Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEKNIK KARANTINA

Tripanosoma sp. digolongkan sebagai HPHK

Disusun Oleh :

AGUNG PRAYOGA (E0F119006)

Dosen Pengampu:

Drh. Anie Insulistyowati, M.P

PROGRAM STUDI D III KESEHATAN HEWAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada Saya, sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah Penyakit
Tripanosoma sp. digolongkan sebagai HPHK.

Makalah ini telah Saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Selanjutnya Saya menyampaikan
ucapan terima kasih yang teramat besar kepada pihak – pihak yang membantu membimbing,
memberikan nasehat, petunjuk dan saran yang senantiasa diberikan kepada Saya

Saya menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan atau kesalahan, Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati. Saya mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaannya. Akhirnya Saya berharap semoga Makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................

a. Latar belakang..........................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................

a. Pengertian HPHK..................................................................................................
b. Media pembawa HPHK.......................................................................................
c. Pengertian penyakit Trichodina sp....................................................................
d. Siklus hidup penyakit Trichodina sp...................................................................
e. Gejala klinis................................................................................................
f. Pencegahan........................................................................................................

BAB III : PENUTUP.......................................................................................................

a. Kesimpulan ........................................................................................................
b. Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hama dan penyakit hewan karantina (disingkat HPHK) adalah istilah perkarantinaan
yang digunakan untuk menyebut sejumlah penyakit pada hewan yang dicegah oleh
pemerintah Indonesia untuk masuk, tersebar, dan keluar dari wilayah negara Indonesia.
Lembaga pemerintah yang bertugas melakukan hal ini adalah Badan Karantina Pertanian
yang berada di bawah Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Istilah HPHK pertama kali ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun


1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (UU 16/1992) serta peraturan
turunannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan
(PP 82/2000).

Definisi HPHK dalam UU 16/1992 yaitu "Semua hama dan penyakit hewan yang
ditetapkan pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam, tersebarnya di dalam, dan
keluarnya dari wilayah negara Republik Indonesia", sedangkan definisi HPHK dalam PP
82/2000 yaitu "Semua hama, hama penyakit, dan penyakit hewan yang berdampak
sosioekonomi nasional dan perdagangan internasional serta menyebabkan gangguan
kesehatan masyarakat veteriner yang dapat digolongkan menurut tingkat risikonya".

Lebih jauh, HPHK digolongkan menjadi HPHK golongan I dan HPHK golongan II
berdasarkan daya epidemis dan patogenitas penyakit, dampak sosioekonomi, serta
status dan situasinya di suatu area atau wilayah negara Republik Indonesia. Definisi
HPHK Golongan I adalah HPHK yang mempunyai sifat dan potensi penyebaran
penyakit yang serius dan cepat, belum diketahui cara penanganannya, belum terdapat di
suatu area atau wilayah negara Republik Indonesia, sedangkan HPHK Golongan II
adalah HPHK yang potensi penyebarannya berhubungan erat dengan lalu lintas media
pembawa, sudah diketahui cara penanganannya dan telah dinyatakan ada di suatu area
atau wilayah negara Republik Indonesia.

Penyakit surra merupakan salah satu penyakit strategis yang menyerang hewan ternak
yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi (Luckins et al., 1992; Dargantes et al., 2005).
Trypanosomaevansi banyak ditemukan dalam darahdanataujaringan hewan
vertebrata(FAO, 1994).Parasitini ditularkan secara mekanis oleh vektor lalat penghisap
darah seperti Tabanus sp dan Stomoxys sp(Payne et al., 1991, Luckins et al., 1992).

Trypanosoma evansi mempunyai induk semang yang beragam dari hewan liar sampai
hewan domestik termasuk ternak.Hewan domestik yang rentan adalah kuda, sapi, kerbau,
kambing, domba, babi, anjing dan kucing, sedangkan hewan liar yang rentan diantaranya
adalah badak (Vel ayan et al., 2004), rusa (Adrian et al., 2010), wal aby (Reid et al.,
2001) dan bisa berpotensi sebagai sumber infeksi untuk hewan domestik (Dargantes et al.,
2005). Khusus pada sapi dan kerbau di Indonesia, infeksi T. evansi dapat menyebabkan
kerugian ekonomi yang sangat besar dikarenakan ternak tersebut merupakan sumber
produksi daging dan susu (Manuel, 1998).

Trypanosoma evansi pada beberapa ternak mempunyai ukuran yang bermacam-macam


tergantung dari induk semang dan daerah geografisnya. Secara umum T. evansi mempunyai
panjang berkisar antara 15-34 µm dengan rata–rata 24 µm. Bentuk tubuh silinder tetapi
kadang–kadang terjadi bentuk stumpy/gemuk. Ukuran T. Evansi hampir sama dengan genus
Trypanosoma.

Penyakit surra pada sapi dan kerbau umumnya berlangsung lebih lambat, bersifat kronis
dan bahkan tanpa menunjukkan gejala klinis atau subklinis.Respons imun terhadap
infeksi T. evansi pada kerbau dan sapi relatif lebih baik dari pada kuda sehingga
ternak ruminansia besar tersebut lebih tahan terhadap serangan penyakit surra.
Penyakit dapat bersifat akut dan mewabah pada ternak ruminansia ketika hewan
mengalami stres, karena dipekerjakan atau difungsikan terlampau berat, akibat kekurangan
pakan atau air dan faktor kondisi lingkungan kritis dan cuaca yang ekstrim
(Soulsby,1982).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud HPHK?
2. Apa media pembawa HPHK?
3. Apa penyebab penyakit Trichodina sp.
4. Bagaimana sikluh hidup penyakit Trichodina sp.
5. Gejala penyakit Trichodina sp.
6. Bagaimana cara pencegahan penyakit Trichodina sp?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui HPHK
2. Mengetahui media pembawa HPHK
3. Mengetahui penyebab penyakit Trichodina sp.
4. Mengetahui sikluh hidup penyakit Trichodina sp.
5. Mengetahui gejala penyakit Trichodina sp.
6. Mengetahui cara pencegahan penyakit Trichodina sp.

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian HPHK


Hama dan penyakit hewan karantina (disingkat HPHK) adalah istilah perkarantinaan yang
digunakan untuk menyebut sejumlah penyakit pada hewan yang dicegah oleh pemerintah
Indonesia untuk masuk, tersebar, dan keluar dari wilayah negara Indonesia. Lembaga
pemerintah yang bertugas melakukan hal ini adalah Badan Karantina Pertanian yang berada
di bawah Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
HPHK pertama kali ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (UU 16/1992) serta peraturan turunannya yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (PP 82/2000).
Definisi HPHK dalam UU 16/1992 yaitu "Semua hama dan penyakit hewan yang ditetapkan
pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam, tersebarnya di dalam, dan keluarnya dari
wilayah negara Republik Indonesia".

1.2 Media pembawa HPHK

HPHK dapat masuk, tersebar, dan keluar dari wilayah negara Indonesia melalui lalu
lintas media pembawa HPHK yaitu hewan, produk hewan, serta beberapa jenis media
pembawa lain. Oleh karena itu, setiap media pembawa HPHK yang dimasukkan ke
dalam wilayah negara RI, dibawa atau dikirim dari satu area ke area lain di dalam
wilayah negara RI, dan dikeluarkan dari wilayah negara RI wajib memenuhi persyaratan
karantina dan dikenakan tindakan karantina.

1.3 Pengertian penyakit Trichodina sp.


Penyakit surra merupakan salah satu penyakit strategis yang menyerang hewan ternak
yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi (Luckins et al., 1992; Dargantes et al., 2005).
Trypanosomaevansi banyak ditemukan dalam darahdanataujaringan hewan vertebrata(FAO,
1994).Parasitini ditularkan secara mekanis oleh vektor lalat penghisap darah seperti Tabanus sp
dan Stomoxys sp. Trypanosoma evansi pada beberapa ternak mempunyai ukuran yang
bermacam-macam tergantung dari induk semang dan daerah geografisnya. Secara umum T. evansi
mempunyai panjang berkisar antara 15-34 µm dengan rata–rata 24 µm. Bentuk tubuh silinder
tetapi kadang–kadang terjadi bentuk stumpy/gemuk. Ukuran T. evansihampir sama dengan genus
Trypanosoma lain, seperti T. bruceiyang memiliki panjang berkisar antara 12-26 µm, T.
gambiense dengan panjang berkisar antara 15-30 µm dan T. cruzi dengan panjang berkisar
antara 15- 20 µm (Levine, 1985).

1.4 Siklus hidup penyakit Trichodina sp.


Penyakit surra di Indonesia ditularkan oleh lalat penghisap darah Tabanus sp,
Haematopota sp, Chrysop sp, Stomoxys spdan Haematobiasp. (Jones et al., 1996). Insekta
merupakan vektor mekanik, karena tidak terjadi perkembangan siklus di dalam vektor dan
Trypanosoma tertinggal di dalam probosis (Levine, 1985). Penularan infeksi Trypanosoma
evansi sangat cepat pada beberapa hewan karena sifat lalat, khususnya Tabanus sp yang
menghisap darah terputus–putus (dari satu hewan berpindah ke hewan lain) (Soulsby, 1982).
Tabanus rubidus yang paling menonjol populasinya sebagai penyebar infeksi Trypanosoma
evansi di Indonesia adalah Tabanus rubidus dan Tabanus megalops (Sasmita dkk., 2013).
Sebaran penyakit yang luas sangat dipengaruhi oleh topografi daerah dan manajemen atau
cara pemeliharaan ternak terutama yang dipelihara secara tradisional dengan cara
menggembalakan ternak secara bersama-sama di areal padang pengembalaan. Batas tanah
pertanian tidak jelas, ladang terbuka yang hanya dibatasi oleh semak, sungai dan hutan masih
banyak dijumpai didaerah ini sebagai tempat berkumpul hewan ternak untuk merumput dan
mencariair minum. Kondisi lingkungan seperti ini juga sangat digemari oleh lalat pengisap
darah seperti Tabanus sp.,Stomoxyssp. Lalat Tabanus sp., merupakan salah satu vektor
penularan secara mekanik Trypanosomiasis yang sangat potensial pada hewan ternak (Soulsby,
1982).

1.5 Gejala klinis

Gejala klinis yang khas penyakit surra adalah adanya oedema atau pembengkakan pada
daerah ventral atau bagian bawah tubuh seperti leher, legok lapar dan kaki.Gejala klinis lain
adalah terjadi perdarahan di bawah kulit, hidung, mata dan anus. Gejala lain adalah anemia,
demam selang seling (intermittent fever) dan pada akhirnya terjadi kematian.Gejala klinis
rambut rontok dapat terjadi karena kondisi tubuh hewan yang menurun dan nafsu makan
berkurang (Ismudiono dkk., 2006). Gejala klinis khas yang lain apabila parasit menuju cairan
cerebrospinal akan menimbulkan gejala inkoordinasi gerak (Levine, 1985).

Bentuk akut penyakit dapat berlangsung sampai tiga bulan dan ditandai dengan demam
tidak teratur, penurunan berat badan yang progresif, keratokonjungtivitis berulang dan plak
urtikaria pada leher.Tanda klinis pada kasus kronis kurang terlihat jelas.Pada hewan yang
terinfeksi T. evansi, produksiakan turun, hewan tampak lesu,rambut kasar, anemia dan
demam berulang (Hoare, 1972).

1.6 Pencegahan
Pencegahanpenyakit surra berdasarkan gejala klinis yang muncul dan dilakukan uji
parasit, uji serologis dan uji molekuler untuk diagnosis konfirmatif di laboratorium.Uji
parasit diantaranya dilakukan dengan pemeriksaan haematologi (mikroskopik),
Microhematocrite Centrifugation Technique (MHCT) dan Mouse Inoculation Test (MIT). Uji
serologi dapat dilakukan dengan metode Card Agglutination Test For Trypanosomes (CATT)
dan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA), sedangkan uji molekuler menggunakan
Polymerase Chain Reaction (PCR) (Solihat, 2002).

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setelah menyusun makalah ini dapat saya simpulkan bahwa Tripanosoma sp.
Merupakan salah satu penyakit HPHK yang disebabkan oleh Tabanus sp dan Stomoxys sp.
Yang berukuran panjang berkisar antara 23,09 – 39,94 µm dengan rata-rata 32,47 µm dan
lebar 1,82 – 4,34 µm dengan rata-rata 3,15 µm.
3.2 SARAN

Manusia tidak luput dari keslahan dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang dapat
saya ungkapkan. Jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak-pihak tertentu saya
meminta kritik dan sarannya, kritik maupun sarannyan sangatlah penting untuk
pengintrospesikan diri melengkapi makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S.M., A.S. Rehana, L. Hassan and M.T. Wong, 2010. Outbreaks of
trypanosomiasis and the seroprevalence of Trypanosoma evansi in a deer
breeding centre in Perak, Malaysia. Trop. Anim. Health. Product.42 (2):145-
150.

Ausvetplan. 2006. Disease Strategy Surra. Australia: Primary Industries Ministerial


Council OIE. 2008. Trypanosoma Evansi Infection (including surra). Belgium.
Bacchi, C.J., 2009. Chemotherapy of human African
Trypanosomiasis.Interdisciplinary Perspective Infectious Disease.1–5.

Pemerintah Indonesia (1992), Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang


Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
(https://sipuu.setkab.go.id/puu/buka_puu/7052/UU%20NO%2016%20TH
%201992.p df) (PDF), Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3482, Jakarta: Sekretariat Negara

Pemerintah Indonesia (2019), Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang


Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
(https://web.archive.org/web/20191115071132/https://sipuu.setkab.go.id/PUU
doc/1 75977/UU_Nomor_21_Tahun_2019.pdf)2019-11-15

Kementerian Pertanian RI (2009), Keputusan Menteri Pertanian Nomor


3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit
Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa
(https://web.archive.org/web/20190607014242/http://ditjenpp.kemenkumham.g
o.i d/arsip/bn/2009/bn307-2009.

Anda mungkin juga menyukai