Anda di halaman 1dari 96

PERUNDANG-UNDANGAN

KESEHATAN

Berwi Fazri Pamudi, S.Farm., Apt., M.Si (Han)


Dra. Syamsuliani, Apt., MM
UNDANG-UNDANG NO. 35
TAHUN 2009
TENTANG NARKOTIKA
TUJUAN

• Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan


pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
• Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika.
• Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika, dan
• Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi Penyalah Guna dan pecandu Narkotika.
• Menghindari penyalahgunaan tanpa adanya
pengendalian dan pengawasan ketat.
Dasar Hukum
• Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan


Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta Protokol Tahun 1972
yang Mengubahnya (LN Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor
36, TLN Republik Indonesia Nomor 3085);

• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan


United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic
Drugs and Psychotropic Substances, 1988 (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan
Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika, 1988)(LN
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 17, TLN
Republik Indonesia Nomor 3673).
Ruang Lingkup

• Pasal 5
Pengaturan Narkotika dalam Undang-
Undang ini meliputi segala bentuk kegiatan
dan/atau perbuatan yang berhubungan
dengan

Prekurosr
Narkotika
Narkotika
NARKOTIKA
UU RI NO. 35 TAHUN 2009:
• Adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan
PREKURSOR NARKOTIKA

• Zat atau bahan pemula atau bahan kimia


yang dapat digunakan dalam pembuatan
Narkotika.
3 GOLONGAN NARKOTIKA:

• Golongan I :
• Hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
• Contoh : Heroin, Kokain, Ganja,
Papaver somniverum
HEROIN
KOKAIN
• Golongan II:
• Berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
• Contoh:
• Morfin

• Petidin.
• Golongan III:
• Berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.
• Contoh : Codein, Campuran Opium +
bahan bukan narkotika
Pengadaan
• Rencana Kebutuhan Penyimpanan
Produksi
Tahunan dan Pelaporan

Pengangkutan Impor dan


Peredaran • Transito Ekspor
• Izin Khusus
• Surat Persetujuan
Ekspor

Penyaluran Penyerahan
Rencana Kebutuhan Tahunan Pasal 9

• Menteri menjamin ketersediaan Narkotika


untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
• Untuk keperluan ketersediaan Narkotika
disusun rencana kebutuhan tahunan
Narkotika  Data pencatatan dan
pelaporan rencana dan realisasi produksi
tahunan yang diaudit secara
komprehensif.
Produksi Narkotika Pasal 11-12

• Menteri memberi izin khusus untuk


memproduksi Narkotika sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.

• BPOM mengawasi bahan baku, proses


produksi dan hasil akhir.

• Menkes melakukan pengendalian


terhadap produksi sesuai RKT.
Penyimpanan dan Pelaporan Pasal 14
1) Narkotika yang berada dalam penguasaan IF, PBF, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, RS,
PKM, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu
pengetahuan wajib disimpan secara khusus.
2) IF, PBF, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah,
apotek, RS, PKM, balai pengobatan, dokter, dan lembaga
ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan
menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan
dan/atau pengeluaran Narkotika yang berada dalam
penguasaannya.

Sanksi :
Teguran  peringatan  denda administratif  penghentian
semua kegiatan  pencabutan izin
Impor dan Ekspor
• Menkes memberikan izin importasi narkotika kepada 1
Perusahaan Milik Negara yaitu PT. Kimia Farma Tbk
(Persero) berdasarkan KepMenkes No.
199/Menkes/SK/III/1996 tentang Penunjukan
Pedagang Besar Farmasi PT Kimia Farma Depot
Sentral sebagai importir tunggal Narkotika di
Indonesia.

• Importir Produsen Narkotika


Perusahaan Milik Negara yang mengunakan narkotika
sebagai bahan baku proses produksi yang mendapat
penujukan untuk mengimpor sendiri narkotika.
Importasi Narkotika Pasal 16
1. Importir Narkotika harus memiliki Surat Persetujuan Impor
dari Menteri untuk setiap kali melakukan impor Narkotika.
2. Surat Persetujuan Impor Narkotika sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan berdasarkan hasil audit Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap rencana
kebutuhan dan realisasi produksi dan/atau penggunaan
Narkotika.
3. Surat Persetujuan Impor Narkotika Golongan I dalam
jumlah yang sangat terbatas hanya dapat diberikan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Izin Khusus Pasal 18
1. Menteri memberi izin kepada 1 (satu) perusahaan
pedagang besar farmasi milik negara yang telah
memiliki izin sebagai eksportir sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan
ekspor Narkotika.

2. Dalam keadaan tertentu, Menteri dapat memberi izin


kepada perusahaan lain dari perusahaan milik negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memiliki izin
sebagai eksportir sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk melaksanakan ekspor
Narkotika.
Surat Persetujuan Ekspor Pasal 19

• Eksportir Narkotika harus memiliki Surat


Persetujuan Ekspor dari Menteri untuk
setiap kali melakukan ekspor Narkotika.

• Untuk memperoleh Surat Persetujuan


Ekspor Narkotika sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pemohon harus
melampirkan surat persetujuan dari
negara pengimpor.
• Pasal 20
Pelaksanaan ekspor Narkotika dilakukan atas
dasar persetujuan pemerintah negara
pengimpor dan persetujuan tersebut dinyatakan
dalam dokumen yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di
negara pengimpor.

• Pasal 21
Impor dan ekspor Narkotika dan Prekursor
Narkotika hanya dilakukan melalui kawasan
pabean tertentu yang dibuka untuk perdagangan
luar negeri.
Pengangkutan Pasal 24
• Setiap pengangkutan impor Narkotika wajib dilengkapi
dengan dokumen atau surat persetujuan ekspor
Narkotika yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan di negara pengekspor dan Surat
Persetujuan Impor Narkotika yang dikeluarkan oleh
Menteri.

• Setiap pengangkutan ekspor Narkotika wajib dilengkapi


dengan Surat Persetujuan Ekspor Narkotika yang
dikeluarkan oleh Menteri dan dokumen atau surat
persetujuan impor Narkotika yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di negara
pengimpor.
Impor Ekspor Pasal 27
1. Narkotika yang diangkut harus disimpan pada kesempatan pertama
dalam kemasan khusus atau di tempat yang aman di dalam kapal
dengan disegel oleh nakhoda dengan disaksikan oleh pengirim.
2. Nakhoda membuat berita acara tentang muatan Narkotika yang
diangkut.
3. Nakhoda dalam waktu paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh
empat) jam setelah tiba di pelabuhan tujuan wajib melaporkan
Narkotika yang dimuat dalam kapalnya kepada kepala kantor
pabean setempat.
4. Pembongkaran muatan Narkotika dilakukan dalam kesempatan
pertama oleh nakhoda dengan disaksikan oleh pejabat bea dan
cukai.
5. Nakhoda yang mengetahui adanya Narkotika tanpa dokumen atau
Surat Persetujuan Ekspor atau Surat Persetujuan Impor di dalam
kapal wajib membuat berita acara, melakukan tindakan
pengamanan, dan pada persinggahan pelabuhan pertama segera
melaporkan dan menyerahkan Narkotika tersebut kepada pihak
yang berwenang.
Transito Pasal 29
1. Transito Narkotika harus dilengkapi dengan dokumen atau
Surat Persetujuan Ekspor Narkotika yang sah dari
pemerintah negara pengekspor dan dokumen atau Surat
Persetujuan Impor Narkotika yang sah dari pemerintah
negara pengimpor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di negara pengekspor
dan pengimpor.
2. Dokumen atau Surat Persetujuan Ekspor Narkotika dari
pemerintah negara pengekspor dan dokumen atau Surat
Persetujuan Impor Narkotika sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sekurang-kurangnya memuat keterangan tentang:
a. nama dan alamat pengekspor dan pengimpor Narkotika;
b. jenis, bentuk, dan jumlah Narkotika; dan
c. negara tujuan ekspor Narkotika.
Pasal 30
Setiap terjadi perubahan negara tujuan ekspor Narkotika
pada Transito Narkotika hanya dapat dilakukan setelah
adanya persetujuan dari:
a. pemerintah negara pengekspor Narkotika;
b. pemerintah negara pengimpor Narkotika; dan
c. pemerintah negara tujuan perubahan ekspor Narkotika.

Pasal 31
Pengemasan kembali Narkotika pada Transito
Narkotika hanya dapat dilakukan terhadap kemasan
asli Narkotika yang mengalami kerusakan dan harus
dilakukan di bawah tanggung jawab pengawasan
pejabat Bea dan Cukai dan petugas Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Peredaran Pasal 35

Peredaran Narkotika meliputi setiap


kegiatan atau serangkaian kegiatan
penyaluran atau penyerahan Narkotika, baik
dalam rangka perdagangan, bukan
perdagangan maupun pemindahtanganan,
untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pasal 36

Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya


dapat diedarkan setelah mendapatkan izin
edar dari Menteri.

Pendaftaran Narkotika di Badan POM

Pasal 38
Peredaran Narkotika wajib dilengkapi
dokumen sah.
Penyaluran Pasal 39

• Narkotika hanya dapat disalurkan oleh IF, PBF,


dan sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah sesuai dengan ketentuan UU.

• IF, PBF, dan sarana penyimpanan sediaan


farmasi pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memiliki izin khusus
penyaluran Narkotika dari Menteri.
Pasal 40
• Industri Farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika kepada:
a. pedagang besar farmasi tertentu;
b. apotek;
c. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu; dan
d. rumah sakit.
• Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika
kepada:
a. pedagang besar farmasi tertentu lainnya;
b. apotek;
c. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu;
d. rumah sakit; dan
e. lembaga ilmu pengetahuan;
• Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya
dapat menyalurkan Narkotika kepada:
a. rumah sakit pemerintah;
b. pusat kesehatan masyarakat; dan
c. balai pengobatan pemerintah tertentu
Pasal 41

• Narkotika Golongan I hanya dapat


disalurkan oleh pedagang besar farmasi
tertentu kepada lembaga ilmu
pengetahuan tertentu untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Penyerahan Pasal 43
1. Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh:
a. apotek;
b. rumah sakit;
c. pusat kesehatan masyarakat;
d. balai pengobatan; dan
e. dokter.
2. Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada:
a. rumah sakit;
b. pusat kesehatan masyarakat;
c. apotek lainnya;
d. balai pengobatan;
e. dokter; dan
f. pasien.
3. Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai
pengobatan hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada pasien
berdasarkan resep dokter.
Cont’d
4. Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan untuk:
a. menjalankan praktik dokter dengan memberikan Narkotika melalui
suntikan;
b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan
memberikan Narkotika melalui suntikan; atau
c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
5. Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang
diserahkan oleh dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya
dapat diperoleh di apotek.
Label dan Publikasi Pasal 45
1. Industri Farmasi wajib mencantumkan label pada kemasan
Narkotika, baik dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku
Narkotika.

2. Label pada kemasan Narkotika sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat berbentuk tulisan, gambar, kombinasi tulisan
dan gambar, atau bentuk lain yang disertakan pada kemasan
atau dimasukkan ke dalam kemasan, ditempelkan, atau
merupakan bagian dari wadah, dan/atau kemasannya.

3. Setiap keterangan yang dicantumkan dalam label pada


kemasan Narkotika harus lengkap dan tidak menyesatkan.
Prekursor Narkotika Pasal 48

• Zat atau bahan pemula atau bahan kimia


yang dapat digunakan dalam pembuatan
Narkotika.
TERIMAKASIH
PSIKOTROPIKA
• UU RI No. 5 Tahun 1997:
• Adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku.
4 GOLONGAN PSIKOTROPIKA:
• Golongan I :
• Hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
• Contoh : Ekstasi
GOLONGAN II:
• Berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
• Contoh : Amphetamine
GOLONGAN III:
• Berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
• Contoh : Phenobarbital
GOLONGAN IV:
• Berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan
• Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK,
DUM)
ZAT ADIKTIF LAINNYA
• Adalah bahan/zat yang berpengaruh
psikoaktif di luar narkotika dan
psikotropika
• Meliputi:
1. Minuman Beralkohol
2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven
(zat pelarut)
3. Tembakau
MINUMAN BERALKOHOL
• Mengandung etanol etil alkohol
• Berpengaruh menekan susunan saraf
pusat
• Dalam kebudayaan tertentu menjadi
bagian kehidupan sehari-hari
• Memperkuat efek obat/zat narkotika atau
psikotropika bila digunakan bersamaan
3 GOLONGAN MINUMAN
BERALKOHOL:
• Golongan A : Kadar etanol 1 – 5 % (Bir)
• Golongan B : Kadar etanol 5 – 20 %
(anggur)
• Golongan C : Kadar etanol 20 – 45 %
(Wiski, Vodka, Mansion House, JW)
INHALASI DAN SOLVEN:
• Berupa zat yang mudah menguap berupa
senyawa organik
• Terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor, dan pelumas mesin.
• Contoh : Lem, Tiner, Penghapus cat kuku,
bensin
TEMBAKAU
• Digunakan secara luas di masyarakat
• Rokok dan alkohol merupakan pintu
masuk NAPZA di kalangan REMAJA.
• Pencegahannya harus dilakukan
3 GOLONGAN NAPZA
BERDASARKAN EFEKNYA:
1. Golongan Depresan (Downer)
- Berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh.
- Pemakai menjadi tenang, tidur, bahkan
pingsan.
- Contoh : Morfin, Heroin, Codein, Sedative,
Hipnotik (Obat tidur), Tranquilizer (Anti
cemas)
3 GOLONGAN NAPZA
BERDASARKAN EFEKNYA:
2. Golongan Stimulan (Upper)
- Merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja
- Pemakai menjadi aktif, segar dan
bersemangat
- Contoh : Amphetamine (Shabu-shabu),
Kokain
3 GOLONGAN NAPZA
BERDASARKAN EFEKNYA:
3. Golongan Halusinogen:
- Menimbulkan efek halusinasi
- Mengubah perasaan, pikiran, seringkali
menciptakan daya pandang berbeda
- Contoh : Kanabis (ganja)
PENYALAHGUNAAN DAN
KETERGANTUNGAN
 Penyalahgunaan adalah:
 Penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur di luar indikasi
medis, sehingga menimbulkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan gangguan fungsi sosial

• Ketergantungan adalah:
• Keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA
yang makin bertambah (toleransi), apabila
pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan
timbul gejala putus obat (withdrawal symtomp)
PENYALAHGUNAAN NAPZA : OPIADA
a. Opiada Alamiah Heroin Murni -> bubuk
(Opiat) : Morfin, putih
Opium, Codein
b. Opiada Bila tidak murni->
Semisintetik : putih keabuan
Heroin, putaw, Dari getah opium
hidromorfin poppy, diolah menjadi
c. Opiada Sintetik : putaw = > 10 kali
Metadon morfin

Opiada Sintetik = 400 kali morfin,


digunakan dokter untuk pereda nyeri pada
tindakan pasca operasi, kanker.
PENYALAHGUNAAN NAPZA : OPIADA

• Reaksi sangat cepat. Timbul perasaan


ingin menyendiri.
• Jika kecanduan, hilang rasa percaya diri
dan keinginan bersosialisasi.
• Pemakai akan membentuk dunianya
sendiri
• Lingkungan = musuh!
PENYALAHGUNAAN NAPZA : KOKAIN

 Kristal putih, sedikit pahit, mudah


larut di air.
 Nama lain: koka, coke, happy
dust, chalie, srepet, snow
 Digunakan dengan cara mengisap
serbuk melalui hidung atau
dibakar bersama dengan
tembakau
 Efek : perasaan segar, kehilangan
nafsu makan, menambah rasa
PD, menghilangkan rasa sakit dan
lelah
PENYALAHGUNAAN NAPZA : KANABIS

 Nama lain: ganja, cimeng,


gele, hasish, mariyuana,
grass, bhang, Be A
 Digunakan seperti
mengisap rokok.
 Efek cepat, pemakai
merasa santai, euphoria,
berfantasi, komunikasi aktif,
selera makan tinggi,
sensitif, mulut dan
tenggorokan kering
PENYALAHGUNAAN NAPZA : AMPHETAMINE
• Nama Lain: seed, meth, crystal, whiz
• Bentuk : bubuk putik atau keabuan
(dihirup), tablet (diminum)
• Jenis :

1. MDMA
(methylene dioxy
metamphetamine)
-> inex, ekstasi
(tablet/kapsul)
2. Metamphetamine
ice -> dibakar
dengan aluminium
foil atau botol kaca
khusus (bong),
asapnya diisap ->
sabu, ss, ice
PENYALAHGUNAAN NAPZA : LSD
(LYSERGIC ACID)
• Golongan halusinogen
• Nama lain : acid, trips, tabs, kertas
• Bentuk : kotak, kapsul, tablet
• Diletakkan di atas lidah, seperti makan permen.
• Reaksi setelah 30-60 menit, menghilang setelah
8-12 jam
• Efek : halusinasi tempat, warna, dan waktu.
Timbul obsesi indah atau menyeramkan.
Pemakaian jangka panjang menyebabkan
paranoid.
PENYALAHGUNAAN NAPZA : SEDATIF-
HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN)

• Golongan zat sedative (obat


penenang) dan hipnotika (obat tidur)
• Nama lain: BK, Dum, Lexo, MG,
Rohyp
• Pemakaian: Diminum, disuntikkan,
dimasukkan lewat anus.
• Bidang Medis : mengobati
kecemasan, kejang, stress, obat
tidur
PENYALAHGUNAAN NAPZA :
SOLVEN/INHALASI
• Uap gas yg dihirup. Contoh: aerosol, lem,
isi korek api gas, tiner, cairan dry cleaning,
uap bensin
• Sering digunakan oleh anak-anak,
golongan kurang mampu
• Efek : pusing, kepala berputar, halusinasi
ringan, mual, muntah, gangguan fungsi
paru, jantung dan hati
PENYALAHGUNAAN NAPZA :
ALKOHOL
• Zat psikoaktif yg sering digunakan sehari-
hari
• Diperoleh dari proses fermentasi (alkohol
<15%)
• Kadar alkohol lebih tinggi lewat
penyulingan
• Efek : euphoria, pusing, mual, hingga
penurunan kesadaran
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN
NAPZA:
1. Faktor Individual:
Ciri-ciri yang beresiko besar a.l. :
Cenderung memberontak, gangguan jiwa lain (depresi,
cemas), kurang PD, Mudah kecewa, agresif, destruktif,
murung, pemalu, pendiam, bosan, jenuh, mencoba
yang sedang mode, dll.

Kebanyakan dimulai pada saat remaja,


dimana sedang terjadi perubahan
biologis, psikologis, dan sosial secara
pesat
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN
NAPZA:
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Keluarga (komunikasi ortu-anak kurang
baik, ortu bercerai, ortu otoriter, dll)
b. Lingkungan Sekolah (sekolah kurang disiplin, dekat
tempat hiburan, dll)
c. Lingkungan Teman Sebaya (berteman dengan
pengguna, tekanan/ancaman dari teman)
d. Lingkungan Masyarakat/Sosial ( lemahnya penegak
hukum, situasi sosial-politik-ekonomi yang kurang
mendukung)
GEJALA KLINIS
PENYALAHGUNAAN NAPZA
1. Perubahan fisik
Saat menggunakan : Jalan sempoyongan,
bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh),
mengantuk, agresif, dll
2. Perubahan sikap dan perilaku
Prestasi menurun, tidak mengerjakan tugas,
membolos, malas, pola tidur berubah,
sering mengurung diri, dll
PENGARUH PENYALAHGUNAAN
NAPZA
1. Komplikasi Medis : Pada Otak dan
susunan saraf pusat, Saluran nafas,
Jantung, Hati, Penyakit Menular Seksual,
Sistem reproduksi, Kulit, Komplikasi pada
kehamilan.
2. Dampak Sosial : di lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat.
Apa Yang Terjadi
Pada Si Pecandu?

• Fisik
• Mental
• Emosional
• Spiritual
Fisik
Kerusakan fungsi-fungsi
organ tubuh seperti;
Jantung, Hati, Ginjal, dsb.
Berkurangnya kemampuan
metabolisme tubuh,
kemungkinan terinfeksi
“virus” (PMS, Hepatitis C dan
HIV/AIDS
Dan merusak fungsi dari
susunan saraf pusat otak
Bahaya Narkotika terhadap fisik :
•Gangguan pada system syaraf (neurologis)
•Gangguan pada jantung dan pembuluh  darah (kardiovaskuler)
•Gangguan pada kulit (dermatologis)
•Gangguan pada paru-paru (pulmoner)
•Sering sakit kepala, mual-mual dan  muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan insomnia
•Gangguan terhadap kesehatan reproduksi yaitu gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual.
•Gangguan terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid)
•Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya  adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
•Bahaya narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba
melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan
kematian
DAMPAK FISIK
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
PERUBAHAN WAJAH
PARA PECANDU SEBELUM
DAN SESUDAH PAKAI NARKOTIKA
Pengguna Ekstasi Selama 8 Bulan

Januari 2008 Agustus 2008


www.bnn.go.id
PERUBAHAN WAJAH
PARA PECANDU SEBELUM
DAN SESUDAH PAKAI NARKOTIKA
Pemakai Ekstasi Selama 7 Bulan

Januari 2000 Juli 2000


www.bnn.go.id
PERUBAHAN WAJAH
PARA PECANDU SEBELUM
DAN SESUDAH PAKAI NARKOTIKA
Pengguna Heroin Selama 5 Tahun

2003 2007
www.bnn.go.id
PERUBAHAN WAJAH
PARA PECANDU SEBELUM
DAN SESUDAH PAKAI NARKOTIKA
Pengguna Ekstasi Selama 5 Tahun

2000 2004
www.bnn.go.id
PERUBAHAN WAJAH
PARA PECANDU SEBELUM
DAN SESUDAH PAKAI NARKOTIKA
Pengguna Heroin dan Kokain Selama 5 Tahun

2003 2007
www.bnn.go.id
Mental

• Proses perkembangan mental


seorang pecandu akan berhenti
pada saat dia mulai menggunakan
narkoba.
• Obsessive (dihantui) –
Compulsive (sifat mendorong
untuk berbuat)
• Rigid Thinking (keras
kepala/tidak punya pertimbangan
Bahaya Narkotika terhadap mental / psikologi :
• Kerja lamban dan seroboh, sering tegang dan gelisah;
• Hilang rasa percaya diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga;
• Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal;
• Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan;
• Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan
bunuh diri.

Bahaya Narkoba terhadap lingkungan sosial :


• Gangguan mental;
• Anti-sosial dan asusila;
• Dikucilkan oleh lingkungan;
• Merepotkan dan menjadi beban keluarga;
• Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram.
OTAK SEHAT

OTAK NARKOBA

KERUSAKAN PD JARINGAN OTAK


Emosional

• Si Pecandu menjadi “Mati


Rasa” – Hilangnya
kemampuan untuk mengenali
perasaannya sendiri
• Kondisi emosionalnya jadi
tidak stabil, sensitive,
gampang marah, mudah
tersinggung
• Maunya “FUN” terus
• Benci terhadap diri sendiri
Spiritualitas

• Hilangnya nilai-nilai spiritual.


Kemampuan untuk jujur,
keterbukaan pikiran,
keberanian, kemampuan
bertanggung jawab, dll
• Beralih menjadi seorang
Penipu, Curang, Licik,
Manipulator yang selalu
mengambil keuntungan dari
orang lain.
Organ
tubuh
manusia
yang
diserang
akibat
Asap
rokok
UPAYA PENCEGAHAN
1. Pencegahan Pencegahan dalam keluarga:
Primer : mengenali 1. Mengasuh anak dengan baik
remaja resiko tinggi 2. Ciptakan suasana hangat
dan bersahabat
dan melakukan
3. Anak betah di rumah
intervensi
4. Meluangkan waktu untuk
2. Pencegahan bersama
Sekunder : 5. Orang tua menjadi teladan
mengobati dan 6. Komunikasi dua arah yang
intervensi baik
7. Kehidupan beragama yang
3. Pencegahan kuat
Tersier : 8. Orang tua memahami
merehabilitasi masalah penyalahgunaan
pengguna NAPZA dan dapat
berdiskusi dengan anak
UPAYA PENCEGAHAN
 Di sekolah:
1. Upaya terhadap siswa

2. Upaya mencegah peredaran NAPZA di


sekolah
3. Pembinaan lingkungan sekolah

• Di lingkungan masyarakat:
1. Menyelesaikan masalah bersama
2. Penyuluhan hukum dan penyalahgunaan NAPZA
3. Melibatkan semua unsur untuk mencegah dan
menanggulangi penyalahgunaan NAPZA
Pasal 115 ayat (1) UU 36/2009 TTG KESEHATAN

a. fasilitas pelayanan
kesehatan;
b. tempat proses belajar
Kawasan tanpa rokok mengajar;
c. tempat anak bermain;
d. tempat ibadah;
e. angkutan umum;
f. tempat kerja; dan
g. tempat umum dan tempat
lain yang ditetapkan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai