar hewan tenang dan tidak curiga kepada
pemeriksa. Lakukan restrain terhadap anjing jika diperlukan untuk terhindar dari gigitan ataupun
cakaran anjing tersebut. Inspeksi dari jauh dan dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala
arah dan keadaan sekitarnya. Diperhatikan pula ekspresi muka, kondisi tubuh, pernapasan, keadaan
abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara hewan, pulsus, temperatur dan napas.
Pulsus diperiksa pada bagian arteri femoralis yaitu sebelah medial femur (normal: 76-148/menit).
Napas diperiksa dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnya dengan melihat
kembang kempisnya daerah thoraco abdominal dan menempelkan telapak tangan di depan cuping
bagian hidung (normal: 20-30 kali/menit). Temperatur diperiksa pada rektum dengan menggunakan
termometer (normal: 37,8-39,5). Anjing yang diamati dalam praktikum ini merupakan anjing
domestik yang dipelihara di sekitar rumah.
Kata kunci : Pemeriksaan klinis, sinyalemen, anamnesa dan anjing.

PENDAHULUAN Seperti mahkluk hidup lainnya di


Anjing merupakan mahkluk sosial zaman perburuan purba, semula manusia dan
seperti halnya manusia. Anjing memiliki serigala abu-abu (nenek moyang anjing)
posisi unik dalam hubungannya dengan adalah kompetitor di dalam perburuan
manusia. Kesetiaan dan pengabdian yang makanan. Keberhasilan manusia di dalam
ditunjukkan anjing sangat mirip dengan perburuan, membangun komunitas dan
konsep manusia tentang cinta dan pemukiman membuat kelompok serigala
persahabatan. Kedekatan anjing dan manusia mendekati pemukiman manusia untuk
menjadikan anjing bisa dilatih, diajak mendapatkan sisa-sisa buruan manusia.
bermain, tinggal bersama manusia serta Seiring waktu, kondisi ini berkembang
bersosialiasi secara intens dengan manusia, menjadi kondisi ketergantungan dari
anjing maupun hewan lain. kelompok serigala terhadap kelompok
manusia. Manusia pun memanfaatkan
kemampuan serigala di dalam membaca lebih dekat dengan manusia dan berdiam di
tanda-tanda alam dan melacak keberadaan daerah pertanian (Yulian Susanti, 2004).
hewan buruan. Sebaliknya, manusia Sinyalemen (Inggris : Signalement)
memberikan perlindungan dan makanan bagi atau jati diri atau identitas diri atau ciri-ciri
kelompok serigala abu-abu. Proses ini adalah dari seekor hewan merupakan ciri pembeda
awal dari ‘penjinakan yang tidak disengaja’ yang membedakannya dari hewan lain
atau domestikasi. Proses domestikasi ini sebangsa dan sewarna meski ada kemiripan
berlangsung berulang-ulang dan dalam kurun satu sama lainnya (twin). Sinyalemen sangat
waktu yang sangat lama. Inilah awal penting untuk dikenali dan dicatat pada awal
kedekatan manusia dengan serigala abu-abu pemeriksaan fisik (Setyo Widodo, 2011).
yang kemudian kita kenal dengan anjing Sinyalemen pada anjing dan kucing
Pemeriksaan klinis pada hewan, dalam terdiri atas (Setyo Widodo, 2011) :
hal ini yaitu anjing diawali pada tahap 1. Nama hewan
sinyalemen yaitu pengambilan informasi dari 2. Jenis hewan
klien berkaitan dengan identitas kucing 3. Bangsa atau ras
tersebut yang terdiri dari nama, jenis 4. Jenis kelamin
hewan/spesies, ras/breed, warna bulu dan 5. Umur
kulit, jenis kelamin, umur, berat badan, serta 6. Warna kulit dan rambut
tanda-tanda khusus yang dimiliki. Kemudian 7. Berat badan
dilanjutkan dengan anamnesis yaitu 8. Ciri-ciri khusus
keterangan ataupun keluhan yang Anamnesis atau history atau sejarah
disampaikan pemilik hewan (klien) mengenai hewan adalah berita atau keterangan atau
keadaan hewannya saat datang berkonsultasi. lebih tepatnya keluhan dari pemilik hewan
Tata cara dalam melakukan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa
pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi atau datang berkonsultasi untuk pertama kalinya,
perabaan, perkusi atau mendengar, mencium namun dapat pula berupa keterangan tentang
atau membaui, mengukur dan menghitung, sejarah perjalanan penyakit hewannya jika
pungsi pembuktian atau proof punctio, tes pemilik telah sering datang berkonsultasi.
alergi, pemeriksaan laboratorium klinik, serta Cara-cara mendapatkan sejarah tersebut dari
pemeriksaan dengan alat diagnostik lain. pemilik hewan perlu dipelajari seperti juga
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk dengan tahapan pemeriksaan yang lain.
mengetahui kelainan yang terdapat pada Caranya dengan pertanyaan-pertanyaan
hewan. Pada praktikum ini, hewan yang menyelidik namun tidak disadari oleh pemilik
digunakan yaitu anjing. hewan, seorang dokter hewan berusaha
memperoleh keterangan-keterangan
TINJAUAN PUSTAKA selengkap mungkin dari pemilik hewan akan
Banyak masyarakat di dunia ini yang hal-hal seputar kejadian atau ditemukannya
memelihara kucing, termasuk masyarakat hewan yang menunjukkan tanda-tanda
Indonesia. Sama dengan hewan lainnya, subjektif kesakitan misalkan mutahan atau
kucing juga memiliki sejarah panjang dalam vomitant (Setyo Widodo, 2011).
perjalanan hidupnya. Tidak diketahui secara Berikut ini beberapa kelainan yang
pasti di mana kucing mulai didomestikasikan. sering ditemui dalam mendiagnosa anjing
Orang Mesir Kuno yang kaya dengan budaya pada tahap pemeriksaan fisik, antara lain :
menganggap kucing sebagai penjelmaan Distemper
dewa. Hubungan manusia dan kucing diduga Distemper adalah salah satu penyakit
sejak 8000 SM ketika hidup manusia masih menular yang menyerang anjing. Penyakit
mengembara (berpindah-pindah), mulai tersebut disebabkan oleh virus dalam genus
menetap, dan bertani. Fenomena lain Morbillivirus dari famili Paramyxoviridae
menceritakan bahwa sekitar 4000 SM dan mempunyai hubungan dekat dengan virus
manusia yang hidup sepanjang Sungai Nil measles dan rinderpest. Virus distemper dapat
mulai hidup dengan cara bertani. Keadaan ini menyerang famili Canidae, Mustelidae, dan
membuat kucing liar mulai mencoba hidup Procyonidae. Penyakit tersebut telah
dilaporkan kejadiannya pada mamalia air cholecystitis, dan cholelithiasis (Deni
seperti anjing laut dan anjing liar di Afrika. Noviana, 2013).
Walaupun kucing dan babi telah dapat Seiring dengan kemajuan teknologi,
diinfeksi secara eksperimental, hal tersebut metode dalam mendiagnosis kelainan pada
dianggap tidak penting dalam penyebaran organ hepatobiliari menjadi lebih canggih
distemper anjing. Virus distemper tidak dapat sehingga pelaksanaan diagnosis menjadi lebih
bertahan lama di luar induk semang dan peka mudah dan akurat. Salah satu teknik diagnosis
terhadap desinfektan seperti senyawa fenol yang sering digunakan untuk mendeteksi
atau ammonium kuaterner (I Gusti Made kelainan pada organ hepatobiliari adalah
Krisna Erawan, 2009). ultrasonografi. Ultrasonografi (USG)
Distemper ditemukan tersebar di merupakan teknik diagnosis noninvasive yang
seluruh dunia. Penyebaran virus distemper mampu memberikan gambaran detail
yang paling utama adalah melalui sekresi mengenai struktur hati dan kantung empedu
partikel-partikel virus secara aerosol oleh termasuk vaskularisasi sehingga dapat
hewan terinfeksi. Anjing terinfeksi distemper digunakan untuk mengetahui adanya berbagai
dapat mengeluarkan virus dalam beberapa jenis kelainan yang terjadi pada organ
bulan. Virus distemper menyerang dan hepatobiliari anjing. Ultrasonografi dapat
menimbulkan gejala atau lesi pada mata, digunakan untuk mengevaluasi jaringan
saluran respirasi, gastrointestinal, urogenital, parenkim hati sehingga sangat berguna dalam
sistem saraf, dan kulit. Gejala klinik yang membedakan kelainan fokal dengan kelainan
ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala dapat difus. Kombinasi USG dan pemeriksaan
terjadi berat atau ringan, tanpa atau dengan sitologi dengan teknik pengambilan biopsi
memperlihatkan gejala-gejala saraf. Diagnosis menggunakan aspirasi jarum yang dipandu
tentatif untuk penyakit distemper umumnya oleh USG akan semakin meningkatkan
dilakukan dengan melihat gejala klinis yang ketajaman diagnosis penyakit hati sekaligus
muncul pada penderita. Pencegahan penyakit memperkirakan prognosisnya. Penggunaan
distemper dapat dilakukan dengan vaksinasi. color flow doppler USG dapat memberikan
Kasus distemper pada anjing telah menurun gambaran mengenai lokasi pembuluh darah
secara signifikan sejak dilancarkan upaya maupun kecepatan dan arah aliran darah
vaksinasi dengan menggunakan vaksin hidup sehingga sangat berguna dalam mengevaluasi
(modified live vaccine) sejak tahun 1960. vaskularisasi organ hepatobiliari (Deni
Namun terjadinya wabah distemper pada Noviana dkk, 2013).
tahun 1994- 1995 di Finlandia termasuk pada Tuberkulosis
anjing-anjing yang telah divaksinasi (I Gusti Deteksi interferon-gamma (IFN-γ)
Made Krisna Erawan, 2009). dengan stimuli antigen spesifik
Kelainan Organ Hepatobiliari Mycobacterium tuberculosis ESAT-6 dan
Sistem hepatobiliari merupakan suatu CFP-10 menjadi sangat penting untuk deteksi
sistem organ yang terdiri atas dua organ tuberkulosis pada hewan kesayangan seperti
utama yaitu hati dan kantung empedu. Hati anjing, mengingat anjing lebih sensitif
merupakan organ terbesar kedua di dalam terhadap infeksi oleh M.tuberculosis yaitu
tubuh dan memiliki 1500 fungsi biokimia galur yang menyerang pada manusia.
esensial. Organ hepatobiliari berperan penting Berdasarkan pada pustaka yang menyebutkan
dalam proses pencernaan makanan, bahwa anjing lebih sensitif terhadap infeksi
metabolisme nutrisi, detoksikasi, dan sintesis M.tuberculosis dibanding dengan M.bovis,
substansi penting bagi tubuh. Kelainan pada sehingga mempunyai resiko lebih besar
organ hepatobiliari cukup sering ditemukan sebagai sumber penularan ke manusia yang
pada anjing. Kelainan-kelainan tersebut dapat ada di sekitarnya, maka deteksi tuberkulosis
disebabkan oleh faktor eksternal maupun pada hewan kesayangan anjing perlu terus
internal. Beberapa kelainan yang sering diupayakan. Mengingat tuberkulosis
muncul diantaranya hepatitis, portosystemik merupakan penyakit zoonosis penting yang
shunts, kongesti vena porta, tumor primer, masih merupakan problem global dunia, maka
metastasis, malignant lymphoma, cholangitis, urgen tersedianya alat diagnosis yang spesifik
dalam rangka pengendalian penyakit. 2. Signalement Hewan
Meskipun jumlah penderita tuberkulosis terus Nama : Brownie
meningkat, dan penyakit bersifat zoonotik, Jenis Hewan/spesies : Anjing
perhatian terhadap tuberkulosis pada hewan Ras/Breed : Canis lupus
kesayangan seperti anjing sejauh ini belum familiaris
mendapatkan perhatian yang serius (Ida Warna Bulu & Kulit : Black and tan
Tjahajati, 2007). Jenis Kelamin : Betina
Permasalahan diagnosis tuberkulosis Umur : 4 tahun
sampai sekarang masih merupakan masalah Berat Badan : 2,72 kg
besar baik pada manusia maupun pada hewan Tanda khusus : Memiliki garis
kesayangan termasuk anjing. Diagnosis hitam pada
didasarkan pengenalan antigen spesifik oleh bagian dorsal
sel T, yang akan direspon dengan produksi
sitokin IFN-γ, yang dapat dideteksi dengan Langkah awal sebelum dilakukan
menggunakan sistem ELISA merupakan dasar pemeriksaan fisik pada anjing, yaitu dengan
yang dapat digunakan untuk menciptakan cara dilakukan pendataan pasien (sinyalemen)
diagnosis penyakit tuberkulosis secara in untuk mengetahui identitas dari hewan
vitro. Banyak upaya penelitian dikembangkan tersebut dalam hal ini yaitu anjing sebagai
untuk menemukan antigen spesifik yang dapat pembeda dari anjing yang lain. Pada
digunakan sebagai dasar diagnosis praktikum ini identitas yang diperoleh yaitu
tuberkulosis. Ditemukannya antigen spesifik kucing ini bernama Brownie berjenis kelamin
Mycobacterium tuberculosis yaitu ESAT-6 betina, merupakan Canis lupus familiaris
dan CFP-10 yang dikode oleh gene RD-1 dan yang hidup liar dengan berat badan 2,72 kg
RD-2 membuka peluang untuk dapat berumur 4 tahun. Brownie memiliki tanda
menciptakan metode diagnosis tuberkulosis khusus berupa garis hitam pada bagian dorsal.
yang spesifik (4,5). Berdasarkan pada limfosit
T yang spesifik antigen, yang berarti hanya 3. Status Present (Keadaan Umum)
terstimuli oleh antigen yang spesifik yang Keadaan Umum
pernah dikenalinya, maka dapat diciptakan Perawatan : Tidak terawat
suatu cara diagnosis yang akurat. Habitus/tingkah laku : Tenang
Tersekresinya IFN-γ oleh limfosit T oleh Gizi : Sedang
stimuli antigen spesifik secara in vitro, akan Pertumbuhan badan : Baik
memudahkan deteksi secara cepat, mudah, Sikap berdiri : Kordinatif
dan akurat, yaitu dengan sistem ELISA (Ida Suhu tubuh : 38oC
Tjahajati, 2007). Frekuensi nadi : 128 kali/menit
Frekuensi napas : 72 kali/menit
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pendataan dan
PRAKTIKUM anamnesa. Tahap selanjutnya yaitu anjing
1. Anamnesa direstrain sehingga memudahkan untuk
Berdasarkan informasi yang diperoleh melakukan pemeriksaan. Selanjutnya
dari pemilik hewan (klien) anjing ini makan dilakukan pengukuran suhu tubuh pada
dari sisa-sisa makanan, belum pernah bagian rektum sehingga diperoleh suhu 38oC,
divaksinasi sebelumnya dan tidak pernah frekuensi nadi diukur pada bagian arteri
mendapatkan vitamin atau obat cacing. femoralis dan diperoleh 128 kali/menit, dan
Kucing ini dibiarkan hidup bebas disekitar melihat frekuensi napas dengan
rumah klien atau tidak dikandangkan, namun memperhatikan gerakan kembang kempis
dia hidup terpisah dari temannya. Klien juga pada bagian abdomen sehingga diperoleh 72
mengatakan bahwa anjingnya jarang kali/menit. Pernapasan anjing disebut dengan
dimandikan sehingga tubuh anjingnya thoracoabdominal. Diamati bagaimana
terdapat banayak kutu, namun anjing ini tidak perawatannya, tingkah lakunya, gizi,
mempunyai riwayat penyakit. pertumbuhan badan dan sikap berdirinya.
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan umum. Mulut & Rongga Mulut
Antara lain : Rusak/luka bibir Tidak ada
Adaptasi Lingkungan Mukosa TAP
A. Kepala & Leher Gigi geligi TAP
Inspeksi Lidah TAP
Tidak ada Pemeriksaan pada bagian mulut
Ekspresi Kepala perubahan dan rongga mulut dilakukan dengan
(TAP) menggunakan alat bantu penlight dan
Pertulangan kepala (TAP) hasil yang ditemukan tidak terdapat
Jatuh kelainan pada bagaian ini.
Posisi tegak telinga
(Menunduk)
Posisis kepala Tunduk Telinga
Inspeksi dengan melihat keadaan Posisi Jatuh/turun
pasien tanpa menggunakan alat bantu. Bau Berbau
Melihat ekspresi kepala, pertulangan Permukaan Ada lesi
kepala, serta posisi kepala, tidak Krepitasi TAP
ditemukan ada kelainan pada Brownie. Refleks panggilan TAP
Anjing ini juga memiliki posisi tegak Posisi telinga Brownie normal
telinga yang normal yaitu tatuh atau yaitu jatuh/turun. Pemeriksaan pada
menunduk. bagian telinga dengan cara palpasi atau
perabaan ditemukan krepitasinya tidak
Palpasi ada perubahan (TAP), akan tetapi pada
Turgor kulit TAP permukaan telinga didapati lesi dan
Setelah dilakukan palpasai atau memeliki bau yang menyengat, akan
perabaan pada kulit, Brownie tidak tetapi itu tidak emberikan pengaruh yang
mengalami dehidrasi atau tidak ada berarti pada pertumbuhan Brownie.
perubahan (TAP). Refleks panggilan saat anjing ini
dipanggil dengan namanya yaitu
Mata & Orbita Kanan-Kiri “Brownie”, anjing ini berbalik ke arah
Palpebrae TAP panggilan dan itu menunjukkan tidak ada
Cillia TAP perubahan (TAP) pada refleks panggilan.
Konjuctiva TAP
Membarane nictitans TAP Leher
Bola Mata Kanan-Kiri Perototan TAP
Sclera TAP Trachea TAP
Cornea TAP Esophagus TAP
Iris TAP Pemeriksaan pada bagian leher
Limbus TAP dilakukan dengan cara palpasi atau
Pupil TAP perabaan sehingga diketahui bahwa
Refleks pupil TAP perototan, trachea, dan esophagus tidak
Vasa injection TAP ada perubahan (TAP).
Pemeriksaan yang dilakukan pada
bagian mata dengan bantuan penlight B. Thorak
tidak ditemukan ada kelainan pada 1. Sistem Pernapasan
Brownie atau tidak ada perubahan (TAP). Inspeksi
Bentuk rongga thorak TAP
Hidung & Sinus-Sinus Thoracoabdomi
Tipe pernapasan
Sinus TAP nal
Tidak ditemukan kelaian pada Ritme TAP
bagian hidung & sinus-sinus pada Dangkal dan
Intensitas
Brownie. cepat
Frekuensi 72 kali/menit
Dengan melihat dari jarak yang Dilakukan dengan menggunakan
masih terjangkau tanpa menggunakan alat stetoskop untuk mengetahui suara
bantu dapat diketahui bahwa bentuk pernapasan, suara ikutan yang
rongga thorak tidak ada perubahan (TAP), ditimbulkan dan antara ins & ekspirasi.
ritme pernapasannya tidak ada perubahan
(TAP) atau ritmis, intensitas 2. Sistem Peredaran Darah
pernapasannya dangkal dan cepat dengan Inspeksi
frekuensi 72 kali/menit. Sedangkan Ictus cordis TAP
frekuensi napas anjing normal yaitu 20-30 Inspeksi dilakukan dengan melihat
kali/menit. Anjing memiliki tipe bagian thorak sebelah kiri tempat dimana
pernapasan thoracoabdominal. jantung berada dan tidak ada perubahan
(TAP) yang ditemukan.
Palpasi
Penekanan rongga Perkusi
TAP
thorak Lapangan jantung Absolut
Palpasi intercostals TAP Diketuk bagian thorak sebelah kiri
Dengan melakukan penekanan dan menghasilkan suara yang absolut,
pada rongga thorak dan intercostal, karena jantung berisi darah.
Brownie tidak menunjukkan perlawanan
atau reaksi kesakitan sehingga dapat Auskultasi (lanjutan)
diketahui bahwa tidak ada perubahan Frekuensi 128 kali/menit
(TAP) pada bagian tersebut. Intensitas TAP
Ritme TAP
Perkusi Suara systole &
Lapangan paru-paru Resonan TAP
diastolic
Gema perkusi Resonan Ekstrasistolik TAP
Untuk mengetahui lapangan paru- Lapangan jantung TAP
paru dibuat pola segitiga. Atas : Tarik Sinkron pulsus &
garis horizontal dari angulus scapula TAP
jantung
caudalis sampai intercostae ke 2 dihitung Pemeriksaan dilakukan dengan
dari belakang ; Depan : Tarik garis lurus menggunakan alat bantu berupa stetoskop
dari angulus scapula caudalis ke dan diperoleh frekuensi sebanyak 128
olecranon ulnae ; Belakang : Tarik garis kali/menit dengan intensitas yang normal.
lengkung dari ujung belakang garis batas Sedangkan frekuensi jantung normal yaitu
atas ke olecranon ulnae melalui titik 76-148 kali/menit. Dimana ritme, suara
orientasi sebagai berikut: Daerah 1/3 atas systole & diastolic, ekstrasistolik,
melalui intercostae ke tiga dihitung dari lapangan jantung, serta sinkron pulsus &
belakang, daerah 1/3 tengah melalui jantung tidak ada perubahan (TAP).
intercostae ke lima dihitung dari
belakang, daerah 1/3 bawah melalui C. Abdomen dan Organ Pencernaan yang
intercostae ke tujuh dihitung dari Berkaitan
belakang. Kemudian diketuk dan Inspeksi
menghasilkan suara nyaring atau resonan Besarnya TAP
karena berisi gas. Gema perkusi yang Bentuknya TAP
dihasilkan juga resonan. Legok lapar Sedang
Suara peristaltik
Auskultasi TAP
lambung
Suara pernapasan TAP Dengan memperhatikan abdomen
Suara ikutan Mendengkur dan diamati besarnya, bentuknya, serta
Antara ins & suara peristaltik lambung tidak ada
TAP
ekspirasi perubahan (TAP) yang ditemukan.
Kemudian diperhatikan bagian pelvis
(ilium, iscium, dan pubis) untuk melihat Mukosa vagina TAP
legok lapar pada anjing dan hasilnya tidak Perhatikan kelenjar
begitu nampak. mammae
- Besar TAP
Palpasi (profundal hewan kecil) - Letak Simetris
Epigastricus TAP - Bentuk TAP
Mesogastricus TAP - Konsistensi TAP
Hypogasticus TAP - Konsistensi TAP
Isi usus halus TAP kelenjar TAP
Isi usus besar TAP Palpasi rektal TAP
Melakukan palpasi pada bagian Setelah dilakukan inspeksi dan
epigastricus untuk mengetahui ada palpasi pada alat perkemihan dan kelamin
tidaknya kelainan pada diafragma, tidak ada perubahan (TAP) yang
lambung, ginjal, dan limpa. Kemudian ditemukan.
pada bagian mesogastricus untuk
mengetahui kelainan yang dapat terjadi E. Alat Gerak
pada ureter. Selanjutnya pada bagian Inspeksi
hypogasticus unuk mengetahui kelainan Perototan kaki depan TAP
yang dapat terjadi pada uretra, rektum, Perototan kaki
TAP
skrotum, dan prostat. Palpasi juga belakang
dilakukan untuk mengetahui kelainan Spasmus otot TAP
yang dapat terjadi pada isi usus halus dan Tremor TAP
usus besar. Dan hasil dari pemeriksaan Sudut persendian TAP
menunjukkan tidak ada perubahan (TAP). Cara bergelak-berjalan Koordinatif
Cara bergerak-berlari Koordinatif
Auskutasi Hewan Kecil Inspeksi yang dilakukan dengan
Peristaltik usus TAP melihat tanpa menggunakan alat bantu,
Pemeriksaan dilakukan dengan diketahui bahwa perototan kaki depan dan
mendengarkan suara peristaltik usus dan kaki belakang tidak ada perubahan (TAP),
tidak ada perubahan (TAP) yang terjadi. sama halnya dengan spasmus otor, tremor
dan sudut persendian juga tidak ada
Anus perubahan yang ditunjukkan. Kemudian
Sekitar anus Kotor cara bergerak-berjalan dan cara bergerak-
Refleks spinhter ani TAP berlari juga terlihat normal yaitu
Pembesaran kolon- koordinatif, setelah anjing dibiarkan
TAP
kucing berjalan serta berlari kemudian diamati.
Kebersihan daerah
Kotor
parneal Palpasi
Hubungan dengan Struktur pertulangan TAP
TAP
vulva-betina Kaki kiri depan TAP
Pemeriksaan pada bagian anus Kaki kanan depan TAP
tidak ada perubahan (TAP) baik pada Kaki kiri belakang TAP
refleks spinhter ani, pembesaran kolon- Kaki kanan belakang TAP
kucing, dan hubungan dengan vulva- Konsistensi
betina. Hanya saja ditemukan sedikit Kompak/TAP
pertulangan
kotoran pada daerah sekitar anus dan Reaksi saat palpasi Diam
daerah parneal Letak reaksi sakit TAP
. Panjang kaki depan
D. Alat Perkemihan dan Kelamin TAP
ka/ki
(urogenitalis) Panjang kaki belang
Betina TAP
ka/ki
Lakukan inspeksi dan palpasi
Pada saat dilakukan palpasi, anjing Widodo Setyo. 2011. Diagnostik Klinik
ini tidak menunjukkan perlawanan atau Hewan Kecil Edisi 1. Bogor. IPB
diam. Itu menunjukkan bahwa tidak ada Press.
perubahan dan seluruh bagian yang
dipalpasi normal.

Palpasi
Lymphonodus
TAP
popliteus
Ukuran TAP
Konsistensi TAP
Lobulasi TAP
Perlekatan/pertautan TAP
Panas TAP
Kesimetrisan ka/ki TAP
Kestabilan pelvis TAP
Konformasi TAP
Kesimetrisan TAP
Tuber ischii TAP
Tuber coxea TAP
Lymphonodus popliteus tidak
menunjukkan adanya kelainan.

KESIMPULAN
Pemeriksaan yang dilakukan pada
anjing betina bernama Brownie mengasilkan
diagnosa normal bahwa anjing tersebut tidak
menunjukkan abnormalitas.

DAFTAR PUSTAKA
Krisna Erawan I Gusti Made. 2009. Analisis
Faktor Risiko Penyakit Distemper
Pada Anjing Di Denpasar. Denpasar.
Fakultas Kedokteran Hewan Udayana.
Halaman [1]

Noviana Deni, dkk. 2013. Studi Kasus


Pencitraan Sonogram Kelainan Organ
Hepatobiliari Anjing (Canis lupus).
Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan
IPB. Halaman [81]

Tjahajati Ida. 2007. Pengembangan


Diagnosis Tuberkulosis Pada Hewan
Kesayangan Anjing Menggunakan
Antigen Spesifik Mycobacterium
Tuberculosis Esat-6 Dan Cfp-10.
Yogyakarta. Fakultas Kedokteran
Hewan UGM. Halaman [57]
LAMPIRAN

Gambar 1. Penimbangan berat badan Gambar 2. Pengukuran suhu tubuh

Gambar 3. Pemeriksaan kepala & leher Gambar 4. Pemeriksaan turgor kulit


Gambar 5. Pemeriksaan mata

Gambar 6. Pemeriksaan mulut dan rongga mulut

Gambar 7. Pemeriksaan telinga Gambar 8. Pemeriksaan sistem pernapasan


Gambar 9. Pemeriksaan abdomen & organ pencernaan yang berkaitan

Gambar 10. Pemeriksaan alat kelamin Gambar 11. PEmeriksaan kelenjar mammae

Gambar 12. Pemeriksaan alat gerak

Anda mungkin juga menyukai