KESEHATAN
• Pasal 5
Pengaturan Narkotika dalam Undang-
Undang ini meliputi segala bentuk kegiatan
dan/atau perbuatan yang berhubungan
dengan
Prekurosr
Narkotika
Narkotika
NARKOTIKA
UU RI NO. 35 TAHUN 2009:
• Adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan
PREKURSOR NARKOTIKA
• Golongan I :
• Hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
• Contoh : Heroin, Kokain, Ganja,
Papaver somniverum
HEROIN
KOKAIN
• Golongan II:
• Berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
• Contoh:
• Morfin
• Petidin.
• Golongan III:
• Berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.
• Contoh : Codein, Campuran Opium +
bahan bukan narkotika
Pengadaan
• Rencana Kebutuhan Penyimpanan
Produksi
Tahunan dan Pelaporan
Penyaluran Penyerahan
Rencana Kebutuhan Tahunan Pasal 9
Sanksi :
Teguran peringatan denda administratif penghentian
semua kegiatan pencabutan izin
Impor dan Ekspor
• Menkes memberikan izin importasi narkotika kepada 1
Perusahaan Milik Negara yaitu PT. Kimia Farma Tbk
(Persero) berdasarkan KepMenkes No.
199/Menkes/SK/III/1996 tentang Penunjukan
Pedagang Besar Farmasi PT Kimia Farma Depot
Sentral sebagai importir tunggal Narkotika di
Indonesia.
• Pasal 21
Impor dan ekspor Narkotika dan Prekursor
Narkotika hanya dilakukan melalui kawasan
pabean tertentu yang dibuka untuk perdagangan
luar negeri.
Pengangkutan Pasal 24
• Setiap pengangkutan impor Narkotika wajib dilengkapi
dengan dokumen atau surat persetujuan ekspor
Narkotika yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan di negara pengekspor dan Surat
Persetujuan Impor Narkotika yang dikeluarkan oleh
Menteri.
Pasal 31
Pengemasan kembali Narkotika pada Transito
Narkotika hanya dapat dilakukan terhadap kemasan
asli Narkotika yang mengalami kerusakan dan harus
dilakukan di bawah tanggung jawab pengawasan
pejabat Bea dan Cukai dan petugas Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Peredaran Pasal 35
Pasal 38
Peredaran Narkotika wajib dilengkapi
dokumen sah.
Penyaluran Pasal 39
• Ketergantungan adalah:
• Keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA
yang makin bertambah (toleransi), apabila
pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan
timbul gejala putus obat (withdrawal symtomp)
PENYALAHGUNAAN NAPZA : OPIADA
a. Opiada Alamiah Heroin Murni -> bubuk
(Opiat) : Morfin, putih
Opium, Codein
b. Opiada Bila tidak murni->
Semisintetik : putih keabuan
Heroin, putaw, Dari getah opium
hidromorfin poppy, diolah menjadi
c. Opiada Sintetik : putaw = > 10 kali
Metadon morfin
1. MDMA
(methylene dioxy
metamphetamine)
-> inex, ekstasi
(tablet/kapsul)
2. Metamphetamine
ice -> dibakar
dengan aluminium
foil atau botol kaca
khusus (bong),
asapnya diisap ->
sabu, ss, ice
PENYALAHGUNAAN NAPZA : LSD
(LYSERGIC ACID)
• Golongan halusinogen
• Nama lain : acid, trips, tabs, kertas
• Bentuk : kotak, kapsul, tablet
• Diletakkan di atas lidah, seperti makan permen.
• Reaksi setelah 30-60 menit, menghilang setelah
8-12 jam
• Efek : halusinasi tempat, warna, dan waktu.
Timbul obsesi indah atau menyeramkan.
Pemakaian jangka panjang menyebabkan
paranoid.
PENYALAHGUNAAN NAPZA : SEDATIF-
HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN)
• Fisik
• Mental
• Emosional
• Spiritual
Fisik
Kerusakan fungsi-fungsi
organ tubuh seperti;
Jantung, Hati, Ginjal, dsb.
Berkurangnya kemampuan
metabolisme tubuh,
kemungkinan terinfeksi
“virus” (PMS, Hepatitis C dan
HIV/AIDS
Dan merusak fungsi dari
susunan saraf pusat otak
Bahaya Narkotika terhadap fisik :
•Gangguan pada system syaraf (neurologis)
•Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
•Gangguan pada kulit (dermatologis)
•Gangguan pada paru-paru (pulmoner)
•Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan insomnia
•Gangguan terhadap kesehatan reproduksi yaitu gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual.
•Gangguan terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid)
•Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
•Bahaya narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba
melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan
kematian
DAMPAK FISIK
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
PERUBAHAN WAJAH
PARA PECANDU SEBELUM
DAN SESUDAH PAKAI NARKOTIKA
Pengguna Ekstasi Selama 8 Bulan
2003 2007
www.bnn.go.id
PERUBAHAN WAJAH
PARA PECANDU SEBELUM
DAN SESUDAH PAKAI NARKOTIKA
Pengguna Ekstasi Selama 5 Tahun
2000 2004
www.bnn.go.id
PERUBAHAN WAJAH
PARA PECANDU SEBELUM
DAN SESUDAH PAKAI NARKOTIKA
Pengguna Heroin dan Kokain Selama 5 Tahun
2003 2007
www.bnn.go.id
Mental
OTAK NARKOBA
• Di lingkungan masyarakat:
1. Menyelesaikan masalah bersama
2. Penyuluhan hukum dan penyalahgunaan NAPZA
3. Melibatkan semua unsur untuk mencegah dan
menanggulangi penyalahgunaan NAPZA
Pasal 115 ayat (1) UU 36/2009 TTG KESEHATAN
a. fasilitas pelayanan
kesehatan;
b. tempat proses belajar
Kawasan tanpa rokok mengajar;
c. tempat anak bermain;
d. tempat ibadah;
e. angkutan umum;
f. tempat kerja; dan
g. tempat umum dan tempat
lain yang ditetapkan.
TERIMAKASIH