ASUHAN KEBIDANAN
“Pre Eklamsia”
Clinical Instructur:
Disusun Oleh:
2215901014
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
ASUHAN KEBIDANAN
“Pre Eklamsia”
Oleh:
2215901014
Clinical Instructur,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Sidoarjo. Laporan Pendahuluan ini merupakan salah satu tugas dalam rangkaian Pendidikan
Profesi Bidan pada Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Stikes Majapahit Mojokerto.
Bersama ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Erna selaku
pembimbing lahan selama praktik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo, yang telah
memberikan bimbingan kepada kami untuk mengasah dan menerapkan keterampilan kami
dalam memberikan asuhan kebidanan.
Semoga laporan yang telah penyusun susun ini dapat memberikan manfaat bagi yang
memerlukan, khususnya dalam pengembangan keilmuan bidang Kebidanan. Penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penyusun membuka
kritik dan saran yang luas untuk perbaikan laporan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.2Tujuan Penulisan...........................................................................................
1.3Manfaat Penulisan.........................................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................
2.1.2 Etiologi............................……………………………………………………
2.1.3 Patofisiologi...........................................................................................
2.1.5 Komplikasi.............................................................................................
BAB III
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup
dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk mengembangkan
teori medis pada bayi baru lahir
BAB 3 KERANGKA KONSEP ASUHAN
Bab ini berisi pola pikir dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang sesuai dengan
kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah didapatkan.
Bab ini berisi data-data dan keseluruhan menajemen asuhan kebidanan melingkupi 7
langkah Varney yang meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.
BAB 5 PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang mencakup semua aspek
yang terkait dengan teori kasus SOP Rumah Sakit, evidence based practice dan
membahas tentang keterikatan antar faktor dari data yang diperoleh dikorelasikan
dengan tujuan teori yang didapatkan.
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan jawaban serta tujuan penulisan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Preeklampsia
2.1.1 Definisi Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan umur 20 minggu atau lebih pada masa
nifas yang disertai timbulnya proteinuria atau edema. Gejala ini timbul sebelum memasuki umur
kehamilan 20 minggu (Taufan Nugroho, 2012). Definisi lain dari preeklampsia adalah suatu
sindroma spesifik kehamilan berupa kurangnya perfusi plasenta akibat vasospasme dan
aktivitas endotel yang dapat mempengaruhi seluruh sistem organ dan ditandai dengan adanya
hipertensi dan proteinuria pada pertengahan, akhir kehamilan atau diatas usia kehamilan 20
minggu (Keman, 2014). Gangguan ini biasanya terjadi pada trimester kedua kehamilan,
biasanya ditandai dengan kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama yaitu hipertensi,
edema dan proteinuria (Bilington & Stevenson, 2010). Hipertensi pada ibu hamil atau biasa
disebut preeklampsia ditandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg
yang terjadi pada kehamilan usia 20 minggu atau setelah persalinan (Situmorang, 2016).
2.1.2 Klasifikasi Preeklampsia
a. Preeklampsia Ringan: hipertensi yang terjadi pada kehamilan di usia 20 minggu dengan
gejala preeklampsia ringan meliputi tekanan sistolik 140-160 mmHg dan tekanan diastolic 90-
110 mmHg disertai proteinuria dan edema serta tidak adanya gangguan fungsi organ.
Preeklampsi ringan disebut sebagai maladaptation syndrome akibat vasospasme general
dengan segala akibatnya (Rukiyah, 2010).
b. Preeklampsia Berat: suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
160-110 mmHg atau lebih disertai dengan proteinuria dan atau edema pada usia kehamilan 20
minggu atau lebih dengan gejala preeklampsi berat meliputi tekanan darah sistolik < 160 mmHg
dan tekanan darah diastolic > 110 mmHg serta adanya gangguan fungsi organ (Rukiyah, 2010).
Ajog (2015) mengatakan bahwa hipertensi dalam kehamilan diklasifikasi sebagai berikut yaitu :
(1) Hipertensi Gestasional pada kehamilan dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg, tanpa
disertai proteinuria dan biasanya tekanan darah akan kembali normal sebelum 12 minggu
pascapersalinan.
(2) Preeklampsia, apabila dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg setelah kehamilan
20 minggu disertai dengan proteinuria lebih dari 300 mg/24 jam atau pemeriksaan dengan
dipstick lebih dari 1
(3) Eklampsia, ditemukan kejang-kejang pada penderita pre- eklampsia, dapat disertai koma
(4) Hipertensi Kronik, dari sebelum hamil, atau sebelum kehamilan 20 minggu ditemukan
tekanan darah lebih 140/90 mmHg dan tidak menghilang setelah 12 minggu pascapersalınan.
(5) Hipertensi Kronis, dengan Super Imposed Pre- eklampsia
Pada wanita hamil dengan hiperterisi kronis, muncul proteinuria 300 mg 24 Jam setelah ke-
hamilan 20 minggu dapat disertai gejala dan tanda preeklampsia lainnya.
2.1.3 Etiologi Preeklampsia
Penyebab preeklampsia saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian
yang dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Semuanya telah didasarkan pada teori
yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebabnya preeklampsia disebut dengan juga
“disease of theory” gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori, adapun teori-teori tersebut
antara lain:
a) Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsi dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
terjadi penurunan produksi prosatasiklin (PG 2) yang pada kehamilan normal meningkat,
aktivasi pengumpulan dan fibrinolysis, yang mengkonsumsi antritombin III, sehingga terjadi
deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan 7 serotonin
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel (Rukiyah, 2010).
b) Peran Faktor Imunoligis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan
berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking
antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, akan semakin sempurna pada kehamilan
berikutnya. Beberapa data menyebutkan adanya gangguan system imun pada penderita
Preeklampsia. Beberapa wanitan dengan preeklampsia mempunyai komplek imun dalam
serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada
preeklampsia diikuti proteinuria (Yulianti, 2010).
c) Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunujkkan peran faktor genetic pada kejadian preeklampsia antara
lain:
(1) Terdapatnya kecenderungannya meningkatnya frekuensi preeklampsia pada anak anak dari
ibu yang menderita preeklampsia.
(3) Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia pada anak-anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat preeklampsia dan bukan pada ipar mereka.
(4) Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)
Beberapa peneliti telah menyebutkan beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklampsia. Faktor-faktor lain yaitu gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran darah ke
rahim. Faktor resiko terjadinya preeklampsia biasanya terjadi pada ibu hamil dengan kriteria
kehamilan anak pertama, kehamilan di usia remaja dan kehamilan di usia 40 tahun. Faktor
resiko lainnya biasannya yaitu: riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan,
riwayat mengalami preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung
lebih dari satu bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau remotoid arthritis (Lia,
2010).
1.4 Tanda dan Gejala Preeklampsia
Tanda dan gejela preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu preeklampsi berat dan preeklampsi
ringan.
1. Tanda dan gejala preeklampsi ringan
a. Tekanan sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg dan tekanan diastol 90 mmHg
sampai kurang 110 mmHg pada kehamilan 20 minggu.
b. Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2
(+2).
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosacral, wajah atau tangan.
d. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut turut.
Kurang dari 50% ibu yang mengalami preeklampsia tidak memiliki riwayat hipertensi
atau proteinuria. Diagnosis preeklampsia harus dipertimbangkan pada ibu yang janinnya
mungkin turut mengalami gangguan atau tanda lain: Nyeri epigastrik, Sakit kepala/
gangguan penglihatan, IUGR, edema tidak lagi dianggap sebagai tanda preeklampsia
yang reliable, kecuali edema pada wajah. Diagnosa preeklampsia dipertimbangkan bila
ada: Hipertensi berat (lebih tinggi dari 160/110 mmHg). Hipertensi dengan gejala
tambahan seperti sakit kepala, Gangguan penglihatan, Nyeri epigastrik, Klonus (reflek
cepat) (Lia, 2010).
I. PENGKAJIAN DATA
Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Perolehan data ini dilakukan melalui
cara anamnesa. Anamnesa dibagi menjadi 2 yaitu auto- anamnesa (anamnesa yang
dilakukan secara langsung kepada pasien) dan allo- anamnesa (anamnesa yang
dilakukan kepada keluarga pasien atau melalui catatan rekam medik pasien).
Pengkajian bayi baru lahir dilakukan pada ibu atau pihak keluarga bayi di sertai dengan
pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (Sulistyawati, 2015).
a) Biodata klien (Nama klien dan suami)
1. Identitas bayi
• Nama bayi: nama bayi berguna untuk menentukan penatalaksanaan bayi
baru lahir sehingga dapat tepat sasaran (Varney, 2008).
• Umur bayi: diagnosa bayi dan penentuan asuhan yang akan diberikan agar
sesuai cakupan kunjungan bayi baru lahir dapat ditegakkan melalui
pengkajian umur (Cunningham, 2010).
• Tanggal/ hari/ jam lahir: usia bayi didapatkan melalui tanggal lahir bayi
sekaligus untuk menentukan ketepatan asuhan yang akan diberikan ada bayi
baru lahir (Cunningham, 2010).
• Jenis kelamin: berguna untuk memperjelas identitas bayi dan sebagai
pembeda dengan bayi lainnya (Varney, 2008).
2. Identitas orang tua
Nama ibu dan ayah: orang tua merupakan penanggung jawab bayi, sehingga
setiap asuhan yang diberikan dapat melibatkan orang tua bayi sekaligus
memastikan asuhan yang diberikan tepat sasaran (Varney, 2008).
Usia: pemberian KIE kepada orang tua bayi disesuaikan dengan usia orang tua
bayi agar mudah dipahami oleh orang tua bayi (Marmi, 2015).
Agama: agama/keyakinan yang dianut orang tua bayi berkaitan dengan
kebiasaan perawatan bayi sehari-hari (Rukiyah, 2009).
Pendidikan: pemberian KIE kepada orang tua bayi disesuaikan dengan tingkat
pendidikan orang tua bayi agar mudah dipahami oleh orang tua bayi (Marmi,
2015).
Pekerjaan: pekerjaan orang tua bayi memberikan gambaran tingkat ekonomi
dalam keluarga (Marmi, 2015).
Alamat: alamat rumah bayi akan mempermudah petugas dalam melakukan
follow up bayi baru lahir dan memberikan gambaran tentang lingkungan tempat
tinggal bayi (Varney, 2008).
3. Riwayat prenatal
Riwayat ANC
Riwayat USG
Keluhan saat hamil
Status Imunisasi TT
Obata tau jamu yang dikonsumsi
Pijat oyog
4. Riwayat Natal
Usia gestasi
IMD
Metode persalinan
Penyulit persalinan
5. Riwayat postnatal
Pemberian ASI
Perawatan BBL
Riwayat kesehatan
B. Data Obyektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan (vital sign) dan
pemeriksaan fisik terfokus serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan jika diperlukan
(Varney, 2007).
1) Pemeriksaan umum
-Tanda-tanda vital:
(1) Tekanan darah: tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk
diukur secara akurat. Rata-rata tekanan darah pada waktu lahir 80/64
mmHg (Wayani, 2016).
(2) Suhu: suhu badan yang normal adalah 36,5°C sampai 37,5°C,
pemeriksaan ini dilakukan untuk mencegah hipotermi pada bayi, karena
suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran
karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam
uterus (Dwienda, 2014).
(3) Nadi: untuk mengetahui nadi klien yang dihitung dalam 1 menit, batas
normal 120-140x/menit (Wayani, 2016).
(4) Pernafasan: untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang dihitung
dalam 1 menit, batas normal 30-60x/menit (Wayani, 2016).
(2) Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan klien serta
tingkat kenyamanan fisik klien. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan
anamnesis diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan
kondisi klien (Nursalam, 2005).
1. Kepala
- Moro
- Babinski
- Palmar/plantar
- Rooting
- Sucking
- Torso
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan
berdasarkan data yang ada kemungkinan dapat menimbulkan keadaan yang lebih
parah.
Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir rendah tanpa
komplikasi
III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
IV. INTERVENSI
Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana harus mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan semua aspek kesehatan dan disetujui oleh kedua belah pihak bidan dan
klien (Varney, 2007).
V. IMPLEMENTASI
BAB 5
PEMBAHASAN KASUS
Pemeriksaan pada bayi Ny. Winarsih dilakukan saat pada hari Senin, 31 Oktober 2022.
Pemeriksaan yang dilakukan mencakup anamnesis kepada orang tua bayi dan pemeriksaan
fisik head to toe serta pemeriksaan penunjang ballard score dan down score. Bayi lahir secara
SC dengan usia gestasi 35-36 minggu dengan berat lahir 2100 gram dan panjang badan 43 cm,
keadaan umum nafas bayi tidak teratur dan skor APGAR 4-6 yang berarti bayi dalam kondisi
mengalami asfiksia sedang. Gerakan lemah, menangis lemah, nafas tidak adekuat, tonus otot
lemah, tali pusat baik, jenis kelamin laki-laki. Menurut Rohan (2013) Ciri-ciri bayi baru lahir
normal adalah lahir aterm antara 37 – 42 minggu, berat badan 2500 – 4000 gram, panjang lahir
48 – 52 cm. lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11 – 12 cm,
frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna,
kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat,
genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan
penis yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai dengan
vagina yang berlubang, labia mayora menutup labia minora, refleks rooting (mencari putting
susu) terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping
sudah baik, eliminasi baik, urin dan meconium keluar dalam 24 jam pertama. Dari hasil
pemeriksaan terdapat kesenjangan dengan teori dimana bai lahir premature usia 35-36 minggu,
berat lahir 2100 gr, panjang badan 43 cm, terdapat asfiksia sedang APGAR score bernilai 4-6.
Interpretasi data pada kasus yaitu neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan usia 4
jam. Berdasarkan hasil persalinan pada usia 35-36 minggu yang berarti bayi lahir kurang bulan
atau premature. Pemeriksaan penunjang ballard score yaitu alat untuk menentukan usia gestasi
bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik, menunjukkan bahwa ballard score
32/34. Pada pemeriksaan skor down yaitu untuk mengevaluasi gawat nafas. Hasil pemeriksaan
skor down yaitu 24 yang berarti terdapat gangguan pernafasan berat. Hasil pemeriksaan fisik
terdapat retraksi dada, cuping hidung (+), dan anus (+) . Pemeriksaan fisik meliputi
pemeriksaan kepala, muka, mata, hidung, telinga, mulut, dada, abdomen, genetalia, anus dan
ekstremitas. Setelah asuhan segera bayi baru lahir, dilakukan upaya pencegahan infeksi
dengan diberikan salep mata oxytetra 1 % dan vitamin K1 1 jam setelah bayi lahir. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan pemberian salep mata
serta pemberian vit K mencegah terjadinya perdarahan (Marmi, 2012 dan Sarwono, 2013).
Pada kasus bayi Ny. Winarsih hasil pemeriksaan terdapat masalah yang terjadi. Bayi
mengalami gangguan pernfasan respiratory distress sindrom (RDS) dan asfiksia. Bayi
mengalami sesak, retraksi dada (+), cuping hidung (+). Bayi memerlukan pengobatan lebih
lanjut dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak, dengan melakukan
pemberian infus, oksigen dan pemberian pengobatan seperti, Ca Gluconas 6cc/24jam,
bactesyn 2x100g, gentamicyn. Dengan melakukan konseling dan meminta persetujuan kepada
ibu dan keluarga bayi.
BAB 6
KESIMPULAN
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan dari asuhan kebidanan pada kasus
prematur BBLR sesuai masa kehamilan usia 4 jam dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pendokumentasian penulis menggunakan 7 langkah varney, yaitu pengkajian data, interpretasi
data, diagnosa potensial, antisipasi kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Hasil pengkajian data subyektif dan obyektif didapatkan kondisi pasien tidak cukup baik
Identifikasi diagnosa pada kasus yaitu neonatus prematur sesuai masa kehamilan usia 4
jam
Pada kasus teridentifikasi adanya masalah potensial
Pada kasus terdapat adanya kebutuhan segera melakukan pemberian infus D10% 120
cc/24 jam (IV), pemberian oksigen dan pemberian terapi pengobatan seperti, Ca Gluconas
6cc/24jam, bactesyn 2x100g, gentamicyn1x10.
BAB 6
SARAN
1. Bagi Penulis
2. Bagi Profesi
Amiruddin, R& Hasmi. Determinan kesehatan ibu dan anak. Jakarta: TIM. 2014 Etika,dkk:
“Pengaruh Terapi Musik Lullaby Terhadap Hearth Rate, Respiration Rate, Saturasi Oksigen
pada Bayi Prematur”, JKP- Volume 5 Nomor 3 Desember 2017
Hikmah,dkk:// Peningkatan Suhu Bayi Prematur Melalui Terapi Sentuhan”, jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 14, Nomor 3, November 2011.
Kusumawati, Irma. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny”S” Dengan Prematur Di Ruang KBRT
RSUD Dr. Moewandi.2013. Surakarta
Mariam erma: “Hubungan Prematuritas dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Di
RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro 2016”
Marni & Kukuh,R. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka
Belajar. 2015
Maryunani Anik, Eka Puspita. Asuhan Kegawardaruratan Maternal dan Neonatal. 2013. Jakarta:
CV. Trans Info Media
Meihartati, Tuti “Hubungan Kehamilan Usia Dini dengan Kejadian Persalinan Prematur di
Ruang Bersalin Rumah Sakit Ibu dan Anak Paradise Tahun 2015”, Jurnal Darul Azhar Vol 2,
No.1 2017
Ningsih Fitria Neneng “Pengaruh Terapi Sentuhan Tehadap Suhu Tubuh pada Bayi Prematur”,
Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tumbasai” Vol.1, No.1, April 2017