Anda di halaman 1dari 24

Peran Kesehatan Masyarakat Veteriner dalam

Pencegahan dan Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku

Disampaikan secara virtual


Pelatihan pengendalian PMK 12-14 Mei 2022

Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner


Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian
2022
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
(KESMAVET)
“Segala urusan yang berhubungan dengan hewan & produk hewan
yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kesehatan manusia”
1) UU No 18 /2009
juncto UU No Peran Kesmavet dalam Kesehatan Primer
41/ 2014
tentang Pencegahan penularan zoonosis
Peternakan dan
Kesehatan Ketahanan & keamanan pangan
Hewan
2) PP No.95/2012
tentang
Perlindungan Kesehatan lingkungan
Kesmavet dan
Kesrawan Penerapan kesejahteraan hewan
Regulasi Sistem Penjaminan Keamanan Produk Hewan
1. UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
2. UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja
3. UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
4. UU No. 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal
5. UU No.18/2012 tentang Pangan
6. UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen
1. PP No. 95/2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan
2. PP No.5/2021 tentang Penyelenggaraan Perijinan Berbasis Resiko Serta Standar Usaha
dan Produk
3. PP 86/2019 tentang Keamanan Pangan
4. PP 31/2019 tentang Pelaksanaan UU No 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal
5. PP No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

1. Permentan No.11/2020 tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Produk Hewan
2. Permentan No.14/2008 tentang Pedoman Pedoman Pengawasan dan Pengujian Keamanan dan Mutu Produk
Hewan
3. Permentan No.15/2008 tentang Pedoman Pedoman Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba
4. Kepmentan No.104/2020 tentang Komoditas Binaan Kementerian Pertanian
5. Permentan No.15/2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Standar Produk pada Penyelenggaraan Perizinan
Usaha Berbasis Risiko Sektor Pertanian
PENYAKIT MULUT & KUKU (PMK) DAN DAMPAK EKONOMI
1. Indonesia Bebas PMK Tahun 1990
2. Disebabkan oleh virus RNA (Ribonucleic Acid/asam
ribonukleat) dan tidak ada obat namun dicegah dengan
vaksinasi.
3. Menyerang hewan berkuku belah: sapi, kerbau, kambing,
domba, babi
4. Menular sangat cepat: melaui kontak langsung dan dapat
ditularkan melalui udara
5. Tanda Klinis: Demam, nafsu makan hilang, lepuh di hidung,
lidah, mulut dan kuku, air liur keluar secara berlebih
(hipersalivasi), keluar leleran dari hidung. Wabah terakhir di Pulau Jawa
6. Pengobatan: tidak ada obat 1986
7. Daging dapat dikonsumsi oleh manusia dengan pemotongan
yang ketat di RPH dan organ terinfeksi harus dimusnahkan.
8. Kerugian ekonomi sangat besar: penurunan produktivitas,
kematian, harga jual murah.
9. Dampak kerugian akibat PMK di Indonesia dapat mencapai Rp. Pengakuan status bebas PMK di
9,9 Triliun per tahun (akibat penurunan produksi, kematian Indonesia oleh Badan Kesehatan Hewan
Dunia (OIE) tercantum dalam resolusi
ternak, dan pelarangan/pembatasan ekspor produk ternak dan OIE No. XI Tahun 1990
turunannya : hasil kajian tahun 2017).
10. Pelarangan Ekpor ternak hidup (domba dan kambing) dan
produk ternak maupun turunannya (olahan daging, susu, kulit,
dan produk sampingan ternak) 4
RENCANA AKSI
•SOS:
1. Penetapan wabah oleh Menteri Pertanian (senin, 9 Mei 2022)
2. Pemusnahan terbatas ternak yang terkonfirmasi positif (+) PMK
3. Penetapan penutupan (lockdown) zona wabah pada tingkat kecamatan/Kabupaten di setiap
wilayah dengan radius 3-10 km dari wilayah terdampak PMK
4. Penutupan pengeluaran ternak dari P. Jawa dan pembatasan pemasukan ternak ke P. Jawa
5. Pembentukan gugus tugas tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota
6. Sosialisasi dan edukasi masyarakat terkait SOP Pencegahan dan pengedalian PMK
7. Menyiapkan vaksin PMK secara darurat, obat-obatan, disinfektan, APD dll
8. Memberikan multivitamin untuk penguat dan antibiotic untuk mencegah infeksi bakteri
9. Melakukan pembatasan dan pengetatan lalu lintas ternak, pasar hewan dan rumah potong
hewan, serta masuknya ternak hidup di wilayah perbatasan negara belum bebas PMK;
Temporary: Permanent:
1. Pengadaan Vaksin 1. Pembuatan Vaksin
2. Vaksinasi 2. Vaksinasi
3. Pembatasan lalu lintas hewan dan produk hewan 3. Surveilans secara rutin
Kementerian Pertanian
5
Republik Indonesia
Penularan PMK
Sumber penularan Kontaminasi Cara penularan ke hewan lain
Pernafasan (droplet hewan Udara Kontak langsung melalui saluran
terinfeksi) pernafasan
Cairan tubuh hewan Orang, peralatan, Kontak langsung dan tidak langsung
terinfeksi pakan, kendaraan dll melalui melalui menghirup atau
melalui saluran pencernaan (ingesti)
Produk Hewan Susu mentah, daging Kontak langsung dan tidak langsung
segar tanpa dengan hewan (susu untuk pedet,
pelayuan, jeroan swill feeding pada babi)

Virus PMK Dapat bertahan hidup (survival)


yang cukup lama pada produk hewan terutama Prosedur Mitigasi
tulang, kelenjar getah bening (lymphonodes) Risiko Produk Hewan
120 hari
Proses inaktivasi virus PMK
Temperatur
 Virus PMK mati pada suhu diatas 50°C

pH
 Virus PMK mati pada ph <6,0 atau ph > 9,0

Desinfektan
Virus PMK mati dengan desinfektan seperti:
1. sodium hydroxide (2%),
2. sodium carbonate (4%),
3. citric acid (0.2%), a
4. cetic acid (2%),
5. sodium hypochlorite (3%),
6. potassium peroxymonosulfate/sodium chloride (1%), dan chlorine dioxide
Peran Kesehatan Masyarakat Veteriner
dalam pencegahan penyebaran PMK:

1. Pencegahan Penyebaran PMK melalui RPH


2. Pengaturan Lalu Lintas Produk Hewan
3. Pengawasan Unit Usaha Produk Hewan (tempat
penjualan, gudang penyimpanan, tempat pengolahan)
4. Kesiapsiagaan menjelang Idul Adha dalam situasi
wabah PMK
5. KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) PMK
 Kepala daerah menetapkan RPH yang digunakan sebagai tempat
Pencegahan pemotongan hewan, dan melarang pemotongan di luar yang
telah ditetapkan;
Penyebaran PMK  Menempatkan Dokter Hewan yang bertugas di RPH;
melalui RPH  Dokter hewan atau paramedik veteriner melakukan pemeriksaan
antemortem (maksimal 12 jam sebelum disembelih) dan
postmortem di bawah pengawasan Dokter Hewan Berwenang;
 Memeriksa kelengkapan dokumen (Surat Keterangan Kesehatan
Hewan/Sertifikat Veteriner) untuk memastikan status daerah asal &
kesehatan hewan ;
 Melengkapi fasilitas isolasi yang terpisah dari kandang
penampungan, fasilitas perebusan jeroan dan tulang, dan
penanganan limbah/pemusnahan disposal;
 Membuat tanda pada daging (stemple) yang dipotong di RPH yang
telah ditetapkan;
 Daging yang akan diedarkan harus disertai dengan
SKKPH/Sertifikat Veteriner;
Pencegahan  Jika pada saat pemeriksaan antemortem, terdapat ternak
yang terdeteksi menunjukan gejala klinis  ternak diisolasi
Penyebaran PMK dan diberikan supporting therapy sampai dengan sembuh;
melalui RPH  Jika pada saat pemeriksaan postmortem terdeteksi atau
terduga ternak terinfeksi (tiger heart) jeroan, kepala, dan
tulang direbus mendidih selama 30 menit (diedarkan
terbatas (lokal);
 Daging dari ternak terduga terinfeksi hanya boleh
diedarkan secara lokal (terbatas kecamatan/kabupaten),
tidak boleh diedarkan ke daerah bebas;
 Pembersihan & disinfeksi harus dilakukan pada kandang
penampungan & isolasi;
 Pembersihan & disinfeksi harus dilakukan terhadap lantai
& peralatan RPH setelah proses pemotongan selesai.
Pengaturan Lalu Lintas Produk Hewan
 Pengiriman produk hewan harus mengikuti ketentuan lalu lintas produk
hewan (memiliki rekomendasi pemasukan & sertifikat veteriner);
 Produk hewan yang berpotensi membawa virus PMK dari daerah
wabah atau tertular dan terduga, dilarang beredar ke luar daerah
bebas;
 Produk hewan olahan yang telah mengalami perlakuan dalam proses
pembuatannya/pengolahannya sehingga mampu mematikan virus
PMK, maka diperbolehkan dilaluintaskan sesuai dengan persyaratan
teknis;
 Penetapan persyaratan teknis lalu-lintas produk hewan (meminimalkan
risiko produk membawa virus PMK);
 Pengawasan produk hewan yang beredar (masuk, keluar dan beredar).
Pengawasan Unit Usaha Produk Hewan
(tempat penjualan, gudang penyimpanan, tempat pengolahan)

1. Memastikan unit usaha produk hewan menerapkan prosedur


higiene sanitasi dan biosekuriti untuk mencegah penyebaran
PMK
2. Memastikan proses penanganan daging di unit usaha produk
hewan sesuai dengan prosedur
3. Memberikan tanda khusus pada kios/tempat penjualan
daging yang menginformasikan bahwa daging berasal dari
pemotongan di RPH yang tetapkan dan diawasi oleh Dokter
hewan Berwenang
Perlakuan Bagi Produk Hewan Dalam Pencegahan Penyebaran PMK
 Prosedur inaktivasi virus PMK dalam pengolahan daging:
-Pemasakan yang sempurna: daging yang telah dipisahkan
tulang dan lemaknya serta olahannya dipanaskan pada air
mendidih (merebus) selama paling sedikit 30 menit
-Pengalengan: daging dan produk olahannya dipanaskan
dalam wadah tertutup rapat hingga suhu internal
mencapai minimal 70°C selama paling sedikit 30 menit
-Pengeringan setelah penggaraman: dilakukan
penggaraman (NaCl) lalu dikeringkan sempurna (aktivitas
water/Aw tidak lebih dari 0,85
Perlakuan Bagi Produk Hewan Dalam Pencegahan Penyebaran PMK
Susu untuk konsumsi manusia
 Susu dipanaskan sampai mendidih (merebus) selama minimal 1
menit
 Susu dipanaskan hingga suhu 132 °C selama paling sedikit 1 detik
(Ultra-High Temperature/UHT)
 Jika pH susu < 7.0 dipanaskan hingga suhu minimum 72 °C selama
paling sedikit 15 detik (High Temperature-Short Time
Pasteurization/HTST)
 Jika pH ≥ 7.0, proses HTST dilakukan dua kali
Perlakuan Bagi Produk Hewan Dalam Pencegahan Penyebaran PMK

Kulit (Hide and Skin)


 Produk kulit untuk bahan baku industri diproses secara
mekanik dan kimiawi sebagai produk olahan (bukan produk
mentah)
 Inaktivasi virus PMK pada kulit untuk bahan baku industri
dilakukan dengan penggaraman yang mengandung Natrium
Karbonat (Na2CO3) 2% selama paling sedikit 28 hari)
Perlakuan Bagi Produk Hewan Dalam Pencegahan Penyebaran PMK

Bulu dari Babi (Bristles)


 Inaktivasi virus PMK yang ada pada bulu untuk bahan baku
industri dapat dilakukan salah satu prosedur berikut:
-Merebusnya selama minimal 1 jam
-Perendaman minimal selama 24 jam dalam larutan
formaldehida 1%
Kesiapsiagaan menjelang Idul Adha dalam
situasi wabah PMK

Idul adha jatuh pada tanggal 9 Juli 2022

Wabah Penyakit Mulut Dan Kuku

Pelaksanaan kegiatan kurban yang meliputi penjualan hewan kurban dan


pemotongan hewan kurban

Kegiatan kurban memperhatikan kegiatan pencegahan dan penanganan PMK


dengan mempertimbangkan faktor-faktor risiko :
1. Peningkatan pengawasan lalu-lintas ternak dan perpindahan ternak dari
daerah tertular ke daerah bebas;
2. Pengaturan tempat pemotongan hewan kurban dan prosedur kesiap-
siagaan dalam penanganan hewan, proses pemotongan dan produk
hewan (daging kurban);
Pemotongan hewan kurban 2018-2021

1,000,000
Jumlah hewan kurban yang dipotong 900,000
2,000,000 1,868,067 800,000
1,800,000 1,683,354 1,641,542
1,600,000 700,000

1,400,000 600,000
1,223,690
1,200,000 500,000

1,000,000 400,000 Domba


800,000 300,000 Polynomial (Domba)
600,000 200,000 Kambing
400,000 Polynomial (Kambing)
100,000
200,000 Kerbau
0 0
2018 Polynomial
2019 (Kerbau)
2020 2021
2018 2019 2020 2021 Sapi
Polynomial (Sapi)

(iSIKHNAS,2021)
18
Pelaksanaan Kurban Dalam Rangka Hari Raya Idul Adha
1443 H Terkait Penyakit Mulut Dan Kuku

Persyaratan Teknis
Tempat Penjualan Hewan Kurban
1. Dilakukan di tempat yang telah mendapat persetujuan dari
otoritas daerah sesuai peraturan perundangan setempat dan dari
dinas yang menyelenggarakan fungsi peternakan dan kesehatan
hewan
2. Memenuhi persyaratan tempat penjualan hewan kurban
3. Tersedia fasilitas dan bahan untuk pembersihan dan disinfeksi
kendaraan, peralatan, hewan, limbah, dan orang
4. Tersedia tempat khusus terpisah (isolasi) untuk hewan yang diduga
PMK atau sakit.
Pelaksanaan Kurban Dalam Rangka Hari Raya Idul Adha
1443 H Terkait Penyakit Mulut Dan Kuku
Persyaratan Teknis
Tempat Pemotongan Hewan Kurban di Luar Rumah Potong Hewan
Ruminansia
1. Tempat Pemotongan Hewan Kurban di Luar Rumah Potong Hewan
Ruminansia telah mendapat persetujuan dari otoritas daerah
2. Memenuhi persyaratan Tempat Pemotongan Hewan Kurban di Luar
Rumah Potong Hewan Ruminansia
3. Tersedia fasilitas untuk menampung limbah, Limbah tidak boleh keluar
dari tempat penjualan sebelum didisinfeksi atau dibakar.
4. Tersedia fasilitas air bersih yang mencukupi, perebusan, pembersihan
dan disinfeksi kendaraan, peralatan, hewan, limbah, dan orang
5. Jika memungkinkan tersedia fasilitas pemotongan darurat
KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) PMK

Target KIE
1. Advokasi Pemegang kebijakan
2. Peternak
3. Konsumen
4. Pemilik Unit Usaha pengolahan
produk hewan
5. Konsumen
6. Praktisi dokter hewan
7. Petugas RPH
8. Pejagal
9. Belantik
TERIMA KASIH

http://kesmavet.ditjenpkh.pertanian.go.id

Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner

Direktorat Kesmavet

Anda mungkin juga menyukai