ABSTRAK
Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas (PSMBA) disebabkan oleh ulkus peptikum, luka gaster dan
pecahnya varises esophagus. Pendarahan pada saluran makan bagian atas dapat menyebabkan hematemesis
dan melena yang mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik, anemia, koma hepatic dan aspirasi
pneumonia. Tujuan dari karya ilmiah akhir ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan perdarahan
saluran makan bagian atas dengan sirosis hepatis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Hasil dari pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri pada bagian perut, pusing, lemah, nafsu
makan menurun, asites grade II dan edema pada ekstremitas bawah grade I. Didapatkan masalah
keperawatan, ketidakseimbangan cairan elektrolit, nyeri akut, perfusi perifer tidak efektif, defisit nutrisi dan
resiko infeksi. Intervensi yang diberikan pada pasien berupa manajemen nyeri non farmakologi: relaksasi
nafas dalam, relaksasi autogenik, terapi muratal Al-Qur’an, pemantauan status perfusi perifer, meningkatkan
asupan nutrisi, edukasi diet rendah garam, pembatasan cairan, pemantauan elektrolit serum, melakukan
pencegahan infeksi dan pemberian intervensi farmakologi: pemberian tranfusi darah, pemberian suplemen, ,
pemberian diuretic, aminofusin hepar, albumin dan pemberian antibiotik. Dari hasil intervensi didapatkan
defisit nutrisi teratasi dan resiko infeksi tidak terjadi. Hasil karya ilmiah akhir ini dapat menjadi referensi
baru dalam ranah pengetahuan yang berhubungan dengan masalah perdarahan saluran makan bagian atas
dengan sirosis hepatis.
ABSTRACT
Upper Gastrointestinal Tract Bleeding is caused mainly by peptic ulcers, gastric ulcers, and rupture of
esophageal varices. Bleeding in the upper gastrointestinal tract can cause hematemesis and melena, leading
to hypovolemic shock, anemia, hepatic coma, and aspiration pneumonia. This study aimed to describe
nursing care for upper gastrointestinal bleeding in patients with liver cirrhosis at dr. Zainoel Abidin
Regional General Hospital of Banda Aceh. The study results showed that the patient complained of
abdominal pain, dizziness, weakness, decreased appetite, grade II ascites, and edema of the lower extremity
grade I. The nursing problems found include electrolyte fluid imbalance, acute pain, ineffective peripheral
perfusion, nutritional deficits, and risks of infection. The non-pharmacological interventions for pain
management given to patients include deep breathing relaxation, autogenic relaxation, Al-Qur’an muratal
(playing recordings of Al-Quran) therapy, monitoring peripheral perfusion status, increasing nutritional
intake, a low salt diet, fluid restriction, monitoring serum electrolytes, preventing infection. Meanwhile, the
pharmacological interventions given include blood transfusions, supplements, diuretics, Aminofusin Hepar,
albumin, and antibiotics. Based on the results of the intervention, it was found that there was no nutritional
deficit, and the risk of infection did not occur. The finding of this study can be used as a new reference in the
realm of knowledge related to the problem of upper gastrointestinal bleeding with hepatic cirrhosis.
52
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022
53
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022
RSUDZA tanggal 24 desember 2021, pasien lemas dan skor ketergantungan 4 pasien
mendapatkan penanganan dengan terapi: sangat membutuhkan bantuan saat aktivitas.
aminofusin hepar 1fls/24 jam, cefotaxime 1 Terapi farmakologi yang diberikan
gr/12 jam, pantoprazole 40 mg/12 jam, yaitu; aminodfusin hepar 1 flash/24 jam,
curcuma 1 tablet, lactula syrup sendok/8 jam, injeksi Cefotaxime 1 gr/12 jam, Pantoprazole
drip albumin 25% 1 fls/24 jam dan transfuse 40 mg/12 jam, curcuma 1 tablet, albumin 1
darah. Pasien dianjurkan untuk dirawat inap flash Lactulac sirup sc/8 jam, dan drip
kemudian pasien dipindah keruang Aqsha 2 Ocreotide 100 mg, Transamin 500 mg/8jam,
untuk dilakukan perawatan lanjutan. Riwayat Spironolakton 100 gr/24 jam dan propanol 10
penyakit yang diderita: sebelumnya 5 bulan gr/24 jam. Hasil pemeriksaan laboratorium
yang lalu pasien telah melakukan operasi didapatkan hasil; Hb (7,0g/dL), Ht (20%),
batu ginjal dan baru mengetahui bahwa Eritrosit (2,7 10/mm), leukosit (1,7 10/mm),
pasien juga menderita sirosis hepatis sejak 5 trombosit (148 10/mm), HBsAg reaktif,
bulan yang lalu. bilirubin (22,07 mg/dL), AST/SGOT (496
Riwayat kesehatan keluarga, ibu U/L), ALT/SGPT (64 U/L), Albumin (2,30
pasien mempunyai riwayat DM dan kakak g/dL), ureum (52 mg/dL), dan Klorida (108
laki-laki pasien memiliki penyakit yang sama mmol/L).
yaitu sirosis hepatis. Studi kasus ini bertempat di ruang
Pemeriksaan fisik: GCS: E4V5M6 Aqsha 2 Rumah Sakit Umum Banda Aceh,
compos mentis mm g, yang dilaksanakan dari tanggal 27 Desember
menit, , , menit, 2021 sampai 1 Januari 2022. Asuhan
detik, pasien lemah, ekspresi wajah cemas, keperawatan diawali dengan pengkajian dan
dan meringis, nyeri tekan dan lepas pada analis data dengan cara memaparkan fakta
kuadran kanan atas, skala nyeri 5 (0-10), BB dan membandingkan dengan teori serta
50 Kg perubahan BB pasien selama sakit dituangkan ke dalam pembahasan. Analisis
mengalami penurunan drastis menjadi BB 36 yang dilakukan menggunakan narasi dari
Kg IMT 15. hasil pengkajian, implementasi dan evaluasi.
Pasien mengalami hematemesis
sebanyak 410 ml sebelum kerumah sakit, HASIL
hematemesis sudah tidak terjadi, namun Ketidakseimbangan cairan elektrolit
melena masih terjadi. Sklera ikterik, berhubungan dengan kelebihan volume
konjungtiva anemis, kulit ikterik, akral cairan
dingin, turgor jelek, adanya kemerahan pada Ketidakseimbangan cairan elektrolit
kulit, edema pada ekstermitas bawah grade I adalah perubahan kadar serum elektrolit.
dan asites grade II. Eliminasi BAK pasien Tujuan yang diharapkan ialah keseimbangan
menggunakan alat bantu kateter dengan cairan elektrolit meningkat, dengan kriteria
frekuensi 4x/hari, urin becampur darah hasil serum kalium, natrium dan klorida
seperti teh pekat sebanyak 500 ml. Pasien meningkat. Sehingga implementasi yang
menggunakan pempers, BAB 1x sehari pada dilakukan berupa melakukan memonitor
pagi hari dan BAB bewarna hitam dan tanda dan gejala hipokalemia, hiperkalemia,
bentuk feses lunak. Pola tidur, pasien hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia,
mengeluhkan tidak bisa tidur, sulit memulai hyperkalsemia hiper dan hypomagnesium
tidur, sering terbangun karena nyeri pada memonitor hasil pemeriksaan laboratorium,
abdomen yang dirasakan. Lama waktu tidur balance cairan serta pemberian
pasien tidak menentu. Kemudian untuk spironolactone dan albumin.
semua pola aktivitas pasien dibantu oleh Evaluasi yang dilakukan pada 1
keluarga, dikarenakan pasien bedrest dan Januari 2022 terhadap masalah risiko
ketidakseimbangan cairan elektrolit ialah
54
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022
pasien masih tampak pucat dan pitting edema meningkat dengan kriteria hasil yang
pada ekstermitas Grade 1 dan asites grade II, diharapkan warna kulit pucat berkurang,
belum teratasi dan adanya penurunan edema perifer berkurang, kelemahan otot
albumin pada hari ke 6 masa rawatan berkurang dan sirkulasi kapiler membaik.
sehingga perawatan masih perlu dilanjutkan. Implementasi yang dilakukan selama 6 hari
ialah mengkaji integritas kulit perifer,
Nyeri akut berhubungan dengan agen monitor terjadinya panas, kemerahan, nyeri,
pencedera biologis: Hepatomegali atau bengkak pada ekstremitas, pantau hasil
Nyeri akut merupakan sensasi sensorik atau lab pasien dan pemberian tranfusi darah.
emosional yang berhubungan dengan Evaluasi pada hari ke-6 didapatkan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional integritas kulit perifer (Nadi 89 x/menit,
secara mendadak atau lamat dan berintesitas edema grade I pada ektermitas bawah, warna
ringan hingga berat yang terjadi kurang dari ikterik, suhu , , CRT <3 detik), hasil lab
3 bulan. Tujuan yang diharapkan ialah: (Hb 8,9 mg, Ht 26 %), perfusi perifer belum
tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil teratasi namun adanya peningkatan pada
yang diharapkan frekuensi nadi membaik, konsentrasi Hb dan masih memerlukan
keluhan nyeri berkurang, meringis berkurang, implementasi lanjutan.
gelisah berkurang, kesulitan tidur berkurang.
Implementasi yang dilakukan selama 6 hari Defisit nutrisi berhubungan dengan
ialah mengkaji secara komprehensip terhadap ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, Defisit nutrisi merupakan intake nutrisi
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor yang tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
presipitasi, melakukan observasi reaksi Tujuan yang diharapkan ialah status nutrisi
ketidaknyaman secara nonverbal, melakukan membaik, dengan kriteria hasil porsi makan
kontrol lingkungan, mengajarkan manajemen yang dihabiskan meningkat, berat badan atau
nyeri non farmakologi (tekhnik relaksasi IMT meningkat, frekuensi makan meningkat,
nafas dalam, terapi murottal Al-Qur’an, nafsu makan meningkat, dan perasaan cepat
terapi autogenic, serta terapi hipnotis 5 jari). kenyang meningkat. Implementasi yang
Evaluasi pada hari ke-6 skala nyeri diberikan berupa: memonitor status nutrisi,
menjadi 2, lokasi nyeri; kuadran kanan atas, identifikasi alergi dan intoleransi makanan,
durasi 3 menit dan frekuensi 1x/60 menit, monitor asupan makanan, anjurkan makan
dan nyeri hilang timbul, pasien tampak sedikit tapi sering, pemberian diet rendah
melokalisasi nyeri, pasien dapat garam dan pemberian terapi farmakologi
mendemontrasikan teknik relaksasi yaitu pemberian curcuma, aminofusin hepar
autogenik; pasien terlihat lebih rileks dan albumin.
Sehingga, berdasarakan evaluasi tersebut, Hasil evaluasi diperoleh pada hari ke-6,
nyeri akut yang dirasakan berkurang, namun didapatkan masalah defisit nutrisi teratasi
intervensi guna mengatasi bersihan jalan yang menunjukkan hasil pasien tampak
napas tidak efektif perlu dilanjutkan. sudah mau berusaha menghabiskan
makannanya sedikit-sedikit dan pasien
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan menghabiskan makanannya namun masih
dengan penurunan konsentrasi memerlukan pemantauan lebih lanjut terkait
Hemoglobin Selanjutnya, sirkulasi vena baik
Perfusi perifer tidak efektif merupakan terlihat dari tidak adanya edema, nadi perifer
berkurangnya sirkulasi darah pada tingkat teraba kuat, CRT <2dtk dan tidak
kapiler yang dapat menyebabkan menunjukkan nyeri pada ektremitas, dengan
ketidakseimbangan metabolisme tubuh. terapi kolaborasi berupa pemberian heparin
Tujuan yang diharapkan ialah perfusi perifer 100 IU/jam. Berdasarakan evaluasi tersebut,
55
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022
mobilitas fisik dan neurovaskular perifer manajemen inisiasi diuretik yang biasanya
dapat dipertahankan secara optimal, sehingga terdiri dari furosemide dan spironolactone
perencanaan keperawatan guna mengatasi (Perez et al, 2021).
hambatan mobilitas di tempat tidur masih Pemberian diuretik untuk
perlu dilanjutkan. menurunkan volume darah dan cairan
didalam tubuh dengan cara meningkatkan
Risiko Infeksi berhubungan dengan pengeluara natrium dan air. Salah satu
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh diuretik yang diberikan untuk pasien yang
sekunder mengalami asites yaitu Spironolakton dan
Risiko infeksi adalah berisiko mengalami Furosemide. Spironolakton merupakan
peningkatan terserang organisme patogenik. antagoenis aldosterone yang bekerja pada
Tujuan yang diharapkan ialah derajat infeksi tubulus distal untuk meningkatkan natriuresis
menurun, dengan kriteria hasil demam dan mempertahankan kalium. Dilakukan
menurun, kemerahan menurun, nyeri pembatasan natrium pada pasien dan tidak
menurun dan kadar sel darah putih membaik. dilakukan pembatasan cairan dikarenakan
Sehingga implementasi yang dilakukan hasil pemeriksaan laboratorium pasien pada
berupa mengkaji status nutrisi pasien, natrium dalam batas normal dan diberikan
melakukan observasi awitan demam, diuret spironolactone 100 mg/24 jam
menggigil, kemerahan diaforesis, perubahan (Maghfirah M et al, 2018).
tingka kesadaran, kolaborasi pemberian Pasien sirosis hepatis dapat
antibiotik, membatasi kunjungan, menyebabkan berkurangnya kadar albumin
menerapkan cuci tangan sebelum dan dalam darah, adapun faktor risiko kesalitan
sesudah kontak dengan pasien, melakukan dan kematian terus meningkat, memiliki
perawatan kulit serta memonitor hasil lab. risiko 2,5 kali lebih banyak terjadi infeksi
Evaluasi yang dilakukan pada 1 januari 2022 serta 8 kali lebih lama masa rawatan.
terhadap masalah risiko infeksi ialah Hb 8,9 Hipoalbuminemia diberikan terapi dengan
mg/dL, (2,6 10/mm), Ht 26 % T : 36,9 C, albumin oral/injeksi bila kadar albumin
kemerahan pada bagian eksermitas atas dan dalam darah < 2,5 g/dL. Pemberian injeksi
bagian dada sudah tidak ada albumin untuk mengurangi risiko disfungsi
sirkulasi post parasintesis serta terjadinya
PEMBAHASAN asites dan mengurangi terjadinya
Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit hiponatremia serta mortalitas sangat efektif
Berhubungan Dengan Kelebihan Volume terhadap pasien sirosisi hepatis, berbeda
Cairan apabila tanpa pengobatan atau menggunakan
Asites didefinisikan sebagai distensi alternatif perawatan, (Yulianda et al., 2020).
abdomen yang diakibatkan oleh akumulasi
Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen
cairan di rongga peritoneum. Ini adalah
Pencendera Biologis: Hepatomegali
komplikasi sirosis yang paling sering dengan
Sirosis hepatis merupakan penyakit yang
lebih kurang 50% pasien mengalami asites
menyebabkan fibrosis jaringan hati yang
pada waktu 10 tahun sesudah diagnosis.
mengakibatkan menurunnya massa, rusaknya
Asites ringan hanya dapat dideteksi dengan
fungsi hati, serta perubahan peredaran darah.
ultrasound, sedangkan asites sedang hingga
Hati yang telah mengalami sirosis umumnya
berat dapat menyebabkan distensi abdomen
mengalami pengerasan hati. Sirosis hepatis
yang nyata. Pengobatan pertama adalah
akan terasa nyeri di kuadran dexter superior
pembatasan natrium kurang dari 2gr/hari,
akibat mengalami pembesaran hati
sedangkan pembatasan cairan tambahan
degenerasi dan regenerasi sel, sehingga
dapat direkomendasikan jika pasien memiliki
muncul kerusakan pada susunan parenkim
hiponatremia bersamaan. Berikutnya
56
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022
hati yang bersifat irreversibel. Adanya nyeri Pemberian transfusi darah untuk
pada penderita sirosis hepatis alami, nyeri meningkatkan perfusi jaringan perifer, yang
yang dirasakan merupakan nyeri pada menyatakan bahwa tranfusi bertujuan untuk
abdomen atau area epigastrik atau kuadran dapat meningkatkan volume normal darah,
kanan. Nyeri abdomen dapat terjadi akibat membantu memperbaiki kekurangan
dari pembesaran hati yang cepat sehingga komponen sel darah, oksigenasi jaringan
menyebabkan regangan pada selubung meningkat dan mempertahankan fungsi
fibrosa hati (kaosukalisoni) (Lemone, Burke homeostatis. sebeIum dilakukan pemberian
& Bauldoff, 2016). transfusi diberikan NaCl 0,9 % terlebih
Oleh karena itu, diberikan teknik dahulu untuk mengantisipasi terjadinya
manajemen nyeri dengan teknik relaksasi overload namun bila diberikan terlalu sedikit
nafas dalam untuk meningkatkan dan dapat menambah kekentalan darah dan beban
mengurangi stress baik fisik maupun jantung (Lima, 2020).
emosional, sehingga mengurangi tingkat
Menurut penelitian yang dilakukan
nyeri dengan mekanisme merelaksasikan
oleh Falotico et al (2020), melakukan
otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
pemantauan status perfusi perifer adalah
diakibatkan oleh meningkatnya prostaglandin
elemen sentral untuk perawatan pasien.
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
Modalitas utama yang digunakan untuk
dan meningkatkan sirkulasi darah pada
mengukur status perfusi perifer mencakup
bagian spasme dan iskemik sehingga nyeri
waktu pengisian kapiler (CRT) dan suhu,
dapat menurun (Smeltzer & Bare, 2015).
dapat digunakan untuk menilai tingkat
Suwardi & Rahayu (2019)
keparahan syok dengan cepat. Syok ialah
menjelaskan bahwa pengendalian nyeri
manifestasi klinis dari kegagalan sirkulasi
dengan terapi Murottal Al-Quran surat Ar-
akut. Hal ini ditandai dengan tanda-tanda
Rahman terhadap penderita kanker dapat
hipoperfusi jaringan serta menyebabkan
memberikan ketenangan serta rileks sensasi
gangguan dalam pengantaran oksigen seluler.
kenyamanan dan mengurangi tingkat stress
Pemantauan hemodinamik dilakukan untuk
pada pasien kanker akibat masalah fisik
segera menyelamatkan jiwa, meningkatkan
maupun psikologis sehingga dapat
hasil danpengenalan awal syok. Pemantauan
mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
sirkulasi perifer dilakukan setiap hari pada
Mendengarkan murottal Al-Qur’an melalui
pukul 09.00 Wib, seperti; pemeriksaan nadi,
Hp dengan memutar surat Ar-Rahman,
edema, warna, dan suhu.
dilakukan rutin setiap hari
Relaksasi autogenik merupakan Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan
teknik relaksasi yang berasal dari individu Ketidakmampuan Mengabsorbsi Nutrient
berupa kata-kata atau kalimat pendek, yang Pemberian nutrisi enteral dini efektif
dapat membuat pikiran tenang dalam dapat memperbaiki masalah nutrisi pada
menghadapi nyeri atau kondisi penyakit pasien, namun tetap diikuti dengan
(Syamsiah & Muslihat, 2015). Mengajarkan pemantauan serum darah albumin,
dan mengingatkan pasien menggunakan hemoglobin, hematoktrit, dan limfosit untuk
kalimat afirmasi seperti astagfirullah dan memberikan informasi tentang intake nutrisi
berdzikir untuk membuat pasien lebih rileks pada pasien. Penyajian makanan yang
dan tenang. diberikan ialah nasi lembek, tidak terlalu
banyak dan mudah untuk dicerna untuk
Perfusi Perifer Tidak Efektif mencegah perdarahan saluran cerna (Faridah,
Berhubungan Dengan Penurunan 2017).
Konsentrasi Hb Penerapan diet seimbang pada pasien
sirosis hepatis yang mengandung seluruh
57
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022
nutrisi pada jumlah yang cukup. Pemberian ialah protein plasma lebih kurang 55-60%
suplemen vitamin penambah nafsu makan, dari protein serum didalam tubuh. Pada
yaitu pemberian curcuma 1 tablet/8 jam serta kondisi normal hanya 20-30% sel hepatosit
dilakukan ritriksi natrium, dikarenakan dapat yang memproses albumin dengan laju
terjadinya atau dapat memberberat pembentukan 12-25 gr/hari, akan tetapi
penumpukan cairan pada rongga abdomen. kecepatan produksi ini beragam tergantung
Namun tetap memperatahan masukan protein kondisi dari penyakit dan asupan nutrisi,
sesuai tingkat yang diperlukan tubuh. dikarenakan albumin dapat terbentuk pada
Pemberian edukasi pemberian diet rendah keadaan osmotik, hormonal serta gizi
garam seperti takaran makanan dan jenis seimbang (Novianti et al., 2020).
makanan yang dapat dimakan dan adapun
menu makanan yang dapat dikonsumsi oleh Risiko Infeksi Berhubungan Dengan
pasien sirosis hepatis diberikan (Wang et al, Ketidakadekuatan Pertahanan Tubuh
2019). Sekunder
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemberian olive oil untuk
terjadinya kurang zat gizi pada penderita memberikan melembabkan kulit dengan
sirosis hepatis, mencakup perubahan menggunakan olive oil di oleskan pada
kecepatan metabolism tubuh, gangguan permukaan tubuh pasien. Kelembaban kulit
penyerapan lemak, rasa cepat kenyang, serta ialah indikator dari terjadinya luka,
terganggunya lambung yang mengalami peningkatan kelembaban kulit dapat
pengosongan. Penderita sirosis stadium akhir mengakibatkan kulit menjadi lebih rapuh
mengalami pengecilan otot, berkurangnya dserta rentan terjadi maserasi (Janitra &
cadangan lemak, dan penurunan berat badan Wibawa, 2019).
berlebih. Beberapa pasien mengalami Mencuci tangan sebelum dan
defisiensi vitamin larut lemak, kurang zat sesudah kontak dengan pasien dan
besi, asam folat serta defisiensi piridoksin. mengajarkan 6 langkah cuci tangan kepada
Pemberian aminofusin hepar mempunyai keluarga dan lingkungan pasien serta
efek pada albumin serta dapat menjadi terapi mempertahankan teknik aseptik.
gizi parenteral pada penderita sirosis, seperti; Mempertahankan teknik aseptik dapat
sirosis hati dekompensasi, hepatitis kronik mencegah masuknya mikroorganisme ke
serta kanker hati memiliki tujuan membantu dalam tubuh (Budiana & Nggarang, 2019).
meningkatkan kesadaran pasien. Aminofusin Pemberian antibiotik pada pasien
hepar memiliko kandungan asam amino 50 gr sangat dianjurkan, dikarenakan dapat
dengan 45% dalam 1000 ml, asam amino menurunkan tingkat infeksi bakteri,
terdiri dari asam amino rantai cabang perdarahan ulang serta kematian. Melakukan
Branched Chain Amino Acid (BCAA), serta pemberian antibiotic cefotaxime 1 gr/12 jam
sisanya mengandung xylitol, sorbitol serta (Shih et al, 2018).
asam amino esensial. BCAA mengandung
(valin, leusin, dan isoleusin) memiliki KESIMPULAN
pengaruh hepatoproktetor dan membantu Asuhan keperawatan yang diberikan selama
regenerasi sel hati. BCAA juga dapat 5 hari pada pasien menunjukkan hasil yaitu
menjadi substrat pada pembentukan sintesis masalah defisit nutrisi berhubungan dengan
protein (Novianti et al., 2020). ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Gangguan sintesis albumin, sering teratasi dan resiko infeksi berhubungan
dijumpai pada penderita gangguan hati yang dengan pertahanan tubuh sekunder tidak
mengalami hipoalbuminemia dapat terjadi, sedangkan tiga masalah keperawatan
menunjukan gejala seperti edema lainnya masih memerlukan intervensi
ekstermitas, asites dan efusi pleura. Albumin lanjutan.
58
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022
The Indonesian Society of Gastroenterology. Smeltzer, S.C, & Bare, B.G. (2015). Buku
(2014). National Consensus on ajar keperawatan medikal bedah.
Management of Non-Variceal Upper Jakarta : EGC
Gastrointestinal Tract Bleeding in
Indonesia. The Indonesian Journal of Shih, H., Tsai, P., Wu, K., Chen, Y., & Chen,
Internal Medicine, 46(2), 163–171. Y. (2018). Bacteremia in cirrhotic
patients with upper gastrointestinal
Janitra, F. E., & Wibawa, Y. A. (2019). Suhu bleeding. Turk J Gastroenterol, 29,
dan kelembaban kulit pada kejadian 164–169.
luka tekan. Jurnal Ilmiah Kesehatan https://doi.org/10.5152/tjg.2018.17309
Pencerah, 08(2), 75–80.
Suwardi, A., & Rahayu, D. A. (2019).
Lemone., Burke. & Bauldoff. (2016). Effectiveness of murottal therapy in
Keperwatan Medikal Bedah. Alih decreasing pain level of cancer patients.
Bahasa. Jakarta: EGC Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(1), 27 - 32.
59
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022
Wang, Q., Shang, S., Sun, J., Sun, G., & Gu,
Z. (2019). Review of nursing
interventions to reduce the sodium
intake for patients with chronic heart
failure. Cardiology and Cardiovascular
Medicine, 3(2), 59–74.
https://doi.org/10.26502/fccm.9292005
4
60