Anda di halaman 1dari 20

BAB II

APLIKASI EPIDEMIOLOGI DALAM


KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

2.1 Pengertian dan peran epidemiologi


Pada mulanya, epidemiologi diartikan sebagai studia epidemi. Itu berarti bahwa
epidemiologi hanya mempelajari berbagai penyakit menular tetapi dalam
perkembangan selanjutnya, juga di pelajari berbagai penyakit non-infeksi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa epidomiologi adalah ilmu yang mempelajari
ihwal penyebaran penyakit serta determinan yang mempengaruhi penyakit
tersebut.
Dalam batasan epidemiologi itu, tercakup 3 elemen yakni 1) semua penyakit, baik
penyakit infeksi dan non-infeksi, 2) populasi, menyangkut distribusi pada
populasi ( manusia/hewan ) atau kelompok, dan 3) pendekatan ekologi. Dalam
pendekatan ekologi, dibahas ihwal frekuensi dan penyebaran penyakit yang dikaji
dari latar belakang pada keseluruhan lingkugan manusia/hewan, baik lingkungan
fisik, biologis, dan sosial. Hal ini yang dimaksud dengan pendekatan ekologi.
Membiarkan ihwal penyebaran penyakit, menimbulkan berbagai pertanyaan yang
perlu direnungkan, yakni :
1) Siapa (who); siapakah (manusia/hewan) yang menjadi sasaran penyebaran
penyakit tersebut?
2) Dimana (where); dimana penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut ?
3) Kapan (when) ; kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut ?
Semua pertanyaan ini merupakan berbagai faktor yang menentukan terjadinya
suatu penyakit, dengan perkataan lain, terjadinya atau penyebaran suatu penyakit
ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni orang/hewan, tempat dan waktu. Peranan
epidemiologi, khususnya dalam konteks prongrram kesehatam masyarakat
veteriner (kasmavet) adalah sebagai alat dan metode/pendekatan. Epidemiologi
sebagai alat, diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah/penyakit, selalu
ditanyakan siapa (manusia/hewan) yang terkena penyakit , dimana dan bagaimana
penyebaran penyakit, serta kapan penyebaran penyakit tersebut. Demikian pula,
epidemiologi sebagai metode/ pendekatan yang selalu dikaitkan dengan penyakit,
dimana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran penyakit dan kapan
penyakit tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi , khususnya dalam
prongram kasmavet adalah barbagai ukuran epidemiologi seperti prevalence,
point of prevalence, case fatality rate dan sebagiannya yang dapat digunakan
dalam berbagai perhitungan.

2.2 Metode Epidemologi


Dalam epidemialogi, terdapat 3 tipe pokok pendekatan atau metode.
a) Epidemiologi deskriptif (descriptive epidemiology)
Epidemiologi deskriptif merupakan pengumpilan data dasar terhadap
ketiga faktor penentu kejadian penyakit, yang terdiri atas induk semang (host),
agen penyakit, dan lingkungan tempat terjadinya penyakit. Dalam epidemiologi
ini, dipelajari secara umum dan lengkap ketiga faktor penentu kejadian
penyakit tersebut, disamping itu, dalam epidemiologi ini diamati berbagai
faktor yang mungkin sebagai penyebab penyakit . epidemiologi deskriptif,
biasanya merupakan suatu tahapan awal dalam pendekatan epidemiologi, dan
data yang dikumpulkan meliputi indentifikasi induk semang (host) yang
terserang penyakit dan keadaan lingkungan tempat terjadinya penyakit tersebut.
Dalam epidemiologi deskriptif, dipelajari bagaimana frekuensi penyakit
berubah menurut perubahan variablenya yang terdiri atas hospes (induk
semang), tempat (place), dan waktu (time).
Dalam hospes dibahas peranan umur dan jenis kelamin terhadap terjadi
penyakit. Umur merupakan variable yang selalu diperhatikan dalam berbagai
penyelidikan epidemiologi. Berbagai angka morbiditas/ kesekian dan
mortalitas/ kematian, dalam hampir semua keadaan menunjukkan adanya
hubungan dengan umur. Kepekaan hewan terhadap berbagai penyakit, sangat
erat hubungannya dengan umur hewan. Hewan muda pada umumnya lebih
rentan terhadap berbagi penyakit jika dibandingkan dengan hewan dewasa.
Demikian pula, jenis kelamin hewan erat hubungannya dengan kepekaan
terhadap berbagi penyakit. Hewan betina lebih sering terserang penyakit
brucellosis dan trichomoniasis daripada hewan jantan. Kejadian ini, diduga
karena faktor genetik atau perbedaan hormonal.
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna
untuk perencanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit serta dapat
memberikan penjelasan mengenai penyebab penyakit. Hal-hal yang
memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah adalah keadaan
lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembapan, curah hujan,
ketinggian diatas permukaan laut( dataran tinggi/rendah), keadaan dan sumber
air minum. Banyak penyakit hanya ditemukan pada daerah tertentu. Misalkan,
penyakit demam kuning (yellow fever), kebanyakan terjadi di Amerika Latin.
Distribusi disebabkan oleh adanya ‘reservoir’ infeksi (manusia dan kera),
vector (Aades aegypty), penduduk yang rentan, dan keadaan iklim yang
memungkinkan suburnya agen penyebab/etiologis penyakit. Berbagai contoh
penyakit yang terbatas pada daerah tertentu atau frekuensinya tinggi pada
daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah yang banyak terdapat
keong (lembah Nil,jepang); gondok endemic (endemic goiter) di daerah yang
kekurangan zat yodium.
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar
dalam analisis epidemiologi, oleh karena berbagai perubahan penyakit menurut
waktu menunjukkan adanya perubahan berbagi faktor penyebab/ perubahan
angka morbiditas/kesakitan, kejadian penyakit dibedakan menjadi 1) fliktuasi
jangka pendek, yaitu perubahan angka mirbiditas terjadi dalam beberapa jam
(misalnya epidimi keracunan makanan), hari,minggu,(epidimi influenza), dan
bulan (epidimi cacar); 2) perubahan secara siklus, yaitu berbagai perubahan
angka mosrbiditas terjadi secara berulang antara beberapa hari,bulan(musiman),
dan tahun( peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi
maupun penyakit non-infeksi yang ditularkan melalui vector pada siklus
tertentu); dan 3) berbagai angka morbiditas yang berlangsung dalam periode
waktu yang panjang, betahun-tahun atau puluhan tahun, yang desebut ‘secular
trens’
b) Epidemiologi analitik (analytic Epidemiology)
Pendekatan atau studi ini digunakan untuk menguji data dan informasi
yang diperoleh dalam studi epidemiologi deskriptif. Data tersebut dianalisis
secara cermat terhadap kejadian penyakit. Dalam pendekatan ini, dilakukan
penelusuran ulang ke belakang dengan menganalisis berbagai data yang ada
hubungannya dengan penyakit tersebut, untuk dapat membantu menemukan
penyebab penyakit tersebut.
Ada 2 studi tentang epidemiologi ini.
1. Studi Riwayat Kasus
Artinya dibandingkan dua kelompok orang/hewan, yakni kelompok yang
terkena penyebab penyakit dengan kelompok yang tidak terkena penyakit
(kelompok kontrol). Sebagai contoh, ada hipotesis yang mengatakan bahwa
peyebab utama kanker paru adalah rokok. Untuk menguji hipotesis ini, diambil
sekelompok orang penderita kanker paru. Kepada penderita ini, ditanyakan
ihwal kebiasaan merokok. Dari jawaban pertanyaan tersebut, terdapat 2
kelompok, yakni penderita yang mempunyai kebiasaan merokok dan penderita
yang tidak merokok. Kemudian data kedua kelompok ini diuji dengan statistik,
apakah ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut.
2. Studi kohort (cohort studies)
Artinya sekelompok orang/hewan dipaparkan (exposed) pada suatu
penyebab penyakit (agent), kemudian diambil sekelompok orang/hewan lain
yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak
dipaparkan atau dikenakan oleh penyebab penyakit; kelompok kedua ini sering
disebut sebagai kelompok control. Antara kedua kelompok ini kemudian
dibandingkan, dan dicari perbedaan diantara keduanya tersebut apakah
bermakna atau tidak. Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa merokok
merupakan faktor utama penyebab kanker paru, diambil 2 kelompok orang.
Kelompok satu, terdiri atas orang-orang merokok dan kelompok lainnya terdiri
atas orang-orang yang merokok. Kemudian diperiksa apakah ada perbedaan
pengidap kanker paru antara kelompok perokok dan kelompok tidak perokok.
c) Epidimiologi Eksperimen (Experimental Epidemiology)
Artinya diadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok subjek;
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenai
percobaan). Sebagai contoh, untuk menguji keampuhan suatu vaksin, dapat
diambil suatu kelompok anak kemudian diberikan vaksin tersebut. Sementara
itu, diambil sekelompok anak pula sebagai kontrol yang diberikan placebo.
Setelah beberapa tahun kemudian, dilihat berbagai kemungkinan timbulnya
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut, kemudian dibandingkan
antara kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Inti dari Epidemiologi
eksperimental adalah mencari penyebab/kausa dari suatu penyakit.

2.3 Pengukuran Epidemologi


Epidemologi bertujuan melihat bagaimana penyebaran kesakitan/
morbiditas dan kematian/mortalitas menurut berbagai sifat hospes (induk
semang), terapat, dan waktu. Dalam uraian ini, dibahas berbagai ukuran
morbiditas dan mortalitas yang lazim dipakai dalam berbagai penyelidikan
epidemiologi. Ukuran dasar yang akan dibicarakan di sini adalah ‘rate’.
Dalam hubungan dengan morbiditas, dibicarakan incidence rate,
prevalence rate (point period prevalence rate) dan attack rate; serta dalam
hubungan dengan mortalitas dibicarakan crude death rate, disease specific
fatality rate, dan adjusted death rate. Sebelum membicarakan rate tersebut,
perlu dikemukakan hal-hal berikut ini.
1) Untuk penyusunan rate, dibutuhkan 3 elemen, yaitu (a) jumlah host
(manusia/hewan) yang terserang penyakit atau mati, (b) jumlah populasi
(penduduk/hewan) dari mana penderita berasal (refrence population), dan (c)
waktu atau periode di mana orang-orang / hewan terserang penyakit.
2) Apabila pembilang terbatas pada umum, jenis kelamin atau golongan
tertentu, maka penyebut juga harus terbatas pada umur, jenis kelamin atau
golongan yang sama.
3) Apabila penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit
penyakit, maka penyebut tersebut dinamakan populasi yang mempunyai risiko
(population at risk).

a. Incidence Rate :
Adalah jumlah kasus baru yang terjadi dalam populasi selama periode waktu
tertentu.
Jumlah kasus baru suatu penyakit
selama periode waktu tertentu
𝐼𝑛𝑐𝑖𝑑𝑒𝑛𝑐𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 =
Populasi yang mempunyai risiko
Contoh (ilustrasi)
Pada bulan Januari 2017 di Kecamatan X terdapat penderita campak 50 anak
balita. Jumlah anak balita yang mempunyai risiko penyakit tersebut di
Kecamatan X = 5.000. Maka incidence rate penyakit campak tersebut adalah :
50 / 5.000 x 1000 = 10 / 1000 atau 0,010

b. Attack rate :
Adalah jumlah kasus dalam populasi selama terjadinya wabah / epidemic
Jumlah kasus selama epidemi
𝐴𝑡𝑡𝑎𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑒 = × 1000
Populasi yang mempunyai risiko
Contoh (ilustrasi)
Pada waktu terjadinya wabah cacar di Kecamatan X tahun 2017, terdapat 14
anak menderita cacar. Jumlah anak yang mempunyai risiko di Kecamatan
tersebut = 2000 anak
Attack rate penyakit cacar tersebut adalah :
14 / 2000 x 1000 = 9 / 1000 atau 0,009

c. Prevelance Rate
Adalah jumlah kasus dalam waktu populasi yang menderita suatu penyakit
pada satu titik tertentu.
Jumlah kasus − kasus penyakit yang
ada pada suatu titik waktu
𝑃𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑒 = × 1000
Jumlah populasi seluruhnya
Contoh (ilustrasi)
Kasus penyakit kanker hati di Kecamatan Y pada waktu dilakukan survey pada
Juli 2017 adalah 12 orang dari 6.000 penduduk di kecamatan tersebut.
Prevelance Rate kanker hati di kecamatan tersebut adalah :
12 / 6.000 x 1000 = 2/1.000 atau 0,002

d. Period Prevalance :
Adalah jumlah kasus dalam suatu populasi yang menderita suatu penyakit
selama periode waktu tertentu.
Jumlah kasus penyakit selama
periode tertentu
𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑃𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = × 1000
Penduduk rata − rata dari periode
tersebut (mid period populasi)
Contoh (ilustrasi)
Pada periode tahun 2017 (Januari – Desember) di Kelurahan A terdapat 25
penderita Demam Berdarah Dengue Pada pertengahan tahun 2017 penduduk
Kelurahan A tersebut berjumlah 5.000 orang
Period Prevalance Demam Berdarah Dengue di Kelurahan A adalah :
25/5.000 x 1000 = 5/1.000 atau 0,005
Period Prevalance terbentuk dari prevalence pada suatu titik waktu ditambah
kasus-kasus baru (incidence), dan kasus-kasus yang kambuh selama periode
observasi.

e. Crude Death Rate (CDR)


Adalah jumlah kematian dalam suatu populasi di suatu wilayah dalam satu
tahun
Jumlah kematian dalam suatu populasi
di suatu wilayah dalam satu tahun
𝐶𝐷𝑅 = × 1000
Jumlah populasi rata − rata (pertengahan
tahun di suatu wilayah dan tahun yang sama
Catatan
1. Jumlah penduduk di sini bukan merupakan penyebut yang sebenarnya,
oleh karena berbagai golongan umur mempunyai kemungkinan mati yang
berbeda-beda, sehingga perbedaan dalam susunan umur antara beberapa
penduduk akan menyebabkan berbagai perbedaan dalam crude death rate
meskipun rate untuk berbagai golongan umur sama.
2. Berbagai kekurangan dari crude death rate adalah (a) terlalu
menyederhanakan pola yang kompleks dari rate, dan (2) penggunaannya
dalam perbandingan angka morbiditas antar berbagai penduduk yang
mempunyai susunan umur yang berbeda-beda, tidak dapat secara langsung
melainkan harus melalui prosedur penyesuaian (adjustment).
3. Meskipun mempunyai berbagai kekurangan, crude death rate digunakan
secara luas, oleh karena (a) sifatnya yang merupakan summary rate, dan
(b) dapat dihitung dengan adanya informasi yang minimal.
4. Crude death rate digunakan untuk berbagai perbandingan menurut waktu
dan berbagai perbandingan internasional.
5. Untuk penyelidikan epidemologi diperlukan summary rate yang tidak
mempunyai berbagai kelemahan sperti crude death rate. Rate diperoleh
dengan mengadakan penyesuaian pada susunan umur dari berbagai
penduduk yang akan diperbandingkan dengan angka mortalitasnya,
sehingga dengan sendirinya adjustment rate ini adalah fiktif.

f. Age Specific Death Rate :


Adalah jumlah angka kematian pada umur tertentu di suatu daerah dalam
waktu satu tahun.
Sebagai contoh Age Specific Death Rate pada golongan umur 20-30 tahun.
𝐴𝑔𝑒 𝑆𝑝𝑒𝑐𝑖𝑓𝑖𝑐 𝐷𝑒𝑎𝑡ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑒
Jumlah kematian antara umur 20 − 30 tahun
= di suatu daerah dalam waktu satu tahun × 1000
Jumlah penduduk berumur antara 20 − 30 tahun
pada daerah pada tahun yang sama
Contoh (ilustrasi)
Jumlah penduduk pada Kecamatan X yang berumur 20 – 30 tahun pada
pertengahan tahun 2017 adalah 1000 orang. Dari jumlah tersebut, selama tahun
2017 meninggal 3 orang.
Jadi, Age Specific Death Rate adalah :
3 / 1000 x 1000 = 3/1000 atau 0,003

g. Cause Discase Specific Death Rate (CDSDR) :


Adalah jumlah kematian akibat penyakit tertentu di suatu daerah dalam waktu
satu tahun.
Jumlah kematian karena penyakit tertentu di
𝐶𝐷𝑆𝐷𝑅 = suatu daerah dalam waktu satu tahun × 1000
jumlah penduduk rata − rata (pertengahan
tahun) pada daerah pada tahun yang sama
Contoh (ilustrasi)
Pada pertengahan tahun 2017 di Kecamatan Manggis jumlah penduduknya
2000.
Selama tahun 2017 tersebut terdapat 2 orang yang meninggal karena
tuberculosis (TBC). Maka kematian karena TBC adalah :
2 / 2000 x 1000 = 1/1000 atau 0,001

2.4 Epidemologi Penyakit Menular


1. Konsep dasar terjadinya penyakit
Suatu penyakit dapat timbul akibat beroperasinya berbagai factor penyebab
penyakit baik dari agen, induk semang, atau lingkungan. Pendapat ini
tergambar dalam istilah yaitu penyebab majemuk (multiple causation of
disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single causation).
Tiga model timbulnya penyakit yang dikenal dewasa ini adalah (a) segitiga
epidemiologi (the epidemiologic triangle), (b) jaring-jaring sebab akibat (the
web of causation), dan (c) roda (the wheel).
a. Segitiga Epidemologi (the epidemiologic triangle)
Suatu penyakit dapat timbul akibat adanya interaksi berbagai factor
penyebab penyakit, baik dari agen, induk semang, dan lingkungan. Bila
ketiga factor ini tidak berada dalam posisi seimbang, misalnya agen
penyakit bertambah ganas, maka induk semang menjadi sakit.
Induk semang (host)
Penyebab penyakit lingkungan
(Agent) (Environtment)

b. Jaring-jaring Sebab Akibat (the web of causation)


Menurut model ini, suatu penyakit tidak tergantung pada satu sebab yang
berdiri sendiri, melainkan sebagai akbiat dari serangkaian proses sebab
akibat.
…faktor 8
faktor 3
…faktor 9 faktor 1
faktor 4
…faktor 10
faktor 5 penyakit X
…faktor 11 faktor 2
faktor 6
… faktor 12
faktor 7
Penyakit X yang menyerang manusia disebabkan adanya berbagai
interaksi antarfaktor. Misalnya, jika faktor 8 dan 9 bergabung dapat
membentuk faktor penyebab baru, yaitu factor 3, dan jika faktor 3 & 4
berinteraksi dapat membentuk faktor penyebab baru, yaitu faktor 1, dan
jika faktor 1 & 2 berinteraksi, maka manusia dapat terserang penyakit X.
c. Roda (the wheel)

Lingkungan sosial
Induk semang LINGKUNGAN
LINGKUNGAN BIOLOGIS
FISIK Manusia
Inti genetik
Model roda memerlukan identifikasi dari berbagai factor yang berperan
dalam timbulnya penyakit dengan tidak menekankan pentingnya
penyebab penyakit (agent) yang penting hubungan antara manusia dan
lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan
bergantung dari penyakit yang bersangkutan. Sebagai contoh, peranan
lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress mental;
peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan
lingkungan biologis lebih besar dari lainnya pada penyakit yang
penularannya melalui vector (vector borne disease); dan peranna inti
genetic lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan.

2. Penyakit menular
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan atau berpindah dari
orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui
perantara, yang ditentukan oleh 3 faktor yakni :
- Agent (penyebab penyakit)
- Host (induk semang)
- Route of Transmission (jalannya penularan)

a. Agen Infeksi (penyebab infeksi)


Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting dalam epidemiologi yang
merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi enam.
1. Golongan virus, contoh Avian influenza, rabies, Japanese encephalitis,
dsb.
2. Golongan Riketsia, contoh thypus.
3. Golongan bakteri, contoh disentri.
4. Golongan Protozoa, contoh filarial, schistosoma, dsb.
5. Golongan jamur, contoh bermacam-macam panu, kurap, dsb.
6. Golongan Cacing, contoh bermacam-macam cacing perut seperti ascaris
(cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang, dsb.
Agar agen atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive), maka
perlu persyaratan sebagai berikut:
1. Berkembang biak,
2. Bergerak atau berpindah dari induk semang,
3. Mencapai induk semang baru,
4. Menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan agen penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia
adalah suatu faktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap penyebab
penyakit mempunyai habitat sendiri, sehingga ia dapat tetap hidup. Dari sini
timbul istilah reservoir, yang diartikan sebagai berikut (1) habitat, tempat
agen penyakit tersebut hidup dan berkembang (2) survival, artinya agen
penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat, agar ia tetap hidup.
Reservoir tersebut dapat berupa manusia, hewan, atau benda mati.

Reservoir dalam manusia


Berbagai penyakit yang mempunyai reservoir dalam tubuh manusia antara
lain, campak (measles), cacar air (small pox), typhus (ryphoid), meningitis,
gonorrhea, dan syphilis. Manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang
aktif dan carrier.

Carrier
Carrier adalah orang/hewan yang mempunyai agen penyakit dalam tubuhnya,
tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit, tetapi orang/hewan tersebut dapat
menularkan penyakitnya kepada orang/hewan lain. Convalescent Carriesrs
adalah orang/hewan yang masih mengandung agen penyakit sekalipun telah
sembuh dari suatu penyakit.
Carrier sangat penting dalam epidemiologi berbagai penyakit, seperti polio,
typhoid, meningococcal meninginitis, dan amobebiasis. Hal ini disebabkan
karena :
a. Jumlah (banyaknya carrier jauh lebih banyak daripada orang yang sakit).
b. Carrier maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa
mereka menderita penyakit.
c. Adanya agen penyakit dalam tubuh manusia/hewan (carrier) tidak
menurunkan kesehatan tubuhnya, karena ia masih dapat melakukan
aktifitasnya sehari-hari.
d. Carrier mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu relative
lama.
Reservoir pada hewan
Berbagai penyakit yang mempunyai reservoir pada hewan umumnya adalah
penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada hewan vertebrata yang
dapat menular pada manusia. Penularan penyakit dari hewan ke manusia itu
dapat melalui berbagai cara, yakni :
1. Orang makan daging hewan yang menderita penyakit, misalnya cacing
pita;
2. Melalui gigitan hewan yang bertindak sebagai vector, misalnya pes
melalui pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan
nyamuk;
3. Hewan penderita penyakit langsung menggigit orang, misalnya rabies.

Benda mati sebagai reservoir


Penyakit yang mempunyai reservoir pada bneda mati pada dasarnya adalah
saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya, agen penyakit ini berkembang
biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu, apabila terjadi
perubahan temperature atau kelembaban dari kondisi tempat ia hidup, maka ia
berkembang biak dan siap infektif (menimbulkan infeksi). Contoh clostridium
tetani penyebab tetanus, clostridium botulinum penyebab keracunan
makanan, dan sebagainya.
b. Sumber infeksi dan penyebaran penyakit
Sumber infeksi adalah semua benda termasuk orang atau hewan yang dapat
menyebabkan penyakit pada orang. Sumber infeksi ini juga mencakup
reservoir seperti telah dijelaskan sebelumnya.

Macam cara penularan (mode of transmission)


Model penularan adalah suatu mekanisme atau cara agen/penyebab penyakit,
ditularkan dari orang/hewan ke orang/hewan lain, atau dari reservoir kepada
induk semang (orang/hewan) baru. Penularan itu dapat melalui berbagai cara
berikut ini.
a. Kontak (contact)
Kontak dapat terjadi melalui kontak fisik secara langsung dengan
penderita penyakit maupun tidak langsung melalui benda-benda yang
terkontaminasi. Penyakit yang ditularkan melalui kotnak langsung ini
pada umumnya terjadi pada masyarakat/ kelompok hewan yang berjubel.

b. Inhalasi (inhalation)
Penularan melalui udara / pernapasan. Berbagai factor, seperti ventilasi
rumah yang kurang, berjejalan (over crowded), dan tempat-tempat umum
merupakan factor yang sangat penting dalam epidemiologi penyakit ini.
Penyakit yang ditularkan melalui udara sering idsebut air bone disease.
c. Infeksi
Infeksi adalah penularan penyakit yang terjadi melalui tangan kotor,
makanan atau minuman yang terkontaminasi agen penyakit.
d. Penetrasi pada kulit
Cara penularan ini dapat langsung dilakukan oleh organism itu sendiri.
Penetrasi pada kulit, misalnya cacing tambah, melalui gigitan vector,
misalnya malaria, dan melalui luka, misalnya tetanus.
e. Infeksi melalui plasenta
Infeksi melalui plasenta adalah infeksi yang diperoleh melalui placenta
dari ibu penderita penyakit pada waktu mengandung, misalnya syphilis
dan toxoplasmosis.

c. Faktor Induk Semang (Host)


Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh
berbagai factor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan perkataan
lain, berbagai penyakit dapat terjadi pada sseorang tergantung/ditentukan oleh
kekebalan/resistensi orang ynag bersangkutan. Orang yang kebal/resisten
terhadap penyakit, artinya orang tersebut tidak menderita penyakit (senat).
Sebaliknya orang yang kondisi tubuhnya menurut/lemah, mudah terserang
penyakit.

d. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular


Untuk pencegahan dan penanggulangan ini, ada 3 pendekatan atau cara yang
dapat dilakukan.

a. Eliminasi reservoir (sumber penyakit)


Eleminasi reservoir manusia sebagai sumber penyakit dapat dilakukan
dengan: (1) mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di
tempat khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain, (2) karantina,
adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya bersama-
sama dengan penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus
didisain untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina
untuk penderita kusta.
b. Memutus mata rantai penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan adalah
merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata
rantai penularan penyakit menular.
c. Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan.
Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap
penyakit menular. Kelompok usia yang rentan terhadap penyakit menular.
Kelompok usia yang rentan ini, peru lindungan khusus dengan cara
imunisasi. Obat propilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit
malaria, meningitis, dan desentri baksilus.

2.5 Imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imum, yang artinya kebal atau resisten. Anak
diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap penyakit tertentu, tetapi belum kebal
terhadap penyakit yang lain.
b. Macam kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular, dapat digolongkan menjadi dua.
(1) Kekebalan tidak spesifik (non specific resistance)
Kekebalan tidak spesifik adalah, pertahanan tubuh pada manusia yang
secara alamiah atau spontan dapat melindungi tubuh dari penyakit,
misalnya kulit, air mata, cairan khsuus yang keluar dari usus, adanya
reflek tertentu, misalnya batuk dan bersin.
(2) Kekebalan spesifik (specific resistance)
Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber.
a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetic, biasanya berhubungan
dengan ras (warna kulit dan kelompok etnis, misalnya orang kulit
hitam (negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria
jenis vivax.
b. Kekebalan yang diperoleh (acquoied immunity)
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang
bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan pasif. Kekebalan
aktif dapat diperoleh setelah seseorang sembuh dari penyakit
tertentu. Misalnya, anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia
akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat
diperoleh melalui imunisasi, yang berarti ke dalam tubuhnya
dimasukkan organism pathogen atau agen penyakit yang telah
dilemahkan atau dimatikan. Dalam tubuh orang tersebut, dibentuk
antibody sehingga menjadi kebal terhadap penyakit tersebut.
Kekebalan pasif diperoleh anak dari ibunya melalui plasenta. Ibu
yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu,
misalnya campak, malaria, dan tetanus, maka anaknya (bayi) akan
memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa
bulan pertama. Kekebalan pasif juga diperoleh melalui serum
antibody dari manusia/hewan. Kekebalan pasif ini hanya bersifat
sementara (dalam waktu pendek saja).
c. Faktor yang mempengaruhi kekebalan
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan, antara lain umur, jenis
kelamin, kehamilan, gizi, dan trauma.
1. Umur
Bayi (anak balita) dan orang tua lebih mudah terserang oleh beberapa
penyakit tertentu. Dengan kata lain, orang pada usia sangat muda atau
usia tua, lebih rentan atau kurang kebal terhadap penyakit menular
tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur
tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
2. Jenis kelamin
Untuk penyakit menular tertentu, seperti polio dan diphtheria lebih para
terjadi pada wanita daripada pria.
3. Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit
menular tertentu, misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria, dan
amoebiasis.
Sebaliknya, untuk penyakit typhoid dan meningitis jerang terjadi pada
wanita hamil.
4. Gizi
Gizi yang baik pada umumnya dapat meningkatkan resistensi tubuh
terhadap penyakit infeksi. Tetapi sebaliknya, kekurangan gizi berakibat
kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.
5. Trauma
Stress salah satu bentuk trauma, merupakan penyebab kerentanan
seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.

Kekebalan masyarakat (Herd immunity)


Kekebalan yang terjadi pada tingkat komuniti/masyarakat di sebut herd immunity.
Apabila Herd immunity di masyarakat rendah, maka akan mudah terjadi wabah,
sebaliknya apabila Herd imunity tinggi maka wabah jarang terjadi. Kekebalan
masyarakat menunjukkan kehadiran individu dengan kekebalan mencukupi dalam suatu
populasi (di atas ambang batas) yang membawa “kematian” penyakit. Kekebalan
masyarakat yang tinggi dalam suatu oppulasi akan memperkecil kemungkinan individu
yang sakit dalam populasi tersebut menularkan penyakit kepada individu yang
umumnya rentan. Herd immunity tergantung pada (a) komposisi populasi antara
kelompok rentan dan kelompok terinfeksi, dan (b) tingkat kontak. Apabila kelompok
rentan lebih tinggi daripada kelompok terinfeksi, maka herd immunity juga tinggi.
Demikian pula, bila sering terjadi kontak antar masyarakat, maka makin tinggi pula
kekebalan masyarakat tersebut.

Masa inkubasi
Masa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai terjadinya infeksi alam diri orang sampai
dengan munculnya gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang tersebut. Setiap
penyakit infeksi mempunyai masa inkubasi berbeda, mulai dari beberapa jam sampai
beberapa tahun. Sebagai contoh, masa inkubasi penyakit pseudocowpox pada manusia
berkisar antara 5-7 hari, sedangkan rabies pada manusia antara 2-8 minggu, tetapi dapat
bervariasi dari 10 hari sampai 8 bulan atau lebih (rata-rata 6 bulan).
RINGKASAN
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi, yang hanya
mempelajari penyakit menular saja, tetapi dalam perkembangan selanjutnya, studi itu
juga mempelajari penyakit non-infeksi. Saat ini batasan Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari ihwal penyebaran penyakit dan bahaya determinan yang mempengaruhi
penyakit tersebut. Dalam epidemiologi, sekurang-kurangnya cukup dicakup 3 elemen ,
yaitu semua penyakit, populasi, dan pendekatan ekologi. Peranan epidemiologi dalam
konteks program kesehatan masyarakat adalah sebagai alat dan sebagai metode.
Dalam epidemiologi, terdapat 3 tipe pokok pendekatan atau metode, yaitu (1)
Epidemiologi Deskriptif yang memepelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah
menurut perubahan variable epidemiologi yang terdiri atas : hospes, tempat, dan waktu,
(2) Epidemiologi Analitik yang digunakan untuk menguji data serta informasi yang
diperoleh dalam studi Epidemiologi Deskriptif, dan (3) Epidemiologi Eksperimen, yaitu
studi yang dilakukan dengan mengadakan percobaan kepada kelompoj subjek,
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Pengukuran epidemiologi digunakan untuk melihat bagaimana penyebaran
morbiditas/kesakitan dan mortalitas/kematian menurut sifat-sifat orang, tempat, dan
waktu. Ukuran dasar yang digunakan dalam hubungan dengan morbiditas adalah
incidence rate, prevalence rate, attack rate, dan di dalam hubungan dengan mortalitas
dibicarakan crude death rate, age specific death rate, dan cause specific death rate.
Dalam konsep dasar terjadinya penyakit, suatu penyakit timbul akibat interaksi berbagai
factor baik dari agen, induk semang, dan lingkungan. Pendapat ini tergambar dalam
istilah dewasa ini sebagai penyebab majemuk.
Tiga model timbulnya penyakit yang dikenal saat ini adalah (1) segitiga
epidemiologi, (2) jarring-jaring sebab akibat, dan (3) roda.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu ke orang yang lain,
ditentukan oleh 3 faktor, yakni (1) agen (penyebab penyakit), (2) host (induk semang),
dan (3) Route of transmission (jalannya penularan). Penyebab penyakit dapat
dikelompokkan menjadi golongan virus, bakteri, riketsia, protozoa, jamur, dan cacing,
sedangkan penularan penyakit dapat melalui beberapa cara antara lain : kontak inhalasi,
ifneksi, penetrasi pada kulit, dan infeksi melalui plasenta. Terjadinya suatu penyakit
(infeksi) pada induk semang dipengaruhi oleh faktor yang ada pada induk semang itu
sendiri, seperti tingkat kekebalan/resistensi host yang bersangkutan.
Imunisasi berasal dari kata imun, yang artinya kebal atau resisten. Anak
diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadpa suatu penyakit tertentu, tetapi belum
tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Kekebalan dibedakan menjadi 2 yaitu
kekebalan spesifik dan kekebalan non spesifik. Factor yang mempengaruhi kekebalan
antara lain : umur, jenis kelamin (sex), kehamilan, gizi dan trauma. Jenis imunisasi pada
dasarnya ada 2, yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif.

PELATIHAN
1. Jelaskan pengertian dan peranan Epidemiologi !
2. Jelaskan metode dalam Epidemiologi!
3. Bagaimana menerapkan pengukuran dalam Epidemiologi?
4. Bagaimana menerapkan Epidemiologi untuk penyakit menular?

BAHAN DISKUSI
Bagaimana peranan Epidemiologi dalam mencegah dan menanggulangi
terjadinya penyakit menular di masyarakat?

Anda mungkin juga menyukai