Anda di halaman 1dari 26

ispa

Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Oleh :
Lia Badria
Silfa Iryani
Marita Mardiastuti
Bab I
kajian teori
“infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang
tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai
struktur saluran di ataslaring, tetapi kebanyakan
penyakit ini mengenai bagian saluran atas danbawah
secara stimulan atau berurutan ”

--Pengertian ispa menurut muttaqin--


Klasifikasi ISPA
Menurut Depkes RI tahun 2012, klasifikasi ISPA dapat dibedakan berdasarkan berat ringannya gejala
yang ditimbulkan, yaitu tanda dan gejala ringan (bukan pneumonia), sedang (pneumonia
sedang/pneumonia), dan berat (pneumonia berat).

2. Sedang (Pneumoni 3. Berat ( Penumoni Berat)


1. Ringan (Bukan sedang) yaitu : Tidak ada Yaitu : Terdapat TDDK pada waktu
Pneumonia) yaitu : Tidak ada TDDK, batuk dan nafas anak menarik nafas (pada saat
tarikan dinding dada bagian cepat tanpa stridor, gendang diperiksa anak harus dalam keadaan
bawah ke dalam, batuk tanpa telinga merah, dari telinga tenang, tidak menangis atau
pernafasan cepat atau kurang keluar cairan kurang dari 2 meronta), batuk dengan nafas berat,
dari 40 kali/menit, hidung minggu Faringitis purulen cepat dan stridor, membran keabuan
tersumbat atau berair, dengan pembesaran kelenjar ditaring, kejang, apnea, dehidrasi
tenggorokan merah, dan limfe yang nyeri tekan berat,m tidur terus, sianosis dan
telinga berair. (adentis servikal). adanya penarikan yang kuat pada
dinding dada sebelah bawah ke
dalam
etiologi

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk


kesaluran nafas dan menimbulkan reaksi inflamasi.
Selain itu polusi dari bahan bakar kayu mengandung
zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen,
Sulfur, Nitrogen dan Oxygen juga bisa menyebabkan
ISPA karena sangat berbahaya bagi kesehatan
pernafasan.
patogenesis

Infeksi patogen mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. ISPA melibatkan invasi
langsung ke dalam mukosa yang melapisi saluran pernafasan. Inokulasi atau
masuknya bakteri atau virus terjadi ketika tangan seseorang kontak dengan
patogen, kemudian orang tersebut memegang hidung atau mulut, atau ketika
seseorang secara langsung menghirup droplet dari batuk penderita ISPA. Setelah
terjadinya inokulasi, virus dan bakteri akan melewati beberapa pertahanan tubuh,
seperti pertahanan fisik dan mekanikal, humoral, pertahanan imunitas
MANIFESTASI
KLINIS
ISPA ISPA ISPA BERAT
RINGAN SEDANG

• Nafas cepat >50 • Bibir atau kulit


kali/menit membiru
• Batuk • Suhu > 390C • Kesadaran
• Serak • Tenggorokan berwarna mennurun
• Pilek merah • Pernafasan
• Panas/demam • Bercak-bercak merah berbunyi seperti
suhu >370C pada kulit orang mengorok
• Telinga sakit dan
• Anak tampak
mengeluarkan nanah
• Pernafasan berbunyi gelisah
seperti mengorok • Sela iga tertarik ke
• Pernafasan berbunyi dalam pada waktu
menciut-ciut bernafas
• Nadi >160
kali/menit
Faktor yang mempengaruhi ispa

01 02 03
UMUR ANAK GIZI KURANG BERAT BADAN
LAHIR RENDAH
(BBLR)

04 05 06
ASI EKSKLUSIF IMUNISASI KEPADATAN
HUNIAN
Penatalaksanaan kasus ispa
Kemenkes RI (2019) penatalaksaan ISPA berdasarkan klasifikasi ISPA:
2. Pneumonia
1. Batuk tanpa pneumonia
 Beri amoksilin 2x sehari
 Beri pelega tenggorokan dan
selama 3 hari atau 5 hari
pereda batuk yang aman
 Beri pelega tenggorokan dan
 Obati wheezing bila ada
pereda batuk yang aman
 Apabila batuk > 14 hari rujuk
 Obati wheezing bila ada
untuk pemeriksaan TB dan
 Apabila batuk> 14 hari
sebab lain
RUJUK untuk pemeriksaan
 Nasihati kapan kembali
lanjutan
segera
 Nasehati kapan kembali
 Kunjungan ulang 2 hari jika
segera
tidak ada perbaikan
 Kunjungan ulang 2hari
Penatalaksanaan kasus ispa
Kemenkes RI (2019) penatalaksaan ISPA berdasarkan klasifikasi ISPA:

3. Pneumonia berat
 Beri oksigen maksimal 2-3
liter/menit dengan
menggunakan nasal prolong
 Beri dosis pertama antibiotik
yang sesuai
 Rujuk segera.
BA
B II
TINJAUAN
KASUS
PEMBAHASAN

 Hasil anannesa pada An.R umur 14 bulan, ibu mengatakan ingin memeriksakan
anaknya sejak kemarin batuk, pilek dan ibu mengatakan anaknya belum diberi
obat apapun. Menurut Kemenkes RI bahwa usia mempengaruhi kejadia ISPA
pada anak,semakin muda umur balita,akan semakin sering terkena penyakit
infeksi karena sistem imunitas yang belum sempurna. Bayi dan balita mudah
terserang infeksi dibandingkan dengan orang dewasa karena anatomi sistem
respirasi anak dengan orang dewasa yaitu epiglotis, trackea,posisi, bentuk
laring,dan volume paru yang berbeda
PEMBAHASAN

 Menurut WHO, bahwa kejadian ISPA ditularkan melalui kontak, inokulasi atau
masuknya bakteri atau virus terjadi ketika tangan seorang kontak dengan
patogen, kemudian orang tersebut memegang hidung atau mulut atau ketika
seseorang langsung menghirup droplet dari batuk penderita ISPA. Pada kasus
An.R, ibu mengatakan anak senang bermain dengan teman sebayanya,
lingkungan rumah rapi, dan bersih, letak rumah saling berdekatan dengan
rumah tetangga, jumlah anggota keluarga 5orang. Oleh karena itu kemungkinan
An.R tertular oleh kawan sepermainannya yang membawa virus atau bakteri.
PEMBAHASAN

 Hasil pengkajian data objektif didapatkan TTV suhu 36,3 0 C, nadi 110 x/ menit, respirasi 33
x/menit, BB 8400 gram TB: 86 cm hidung terdapat cairan/ lendir berwarna jernih dan encer, kulit
hidung bagian luar tampak kemerahan. Dada tidak terdapat tarikan dinding dada saat bernafas,
tampak simetris, tidak ada bunyi stridor dan tidak ada bunyi wheezing. Menurut teori bahwa
infeksi saluran berdasarkan anatomi sistem respirasi dibedakan menjadi 2 yaitu atas dan bawah
keluhan yang tampak terjadi pada pernafasan atas. Bersadarkan gejala maka diagnosa kebidanan
yang ditetapkan adalah balita sakit An. R umur 15 bulan dengan ISPA ringan.
 Sejalan dengan teori, dalam Depkes ISPA ringan ditandai dengan tidak ada tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam (TDDK), batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit,
hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah, dan telinga berair. Untuk dikatakan pernafasan
cepat adalah pada usia 2 bulan-12 bulan 50 kali per menit atau lebih, untuk usia 1-4 tahun = 40
kali per menit atau lebih.
PEMBAHASAN

 Tidak terdapat kesenjangan antara penatalaksanaan puskesmas dengan


pengobatan terhadap An.R, untuk ISPA ringan menjelaskan kepada keluarga
mengenai pemberian obat untuk infeksi lokal dirumah diberikkan pelega
tenggorokan dan pereda batuk yang aman yaitu kecap manis ataau madu
dicampur dengan air jeruk nipis (madu tidak dianjurkan untuk anak < 5 tahun).
Tidak diberikannya antibiotik tetapi diberikan obat kombinasi yaitu
(GG,CTM,Dexa, dan Vitamin C) untuk menunjang pengobatan dan perlu
disampaikan kunjungan ulang 2 hari jika tidak terdapat perbaikan
BAB III
artikel
Judul : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Rawat Inap Berangas Kabupaten Barito Kuala Tahun 2020.
Peneliti : Muhammad Rizwan Abdillah, Ridha Hayati, M. Bahrul Ilmi
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara kepadatan hunian, luas ventilasi, imunisasi, dan
kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja UPT. Puskesmas Rawat
Inap Berangas.
Metode : Survei analitik dengan pendekatan cross sectional
Teknik sampling : simple random sampling
Analisis : Data yang di peroleh di analisis dengan menggunakan statistik uji Chi Square
Hasil : Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara
kepadatan hunian (p.value = 0,001) dan kebiasaan merokok (p.value = 0,000) dan tidak ada
hubungan antara luas ventilasi (p.value = 0,664) dan imunisasi (p.value = 0,806) dengan
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja UPT. Puskesmas Rawat Inap Berangas Kabupaten
Barito Kuala.
Kesimpulan : Di sarankan pada Puskesmas agar dapat melakukan penyuluhan atau promosi
secara berkala dan langsung kepada masyarakat tentang kondisi lingkungan rumah yang sehat
dan bahaya asap rokok.
PEMBAHASAN

 Bangunan yang sempit dengan kapasitas yang tidak sesuai dengan penghuninya
akan berdampak pada kurangnya oksigen didalam ruangan. Ruangan yang
sempit akan membuat sesak nafas dan akan mudah tertular penyakit kepada
anggota keluarga yang sedang menjenguk atau menemani. Kepadatan hunian
akan meningkatkan suhu ruangan yang di sebabkan oleh pengeluaran panas
badan yang akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernafasan. Hal
ini yang memungkin bakteri atau virus dapat menular melalui pernafasan dari
satu orang ke orang lainnya yang ada di dalam ruangan tersebut.
PEMBAHASAN

 Sehingga perlu manajemen yang baik bagi pihak Puskesmas agar dapat
meminimalisir kejadian seperti ini, dengan membatasi jumlah pengunjung
seperti keluarga pasien yang ingin menjenenguk apabila memang kapasitass
ruangan sedang padat serta memberi pengertian pada pasien dan keluarga
mengenai penyakit yang menular lewar pernafasan ini agar tidak terjadi
kesalahpahaman atau kejadian yang tidak diinginkan lainnya
PEMBAHASAN

 Analisis WHO, menunjukkan bahwa efek buruk asap rokok lebih besar bagi
perokok pasif dibandingkan perokok aktif. Asap rokok dari orang tua atau
penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan pencemaran
dalam ruang tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko kesakitan
pada anak-anak. Paparan yang terus-menerus akan menimbulkan gangguan
pernafasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan akut
dan gangguan paruparu pada saat dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap
oleh keluarga semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA,
khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi.
PEMBAHASAN

 Di sarankan bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga perokok untuk tidak
membiasakan merokok di dalam rumah dengan cara menegur untuk merokok di
luar rumah. Selain itu perlunya peran aktif dari Puskesmas untuk memberikan
penyuluhan atau promosi secara berkala dan langsung kepada masyarakat
tentang kondisi lingkungan rumah yang sehat dan bahaya asap rokok di dalam
rumah.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai