a. Incidence Rate :
Adalah jumlah kasus baru yang terjadi dalam populasi selama periode waktu
tertentu.
Jumlah kasus baru suatu penyakit
selama periode waktu tertentu
𝐼𝑛𝑐𝑖𝑑𝑒𝑛𝑐𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 =
Populasi yang mempunyai risiko
Contoh (ilustrasi)
Pada bulan Januari 2017 di Kecamatan X terdapat penderita campak 50 anak
balita. Jumlah anak balita yang mempunyai risiko penyakit tersebut di
Kecamatan X = 5.000. Maka incidence rate penyakit campak tersebut adalah :
50 / 5.000 x 1000 = 10 / 1000 atau 0,010
b. Attack rate :
Adalah jumlah kasus dalam populasi selama terjadinya wabah / epidemic
Jumlah kasus selama epidemi
𝐴𝑡𝑡𝑎𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑒 = × 1000
Populasi yang mempunyai risiko
Contoh (ilustrasi)
Pada waktu terjadinya wabah cacar di Kecamatan X tahun 2017, terdapat 14
anak menderita cacar. Jumlah anak yang mempunyai risiko di Kecamatan
tersebut = 2000 anak
Attack rate penyakit cacar tersebut adalah :
14 / 2000 x 1000 = 9 / 1000 atau 0,009
c. Prevelance Rate
Adalah jumlah kasus dalam waktu populasi yang menderita suatu penyakit
pada satu titik tertentu.
Jumlah kasus − kasus penyakit yang
ada pada suatu titik waktu
𝑃𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑒 = × 1000
Jumlah populasi seluruhnya
Contoh (ilustrasi)
Kasus penyakit kanker hati di Kecamatan Y pada waktu dilakukan survey pada
Juli 2017 adalah 12 orang dari 6.000 penduduk di kecamatan tersebut.
Prevelance Rate kanker hati di kecamatan tersebut adalah :
12 / 6.000 x 1000 = 2/1.000 atau 0,002
d. Period Prevalance :
Adalah jumlah kasus dalam suatu populasi yang menderita suatu penyakit
selama periode waktu tertentu.
Jumlah kasus penyakit selama
periode tertentu
𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑃𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = × 1000
Penduduk rata − rata dari periode
tersebut (mid period populasi)
Contoh (ilustrasi)
Pada periode tahun 2017 (Januari – Desember) di Kelurahan A terdapat 25
penderita Demam Berdarah Dengue Pada pertengahan tahun 2017 penduduk
Kelurahan A tersebut berjumlah 5.000 orang
Period Prevalance Demam Berdarah Dengue di Kelurahan A adalah :
25/5.000 x 1000 = 5/1.000 atau 0,005
Period Prevalance terbentuk dari prevalence pada suatu titik waktu ditambah
kasus-kasus baru (incidence), dan kasus-kasus yang kambuh selama periode
observasi.
Lingkungan sosial
Induk semang LINGKUNGAN
LINGKUNGAN BIOLOGIS
FISIK Manusia
Inti genetik
Model roda memerlukan identifikasi dari berbagai factor yang berperan
dalam timbulnya penyakit dengan tidak menekankan pentingnya
penyebab penyakit (agent) yang penting hubungan antara manusia dan
lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan
bergantung dari penyakit yang bersangkutan. Sebagai contoh, peranan
lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress mental;
peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan
lingkungan biologis lebih besar dari lainnya pada penyakit yang
penularannya melalui vector (vector borne disease); dan peranna inti
genetic lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan.
2. Penyakit menular
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan atau berpindah dari
orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui
perantara, yang ditentukan oleh 3 faktor yakni :
- Agent (penyebab penyakit)
- Host (induk semang)
- Route of Transmission (jalannya penularan)
Carrier
Carrier adalah orang/hewan yang mempunyai agen penyakit dalam tubuhnya,
tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit, tetapi orang/hewan tersebut dapat
menularkan penyakitnya kepada orang/hewan lain. Convalescent Carriesrs
adalah orang/hewan yang masih mengandung agen penyakit sekalipun telah
sembuh dari suatu penyakit.
Carrier sangat penting dalam epidemiologi berbagai penyakit, seperti polio,
typhoid, meningococcal meninginitis, dan amobebiasis. Hal ini disebabkan
karena :
a. Jumlah (banyaknya carrier jauh lebih banyak daripada orang yang sakit).
b. Carrier maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa
mereka menderita penyakit.
c. Adanya agen penyakit dalam tubuh manusia/hewan (carrier) tidak
menurunkan kesehatan tubuhnya, karena ia masih dapat melakukan
aktifitasnya sehari-hari.
d. Carrier mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu relative
lama.
Reservoir pada hewan
Berbagai penyakit yang mempunyai reservoir pada hewan umumnya adalah
penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada hewan vertebrata yang
dapat menular pada manusia. Penularan penyakit dari hewan ke manusia itu
dapat melalui berbagai cara, yakni :
1. Orang makan daging hewan yang menderita penyakit, misalnya cacing
pita;
2. Melalui gigitan hewan yang bertindak sebagai vector, misalnya pes
melalui pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan
nyamuk;
3. Hewan penderita penyakit langsung menggigit orang, misalnya rabies.
b. Inhalasi (inhalation)
Penularan melalui udara / pernapasan. Berbagai factor, seperti ventilasi
rumah yang kurang, berjejalan (over crowded), dan tempat-tempat umum
merupakan factor yang sangat penting dalam epidemiologi penyakit ini.
Penyakit yang ditularkan melalui udara sering idsebut air bone disease.
c. Infeksi
Infeksi adalah penularan penyakit yang terjadi melalui tangan kotor,
makanan atau minuman yang terkontaminasi agen penyakit.
d. Penetrasi pada kulit
Cara penularan ini dapat langsung dilakukan oleh organism itu sendiri.
Penetrasi pada kulit, misalnya cacing tambah, melalui gigitan vector,
misalnya malaria, dan melalui luka, misalnya tetanus.
e. Infeksi melalui plasenta
Infeksi melalui plasenta adalah infeksi yang diperoleh melalui placenta
dari ibu penderita penyakit pada waktu mengandung, misalnya syphilis
dan toxoplasmosis.
2.5 Imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imum, yang artinya kebal atau resisten. Anak
diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap penyakit tertentu, tetapi belum kebal
terhadap penyakit yang lain.
b. Macam kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular, dapat digolongkan menjadi dua.
(1) Kekebalan tidak spesifik (non specific resistance)
Kekebalan tidak spesifik adalah, pertahanan tubuh pada manusia yang
secara alamiah atau spontan dapat melindungi tubuh dari penyakit,
misalnya kulit, air mata, cairan khsuus yang keluar dari usus, adanya
reflek tertentu, misalnya batuk dan bersin.
(2) Kekebalan spesifik (specific resistance)
Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber.
a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetic, biasanya berhubungan
dengan ras (warna kulit dan kelompok etnis, misalnya orang kulit
hitam (negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria
jenis vivax.
b. Kekebalan yang diperoleh (acquoied immunity)
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang
bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan pasif. Kekebalan
aktif dapat diperoleh setelah seseorang sembuh dari penyakit
tertentu. Misalnya, anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia
akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat
diperoleh melalui imunisasi, yang berarti ke dalam tubuhnya
dimasukkan organism pathogen atau agen penyakit yang telah
dilemahkan atau dimatikan. Dalam tubuh orang tersebut, dibentuk
antibody sehingga menjadi kebal terhadap penyakit tersebut.
Kekebalan pasif diperoleh anak dari ibunya melalui plasenta. Ibu
yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu,
misalnya campak, malaria, dan tetanus, maka anaknya (bayi) akan
memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa
bulan pertama. Kekebalan pasif juga diperoleh melalui serum
antibody dari manusia/hewan. Kekebalan pasif ini hanya bersifat
sementara (dalam waktu pendek saja).
c. Faktor yang mempengaruhi kekebalan
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan, antara lain umur, jenis
kelamin, kehamilan, gizi, dan trauma.
1. Umur
Bayi (anak balita) dan orang tua lebih mudah terserang oleh beberapa
penyakit tertentu. Dengan kata lain, orang pada usia sangat muda atau
usia tua, lebih rentan atau kurang kebal terhadap penyakit menular
tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur
tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
2. Jenis kelamin
Untuk penyakit menular tertentu, seperti polio dan diphtheria lebih para
terjadi pada wanita daripada pria.
3. Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit
menular tertentu, misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria, dan
amoebiasis.
Sebaliknya, untuk penyakit typhoid dan meningitis jerang terjadi pada
wanita hamil.
4. Gizi
Gizi yang baik pada umumnya dapat meningkatkan resistensi tubuh
terhadap penyakit infeksi. Tetapi sebaliknya, kekurangan gizi berakibat
kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.
5. Trauma
Stress salah satu bentuk trauma, merupakan penyebab kerentanan
seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.
Masa inkubasi
Masa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai terjadinya infeksi alam diri orang sampai
dengan munculnya gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang tersebut. Setiap
penyakit infeksi mempunyai masa inkubasi berbeda, mulai dari beberapa jam sampai
beberapa tahun. Sebagai contoh, masa inkubasi penyakit pseudocowpox pada manusia
berkisar antara 5-7 hari, sedangkan rabies pada manusia antara 2-8 minggu, tetapi dapat
bervariasi dari 10 hari sampai 8 bulan atau lebih (rata-rata 6 bulan).
RINGKASAN
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi, yang hanya
mempelajari penyakit menular saja, tetapi dalam perkembangan selanjutnya, studi itu
juga mempelajari penyakit non-infeksi. Saat ini batasan Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari ihwal penyebaran penyakit dan bahaya determinan yang mempengaruhi
penyakit tersebut. Dalam epidemiologi, sekurang-kurangnya cukup dicakup 3 elemen ,
yaitu semua penyakit, populasi, dan pendekatan ekologi. Peranan epidemiologi dalam
konteks program kesehatan masyarakat adalah sebagai alat dan sebagai metode.
Dalam epidemiologi, terdapat 3 tipe pokok pendekatan atau metode, yaitu (1)
Epidemiologi Deskriptif yang memepelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah
menurut perubahan variable epidemiologi yang terdiri atas : hospes, tempat, dan waktu,
(2) Epidemiologi Analitik yang digunakan untuk menguji data serta informasi yang
diperoleh dalam studi Epidemiologi Deskriptif, dan (3) Epidemiologi Eksperimen, yaitu
studi yang dilakukan dengan mengadakan percobaan kepada kelompoj subjek,
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Pengukuran epidemiologi digunakan untuk melihat bagaimana penyebaran
morbiditas/kesakitan dan mortalitas/kematian menurut sifat-sifat orang, tempat, dan
waktu. Ukuran dasar yang digunakan dalam hubungan dengan morbiditas adalah
incidence rate, prevalence rate, attack rate, dan di dalam hubungan dengan mortalitas
dibicarakan crude death rate, age specific death rate, dan cause specific death rate.
Dalam konsep dasar terjadinya penyakit, suatu penyakit timbul akibat interaksi berbagai
factor baik dari agen, induk semang, dan lingkungan. Pendapat ini tergambar dalam
istilah dewasa ini sebagai penyebab majemuk.
Tiga model timbulnya penyakit yang dikenal saat ini adalah (1) segitiga
epidemiologi, (2) jarring-jaring sebab akibat, dan (3) roda.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu ke orang yang lain,
ditentukan oleh 3 faktor, yakni (1) agen (penyebab penyakit), (2) host (induk semang),
dan (3) Route of transmission (jalannya penularan). Penyebab penyakit dapat
dikelompokkan menjadi golongan virus, bakteri, riketsia, protozoa, jamur, dan cacing,
sedangkan penularan penyakit dapat melalui beberapa cara antara lain : kontak inhalasi,
ifneksi, penetrasi pada kulit, dan infeksi melalui plasenta. Terjadinya suatu penyakit
(infeksi) pada induk semang dipengaruhi oleh faktor yang ada pada induk semang itu
sendiri, seperti tingkat kekebalan/resistensi host yang bersangkutan.
Imunisasi berasal dari kata imun, yang artinya kebal atau resisten. Anak
diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadpa suatu penyakit tertentu, tetapi belum
tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Kekebalan dibedakan menjadi 2 yaitu
kekebalan spesifik dan kekebalan non spesifik. Factor yang mempengaruhi kekebalan
antara lain : umur, jenis kelamin (sex), kehamilan, gizi dan trauma. Jenis imunisasi pada
dasarnya ada 2, yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
PELATIHAN
1. Jelaskan pengertian dan peranan Epidemiologi !
2. Jelaskan metode dalam Epidemiologi!
3. Bagaimana menerapkan pengukuran dalam Epidemiologi?
4. Bagaimana menerapkan Epidemiologi untuk penyakit menular?
BAHAN DISKUSI
Bagaimana peranan Epidemiologi dalam mencegah dan menanggulangi
terjadinya penyakit menular di masyarakat?