ABSTRAK
Hematemesis yaitu muntah darah segar dan atau disertai hematin yang merupakan gejala klinis
perdarahan saluran gastrointestinal. Pendarahan saluran gastrointestinal merupakan keadaan darurat
medis di bidang gastroenterologi. Di Indonesia etiologi terbanyak adalah varises esophagus (65%),
sedangkan di Eropa dan Amerika adalah perdarahan non variceal karena ulkus peptikum (60%).
Laporan kasus seorang perempuan 69 tahun datang ke IGD dengan keluhan muntah darah sebanyak
dua kali dengan total darah ± 150cc. muntah darah berwarna merah kehitaman. Beberapa hari
terakhir pasien mengeluhkan lemas, pusing, mual, dan nyeri perut dengan skala nyeri vas 5-6. Pasien
memiliki riwayat maag ± 20 tahun dan riwayat konsumsi OAINS Lama. Pada tahun 2019 pasien sempat
masuk Rumah sakit dengan keluhan yang sama hingga dilarikan ke ICU. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan epigastric dan tidak ada tanda tanda anemis dengan pemeriksaan darah
lengkap hb 11,2 g/dL, pada pasien diberikan terapi non farmakologis tirah baring serta diet cair dan
lunak serta diberikan terapi farmakologi dengan Pantoprazol inj 1x1, Rebamipide tab 2 x 1, dan
Sucralfat syr 3x II C
ABSTRACT
Hematemesis is vomiting of fresh blood and accompanied by hematin which is a clinical
symptom of gastrointestinal bleeding. Gastrointestinal bleeding is a medical emergency in
gastroenterology. In Indonesia, the most common etiology is esophageal varices (65%), while in Europe
and America it is non-variceal bleeding due to peptic ulcer (60%). A case report of a 69-year-old
woman came to the emergency room complaining of vomiting blood twice with a total blood count of ±
150cc. vomiting red black blood. The last few days complained of weakness, dizziness, nausea, and
abdominal pain with a 5-6 vas scale. The patient has a history of ulcer ± 20 years and a history of long-
term NSAID consumption. In 2019 the patient was admitted to the hospital with the same complaint
until he passed the ICU. On physical examination, there was epigastric tenderness and no signs of
anemia with a complete blood count of hb 11.2 g/dL, the patient was given non-pharmacological
therapy with bed rest and a liquid and soft diet and given pharmacological therapy with Pantoprazole
inj 1x1, Rebamipide tab 2 x 1, and Sucralfate syr 3x II C
.
Keywords: Hematemesis, Peptic Ulcer, Esophageal Varices
darah segar dan kadang disertai hematin adalah keadaan darurat medis yang umum,
yang merupakan gejala klinis perdarahan dengan insiden 50-150 kasus per 100.000
845
ISSN : 2721-2882
tiap tahunnya, dengan angka kematian patogenesis terjadinya perdarahan
kondisi dan keadaan pasien serta yang telah diketahui pasti adalah usia, jenis
(gastric antral vascular ectasia) dan Pada tanggal 09 Maret 2022, pasien
beberapa faktor risiko yang berperan pada darah sebanyak 2 kali dengan total darah ±
846
ISSN : 2721-2882
satu gelas (150cc). muntah darah berwarna Pemeriksaan fisik didapatkan pasien
merah sedikit kehitaman, muntah pertama tampak lemas, dan pada pemeriksaan status
terjadi 1 jam sebelum masuk rumah sakit, lokalis ditemukan nyeri tekan pada regio
sedangkan muntah kedua terjadi beberapa epigastric. Pada pemeriksaan darah lengkap
menit menjelang sampai IGD RSDS. didapatkan anemia ringan dengan nilai 11
mual, nafsu makan menurun 2-3 minggu Tatalaksana awal pasien dilakukan
terakhir, beberapa hari terakhir juga pemasangan infus dengan tujuan rehidrasi
mengeluhkan nyeri perut dan terasa cairan karena terjadi perdarahan saluran
Pasien pernah mengalami hal yang Serta diberikan high dose PPI dan antasida
serupa yaitu muntah darah dan MRS 2 sebagai langkah awal penanganan keluhan
tahun yang lalu. Pasien telah terdiagnosis nyeri epigastric serta mual yang dikeluhkan
hipertensi sejak tahun 2015, serta memiliki pasien, Pasien direnacanakan untuk
riwayat sakit Maag, adapun untuk keluhan dilakukan USG abdomen untuk mengetahui
lain seperti DM, jantung, paru dan alergi sumber pendarahan, dan jika perlu
memiliki kebiasaan minum jamu rutin 2x pasien sudah berulang hingga masuk rumah
847
ISSN : 2721-2882
hilanganya darah bisa diawali dari Ada beberapa faktor risiko yang
terjadi perdarahan masif. Pada occult terjadinya perdarahan pada saluran cerna
bercak darah samar pada bagian feses atau Perdarahan pada saluran cerna cukup
terdapat adanya anemia defisiensi besi, sering terjadi di usia dewasa muda dan
sehingga sering kali perdarahan ini tidak risiko akan meningkat di usia lebih dari 60
tampak jelas. Adapun berat dan ringannya tahun. Pada penelitian di tahun 2001 higga
suatu perdarahan dapat pula dinilai dari tahun 2005 dengan metode studi
pasien, seperti turunnya kadar haemoglobin Mangunkusumo (RSCM) pada 837 pasien
di dalam darah, serta ada atau tidaknya yang telah memenuhi kriteria pada
penyebab perdarahan saluran cerna yang perdarahan saluran cerna pada pasien pria
terjadi di Indonesia dengan apa yang di adalah 52,7 ± 15,82 tahun dan rerata usia
laporan pada studi di barat. Dibawah ini pasien pada perempuan adalah 54,46 ±
adalah gambar yang menjabarkan penyebab 17,6.26 , dan pada usia lebih dari 70 tahun
848
ISSN : 2721-2882
yang lebih buruk. perdarahan dan perforasi pada lambung.
2. Penggunaan obat anti Inflamasi non Pasien dengan komplikasi saluran cerna
steroid (OAINS)
tidak di anjurkan untuk mengkonsumsi obat
Penggunaan OAINS pada orangtua
antiplatelet seperti clopidogrel karena
akan meningkatkan risiko terjadinya
berisiko tinggi memperburuk kondisi
komplikasi ulkus. Pada studi cross
pasien.
sectional terhadap individu yang
4. Alkohol
mengkonsumsi OAINS dengan jangka
Pasien yang rutin mengkonsumsi
waktu lama serta dengan dosis maksimal
alkohol dengan konsentrasi tinggi dapat
akan menunjukan hasil endoskopi sebesar
merusak pelindung mukosa lambung dan
35% adalah normal, 50% hasil endoskopi
menyebabkan terjadinya lesi akut pada
menunjukkan adanya erosi atau petekie,
mukosa gaster dengan ditandai adanya
dan sekitar 5% hingga 30% menunjukkan
perdarahan.
terjadinya ulkus pada lambung. Adapun
5. Riwayat Gastritis
Jenis-jenis OAINS yang paling sering
Pasien dengan riwayat gastritis
dikonsumsi adalah diklofenak, asam
memiliki resiko yang tinggi terhadap
mefenamat, ibuprofen, indomethacin,
terjadinya ulkus berulang. Pasien dengan
naproxen, dan piroxicam.
gastritis diprediksi memiliki risiko terjadi
3. Konsumsi obat-obat antiplatelet
perdarahan bukan hanya karena
Penggunaan obat anti platelet seperti
meningkatnya sekresi asam tetapi karena
aspirin dengan dosis rendah (75 mg) akan
adanya gangguan dalam mekanisme
meningkatkan dua kali lipat terjadinya
proteksi mukosa dan proses healing.
perdarahan, bahkan pada dosis sub terapi
6. Infeksi oleh Helicobacter pylori
(10 mg perhari) masih dapat menghambat
Helicobacter pylori adalah bakteri
proses siklooksigenase. Aspirin juga dapat
gram negatif dengan bentuk spiral yang
menyebabkan ulkus lambung, ulkus
secara harfiah hidup dalam lapisan mukosa
duodenum, serta komplikasi berupa
849
ISSN : 2721-2882
tepatnya di dalam bagian yang melapisi perdarahan dipada bagian duodenum atau
dinding lambung. Pada beberapa penelitian saluran cerna bagian bawah relatif lebih
di Amerika menunjukkan bahwa tingkat sering dalam bentuk bab hitam/melena atau
infeksi Helicobacter pylori lebih dari 75% bahkan dalam bentuk hematochezia.
pada pasien ulkus duodenum. Dan dari Hal tersebut dapat banyak
hasil penelitian di kota New York 61% dari dipengaruhi dari jumlah darah yang keluar
ulkus duodenum dan 63% dari ulkus gaster dan fungsi pilorus. Terkumpulnya darah
disebabkan dari infeksi dari Helicobacter dalam volume banyak dalam waktu yang
sehingga sering terjadi jejas. Selain itu berupa muntah darah segar. Hal ini berbeda
artherosklerosis karena plaque akan mudah dengan asam lambung sehingga akan
sehingga pada pasien dengan hipertensi yang masif, terutama yang berasal dari
Manifestasi klinis yang paling sering darah segar (hematochezia) atau merah hati
dengan adanya bab hitam (Melena). Hal ini anamnesis, pemeriksaan fisik, inspeksi
terutama terjadi pada kasus dengan sumber cairan lambung dengan cara melakukan
850
ISSN : 2721-2882
melakukan pemeriksaan laboratorium, saluran cerna atas adalah dengan
perdarahan, jumlah darah yang keluar, sebagai bentuk evaluasi klinis maupun
riwayat perdarahan dalam keluarga, ada aspirat berwarna hitam gelap seperti kopii,
tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain, maka dianjurkan rawat inap dan
hipertensi sakit hati kronis, diabetes waktu 24 jam pertama. Meskipun demikian
mellitus, demam tifoid, adanya penggunaan gambaran aspirat normal belum dapat
obat-obatan seperti obat anti inflamasi non menyingkirkan terjadinya perdarahan pada
riwayat transfusi sebelumnya serta lebih kurang 15% kasus perdarahan saluran
Pemeriksaan tanda tanda vital yang hasil normal tetapi terdapat lesi dengan
utama berupa pemeriksaan tekanan darah risiko tinggi perdarahan pada endoskopi.
seberapa banyak darah yang keluar dari pemeriksaan laboratorium awal bertujuan
dalam tubuh. Kenaikan nadi kurang dari 20 untuk menilai kadar hb, fungsi hemostasis,
kali/menit dan turunnya tekanan sistolik fungsi hati dan status haemodinamik.
telah terjadi kehilangan darah yang masif. dilakukan secara serial (setiap 6-8 jam)
Langkah awal yang dapat dilakukan agar dapat dilakukan antisipasi transfusi
sebagai penilaian awal dari perdarahan secara lebih tepat dan untuk mengevaluasi
851
ISSN : 2721-2882
lajunya proses perdarahan. dimasukkan lagi dalam sistem sirkulasi
untuk menegakkan diagnosis perdarahan relative sedikit (0,1 ml/mnt), tetapi tehnik
saluran cerna, dengan tingkat keakuratan labeling sel darah merah ini masih kurang
telah diberikan terapi suportif dan tidak arteriografi selektif melalui aksis seliac,
utama dalam pemeriksaan endoskopi selain Pemeriksaan ini memerlukan daya laju
untuk menemukan penyebab utama dan perdarahan minimal 0,5 sampai 1,0 mililiter
lokasi terjadinya perdarahan, juga untuk permenit. Tetapi teknik pemeriksaan ini
klasifikasi perdarahan ulkus peptikum atas juga karena adanya zat kontras akan
selanjutnya. arteriografi.
852
ISSN : 2721-2882
hemodynamic stabilitation, mencegah pembuluh darah vena sentral 5 sampai 10
renjatan atau dalam keadaan hemodinamik Proton Pump inhibitor (PPI) merupakan
yang tidak stabil, maka proses resusitasi pilihan pertama dan utama dalam
cairan (cairan koloid atau kristaloid) harus pengobatan perdarahan saluran cerna non
segera dilakukan. Pilihan jalur akses, jenis variseal. Dalam beberapa studi menyatakan
cairan resusitasi yang diberikan, serta bahwa efektifnya Proton pump inhibitor
derajat perdarahan dan manifestasi klinis disebabkan ulkus peptikum dan dapat
melalui akses perifer dapat diberikan pada berulang. Proton pump inhibitor memiliki
perdarahan dengan drajat ringan sampai dua mekanisme kerja yaitu menghambat
diberikan pada drajat perdarahan yang berat menyebabkan terhambatnta sekresi asam
Pada pasien dengan keadaan syok dan perlu meningkat. Hambatan pada pada enzim
akses sentral. Target utama dalam resusitasi lambung, dan meningkatkan aliran darah
urin yang cukup (>30 cc/jam), tekanan Indonesia yaitu lansoprazole, rabeprazole,
853
ISSN : 2721-2882
omeprazol, esomeprazole, dan pantoprazol. Hematemesis merupakan salah satu
intravena proton pump inhibitor dapat men- wujud manifestasi klinis dari perdarahan
supresi asam lambung lebih lama dan lebih saluran gastrointestinal. Pendarahan dari
kuat tanpa efek samping toleransi. Pada saluran gastrointestinal (GI) merupakan
lebih efektif jika diberikan melalui mengalami perdarahan saluran cerna karena
intravena dengan dosis tinggi selama 72 datang dengan keluhan muntah darah serta
jam setelah dilakukannya terapi endoskopi terdapat keluhan nyeri epigastric. Pada
pada perdarahan ulkus dengan stigmata pemeriksaan status lokalis pada abdomen
terapi oral. Pada pasien dengan stigmata hemodinamik pasien dengan proses
endoskopi risiko rendah PPI oral dosis resusitai cairan menggunakan cairan
tinggi direkomendasikan. Proton Pump kristaloid dan koloid, jika terjadi anemia
intravena, atau bisa lebih lama diberikan cairan juga diperlukan terapi causative dari
jika ada infeksi Helicobacter pylori atau hematemesis yaitu menggunakan Proton
penggunaan regular aspirin, OAINS dan Pump Inhibitor (PPI). PPI adalah terapi
854
ISSN : 2721-2882
variseal, dari beberapa studi mengatakan Maduseno S. Rekomendasi terbaru
perdarahan ulkus peptic, “konsensus
bahwa tingginya efektifitas PPI dalam internasional”. Dalam: Purnomo HD,
Hirlan, editor. Semarang
menghentikan perdarahan karena ulkus Gastroenterohepatology update 2011
“Current issues in
peptikum dan dapat menurunkan resiko gastroenterohepatology: from theory
to clinical Practice; 2011 Apr 8-10”.
perdarahan yang berulang. Semarang (Indonesia): Badan
Penerbit Universitas Diponegoro;
2011:33-51.
DAFTAR PUSTAKA
Noolima G, Vallurupalli MD, Samuel Z,
Adi P. Pengelolaan perdarahan saluran Goldhaber M. Gastrointestinal
cerna bagian atas. Dalam: Sudoyo complications of dual antiplatelet
AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, therapy. Circulation. 2006;(113):655-
Setiati S, editor. Buku ajar ilmu 58.
penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta:
Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam Robinson M, Syam FA, Abdulah M.
FK UI; 2010: 447-53. Mortality risk factors in acute upper
gastrointestinal bleeding. Indones J
Djojodiningrat, Hardjodisastro D. Gastroenterol Hepatol Dig Endosc.
Hematemesis Melena. Dalam: 2012; 13:1-37.
Subekti I, Lydia A, Rumende CM,
Syam AF, Mansjoer A, Suprohaita, Siregar L, Rani AA, Manan C, Simadibrata
editor. Prosiding symposium: M, Makmun D. Clinical profile and
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan outcome of non-variceal upper
di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. gastrointestinal bleeding in relation
Jakarta: Pusat Informasi dan to timing of endoscopic Procedure in
Penerbitan Bagian IPD FKUI; patient undergoing elective
2001:111-7. endoscopy. Indones J Gastroenterol
Hepatol Dig Endosc. 2011;
Djojoningrat D. Perdarahan saluran cerna 12(3):140-5.
bagian atas (hematemesis melena).
Dalam: Rani AA, K MS, Syam AF, Soll AH, Graham YD. Peptic ulcer disease.
editor. Buku ajar gastroenterology. In: Yamada T, ed. Textbook of
Edisi ke-1. Jakarta: Pusat penerbit gastroenterology. 5th ed. 2009; 936-
Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2011: 46.
33-44.
Thomson ICR, Teo E. The changing face of
Gilbert DA, Silverstein FE. Acute upper non-variceal, upper gastrointestinal
gastrointestinal bleeding. In: Sivak hemorrhage. J Gastroenterol Hepatol.
MV, Schleutermann DA, eds. 2007; (22): 13-7.
Gastroenterologic endoscopy. 2nd ed.
Philadelphia: WB Saunders; 2000. Turner JR. The gastrointestinal tract. In:
284-300. Kumar V, Abbas A.K, Fausto N,
Aster J.C. Robbins and cotran
Gralnek I.M, Barkun A.N, Bardou M. pathologis basis of disease. 8th ed.
Management of acute bleeding from Philadelphia: Elsevier Saunders Inc;
a peptic ulcer. N Engl J Med. 2008; 2010; 763-70
359:928-37.
855
ISSN : 2721-2882