Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NI KOMANG DYAH PURNAMASARI

NIM : 2109511122
KELAS :D

UAS LEGISLASI
DOMAIN VETERINER

1. OTORITAS KOMPETEN
Otoritas veteriner adalah kelembagaan yang dibentuk pemerintah dalam pengambilan
keputusan tertinggi yang bersifat teknis kesehatan hewan dengan melibatkan
keprofesionalan dokter hewan dan dengan mengerahkan semua lini kemampuan profesi
mulai dari mengidentifikasi masalah, menentukan kebijakan, mengkoordinasikan
pelaksanaan kebijakan, sampai dengan mengendalikan teknis operasional di lapangan.
Berikut adalah peraturan yang diatur dalam hukum.
A. Pasal 68 Ayat 1 :
Penyelenggaraan Kesehatan hewan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia memerlukan otoritas veteriner.
B. Pasal 68 Ayat 5 :
Otoritas veteriner Bersama organisasi profesi kedokteran hewan melaksanakan
siskeswanas dengan memberdayakan potensi tenaga Kesehatan hewan dan
membina pelaksanaan praktik kedoteran hewan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
C. Pasal 46 Ayat 1 :
Menteri menyatakan dan mengumumkan kepada masyarakat luas kejadian wabah
penyakit hewan menular di suatu wilayah berdasarkan laporan gubernur dan/atau
bupati/walikota setelah memperoleh hasil investigasi laboratorium veteriner dari
pejabat otoritas veteriner di wilayah setempat.

2. DOKTER HEWAN DAN PARAPROFESIONAL VETERINER


Di Indonesia terdapat undang-undang yang mengatur profesi dokter hewan dan para
professional veteriner dengan tujuan untuk mempertahankan status Kesehatan hewan
nasional, melindungi wilayah NKRI dari ancaman penyakit dan atau gangguan Kesehatan
manusia, hewan, tumbuhan dan ekosistem, serta jaminan pangan ynag nantinya dapat
dikonsumsi oleh para konsumen. Untuk itu dalam hal ini diaturlah undang-undang yang
berbunyi :
A. Pasal 1 Ayat 28 :
Otoritas Veteriner adalah kelembagaan Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang
bertanggung jawab dan memiliki kompetensi dalam penyelenggaraan Kesehatan
Hewan.
B. Pasal 1 Ayat 29 :
Dokter Hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran hewan dan
kewenangan Medik Veteriner dalam melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan.
C. Pasal 1 Ayat 30 :
Dokter Hewan Berwenang adalah Dokter Hewan yang ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan Kesehatan Hewan.

3. LABORATORIUM
Merupakan ruangan yang dilengkapi dengan peralatan yang digunakan untuk
percobaan ataupun penyelidikan yang berfungsi untuk meningkatkan berbagai aktivitas
yang berpusat pada pengembangan keterampilan proses. Dalam hal ini diaturlah undang-
undang yang berbunyi :
A. Pasal 3 Ayat 1 :
Laboratorium Kesehatan hewan di Provinsi diklasifikasikan sebagai
Laboratorium type B
B. Pasal 3 Ayat 2 :
Laboratorium Kesehatan masyarakat veteriner diklasifikasikan sebagai
laboratorium type sederhana
C. Pasal 4 Ayat 1 :
Laboratorium Kesehatan Hewan mempunyai tugas sebagai berikut:
● Pemeriksaan Patologi
● Pemeriksaan Bakteriologi
● Pemeriksaan Parasitologi
● Pemeriksaan Serologi
● Pemeriksaan Hematologi
● Pemeriksaan Toksikologi
● Pelayanan Lapangan
● Pelaporan

4. KETENTUAN KESEHATAN TERKAIT PRODUKSI HEWAN


Ketentuan Kesehatan hewan didasarkan oleh beberapa fakor, dari pasar hewan,
reproduksi, pemberian pakan, produk sampingan dan juga desinfeksi Hal ini diatur dalam
hukum yaitu :
A. PP Republik Indonesia No. 95 Tahun 2012
Pasal 4 :
Penjaminan Higiene dan Sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf a dilaksanakan dengan menerapkan cara yang baik pada rantai produksi
produk Hewan
B. UU RI No. 41 Tahun 2014
Bahan Pakan adalah bahan hasil pertanian, perikanan, Peternakan, atau bahan lain
serta yang layak dipergunakan sebagai Pakan, baik yang telah diolah maupun yang
belum diolah
C. UU No. 18 Tahun 2009
Pasal 5 Ayat 1 :
peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumberdaya fisik, benih,
bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen,
pasca panen, pengolahan, pemasaran dan pengusahaannya

5. PENYAKIT HEWAN
Penyakit Hewan adalah gangguan kesehatan pada Hewan yang disebabkan oleh cacat
genetik, proses degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit,
prion, dan infeksi mikroorganisme patogen.Kehidupan manusia dapat terancam karena
penyebab penyakit pada hewan/ternak yang dapat menginfeksi manusia (zoonosis).
Berikut adalah peraturan yang diatur dalam hukum.
A. PP No. 47 Tahun 2014
Pasal 1 :
• Penyakit Hewan adalah gangguan kesehatan pada Hewan yang antara lain,
disebabkan oleh cacat genetik, proses degeneratif, gangguan metabolisme,
trauma, keracunan, infestasi parasit, dan infeksi mikroorganisme pathogen
seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia.
• Penyakit Hewan Menular Strategis adalah Penyakit Hewan yang dapat
menimbulkan kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan/atau kematian
Hewan yang tinggi.
B. UU Republik Indonesia No. 18 Tahun 2009
Pasal 1 :
• Penyakit hewan adalah gangguan kesehatan pada hewan yang antara lain,
disebabkan oleh cacat genetik, proses degeneratif, gangguan metabolisme,
trauma, keracunan, infestasi parasit, dan infeksi mikroorganisme pathogen
seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia.
• Penyakit hewan menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan
hewan; hewan dan manusia; serta hewan dan media pembawa penyakit hewan
lainnya melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media perantara
mekanis seperti air, udara, tanah, pakan, peralatan, dan manusia; atau dengan
media perantara biologis seperti virus, bakteri, amuba, atau jamur.
• Penyakit hewan strategis adalah penyakit hewan yang dapat menimbulkan
kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan dan/atau kematian hewan yang
tinggi.
• Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau
sebaliknya.
C. UU Penyakit Hewan-Hewan No. 59 Tahun 1992
Mengatur pengendalian dan pencegahan penyakit menular pada hewan; untuk
pengawasan pemasukan dan pengeluaran hewan, produk hewan, dan obat hewan
dan produk biologi hewan, dan untuk hal-hal yang berhubungan dengannya atau
yang bersifat insidentil.

6. KESEJAHTERAAN HEWAN
Kesejahteraan hewan adalah keadaan hewan yang kebutuhan hidup alaminya terpenuhi
dan mendapatkan 5 kebebasan dalam hidupnya, sehingga hewan dalam kondisi yang baik,
sehat badan maupun mentalnya dimana proses biologis berjalan lancar, merasa senang atau
nyaman dan hidup dalam habitat yang sesuai untuk dapat menampilkan perilaku alaminya
dengan leluasa. Adapun peraturan yang mengatur kesejahteraan hewan, yaitu :
A. UU Republik Indonesia No.41 Tahun 2014
Pasal 66 A Ayat 1 :
Setiap Orang dilarang menganiaya dan/atau menyalahgunakan Hewan yang
mengakibatkan cacat dan/atau tidak produktif.
B. UU Republik Indonesia No.41 Tahun 2014
Pasal 66 A Ayat 2 :
Setiap Orang yang mengetahui adanya perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib melaporkan kepada pihak yang berwenang.
C. PP Republik Indonesia No. 95 Tahun 2012
Pasal 83 Ayat 1 :
Kesejahteraan Hewan diterapkan terhadap setiap jenis Hewan yang kelangsungan
hidupnya tergantung pada manusia yang meliputi Hewan bertulang belakang dan
Hewan yang tidak bertulang belakang yang dapat merasa sakit.

7. PRODUK VETERINER
Produk veteriner merupakan produk yang ditujukan paad urusan veteriner seperti
produk medis, produk pakan, suplemen sebagai penunjang produktivitas masyarakat
veteriner. Dengan itu, dibuatlah undang-undang yang mengatur produk veteriner, sebagai
berikut.
A. UU No. 18 Tahun 2009
Pasal 20 Ayat 1 :
Pengawasan terhadap pengadaan dan peredaran bahan pakan dan tumbuhan atau
tanaman pakan yang tergolong bahan pangan dilakukan secara terkoordinasi antar
instansi atau departemen
B. UU No. 18 Tahun 2009
Pasal 20 Ayat 4 No C :
Setiap orang dilarang : Menggunakan pakan yang dicampur hormone tertentu dan/
atau antibiotik imbuhan pakan.
C. UU No. 18 Tahun 2009
Pasal 50 Ayat 1:
Obat hewan yang dibuat dan disediakan dengan maksud untuk diedarkan harus
memiliki nomor pendaftaran.

8. RANTAI PRODUKSI PANGAN


Rantai produksi pangan merupakan cara baik dalam pembudidayaan karena produk
hewan mengalami pengawasan, pemeriksaan, dan pengujian untuk menjamin keamanan
produk hewan yang nantinya akan didistribusikan. Untuk itu dibuatlah hukum yang
mengatur dalam :
A. PP Republik Indonesia No. 95 Tahun 2012
Pasal 1 Ayat 1 :
Kesehatan Masyarakat Veteriner adalah segala urusan yang berhubungan
dengan Hewan dan produk Hewan yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kesehatan manusia.
B. PP Republik Indonesia No. 95 Tahun 2012
Pasal 1 Ayat 14 :
“Pemotongan Hewan adalah serangkaian kegiatan di rumah potong Hewan
yang meliputi penerimaan Hewan, pengistirahatan, pemeriksaan kesehatan
Hewan sebelum dipotong, pemotongan/penyembelihan, pemeriksaan
kesehatan jeroan dan karkas setelah Hewan dipotong, dengan memperhatikan
Higiene dan Sanitasi, Kesejahteraan Hewan, serta kehalalan bagi yang
dipersyaratkan.”
C. PP Republik Indonesia No. 95 Tahun 2012
Pasal 1 Ayat 25 :
Pangan Olahan Asal Hewan adalah makanan atau minuman yang berasal dari
produk Hewan yang diproses dengan cara atau metode tertentu dengan atau
tanpa bahan tambahan.

9. PROSEDUR IMPOR & EKSPOR DAN SERTIFIKASI VETERINER


Indonesia menerapkan system ekspor & impor dalam hal veteriner untuk saling memenuhi
kebutuhan antar negara. Maka, diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia No 05/M-DAG/PER/1/2016 yang mengatur tentang Ketentuan Ekspor dan
Impor Hewan dan Produk Hewan dengan bunyi pasal sebagai berikut :
A. Pasal 17 Ayat 1 :
Produk Hewan yang diimpor wajib dicantumkan Label di dalam dan/ atau pada
kemasan pada saat diperdagangkan di wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia.
B. Pasal 21 :
Dalam hal di negara asal Impor Hewan dan/atau produk Hewan terjadi resiko
penyebaran zoonosis dan dinyatakan dilarang diimpor berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian, maka Persetujuan Impor yang telah diterbitkan dinyatakan tidak berlaku.
C. Pasal 26 :
Perusahaan yang telah dicabut persetujuan Ekspor atau Persetujuan Impor hanya dapat
mengajukan Kembali permohonan Persetujuan Ekspor atau Persetujuan Impor setelah
1 (satu) tahun sejak tanggal pencabutan.

Anda mungkin juga menyukai