Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN
“Pre Eklamsia”

Disusun untuk Memenuhi Penugasan Pendidikan Profesi Bidan

Clinical Instructur:

Disusun Oleh:

Intan Imro’atus Sholikhah

2215901014

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STIKES MAJAPAHIT MOJOKERTO

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL

ASUHAN KEBIDANAN
“Pre Eklamsia”

Oleh:

Intan Imro’atus Sholikhah

2215901014

Sidoarjo, 30 November 2022

Clinical Instructur,
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Sidoarjo. Laporan Pendahuluan ini merupakan salah satu tugas dalam rangkaian Pendidikan
Profesi Bidan pada Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Stikes Majapahit Mojokerto.
Bersama ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Erna selaku
pembimbing lahan selama praktik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo, yang telah
memberikan bimbingan kepada kami untuk mengasah dan menerapkan keterampilan kami
dalam memberikan asuhan kebidanan.
Semoga laporan yang telah penyusun susun ini dapat memberikan manfaat bagi yang
memerlukan, khususnya dalam pengembangan keilmuan bidang Kebidanan. Penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penyusun membuka
kritik dan saran yang luas untuk perbaikan laporan ini.

Sidoarjo, 30 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................................................

1.1 Latar Belakang..............................................................................................

1.2Tujuan Penulisan...........................................................................................

1.3Manfaat Penulisan.........................................................................................

1.4 Ruang Lingkup..............................................................................................

1.5 Sistematika Penulisan...................................................................................

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................

2.1 Konsep Dasar Pre Eklamsia..........................................................................

2.1.1 Definisi ..................................................................................................

2.1.2 Etiologi............................……………………………………………………

2.1.3 Patofisiologi...........................................................................................

2.1.4 Manifestasi Klinis...................................................................................

2.1.5 Komplikasi.............................................................................................

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................

2.1.7 Penatalaksanaan Medis........................................................................

BAB III

KERANGKA KONSEP ASUHAN............................................................................

I Identifikasi Data Dasar......................................................................................

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual..............................................................

III.Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial.........................................................


IV.Tindakan Segera/ Kolaborasi..........................................................................

V. Rencana Asuhan Kebidanan..........................................................................

VI.Implementasi Asuhan kebidanan....................................................................

VII. Evaluasi Kebidanan......................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur
kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan dan gangguan multisistem
pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi endotelial, peningkatan tekanan darah
karena vasokonstriksi, proteinuria akibat kegagalan glomerolus, dan udema akibat
peningkatan permeabilitas vaskuler (Fauziyah, 2012). Pre eklamsia atau toksemia
preeklantik (pre eclamtic toxaemia, PET) adalah penyebab utama mortalitas dan morbiditas
ibu dan janin. Pre eklamsia dapat timbul pada masa antenatal, intrapartum, dan postnatal.
Pre eklamsia dapat terjadi dengan tanda-tanda hipertensi dan proteinuria yang baru muncul
di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal (Robson, 2012).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan bahwa secara
nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup, yang
disebabkan oleh perdarahan 28%, eklampsia 12%, abortus 13%, sepsis 15%, partus lama
18%, dan penyebab lainnya 2%. Angka ini masih jauh dari target tujuan pembangunan
milenium (Millenium Development Goals/MDGs), yakni hanya 102/100.000 kelahiran.
Upaya penurunan AKI memerlukan informasi tentang model intervensi pelayanan
kesehatan bayi yang sesuai di Indonesia.Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan bayi dalam rangka menurunkan angka
kematian bayi di Indonesia. Sehingga penulis tertarik untuk menulis pembahasan terkait
kasus preeklamsia untuk memberikan asuhan komprehensif pada ibu hamil dengan pre
eklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo. Asuhan tersebut diharapkan
dapat mengoptimalkan kesehatan bayi selama proses kesehatan berlangsung.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan pre
eklamsia.
b. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif pada ibu hamil dengan
pre eklamsia Mampu menginterprestasikan data dan menentukan masalah pada ibu
hamil dengan pre eklamsia Mampu menentukan kebutuhan pada ibu hamil dengan
pre eklamsia
2. Mampu menyusun rencana tindakan pada ibu hamil dengan pre eklamsia
3. Mampu melakukan implementasi dari rencana asuhan pada ibu hamil dengan pre
eklamsia Mampu mengevaluasi hasil tindakan atau asuhan yang diberikan pada ibu
hamil dengan pre eklamsia
1.3 Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam mengimplementasikan
pengetahuan terkait asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan pre eklamsia.
b. Bagi Profesi
Sebagai sarana untuk mahasiwa mengaplikasikan penatalaksanaan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan pre eklamsia berdasarkan pola pikir 7 langkah varney
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan referensi bagi
mahasiswa dengan topik terkait .
d. Bagi Rumah Sakit/institusi terkait
Diharapkan dapat dijadikan pedoman dan tolak ukur serta upaya rumah sakit dalam
meningkatkan kualitas pelayanan khusunya pada bayi baru lahir dengan.
1.4 Ruang Lingkup
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan pre eklamsia.
1.5 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup
dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk mengembangkan
teori medis pada bayi baru lahir
BAB 3 KERANGKA KONSEP ASUHAN
Bab ini berisi pola pikir dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang sesuai dengan
kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah didapatkan.

BAB 4 TINJAUAN KASUS

Bab ini berisi data-data dan keseluruhan menajemen asuhan kebidanan melingkupi 7
langkah Varney yang meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.
BAB 5 PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang mencakup semua aspek
yang terkait dengan teori kasus SOP Rumah Sakit, evidence based practice dan
membahas tentang keterikatan antar faktor dari data yang diperoleh dikorelasikan
dengan tujuan teori yang didapatkan.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan jawaban serta tujuan penulisan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Preeklampsia
2.1.1 Definisi Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan umur 20 minggu atau lebih pada masa
nifas yang disertai timbulnya proteinuria atau edema. Gejala ini timbul sebelum memasuki umur
kehamilan 20 minggu (Taufan Nugroho, 2012). Definisi lain dari preeklampsia adalah suatu
sindroma spesifik kehamilan berupa kurangnya perfusi plasenta akibat vasospasme dan
aktivitas endotel yang dapat mempengaruhi seluruh sistem organ dan ditandai dengan adanya
hipertensi dan proteinuria pada pertengahan, akhir kehamilan atau diatas usia kehamilan 20
minggu (Keman, 2014). Gangguan ini biasanya terjadi pada trimester kedua kehamilan,
biasanya ditandai dengan kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama yaitu hipertensi,
edema dan proteinuria (Bilington & Stevenson, 2010). Hipertensi pada ibu hamil atau biasa
disebut preeklampsia ditandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg
yang terjadi pada kehamilan usia 20 minggu atau setelah persalinan (Situmorang, 2016).
2.1.2 Klasifikasi Preeklampsia
a. Preeklampsia Ringan: hipertensi yang terjadi pada kehamilan di usia 20 minggu dengan
gejala preeklampsia ringan meliputi tekanan sistolik 140-160 mmHg dan tekanan diastolic 90-
110 mmHg disertai proteinuria dan edema serta tidak adanya gangguan fungsi organ.
Preeklampsi ringan disebut sebagai maladaptation syndrome akibat vasospasme general
dengan segala akibatnya (Rukiyah, 2010).
b. Preeklampsia Berat: suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
160-110 mmHg atau lebih disertai dengan proteinuria dan atau edema pada usia kehamilan 20
minggu atau lebih dengan gejala preeklampsi berat meliputi tekanan darah sistolik < 160 mmHg
dan tekanan darah diastolic > 110 mmHg serta adanya gangguan fungsi organ (Rukiyah, 2010).
Ajog (2015) mengatakan bahwa hipertensi dalam kehamilan diklasifikasi sebagai berikut yaitu :
(1) Hipertensi Gestasional pada kehamilan dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg, tanpa
disertai proteinuria dan biasanya tekanan darah akan kembali normal sebelum 12 minggu
pascapersalinan.
(2) Preeklampsia, apabila dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg setelah kehamilan
20 minggu disertai dengan proteinuria lebih dari 300 mg/24 jam atau pemeriksaan dengan
dipstick lebih dari 1
(3) Eklampsia, ditemukan kejang-kejang pada penderita pre- eklampsia, dapat disertai koma
(4) Hipertensi Kronik, dari sebelum hamil, atau sebelum kehamilan 20 minggu ditemukan
tekanan darah lebih 140/90 mmHg dan tidak menghilang setelah 12 minggu pascapersalınan.
(5) Hipertensi Kronis, dengan Super Imposed Pre- eklampsia
Pada wanita hamil dengan hiperterisi kronis, muncul proteinuria 300 mg 24 Jam setelah ke-
hamilan 20 minggu dapat disertai gejala dan tanda preeklampsia lainnya.
2.1.3 Etiologi Preeklampsia
Penyebab preeklampsia saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian
yang dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Semuanya telah didasarkan pada teori
yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebabnya preeklampsia disebut dengan juga
“disease of theory” gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori, adapun teori-teori tersebut
antara lain:
a) Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsi dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
terjadi penurunan produksi prosatasiklin (PG 2) yang pada kehamilan normal meningkat,
aktivasi pengumpulan dan fibrinolysis, yang mengkonsumsi antritombin III, sehingga terjadi
deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan 7 serotonin
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel (Rukiyah, 2010).
b) Peran Faktor Imunoligis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan
berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking
antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, akan semakin sempurna pada kehamilan
berikutnya. Beberapa data menyebutkan adanya gangguan system imun pada penderita
Preeklampsia. Beberapa wanitan dengan preeklampsia mempunyai komplek imun dalam
serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada
preeklampsia diikuti proteinuria (Yulianti, 2010).
c) Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunujkkan peran faktor genetic pada kejadian preeklampsia antara
lain:
(1) Terdapatnya kecenderungannya meningkatnya frekuensi preeklampsia pada anak anak dari
ibu yang menderita preeklampsia.
(3) Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia pada anak-anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat preeklampsia dan bukan pada ipar mereka.
(4) Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)
Beberapa peneliti telah menyebutkan beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklampsia. Faktor-faktor lain yaitu gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran darah ke
rahim. Faktor resiko terjadinya preeklampsia biasanya terjadi pada ibu hamil dengan kriteria
kehamilan anak pertama, kehamilan di usia remaja dan kehamilan di usia 40 tahun. Faktor
resiko lainnya biasannya yaitu: riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan,
riwayat mengalami preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung
lebih dari satu bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau remotoid arthritis (Lia,
2010).
1.4 Tanda dan Gejala Preeklampsia
Tanda dan gejela preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu preeklampsi berat dan preeklampsi
ringan.
1. Tanda dan gejala preeklampsi ringan
a. Tekanan sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg dan tekanan diastol 90 mmHg
sampai kurang 110 mmHg pada kehamilan 20 minggu.
b. Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2
(+2).
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosacral, wajah atau tangan.
d. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut turut.

2. Tanda dan gejala preeklampsi berat


a. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
b. Proteinuria 3gr/liter/24 jam atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan kuantitatif bisa disertai
dengan adanya oliguria (urine kurang dari 400ml/24 jam).
c. Keluhan serebral, gangguan penglihatan, nyeri abdomen, gangguan fungsi hati, gangguan
perkembangan intrauterine (Rukiyah, 2010).

Kurang dari 50% ibu yang mengalami preeklampsia tidak memiliki riwayat hipertensi
atau proteinuria. Diagnosis preeklampsia harus dipertimbangkan pada ibu yang janinnya
mungkin turut mengalami gangguan atau tanda lain: Nyeri epigastrik, Sakit kepala/
gangguan penglihatan, IUGR, edema tidak lagi dianggap sebagai tanda preeklampsia
yang reliable, kecuali edema pada wajah. Diagnosa preeklampsia dipertimbangkan bila
ada: Hipertensi berat (lebih tinggi dari 160/110 mmHg). Hipertensi dengan gejala
tambahan seperti sakit kepala, Gangguan penglihatan, Nyeri epigastrik, Klonus (reflek
cepat) (Lia, 2010).

2.1.5 Patifisiologi Preeklampsia


Dalam keadaan normal pada kehamilan, seharusnya terjadi invasi arteri dan
perkembangan pembuluh darah ibu untuk memberikan suplai darah yang cukup pada
janin. Terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan arteri spiralis, sehingga lapisan otot
berdegenerasi dan terjadi dilatasi arteri spiralis ini. Hal ini menyebabkan penurunan
resistensi vaskular dan peningkatan aliran darah ke janin. Sedangkan, pada kondisi
preeklamsia invasi arteri hanya terbatas pada desidua bagian superfisial tidak sampai
miometrium seperti pada kehamilan normal. Akibatnya arteri spiralis dan lapisan ototnya
masih kaku dan keras, tetap sempit, dan tidak berdilatasi. Aliran darah ke plasenta pun
menurun sehingga terjadilah hipoperfusi plasenta dan janin yang nantinya dapat berakibat
pada pertumbuhan janin yang terhambat.
Plasenta yang mengalami iskemia akan menyebabkan pembentukan radikal bebas.
Radikal bebas yang menyerang membran sel juga akan mengubah asam lemak tidak
jenuh yang terkandung di dalamnya menjadi peroksida lemak. Senyawa-senyawa reaktif
ini memiliki potensi merusak membran sel, nukleus, dan juga protein. Dampak yang
ditimbulkan oleh peroksida lemak adalah kerusakan sel endotel yang kemudian
mengganggu fungsi serta mengubah struktur sel endotel. Hal ini disebut sebagai disfungsi
endotel. Pada tahap ini disfungsi endotel akan memicu terjadinya beberapa hal:

a. Mengganggu metabolisme prostaglandin, yaitu prostasiklin (PGE2), yang diproduksi


oleh sel endotel. Prostaglandin berfungsi sebagai suatu vasodilator yang kuat.
b. Agregasi trombosit pada sel endotel yang rusak. Proses agregasi trombosit ini akan
memicu produksi tromboksan (TXA2)
Dari kedua hal tersebut pada keadaan normal kadar prostasiklin seharusnya lebih tinggi,
namun pada preeklamsia kadar tromboksan (vasokonstriktor) justru lebih tinggi sehingga
terjadi vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah. Selain itu dapat pula terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler dan peningkatan faktor koagulasi yang dapat
menyebabkan abnormalitas pada proses koagulasi. Sel endotel kapiler glomerulus juga
dapat mengalami perubahan yang disebut glomerular endotheliosis.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia
Pemeriksaan penunjang preeklampsia yang dilakukan untuk mengetahui preeklampsi
atau tidaknya antara lain pemeriksaan darah rutin serta kimia darah: ureum-kreatinin,
SGOT,LD, blirirubin, pemeriksaan urin meliputi protein, reduksi, blirirubin, sedimen,
kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat, konfirmasi USG bila ada dan nilai
kesehjateraan janin, kardiotografi (Johnson,2020).

2.1.7 Faktor Resiko Preeklampsia


1. Terdapat jalur genetik: riwayat keluarga, yaitu ibu atau saudara permpuan yang
mengalami preeklampsia akan meningkatkan resiko hingga 4-8 kali lipat.
2. Pengaruh paternal pertama kali, ibu dilaporkan beresiko dua kali lebih tinggi mengalami
preeklampsi apabila pasanganya pernah membuahi kehamilan preeklampsia.
3. Kehamilan kembar meningkatkan resiko preeklampsia lebih dari dua kali lipat.
4. Usia ibu >35 tahun memperparah resiko. Menurut riwayat ibu dibawah usia 20 tahun
dilaporkan beresiko tinggi, meskipun studi terkini pada ibu dibawah usia 19 tahun yang
melahirkan memperlihatkan aangka preeklampsia yang rendah, meskipun kebanyakan
partisipannya adalah ibu primigravida (Hutabarat, 2016).
5. Kondisi medis ibu dapat meningkatkan resiko preeklampsia, hipertensi kronis dan
penyakit ginjal, resistensi insulin dan intolreansi glukosa, termasuk diabetes gestasional.
Obesitas dan dyslipidemia. Terpapar oleh vili korionik untuk pertama kalinya yaitu pada
primigravida dan primipartenitas. Terpapar vili korionik yang berlebihan atau
hiperplasentosis, misalnya pada mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus,
hidrops fetalis, makrosomonia. Umur yang ekstrim (terlalu tua atau terlalu muda).
6. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia mapun hipertensi (Wagey, 2016).

2.1.8 Komplikasi Preeklampsia


Komplikasi ibu dengan preeklampsia adalah cerebral vascular accdident,
kardoipulmunari edema, retardasi pertumbuhan, kematian janin intra uterine yang
disebabkan oleh hipoksia dan premature (Maryunani&Yulianingsih, 2012). Komplikasi lain
yaitu solusio plasenta, komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi
akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia (Prawirohardjo, 2005).
BAB 3

KERANGKA KONSEP ASUHAN

I. PENGKAJIAN DATA

 Judul asuhan kebidanan: judul memuat gambaran umum asuhan kebidanan


yang diberikan kepada klien (Varney, 2007).
 Hari/tanggal dan waktu pengkajian: indikator penanganan masalah pasien dapat
dilihat dari waktu pengkajian (Gondodiputro, 2007).
 Tempat pengkajian: penggalian data diri pasien pada tempat awal penerimaan
pasien dapat dijadikan indikator penanganan pasien (Gondodiputro, 2007).
 Nama petugas: nama petugas yang melakukan pengkajian perlu dituliskan
sebagai bukti tanggung gugat (Gondodiputro, 2007).
A. Data Subjektif

Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Perolehan data ini dilakukan melalui
cara anamnesa. Anamnesa dibagi menjadi 2 yaitu auto- anamnesa (anamnesa yang
dilakukan secara langsung kepada pasien) dan allo- anamnesa (anamnesa yang
dilakukan kepada keluarga pasien atau melalui catatan rekam medik pasien).
Pengkajian bayi baru lahir dilakukan pada ibu atau pihak keluarga bayi di sertai dengan
pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (Sulistyawati, 2015).
a) Biodata klien (Nama klien dan suami)

1. Identitas bayi
• Nama bayi: nama bayi berguna untuk menentukan penatalaksanaan bayi
baru lahir sehingga dapat tepat sasaran (Varney, 2008).
• Umur bayi: diagnosa bayi dan penentuan asuhan yang akan diberikan agar
sesuai cakupan kunjungan bayi baru lahir dapat ditegakkan melalui
pengkajian umur (Cunningham, 2010).
• Tanggal/ hari/ jam lahir: usia bayi didapatkan melalui tanggal lahir bayi
sekaligus untuk menentukan ketepatan asuhan yang akan diberikan ada bayi
baru lahir (Cunningham, 2010).
• Jenis kelamin: berguna untuk memperjelas identitas bayi dan sebagai
pembeda dengan bayi lainnya (Varney, 2008).
2. Identitas orang tua
 Nama ibu dan ayah: orang tua merupakan penanggung jawab bayi, sehingga
setiap asuhan yang diberikan dapat melibatkan orang tua bayi sekaligus
memastikan asuhan yang diberikan tepat sasaran (Varney, 2008).
 Usia: pemberian KIE kepada orang tua bayi disesuaikan dengan usia orang tua
bayi agar mudah dipahami oleh orang tua bayi (Marmi, 2015).
 Agama: agama/keyakinan yang dianut orang tua bayi berkaitan dengan
kebiasaan perawatan bayi sehari-hari (Rukiyah, 2009).
 Pendidikan: pemberian KIE kepada orang tua bayi disesuaikan dengan tingkat
pendidikan orang tua bayi agar mudah dipahami oleh orang tua bayi (Marmi,
2015).
 Pekerjaan: pekerjaan orang tua bayi memberikan gambaran tingkat ekonomi
dalam keluarga (Marmi, 2015).
 Alamat: alamat rumah bayi akan mempermudah petugas dalam melakukan
follow up bayi baru lahir dan memberikan gambaran tentang lingkungan tempat
tinggal bayi (Varney, 2008).
3. Riwayat prenatal
 Riwayat ANC
 Riwayat USG
 Keluhan saat hamil
 Status Imunisasi TT
 Obata tau jamu yang dikonsumsi
 Pijat oyog
4. Riwayat Natal
 Usia gestasi
 IMD
 Metode persalinan
 Penyulit persalinan
5. Riwayat postnatal
 Pemberian ASI
 Perawatan BBL
 Riwayat kesehatan
B. Data Obyektif

Data objektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan (vital sign) dan
pemeriksaan fisik terfokus serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan jika diperlukan
(Varney, 2007).
1) Pemeriksaan umum

-Pemeriksaan umum Pengukuran


antropometri
Antropometri: lingkar kepala (33-35 cm), lingkar dada 30,5-33 cm,
panjang badan 45-50 cm, berat badan bayi 2500-4000 gram. Panjang
badan Berat badan bayi diukur agar dapat mengetahui apakah bayi
termasuk dalam batas normal atau tidak (kecil masa kehamilan/besar
masa kehamilan) (Wayani, 2016).

-Tanda-tanda vital:

(1) Tekanan darah: tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk
diukur secara akurat. Rata-rata tekanan darah pada waktu lahir 80/64
mmHg (Wayani, 2016).

(2) Suhu: suhu badan yang normal adalah 36,5°C sampai 37,5°C,
pemeriksaan ini dilakukan untuk mencegah hipotermi pada bayi, karena
suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran
karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam
uterus (Dwienda, 2014).
(3) Nadi: untuk mengetahui nadi klien yang dihitung dalam 1 menit, batas
normal 120-140x/menit (Wayani, 2016).
(4) Pernafasan: untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang dihitung
dalam 1 menit, batas normal 30-60x/menit (Wayani, 2016).
(2) Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan klien serta
tingkat kenyamanan fisik klien. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan
anamnesis diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan
kondisi klien (Nursalam, 2005).
1. Kepala

Fontanel: Meraba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukurannya


normal atau tidak. Sutura yang lebar menandakan preterm, moulding yang
buruk dan hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat
adanya moulage. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat
terjadi karena prematuritas dan hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil
terjadi pada mikrosefalus. Jika fontanel menonjol dapat mengindikasikan
adanya tekanan intrakranial, dan apabila fontanel cekug dapat mengindikasikan
terjadinya dehidrasi (Wayani, 2016).

2. Mata: strabismus (+/-), epicantus melebar/tidak, konjungtivitis, katarak


kongenital. Apabila terdapat konjungtivitis dapat menyebabkan kebutaan pada
bayi. Jarak epicantus yang melebar dapat mengindikasikan adanya down
sindrom (Wayani, 2016).
3. Telinga: pastikan jumlah, posisi dan bentuk karena dapat menentukan apakah
bayi cukup bulan atau tidak. Bayi yang memiliki low-set ear menandakan
adanya kelainan sindrom tertentu (pierre-robin).
Perhatikan apakah ada earpit karena dapat berhubungan dengan abnormalitass
ginjal (wayani, 2016).
4. Hidung : bentuk dan lebar hidung harus lebih dari 2,5 cm karena apabila kurang
dapat menandakan bayi kurang bulan. Pernafasan harus dilakukan dari hidung
karena apabila dilakukan lewat mulut dapat megindikasikan adanya obstruksi
pernafasan karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung (Wayani, 2016).
5. Mulut : Periksa ada tiaknya Tongue Tie/Lip Tie karena dapat mempengaruhi
proses menyusi. Periksa ada tidaknya labiognatopalato schisis karena dapat
mempengaruhi dapat proses menghisap dan menelan (Wayani, 2016).
6. Leher
Ukuran leher normalnya pendek dan berlipat. Leher yang berselaput dapat
berhubungan dengan kelainan kromoson. Periksa apakah pergerakannya bebas
atau tidak, jika tidak maka kemungkinan ada kelainan pada tulang leher (Wayani,
2016)
7. Dada: ada tidaknya retraksi dada jika saat bernafas gerakan dada tidak simetris
dapat mengindikasikan adanya pneumotorik, paresis diafragma atau hernia
diafragma (Wayani, 2016).
8. Bahu, lengan dan tangan: gerakan normal, kedua lengan dapat bergerak bebas.
Jika adanya kesulitan dalam pergerakan makan kemungkinan adanya
kerusakan neurologis dan fraktur. Sindaktil/polidaktil/normal. Periksa garis
tangan, jika terdapat garis tunggal maka berkaitan dengan abnormalitas
kromosom trisomi 21
9. Abdomen: ada tidaknya perdarahan tali pusat, periksa pembengkakam atau
perut cekung. Jika perut cekung ada kemungkinan kelainan seperti hernia
diagfragmatik dan jika perut membuncit ada kemungkinan hepatomegali,
splenomegali dan tumor. Jika perut kembung ada kemungkinan enterokolitis
vesikalis, omfalokel (Wayani, 2016).
10. Ekstremitas atas dan bawah
Fleksi (+/)gerakan simetris/tidak
11. Genitalia dan anus
 Wanita: labia mayora menutupi labia minora dan klitoris
 Laki-laki: rugae normalnya terdapat pada skrotum dan kedua testis telah
turun kedalam skrotum.
(3) Pemeriksaan Refleks

- Moro

- Babinski

- Palmar/plantar

- Rooting

- Sucking
- Torso

I. INTERPRETASI DATA DASAR

Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data yang


diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan untu mengetahui kesehatan pasien.
Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan
(Prawiroharjo, 2009).
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan
(Salmah et al, 2006). Diagnosa kebidanan ditulis dengan lengkap berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan data penunjang.
Dx : Neonatus dengan BBLR cukup bulan kecil masa kehamilan usia 3 hari
Dx: “Neonatus (kurang/cukup/lebih) bulan (kecil/sesuai/besar) masa
kehamilan usia.....jam/hari”.
DS: diperoleh dari keterangan dan keluhan yang disampaikan secara langsung
(Rismalinda, 2014).
DO: diperoleh dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke
diagnosa. (Rismalinda, 2014).
Masalah: Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan orang tua bayi,
biasanya berupa berat badan lahir rendah, bayi sulit untuk menyusu, hipotermi, dan
bingung merawat tali pusat.
Kebutuhan: Kebutuhan bayi baru lahir pada kunjungan neonatus antara lain
termoregulasi, perawatan tali pusat, imunisasi, cara menyusu yang benar, dan
meningkatkan ASI.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah


potensial dan mengantisipasi penanganannya (Salmah, 2006).

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan
berdasarkan data yang ada kemungkinan dapat menimbulkan keadaan yang lebih
parah.
Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir rendah tanpa
komplikasi
III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Pada tahap ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,


melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan orang lain berdasarkan
kondisi klien (Salmah, 2006). Mengidentifikasi segera yang dibutuhkan oleh klien
untuk menghindari hal-hal yang dapat mengancam jiwa klien sehingga harus
dilakukan kolaborasi / rujukan (Wiknjosastro, 2007).

IV. INTERVENSI

Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana harus mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan semua aspek kesehatan dan disetujui oleh kedua belah pihak bidan dan
klien (Varney, 2007).

V. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama–sama dengan


klien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan dilakukan oleh dokter atau tim
kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan
kesinambungan asuhan berikutnya (Varney, 2007). Pelaksanaan dapat dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau bersama– sama dengan keluarga bayi atau dengan
anggota tim kesehatan lainnya. Bila tindakan dilakukan oleh dokter atau tim
kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan
kesinambungan asuhan berikutnya. Bidan perlu mengkaji ulang apakah semua
rencana asuhan telah dilaksanakan sebagaimana mestinya (Varney, 2007).
Implementasi pada kunjungan neonatal adalah sebagai berikut:
VI. EVALUASI

Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan untuk


mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai kriteria hasil
yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau tidak.
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Hal
ini yang dievaluasi meliputi kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosa dan
masalah yang telah diidentifikasi (Salmah, 2006).
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

NEONATUS PREMATUR / BAYI BARU LAHIR RENDAH / SESUAI MASA KEHAMILAN


USIA 4 JAM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SIDOARJO.

Hari/Tanggal: Senin, 31 Oktober 2022


Tempat: RSUD Sidoarjo
Nama Pengkaji: Intan Immro’atus Sholikhah S.Keb
Waktu: 13.00 WIB
No. RM:2189678

4.1 Pengkajian Data Dasar


A. Data Subjektif
1. Identitas Bayi
Nama : By Ny Winarsih
TTL : Sidoarjo, 31 Oktober 2022
Usia : 4 jam
Jenis Kelamin : laki-laki
Anak ke :3
2. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. Winarsih
Usia : 37 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Randegan RT 05 RW 01, Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.
Nama Suami : Tn. Mulyono
Usia : 39 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Randegan RT 05 RW 01, Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.
3. Alasan Kunjungan
Bayi mengalami sesak
4. Keluhan Utama
Bayi mengalami sesak
5. Riwayat Kesehatan
-
6. Riwayat Prenatal
G3P2A0 Pada masa kehamilan ibu mengatakan mengalami pre eklamsia berat.
7. Riwayat Intranatal
Lahir pada tanggal 31 Oktober jam 09.54 WIB, persalinan SC, penolong dokter Sp.OG, berat
badan 2100 gr, panjang badan 43 cm, ballard score 32/34 minggu.
8. Riwayat Natal
Apgar Score 4-6, Ballard score 32/34 minggu, Skor down 24. Ketuban jernih. Kondisi bayi
saat lahir kesadaran melemah, tangis bayi lemah, tonus otot lemah, dan sesak. Setelah
dilakukan resusitasi bayi menangis, tonus otot baik, dilakukan IMD, diberikan suntikan vitamin
K dan salep mata.
9. Riwayat Imunisasi
-
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
-
11. Riwayat Psikososial
-
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umumr
Keadaan umum : Terdapat retrasi dada dan lemah
TTV : S: 36,6°C, RR:50 x/menit, Nadi: 160 x/menit
Antropometri : BB: 2100 gr PB: 43 cm, LK: 32 cm, LD: 31 cm, Lila : 11
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tidak ada moulase, fontanella datar, ubun-ubun teraba lunak, tidak ada caput
Succadeneum, tidak ada cephal hematoma
Wajah : Tidak ada luka atau lecet, tidak bengkak, dan bentuk simetris, tidak ada
kecacatan pada wajah
Mata : Terdapat dua bola mata, kedua mata sejajar dan simetris, sclera berwarna putih
mata membuka
Telinga : Daun telinga sejajar, bentuk simetris, telinga melengkung penuh lunak tapi
sudah rekoil .
Hidung : Terdapat dua lubang hidung, cuping hidung (+), terpasang O2 bubble CPAP 7 lt
Mulut : Bentuk simetris, mulut bersih, tidak ada bercak warna putih, tidak ada kelainan
seperti labioskisis, palatoskisis ataupun labiopalatoskisis
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada webneck
Dada : Retraksi dada (+) RR: 60x/menit, Nadi: 134 x/menit
Abdomen : Bentuk bulat menonjol, tidak ada massa pada abdomen,tidak ada tanda-tanda
infeksi pada tali pusat.
Anus : Lubang ada
Ekstremitas : Bergerak lemah dan simetris serta tidak ada kecacatan, jumlah jari lengkap
yaitu 10
3. Pemeriksaan Refleks
Refleks Sucking : lemah
Refleks Moro : lemah
Refleks Rooting : lemah
Refleks Plantar Grasp: lemah
Refleks Babinski : lemah
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Ballard Score
Pada hasil pemeriksaan penunjang ballard score menunjukkan bahwa skor total adalah 32/34
minggu.
b. Skor Down
Pada hasil pemeriksaan penunjang skor down menunjukkan bahwa skor total adalah 24 yang
berarti terdapat gangguan pernafasan berat
II. INTERPRETASI DATA DASAR
1. Diagnosa: Neonatus prematur BBLR sesuai masa kehamilan usia 4 jam
-DS:
Ibu baru melahirkan bayinya 4 jam yang lalu
HPHT :-
UK : 35-36 minggu
-DO:
Keadaan umum : nafas bayi tidak teratur
Kesadaran : Composmentis
TTV : S: 36,6°C, RR: 60x/menit, Detak Jantung: 134 x/menit
Antropometri : BB: 2100 gr PB: 43 cm LK: 32cm LD: 31 cm, Lila: 11cm
Pemfis terdapat retraksi dada dan cuping hidung (+)
Pemeriksaan refleks bayi dalam kondisi lemah
Pemeriksaan penunjang ballard score menunjukkan skor total 32/34 minggu
Pemeriksaan penunjang skor down menunjukkan skor total 24 yang berarti gangguan
pernafasan berat
2. Masalah : Respiratory distress sindrom (RDS), Asfiksia sedang
3. Kebutuhan: Pemberian infus D10% 120 cc/24 jam (IV), pemberian oksigen dan pemberian
terapi pengobatan Ca Gluconas 6cc/24jam, bactesyn 2x100g, gentamicyn1x10.
III. IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL
Gangguan pola nafas dan hipotermi
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI DAN RUJUKAN
Kebutuhan segera : Pemberian infus D10% 120 cc/24 jam (IV), pemberian oksigen dan
pemberian terapi pengobatan Ca Gluconas 6cc/24jam, bactesyn 2x100g,
gentamicyn1x10.
Kolaborasi : Dokter spesialis kandungan (Sp.OG) dan dokter spesialis anak (Sp.A)
Rujukan : -.
V. INTERVENSI
Hari/Tanggal: Senin, 31 Oktober 2022
Jam: 13.00 WIB
1. Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir diharapkan keadaan bayi stabil,
tidak ada tanda-tanda bahaya, tidak ada kelainan bawaan atau abnormalitas pada bayi.
2. Kriteria hasil:
Berat badan 2100 gram
Panjang badan 43 cm
Lingkar Kepala 32 cm
Lingkar Dada 31 cm
Lila 11cm
Frekuensi detak jantung 134 kali/menit
Pernafasan 60 kali/menit
Reflek hisap dan menelan masih lemah
Reflek morrow atau gerak masih lemah
TTV: S: 36,6°C, N: 134 x/menit, RR: 60x/menit
3. Intervensi
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
R/ Cuci tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi
2. Jelaskan pemeriksaan keadaan umum dan fisik bayi
R/ Untuk mengetahui keadaan umum dan fisik bayi apakah ada kegawat daruratan atau
tidak, jika ada agar bisa segera ditindak lanjuti
3. Lakukan resusitasi apabila terdapat gangguan pada pernafasan
R/ Untuk mencegah terjadinya henti nafas
4. Melakukan penilaian dengan Skor Down
R/ Untuk mengevaluasi adanya gawat nafas
5. Melakukan penilaian dengan Ballard score
R/ Untuk menentukan usia gestasi pada bayi baru lahir melalui penilaian neuromuscular
dan fisik
6. Melakukan perawatan pada bayi di ruang perinatologi dan rawat dalam incubator
R/ Untuk menjaga temperatur tubuh bayi dan menjaga bayi agar terlindung dari infeksi
7. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
R/ Sebagai rekam medis kesehatan bayi
VI. IMPLEMENTASI
Hari/Tanggal: Senin, 31 Oktober 2022
Jam: 13.00 WIB
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan bayi dalam
kondisi yang membutuhkan tindakan lebih lanjut dikarenakan terdapat gangguan nafas
pada bayi prematur yaitu respiratory distress sindrom (RDS), Asfiksia pada bayi.
3. Menjelakan pada ibu dan keluarga bayi dilakukan pemberian infus D10% 120 cc/24 jam
(IV) dan pemberian oksigen
4. Melakukan penilaian skor down pada bayi
5. Melakukan penilaian ballard score pada bayi
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter anak untuk pemberian terapi pengobatan Ca
Gluconas 6cc/24jam,
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter anak untuk pemberian terapi pengobatan bactesyn
2x100g
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter anak untuk pemberian terapi pengobatan
gentamicyn 1x10.
9. Melakukan observasi TTV bayi
10. Melakukan perawatan pada bayi di ruang perinatologi dan rawat dalam incubator
11. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan asuhan kebidanan bayi baru lahir.
VII. EVALUASI
Hari/Tanggal: Senin, 31 Oktober 2022
Jam: 14.30 WIB
S:-
O:
Keadaan umum bayi tangis lemah.
Gerak tangan dan kaki lemah
Retraksi dada (+)
Sesak (+)
Cuping hidung (+)
S : 36,6°C
RR : 50x/menit
N : 160x/menit
LK : 32 cm
LD : 31 cm
Lila : 11 cm
A :
Diagnosa: Neonatus prematur BBLR sesuai masa kehamilan usia 4 jam
Masalah: Respiratory distress sindrom (RDS) dan Asfiksia sedang
Kebutuhan: Pemberian infus D10% 120 cc/24 jam (IV), pemberian oksigen dan pemberian
terapi pengobatan seperti, Ca Gluconas 6cc/24jam, bactesyn 2x100g,
gentamicyn1x10.
P :
Setelah dilakukan tindakan diharapkan kondisi bayi semakin membaik dan stabil, serta kulit bayi
membaik.

BAB 5

PEMBAHASAN KASUS

Pemeriksaan pada bayi Ny. Winarsih dilakukan saat pada hari Senin, 31 Oktober 2022.
Pemeriksaan yang dilakukan mencakup anamnesis kepada orang tua bayi dan pemeriksaan
fisik head to toe serta pemeriksaan penunjang ballard score dan down score. Bayi lahir secara
SC dengan usia gestasi 35-36 minggu dengan berat lahir 2100 gram dan panjang badan 43 cm,
keadaan umum nafas bayi tidak teratur dan skor APGAR 4-6 yang berarti bayi dalam kondisi
mengalami asfiksia sedang. Gerakan lemah, menangis lemah, nafas tidak adekuat, tonus otot
lemah, tali pusat baik, jenis kelamin laki-laki. Menurut Rohan (2013) Ciri-ciri bayi baru lahir
normal adalah lahir aterm antara 37 – 42 minggu, berat badan 2500 – 4000 gram, panjang lahir
48 – 52 cm. lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11 – 12 cm,
frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna,
kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat,
genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan
penis yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai dengan
vagina yang berlubang, labia mayora menutup labia minora, refleks rooting (mencari putting
susu) terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping
sudah baik, eliminasi baik, urin dan meconium keluar dalam 24 jam pertama. Dari hasil
pemeriksaan terdapat kesenjangan dengan teori dimana bai lahir premature usia 35-36 minggu,
berat lahir 2100 gr, panjang badan 43 cm, terdapat asfiksia sedang APGAR score bernilai 4-6.
Interpretasi data pada kasus yaitu neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan usia 4
jam. Berdasarkan hasil persalinan pada usia 35-36 minggu yang berarti bayi lahir kurang bulan
atau premature. Pemeriksaan penunjang ballard score yaitu alat untuk menentukan usia gestasi
bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik, menunjukkan bahwa ballard score
32/34. Pada pemeriksaan skor down yaitu untuk mengevaluasi gawat nafas. Hasil pemeriksaan
skor down yaitu 24 yang berarti terdapat gangguan pernafasan berat. Hasil pemeriksaan fisik
terdapat retraksi dada, cuping hidung (+), dan anus (+) . Pemeriksaan fisik meliputi
pemeriksaan kepala, muka, mata, hidung, telinga, mulut, dada, abdomen, genetalia, anus dan
ekstremitas. Setelah asuhan segera bayi baru lahir, dilakukan upaya pencegahan infeksi
dengan diberikan salep mata oxytetra 1 % dan vitamin K1 1 jam setelah bayi lahir. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan pemberian salep mata
serta pemberian vit K mencegah terjadinya perdarahan (Marmi, 2012 dan Sarwono, 2013).
Pada kasus bayi Ny. Winarsih hasil pemeriksaan terdapat masalah yang terjadi. Bayi
mengalami gangguan pernfasan respiratory distress sindrom (RDS) dan asfiksia. Bayi
mengalami sesak, retraksi dada (+), cuping hidung (+). Bayi memerlukan pengobatan lebih
lanjut dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak, dengan melakukan
pemberian infus, oksigen dan pemberian pengobatan seperti, Ca Gluconas 6cc/24jam,
bactesyn 2x100g, gentamicyn. Dengan melakukan konseling dan meminta persetujuan kepada
ibu dan keluarga bayi.
BAB 6

KESIMPULAN

Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan dari asuhan kebidanan pada kasus
prematur BBLR sesuai masa kehamilan usia 4 jam dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pendokumentasian penulis menggunakan 7 langkah varney, yaitu pengkajian data, interpretasi
data, diagnosa potensial, antisipasi kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

 Hasil pengkajian data subyektif dan obyektif didapatkan kondisi pasien tidak cukup baik
 Identifikasi diagnosa pada kasus yaitu neonatus prematur sesuai masa kehamilan usia 4
jam
 Pada kasus teridentifikasi adanya masalah potensial
 Pada kasus terdapat adanya kebutuhan segera melakukan pemberian infus D10% 120
cc/24 jam (IV), pemberian oksigen dan pemberian terapi pengobatan seperti, Ca Gluconas
6cc/24jam, bactesyn 2x100g, gentamicyn1x10.
BAB 6

SARAN

1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menjadi pengalaman belajar dalam melaksanakan praktek kebidanan


khususnya asuhan kebidanan pada bayi prematur

2. Bagi Profesi

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa


pemantauan, memberikan informasi serta pelayanan yang tepat dan adekuat dalam
memberikan asuhan kebidanan

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dengan adanya laporan kasus terkait kesehatan neonatus dapat dikembangkan
lebih lanjut sesuai dengan evidence based terkini sehingga dapat dilakukan pencegahan
masalah pada bayi prematur, kemudian ditatalaksana dengan baik dan memberikan prognosis
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Aminah&Wahyu Sri Maesyaroh “Hubungan Bayi Prematur dengan Kejadian Asfiksia


Neonatorum”, Jurnal Obstetrika Scientia Vol.4 No.2

Amiruddin, R& Hasmi. Determinan kesehatan ibu dan anak. Jakarta: TIM. 2014 Etika,dkk:
“Pengaruh Terapi Musik Lullaby Terhadap Hearth Rate, Respiration Rate, Saturasi Oksigen
pada Bayi Prematur”, JKP- Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

Hikmah,dkk:// Peningkatan Suhu Bayi Prematur Melalui Terapi Sentuhan”, jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 14, Nomor 3, November 2011.

Kusumawati, Irma. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny”S” Dengan Prematur Di Ruang KBRT
RSUD Dr. Moewandi.2013. Surakarta

Mariam erma: “Hubungan Prematuritas dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Di
RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro 2016”

Marni & Kukuh,R. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka
Belajar. 2015

Maryunani Anik, Eka Puspita. Asuhan Kegawardaruratan Maternal dan Neonatal. 2013. Jakarta:
CV. Trans Info Media

Meihartati, Tuti “Hubungan Kehamilan Usia Dini dengan Kejadian Persalinan Prematur di
Ruang Bersalin Rumah Sakit Ibu dan Anak Paradise Tahun 2015”, Jurnal Darul Azhar Vol 2,
No.1 2017

Ningsih Fitria Neneng “Pengaruh Terapi Sentuhan Tehadap Suhu Tubuh pada Bayi Prematur”,
Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tumbasai” Vol.1, No.1, April 2017

Prawihardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo,2014.

Anda mungkin juga menyukai