Melindungi diri dari paparan infeksi penyakit infeksius merpakan salah satu cara yang
harus dilakukan saat terjadi outbreak kasus penyakit. Melindungi diri agar tidak tertular dapat
dilakukan dengan bermaca-macam cara. Salah satu caranya adalah dengan membuat tubuh
sengaja diinfeksi oleh penyakit agar merangsang sistem imun membentuk antibodi penyakit
tersebut sehingga ketika terpapar agen infeksius di alam, tubuh sudah siap untuk melawan agen
infeksius tersebut.
Membuat tubuh sengaja diinfeksi ini dikenal dengan nama vaksinasi. Vaksinasi
merupakan tindakan penyuntikan sediaan vaksin yang berisi antigen tertentu kedalam tubuh yang
bertujuan untuk menggretak sistem pertahanan tubuh membentuk antibodi. Program vaksinasi
merupakan salah satu cara yang efektif dalam mempercepat terbentuknya kekebalan kelompok
atau herd immunity.
Selama kondisi adanya outbreak penyakit, sebenarnya kekebalan kelompok dapat dicapai
dengan mekanisme alam. Mekanisme alami yang di maksut adalah, seseorang yang terpapar
suatu agen penyakit, secara normal tubuhnya akan membentuk mekainsme pertahanan tubuh
untuk melawan infeksi tersebut. Produk akhir dari pertahanan tubuh tersebut adalah antibodi
terhadap agen yang masuk. Tetapi mekanisme imunitas tersebut hanya berlaku pada individu
yang sehat. Beberapa faktor dapat mempengaruhi imunitas seseorang contohnya usia. Semakin
tua seseorang maka kualitas imunitas dalam tubuhnya semakin menurun. Begitu juga dengan
semakin muda usia seseorang maka sistem imunya belum sepenuhnya berkembang. Sebagai
contoh, seseorang yang berusia diatas 50 tahun jauh lebih tinggi risiko terpapar penyakit
infeksius. Begitu pula dengan anak-anak usia bayi hingga balita. Pada anak-anak sistem imun
terhadap penyakit tertentu belum sepenuhnya terbentuk sehingga ketika terpapar suatu agen
penyakit maka tubuh tidak sanggup untuk melawan agen penyakit dan akan menyebabkan
munculnya gejala penyakit. WHO menyebutkan rentang usia individu dengan imunitas yang baik
adalah 15-49 tahun. Faktor lain yang mempengaruhi imunitas adalah kualitas nutrisi individu,
seseorang dengan nutrisi yang baik cenderung memiliki imunitas yang baik dibandingkan
dengan seseorang yang kurang gizi.
Mencapai herd immunity dengan infeksi alami tidak baik untuk dilakukan. Hal ini
bergantung pada demografi penduduk, jumlah penduduk, kualitas hidup, dan kemampuan sistem
pelayanan kesehatan untuk menganggulangi masyarakat yang terinfeksi. Untuk mencapai
kekebalan kelomok yang optimal, pemerintah harus mengukur laju pertambahan penyakit
berbanding dengan jumlah penduduk. Sehingga akan dibutuhkan waktu yang lama untuk
mencapai kekebalan kelompok. Selain itu, semakin banyak yang terinfeksi dan bergejala, maka
akan menyebbakan fasilitas layanan kesehatan tidak sanggup merawat penduduk yang sakit,
kekurangan ruang perawatan, kekurangan obat-obatan dan bahan perawatan akan menyebabkan
falisitas layanan kesehatan menjadi kolaps. Situasi ini akan semakin parah ketika tim medis atau
perawat terinfeksi penyakit yang menyebabkan kekurangan sumberdaya untuk membantu
penyembuhan pasien. Apabila hal ini terjadi pada demografi penduduk berusia tua, dan anak-
anak anak, maka tingkat kematian akan cenderung meningkat. Menunggu kekebalan kelompok
dengan infeksi alami membutuhkan waktu yang lama. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa
proses seseorang dari terinfeksi hingga sembuh dan memiliki antibodi membutuhkan waktu yang
lama tergantung masa inkubasi penyakit dalam tubuh. Antibodi yang terbentuk memiliki batas
didalam tubuh (titer antibodi). Semakin lama titer antibodi didalam tubuh akan menurun.
Program vaksinasi akan membantu terbentuknya herd immunity. Hal ini disebabkan
karena membuat banyak orang terinfeksi dalam satu waktu yang sama sehingga imunitas dapat
terbentuk pada jumlah yang banyak. Selain itu, sediaan vaksin juga sudah diatur keamanannya
sehingga cenderung tidak membahayakan bagi tubuh. Oleh sebab itu salah satu cara untuk
mempercepat terbentuknya herd immunity adalah dengan vaksinasi. Menurut Smith (2009) jika
peningkatan kekebalan penduduk tidak cukup untuk mencapai infeksi eliminasi (karena,
misalnya, kemanjuran vaksin itu buruk atau tidak mungkin mencapai vaksin yang cukup tinggi
cakupan), risiko penularan pada orang yang tidak divaksinasi masih dapat dikurangi. Ini
mungkin sangat penting bagi mereka yang untuk yang vaksinasi merupakan kontraindikasi
(misalnya beberapa vaksin hidup tidak direkomendasikan untuk orang yang mengalami
imunosupresi).
Gambar .. Data pengamatan Peltola et al (1999) Kejadian kasus Haemophilus influenza type b di
negara skandinavia periode 1976-1996
Kim TH, Johnstone J, Loeb M. Vaccine herd effect. Scand J Infect Dis. 2011;43(9):683-689.
doi:10.3109/00365548.2011.582247
Smith, Peter. (2010). Concepts of herd protection and immunity. Procedia in Vaccinology. 2.
134-139. 10.1016/j.provac.2010.07.005.