Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor
72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dilaksanakan melalui
berbagai upaya dalam bentuk pelayanan pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
Pelayanan kesehatan tradisional sebagai bagian dari upaya
kesehatan yang menurut sejarah budaya dan kenyataan hingga saat ini
banyak dijumpai di Indonesia bersama pelayanan kesehatan konvensional
diarahkan untuk menciptakan masyarakat yang sehat, mandiri dan
berkeadilan. Bersamaan dengan keanekaragaman hayati,, terdapat
ratusan jenis keterampilan pengobatan/perawatan tradisional khas
Indonesia. Ramuan dan keterampilan tersebut akan dikembangkan untuk
menjaga dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kondisi sakit, dan meningkatkan kualitas hidup yang sejalan dengan
paradigma sehat, sejalan dengan upaya pengobatan.
Pelayanan kesehatan tradisional yang bermula dari menggunakan
jenis dan cara yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun
temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, sesuai
dengan norma agama dan budaya masyarakat dikembangkan secara
ilmiah melalui upaya saintifikasi produk dan prakteknya serta
pemerolehan kompetensi akademik bagi penyehat tradisional Indonesia
sebagai bagian dari tenaga kesehatan, mengembangkan pelayanan
kedokteran komplementer agar semua komponen (tenaga kesehatan, cara
praktiknya dan produk kesehatan trandisional) dapat lebih diterima dan
diakui manfaat, mutu dan keamanannya bagi masyarakat luas.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan umumnya adalah sebagai pedoman bagi petugas dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

Tujuan Khusus
1. Membina upaya penyehatan tradisional
2. Memberikan perlindungan kepada masyarakat
3. Menginventarisasi jumlah penyehat tradisional, jenis dan cara
pengobatannya.

1
C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini adalah :
1. Penanggung Jawab Program Yankestrad
2. Penyehat Tradisional
3. Masyarakat

D. Ruang Lingkup Pedoman


1. Pembinaan penyehat tradisional

E. Batasan Operasional
1. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan
dengancara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada
pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
2. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
3. Pengobat tradisional adalah orang yang melakukan pengobatan
tradisional
4. Battra Ketrampilan adalah seseorang yang melakukan pengobatan
dan/atau perawatan tradisional berdasarkan ketrampilan fisik dengan
menggunakan anggota gerak dan/atau alat bantu lain, antara lain :
a) Battra Pijat Urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan
pengobatan dan/atau perawatan dengan cara mengurut/memijat
bagian atau seluruh tubuh. Tujuannya untuk penyegaran
relaksasi otot hilangkan capai, juga untuk mengatasi gangguan
kesehatan atau menyembuhkan suatu keluhan atau penyakit.
Pemijatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan jari tangan,
telapak tangan, siku, lutut, tumit atau dibantu alat tertentu
antara lain pijat yang dilakukan oleh dukun/tukang pijat, pijat
tunanetra, dsb.
b) Battra Patah Tulang adalah seseorang yang memberikan
pelayanan pengobatan dan/atau perawatan patah tulang dengan
cara tradisional. Disebut Dukun Potong (Madura), Sangkal Putung
(Jawa), Sandro Pauru (Sulawesi Selatan).
c) Battra Sunat adalah seseorang yang memberikan pelayanan
sunat (sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan
istilah berbeda seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat).
Asal ketrampilan umumnya diperoleh secara turun temurun.
d) Battra Dukun Bayi adalah seseorang yang memberikan
pertolongan persalinan ibu sekaligus memberikan perawatan
kepada bayi dan ibu sesudah melahirkan selama 40 hari. Jawa
Barat disebut Paraji, dukun Rembi( Madura ), Balian Manak
(Bali), Sandro Pammana (Sulawesi Selatan), Sandro Bersalin
(Sulawesi Tengah), Suhu Batui di Aceh.
e) Battra Pijat Refleksi adalah seseorang yang melakukan pelayanan
pengobatan dengan cara pijat dengan jari tangan atau alat bantu

2
lainnya pada zona-zona refleksi terutama pada telapak kaki
dan/atau tangan.
f) Akupresuris adalah seseorang yang melakukan pelayanan
pengobatan dengan pemijatan pada titik-titik akupunktur dengan
menggunakan ujung jari dan/atau alat bantu lainnya kecuali
jarum.
g) Akupunkturis adalah seseorang yang melakukan pelayanan
pengobatan dengan perangsangan pada titik-titik akupunktur
dengan cara menusukkan jarum dan sarana lain seperti elektro
akupunktur.
h) Chiropractor adalah seseorang yang melakukan pengobatan
kiropraksi (Chiropractie) dengan cara teknik khusus untuk
gangguan otot dan persendian.
i) Battra lainnya yang metodenya sejenis.
5. Battra Ramuan adalah seseorang yang melakukan pengobatan
dan/atau perawatan tradisional dengan menggunakan obat / ramuan
tradisional yang berasal dari tanaman ( flora ), fauna, bahan mineral,
air, dan bahan alam lain, antara lain :
a) Battra Ramuan Indonesia ( Jamu ) adalah seseorang yang
memberikan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan dengan
menggunakan ramuan obat dari tumbuh-tumbuhan, hewan,
mineral dll baik diramu sendiri, maupun obat jadi tradisional
Indonesia.
Battra Gurah adalah seseorang yang memberikan pelayanan
pengobatan dengan cara memberikan ramuan tetesan hidung,
yang berasal dari larutan kulit pohon sengguguh dengan tujuan
mengobati gangguan saluran pernafasan atas seperti pilek,
sinusitis,dll.
b) Shinshe adalah seseorang yang memberikan pelayanan
pengobatan dan/atau perawatan dengan menggunakan ramuan
obat-obatan tradisional Cina. Falsafah yang mendasari cara
pengobatan ini adalah ajaran ”Tao (Taoisme)” di mana dasar
pemikirannya adalah adanya keseimbangan antara unsur Yin dan
unsur Yang.
c) Tabib adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan
dengan ramuan obat tradisional yang berasal dari bahan alamiah
yang biasanya dilakukan oleh orang-orang India atau Pakistan.
d) Homoeopath adalah seseorang yang memiliki cara pengobatan
dengan menggunakan obat/ramuan dengan dosis minimal (kecil)
tetapi mempunyai potensi penyembuhan tinggi, dengan
menggunakan pendekatan holistik berdasarkan keseimbangan
antara fisik, mental, jiwa dan emosi penderita.
e) Aromatherapist adalah seseorang yang memberikan perawatan
dengan menggunakan rangsangan aroma yang dihasilkan oleh
sari minyak murni ( essential oils ) yang didapat dari sari tumbuh-
tumbuhan ( ekstraksi dari bunga, buah, daun, biji, kulit,
batang/ranting akar, getah) untuk menyeimbangkan fisik, pikiran
dan perasaan.
f) Battra lainnya yang metodenya sejenis.

3
6. Battra Pendekatan Agama adalah seseorang yang melakukan
pengobatan dan/atau perawatan tradisional dengan menggunakan
pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu atau Budha.
7. Battra Supranatural adalah seseorang yang melakukan pengobatan
dan/atau perawatan tradisional dengan menggunakan tenaga dalam,
meditasi,olah pernapasan, indera keenam ( pewaskita) , kebatinan
antara lain :
a) Tenaga Dalam (Prana) adalah seseorang yang memberikan
pelayanan pengobatan dengan menggunakan kekuatan tenaga
dalam (bio energi, inner power) antara lain Satria Nusantara,
Merpati Putih, Sinlamba, Padma Bakti, Kalimasada, Anugrah
Agung, Yoga, Sinar Putih, Sinar Pedrak, Bakti Nusantara, Wahyu
Sejati dan sebagainya.
b) Battra Paranormal adalah seseorang yang memberikan pelayanan
pengobatan dengan menggunakan kemampuan indera ke enam
(pewaskita).
c) Reiky Master (Tibet, Jepang) adalah seseorang yang memberikan
pelayanan pengobatan dengan menyalurkan, memberikan energi
(tenaga dalam) baik langsung maupun tidak langsung (jarak jauh)
kepada penderita dengan konsep dari Jepang.
d) Qigong (Cina) adalah seseorang yang memberikan pelayanan
pengobatan dengan cara menyalurkan energi tenaga dalam yang
berdasarkan konsep pengobatan tradisional Cina.
e) Battra kebatinan adalah seseorang yang memberikan pelayanan
pengobatan dengan menggunakan kebatinan untuk
menyembuhkan penyakit.
f) Battra lainnya yang metodenya sejenis.
8. Tanaman Obat (TOGA) adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang
berkhasiat sebagai obat

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelayanan upaya
yankestrad  meliputi tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi yang
sesuai dengan kegiatan.
Sanitarian
 Melakukan pembinaan kepada penyehat tradisional
 Pencatatan dan pelaporan

B. Distribusi Ketenagaan
Penanggung Jawab upaya Yankestrad di Puskesmas Warung Jambu
adalah sanitarian

C. Jadwal Kegiatan
Jadual pelaksanaan kegiatan pelayanan Yankestrad disepakati dan
disusun bersama  lintas program.
TAHUN 2018
Ja Pe M A M Ju J Agu Se O No De
N Kegiatan n b ar pr ei ni ul st pt kt v s
O

Luar Gedung
1 Pembinaan X X X X
kepada
penyehat
tradisional
2 Sosialiasi X
pengurusan izin
batra

BAB III

5
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

R. PROMKES

R. UKS R. KESLING

B. Standar Fasilitas
Untuk mendukung tercapainya kegiatan upaya Yankestrad, Puskesmas
Warung Jambu memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:
1. Lux meter
2. Hygrometer

6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan pelayanan Battra dilakukan dalam bentuk:
 Pembinaan kepada penyehat tradisional
 Sosialiasi tentang pengurusan izin penyehat tradisional

B. Metode
 Pengamatan lingkungan fisik
 Komunikasi, informasi, dan edukasi
 Sosialisasi berupa penyuluhan, diskusi dan tanya jawab

C. Langkah Kegiatan
Persiapan : Surat tugas
Pelaksanaan : ATK , petugas bawa buku visum.

Monitoring dan evaluasi :


pembuatan laporan pelaksanaan, penilaian hasil kegiatan bersama kepala
puskesmas, evaluasi kegiatan dan berdiskusi dengan kepala puskesmas.

BAB V

7
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistic untuk pelaksanaan kegiatan Program


Yankestrad direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program
maupun lintas sector sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode pembinaan
Yankestrad  yang akan dilaksanakan.
Sumber pendanaan untuk kegiatan Yankestrad berasal dari BOK sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

BAB VI

8
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Program


Yankestrad  perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan.
 Upaya  pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

BAB VII

9
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan


Yankestrad perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan
lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan resiko terhadap karyawan harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

BAB VIII

10
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan program Yankestrad dimonitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indikator sebagai berikut :
1. Pembinaan Penyehat Tradisional :   26 %

Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

BAB IX

11
PENUTUP

Demikianlah pedoman ini disusun semoga bermanfaat, Pedoman ini


diharapkan dapat menjadi panduan bagi petugas Battra puskesmas dalam
mengelola program Yankestrad diwilayah kerjanya dan juga menjadi panduan
bagi kepala puskemas dalam membina petugas Yankestrad.

12

Anda mungkin juga menyukai