Anda di halaman 1dari 14

MASTITIS

 
Definisi
Mastitis pada masa pascapartum merupakan suatu infeksi akut pada
jaringan glandular kelenjar payudara.Mastitis terjadi terutama pada ibu yang
menyusui.Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan mastitis adlah
Strephylococcus aureus. Kadang kala mastitis disebabkan oleh Streptococcus
beta hemolitik group A. . infeksi tersebut biasanya didahului oleh
terdapatnya fisura atau lecet pada putting atau areola, yang merupakan
tempat masuk mikro organisme kedalam system ductus. Kadangkala, ductus
laktiferus yang tersumabt terserang, yang menyediakan media untuk
pertumbuhan mikroba.Bayi baru lahir dapat menjadi sumber infeksi setelah
mendapatkan pathogen secara oral dari kulit ibu atau dari seorang pemberi
layanan kesehatan. Tangan klien dapat menjadi sumber infeksi terutama
ketika mastitis disebabkan oleh mikroorganisme lain. Kadangkala epidemic
masititis terjadi ketika mikroorganisme disebarkan oleh staf ruang
perawatan bayi kebanyak bayi baru lahir dan kemudian dari bayi baru lahir
ke ibu mereka (Reeder, 2011)
KLASIFIKASI
• Mastitis Puerparalis Epidemik
• Biasanya timbul bila pertama kali bayi dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau
verulen.Masalah ini paling sering terjadi dirumah sakit dari infeksi silang atau berkesinambungan strain resisten.
• Mastitis Moninfesiosa
• Bila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti, namun
proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam waktu 2-3 minggu. Untuk sementara
waktu akumulasi ASI dapat menyebabkan respon peradangan
• Mastitis Subklinis
• Mastitis subklinis telah diuraikan sebuah kondisi yang disebut mastitis subklinis.Dapat disertai dengan
pengurangan ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat berkurang sampai dibawah 400ml/hari.
• Mastitis Infeksiosa
• Terjadi bila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh factor imun dalam ASI dan oleh respon inflamasi. Secara
formal ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
•  Berdasarkan tempatnya dapat dibedakan:
• Masitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.
• Masitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu.
• Masitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-
otot dibawahnya
ETIOLOGI
• saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi.Statis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
• Statis ASI
• Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini
terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkanatau setiap saat jika
bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan
yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada atau
lebih.
• Infeksi
• Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah
organisme koagulase-positif Staphylococcus Aureus dan Staphylococcus Albus,
Escherichia Coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang
ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.
•  
PATOFISIOLOGI
• Pada umumnya, porte de entry menyebabkan putting menjadi luka dan lecet,
kemudia bakteri menjalar pada ductus-duktus yang berkembang biak sehingga
terjadi pus. Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam
ductus (saluran ASI) akibat statis ASI.Bila ASI tidak segera dikeluarkan, maka terjadi
tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat
meningkat.Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium)
dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga
memicu respon imun. Statis ASI, adanya respon inflamasi dan kerusakan jaringan
memudahkan terjadinya infeksi. (Novyaningtias,2016)
• Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui Duktus Laktiferus ke lobus
sekresi, melalui putting yang retak ke kelenjar limfe sekitar ductus (periduktal) atau
melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering
adalah Straphylococcus aureus, Escherecia coli, dan Streptococcus.Kadang-kadang
ditemukan pula mastitis tuberculosis yang menyebabkan bayi dapat menderita
tuberkolosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosa
mencapai 1% (IDAI,2011).
MENIFESTASI KLINIS
• Peningkatan suhu yang cepat
• Nadi meningkat
• Menggigil, demam malaise (Bobak,2005)
• Nyeri tekan pada payudara (Bobak,2005)
• payudara keras dan berbenjol-benjol (Soetjiningsih,1997)
• Kemerahan dengan batas jelas
• Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan
• Bila sudah masuk tahap abses, gejalanya :
• Nyeri bertambah hebat dipayudara
• Kulit diatas abses mengkilat
• Suhu tubuh 39-40 C
• Bayi tidak mau minum pada payudara. Sakit, seolah bayi tau bahwa susu
bercampur dengan nanah (Prawiroharjo, 1999).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak
selalu diperlukan. WHO menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada
beberapa keadaan yaitu bila :
• Pengobatan dengan antibiotic tidak memperlihatkan respon yang baik dalam 2 hari
• Terjadi mastitis berulang
• Mastitis terjadi di rumah sakit
• Penderita alergi terhadap anitbiotik / pada kasus yang berat
• Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung
ditampung menggunakan penampung urine steril. Putting harus dibersihkan terlebih
dahulu dan bibir penampang diusahakan tidak menyentuh putting untuk mengurangi
kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif
palsu dari kultur. Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul
berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.Pada ibu
dengan abses payudara dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui ada
tidaknya bakteri Stapylococcus aureus pada pus.
PENATALAKSANAAN
• Penggunaan bra yang cukup menyangga tapi tidak ketat
• Mencuci tangan sebelum merawat payudara
• Kompres hangat pada area yang terkena
• Istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi
• Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran ASI
• Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering
dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama – kelamaan akan
menghilang. Bayi masih boleh menyusui kecuali bila terjadi abses.
• Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotic dan analgesic
• Jika sudah terjadi abses, satu satunya pengobatan adalah melakukan drainase
bedah melalui insisi radial diatas daerah yang berfluktuasi. Perawatan khusus
harus diberikan selama pembedahan untuk menjamin drainase yang adekuat
dari semua lokuasi pus pada payudara. Pemulihan yang cepat dapat diharapkan
jika drainase dilakukan dengan baik. (Fnedman,1998)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
– PENGKAJIAN
• Identitas atau biodata klien
• Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
• Riwayat kesehatan
• Keluhan Utama
• Adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
• Riwayat kesehatan dahulu
• Apakah klien mengalami penyakit yang sama sebelumnya
• Riwayat kesehatan keluarga
• Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
• Pola Fungsi Kesehatan
• Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
• Karena kurangnya pengetahuan klien tentang perawatan masa nifas, dan cara pencegahan, dan
penanganan serta kurangnya menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya.
• Pola nutrisi dan metabolisme
• Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, banyaknya minum (sebelum
dan sesudah MRS )
• Pola aktifitas
• Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak.
• Pola eleminasi
• Pola BAK/BAB, frekuensi, warna, konsistensi (sebelum dan sesudah MRS)
• Pola istirahat dan tidur
• Terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi.
• Pola hubungan dan peran
• Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
• Pola penanggulangan stres
• Klien sering merasa cemas, emosi, cepat tersinggung, klien berharap cepat sembuh.
• Pola sensori dan kognitif
• Pola sensori klien merasakan nyeri pada mammae, pada pola kognitif terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
• Pola persepsi dan konsep diri
• Konsep diri menurun dan maknisme koping negatif
• Pola reproduksi dan sosial
• Merasa terasingkan akibat kecemasan
• Pola tata nilai dan kepercayaan
• Klien akan terganggu dalam hal ibadahnya, frekuensi ibadah akan berkurang.
 
• Pemeriksaan fisik

•Kepala
•Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan
apakah ada benjolan
•Leher
•Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya proses menerang yang salah.
•Mata
•Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput
mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning
•Telinga
•Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari
telinga.
•Hidung
•Adanya polip atau tidak dan kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
•Dada
•Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae,
menonjol atau mendatar lecet pada putting, ASI sudah keluar atau tidak adanya radang atau benjolan
• Abdomen
• Pada abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.Ada bekas luka operasi
atau tidak.Nyeri tekan atau tidak.
• Genitaliua
• Pengeluaran darah campur lender beberapa hari pertama setela persalinan, vulva dan
vagina masih kendur.
• Anus
• Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture, adakah hemoroid
• Ekstermitas
• Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan
• Muskulis skeleta
• Biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi.
• Tanda-tanda vital
• Apabila terjadi infeksi, tekanan darah menurun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu
tubuh meningkat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

– Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


– Nyeri akut berhubungat dengan agen cedera fisiologis
– Ansietas berhubungan dengan kurangnya paparan informasi

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Intervensi


Setelah
dilakukan
tindakan
keperawat
an 2x24
jam, px
dapat
KH:
Suhu
tubuh
dalam
rentang
normal
yaitu 36.5-
37.5℃

Anda mungkin juga menyukai