Anda di halaman 1dari 11

SEORANG PEREMPUAN 69 TAHUN DENGAN

HEMATEMESIS: LAPORAN KASUS

A 69-Year-Old Woman with Hematemesis: Case Report

Vandu Dwi Cahyo', Dian Prasetyawati2


1
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Rumah Sakit Umum Daerah dr Sayidiman Magetan
Alamat email: J500160080@student.ums.ac.id

ABSTRAK

Hematemesis yaitu muntah darah segar dan atau disertai hematin yang merupakan gejala klinis
perdarahan saluran gastrointestinal. Pendarahan saluran gastrointestinal merupakan keadaan darurat
medis di bidang gastroenterologi. Di Indonesia etiologi terbanyak adalah varises esophagus (65%),
sedangkan di Eropa dan Amerika adalah perdarahan non variceal karena ulkus peptikum (60%).
Laporan kasus seorang perempuan 69 tahun datang ke IGD dengan keluhan muntah darah sebanyak
dua kali dengan total darah ± 150cc. muntah darah berwarna merah kehitaman. Beberapa hari
terakhir pasien mengeluhkan lemas, pusing, mual, dan nyeri perut dengan skala nyeri vas 5-6. Pasien
memiliki riwayat maag ± 20 tahun dan riwayat konsumsi OAINS Lama. Pada tahun 2019 pasien sempat
masuk Rumah sakit dengan keluhan yang sama hingga dilarikan ke ICU. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan epigastric dan tidak ada tanda tanda anemis dengan pemeriksaan darah
lengkap hb 11,2 g/dL, pada pasien diberikan terapi non farmakologis tirah baring serta diet cair dan
lunak serta diberikan terapi farmakologi dengan Pantoprazol inj 1x1, Rebamipide tab 2 x 1, dan
Sucralfat syr 3x II C

Kata Kunci: Hematemesis, Ulkus Peptikum, Varises Esophagus

ABSTRACT
Hematemesis is vomiting of fresh blood and accompanied by hematin which is a clinical
symptom of gastrointestinal bleeding. Gastrointestinal bleeding is a medical emergency in
gastroenterology. In Indonesia, the most common etiology is esophageal varices (65%), while in Europe
and America it is non-variceal bleeding due to peptic ulcer (60%). A case report of a 69-year-old
woman came to the emergency room complaining of vomiting blood twice with a total blood count of ±
150cc. vomiting red black blood. The last few days complained of weakness, dizziness, nausea, and
abdominal pain with a 5-6 vas scale. The patient has a history of ulcer ± 20 years and a history of long-
term NSAID consumption. In 2019 the patient was admitted to the hospital with the same complaint
until he passed the ICU. On physical examination, there was epigastric tenderness and no signs of
anemia with a complete blood count of hb 11.2 g/dL, the patient was given non-pharmacological
therapy with bed rest and a liquid and soft diet and given pharmacological therapy with Pantoprazole
inj 1x1, Rebamipide tab 2 x 1, and Sucralfate syr 3x II C
.
Keywords: Hematemesis, Peptic Ulcer, Esophageal Varices

PENDAHULUAN saluran gastrointestinal. Pendarahan dari

Hematemesis yaitu muntah berupa saluran gastrointestinal (GI) bagian atas

darah segar dan kadang disertai hematin adalah keadaan darurat medis yang umum,

yang merupakan gejala klinis perdarahan dengan insiden 50-150 kasus per 100.000

845
ISSN : 2721-2882
tiap tahunnya, dengan angka kematian patogenesis terjadinya perdarahan

antara 4-14% dan tergantung pada Gastrointestinal. Beberapa fakto resiko

kondisi dan keadaan pasien serta yang telah diketahui pasti adalah usia, jenis

kelamin, riwayat ulkus, diabetes mellitus,


dengan penanganan yang tepat.
penggunaan obat antiplatelet, penggunaan
Perdarahan pada saluran cerna adalah salah
OAINS, merokok, mengkonsumsi alkohol,
satu kasus kegawatdaruratan di bidang
dan infeksi dari bakteri Helicobacter pylori.
gastroenterologi yang hingga saat ini masih
Diagnosis perdarahan yang terjadi
merupakan permasalahan dalam aspek
pada saluran cerna disusun berdasar
kesehatan.
anamnesis, pemeriksaan fisik, inspeksi
Penyebab paling banyak di
cairan lambung dengan cara melakukan
Indonesia adalah perdarahan variceal yang
pemasangan nasogastrictube (NGT),
disebabkan oleh sirosis hati (65%), berbeda
melakukan pemeriksaan laboratorium,
halnya dengan Indonesia di negara Eropa
pemeriksaan endoskopi, radiografi barium
dan Amerika serikat pennyebab paling
kontras, radionuclide scanning. Dan tujuan
banyak adalah perdarahan non variceal
utama penanganaan pada perdarahan adalah
yang di karenakan ulkus peptikum sebesar
menghentikan perdarahan yang terjadi,
(60%). Adapun penyebab lain yang dapat
melakukan hemodynamic stabilitation,
memicu terjadinya perdarahan saluran
mencegah terjadinya perdarahan berulang
cerna yang jarang terjadi yaitu, duodenitis
dan menurunkan angka terjadinya
erosive, neoplasma, Malory Weiss tears,
mortalitas.
aortoenteric fistula, ulkus dielafoy (salah

satu tipe malformasi vaskuler), GAVE LAPORAN KASUS

(gastric antral vascular ectasia) dan Pada tanggal 09 Maret 2022, pasien

gastropathy prolapse. datang diantarkan anaknya ke IGD RSDS

Perdarahan saluran cerna memiliki Magetan dengan keluhan muntah berisi

beberapa faktor risiko yang berperan pada darah sebanyak 2 kali dengan total darah ±

846
ISSN : 2721-2882
satu gelas (150cc). muntah darah berwarna Pemeriksaan fisik didapatkan pasien

merah sedikit kehitaman, muntah pertama tampak lemas, dan pada pemeriksaan status

terjadi 1 jam sebelum masuk rumah sakit, lokalis ditemukan nyeri tekan pada regio

sedangkan muntah kedua terjadi beberapa epigastric. Pada pemeriksaan darah lengkap

menit menjelang sampai IGD RSDS. didapatkan anemia ringan dengan nilai 11

Keluhan lain didapatkan lemas, pusing, g/dL dan hiperurisemia 12,90L.

mual, nafsu makan menurun 2-3 minggu Tatalaksana awal pasien dilakukan

terakhir, beberapa hari terakhir juga pemasangan infus dengan tujuan rehidrasi

mengeluhkan nyeri perut dan terasa cairan karena terjadi perdarahan saluran

kembung. cerna dan pemasangan nasal gastric tube.

Pasien pernah mengalami hal yang Serta diberikan high dose PPI dan antasida

serupa yaitu muntah darah dan MRS 2 sebagai langkah awal penanganan keluhan

tahun yang lalu. Pasien telah terdiagnosis nyeri epigastric serta mual yang dikeluhkan

hipertensi sejak tahun 2015, serta memiliki pasien, Pasien direnacanakan untuk

riwayat sakit Maag, adapun untuk keluhan dilakukan USG abdomen untuk mengetahui

lain seperti DM, jantung, paru dan alergi sumber pendarahan, dan jika perlu

tidak ada. Pasien mengatakan dulu dilakukan endoskopi dikarenakan keluhan

memiliki kebiasaan minum jamu rutin 2x pasien sudah berulang hingga masuk rumah

seminggu selama bertahun tahun, pasien sakit.

juga memiliki kebiasaan makan tidak


PEMBAHASAN
teratur. Riwayat anggota keluarga dirumah
Perdarahan saluran cerna adalah
tidak ada yang mengalamai keluhan serupa.
hilanganya darah di dalam lumen saluran
Pada pemeriksaan tanda tanda vital
cerna yang terjadi pada bagian proksimal
pasien seperti tekanan darah 82/51 mmHg, ligamentum treitz, yang diawali dari
heart rate 89 x/menit, pernapasan esofagus, gaster, duodenum hingga ke
23x/menit, suhu 36,1 ºC, SpO2 97%. bagian atas dari jejunum. Mekanisme dari

847
ISSN : 2721-2882
hilanganya darah bisa diawali dari Ada beberapa faktor risiko yang

perdarahan tersamar intermiten hingga berperan penting dalam patogenesis

terjadi perdarahan masif. Pada occult terjadinya perdarahan pada saluran cerna

bleeding atau perdarahan yang tersamar yaitu:

hanya dapat dideteksi dengan adanya 1. Usia

bercak darah samar pada bagian feses atau Perdarahan pada saluran cerna cukup

terdapat adanya anemia defisiensi besi, sering terjadi di usia dewasa muda dan

sehingga sering kali perdarahan ini tidak risiko akan meningkat di usia lebih dari 60

tampak jelas. Adapun berat dan ringannya tahun. Pada penelitian di tahun 2001 higga

suatu perdarahan dapat pula dinilai dari tahun 2005 dengan metode studi

manifestasi klinik yang ditemukan pada retrospektif di Rumah Sakit Cipto

pasien, seperti turunnya kadar haemoglobin Mangunkusumo (RSCM) pada 837 pasien

di dalam darah, serta ada atau tidaknya yang telah memenuhi kriteria pada

manifestasi klinis gangguan hemodinamik. perdarahan saluran cerna menunjukkan

Terdapat adanya beberapa perbedaan hasil rata-rata usia pasien dengan

penyebab perdarahan saluran cerna yang perdarahan saluran cerna pada pasien pria

terjadi di Indonesia dengan apa yang di adalah 52,7 ± 15,82 tahun dan rerata usia

laporan pada studi di barat. Dibawah ini pasien pada perempuan adalah 54,46 ±

adalah gambar yang menjabarkan penyebab 17,6.26 , dan pada usia lebih dari 70 tahun

perdarahan di saluran cerna. memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya

perdarahan saluran cerna karena terjadi

peningkatan frekuensi peenggunaan terapi

obat anti inflamasi non steroid (OAINS)

dan adanya interaksi terhadap beberapa

penyakit komorbid yang menyebabkan

Gambar 1. Penyebab perdarahan pada saluran timbulnya berbagai macam komplikasi


cerna

848
ISSN : 2721-2882
yang lebih buruk. perdarahan dan perforasi pada lambung.

2. Penggunaan obat anti Inflamasi non Pasien dengan komplikasi saluran cerna
steroid (OAINS)
tidak di anjurkan untuk mengkonsumsi obat
Penggunaan OAINS pada orangtua
antiplatelet seperti clopidogrel karena
akan meningkatkan risiko terjadinya
berisiko tinggi memperburuk kondisi
komplikasi ulkus. Pada studi cross
pasien.
sectional terhadap individu yang
4. Alkohol
mengkonsumsi OAINS dengan jangka
Pasien yang rutin mengkonsumsi
waktu lama serta dengan dosis maksimal
alkohol dengan konsentrasi tinggi dapat
akan menunjukan hasil endoskopi sebesar
merusak pelindung mukosa lambung dan
35% adalah normal, 50% hasil endoskopi
menyebabkan terjadinya lesi akut pada
menunjukkan adanya erosi atau petekie,
mukosa gaster dengan ditandai adanya
dan sekitar 5% hingga 30% menunjukkan
perdarahan.
terjadinya ulkus pada lambung. Adapun
5. Riwayat Gastritis
Jenis-jenis OAINS yang paling sering
Pasien dengan riwayat gastritis
dikonsumsi adalah diklofenak, asam
memiliki resiko yang tinggi terhadap
mefenamat, ibuprofen, indomethacin,
terjadinya ulkus berulang. Pasien dengan
naproxen, dan piroxicam.
gastritis diprediksi memiliki risiko terjadi
3. Konsumsi obat-obat antiplatelet
perdarahan bukan hanya karena
Penggunaan obat anti platelet seperti
meningkatnya sekresi asam tetapi karena
aspirin dengan dosis rendah (75 mg) akan
adanya gangguan dalam mekanisme
meningkatkan dua kali lipat terjadinya
proteksi mukosa dan proses healing.
perdarahan, bahkan pada dosis sub terapi
6. Infeksi oleh Helicobacter pylori
(10 mg perhari) masih dapat menghambat
Helicobacter pylori adalah bakteri
proses siklooksigenase. Aspirin juga dapat
gram negatif dengan bentuk spiral yang
menyebabkan ulkus lambung, ulkus
secara harfiah hidup dalam lapisan mukosa
duodenum, serta komplikasi berupa

849
ISSN : 2721-2882
tepatnya di dalam bagian yang melapisi perdarahan dipada bagian duodenum atau

dinding lambung. Pada beberapa penelitian saluran cerna bagian bawah relatif lebih

di Amerika menunjukkan bahwa tingkat sering dalam bentuk bab hitam/melena atau

infeksi Helicobacter pylori lebih dari 75% bahkan dalam bentuk hematochezia.

pada pasien ulkus duodenum. Dan dari Hal tersebut dapat banyak

hasil penelitian di kota New York 61% dari dipengaruhi dari jumlah darah yang keluar

ulkus duodenum dan 63% dari ulkus gaster dan fungsi pilorus. Terkumpulnya darah

disebabkan dari infeksi dari Helicobacter dalam volume banyak dalam waktu yang

pylori. singkat akan menyebabkan terjadinya

7. Hipertensi refleks muntah sebelum komponen darah

Pasien dengan hipertensi akan tersebut bercampur dengan asam lambung

menyebabkan terjadinya disfungsi endotel sehingga akan timbul manifestasi klinis

sehingga sering terjadi jejas. Selain itu berupa muntah darah segar. Hal ini berbeda

hipertensi akan memicu terbentuknya dengan perdarahan yang sempat bercampur

artherosklerosis karena plaque akan mudah dengan asam lambung sehingga akan

menempel di dalam lumen pembuluh darah membentuk hematin/hitam. Perdarahan

sehingga pada pasien dengan hipertensi yang masif, terutama yang berasal dari

dianjurkan untuk mengkonsumsi obat duodenum, kadang tidak terpapar asam

antiplatelet. lambung dan keluar per anum dalam bentuk

Manifestasi klinis yang paling sering darah segar (hematochezia) atau merah hati

terjadi adalah adanya muntah darah segar (maroon stool).

dan atau disertai hematin/hitam Diagnosis perdarahan yang terjadi

(Haematemesis) yang terkadang dilanjutkan pada saluran cerna disusun berdasar

dengan adanya bab hitam (Melena). Hal ini anamnesis, pemeriksaan fisik, inspeksi

terutama terjadi pada kasus dengan sumber cairan lambung dengan cara melakukan

perdarahan di esofagus dan gaster. Sumber pemasangan nasogastrictube (NGT),

850
ISSN : 2721-2882
melakukan pemeriksaan laboratorium, saluran cerna atas adalah dengan

pemeriksaan endoskopi, radiografi barium pemasangan NGT dan inspeksi aspirat.

kontras, dan radionuclide scanning. Hasil yang menunjukkan aspirat warna

Pada anamnesis yang perlu di merah terang, menyatakan bahwa pasien

tekankan adalah onset/waktu terjadinya memerlukan pemeriksaan endoskopi segera

perdarahan, jumlah darah yang keluar, sebagai bentuk evaluasi klinis maupun

adanya riwayat perdarahan sebelumnya, perawatan intensif. Dan apabila cairan

riwayat perdarahan dalam keluarga, ada aspirat berwarna hitam gelap seperti kopii,

tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain, maka dianjurkan rawat inap dan

kemungkinan adanya gagal ginjal, pemeriksaan endoskopi segera dalam kurun

hipertensi sakit hati kronis, diabetes waktu 24 jam pertama. Meskipun demikian

mellitus, demam tifoid, adanya penggunaan gambaran aspirat normal belum dapat

obat-obatan seperti obat anti inflamasi non menyingkirkan terjadinya perdarahan pada

steroid, penggunaan obat antiplatelet, saluran cerna. Beberapa studi melaporkan

riwayat transfusi sebelumnya serta lebih kurang 15% kasus perdarahan saluran

kebiasaan minum alkohol. cerna dengan pemeriksaan NGT didapatkan

Pemeriksaan tanda tanda vital yang hasil normal tetapi terdapat lesi dengan

utama berupa pemeriksaan tekanan darah risiko tinggi perdarahan pada endoskopi.

sederhana yang dapat memperkirakan Pemeriksaan penunjang berupa

seberapa banyak darah yang keluar dari pemeriksaan laboratorium awal bertujuan

dalam tubuh. Kenaikan nadi kurang dari 20 untuk menilai kadar hb, fungsi hemostasis,

kali/menit dan turunnya tekanan sistolik fungsi hati dan status haemodinamik.

kurang dari 10 mmHg menandakan bahwa Pemeriksaan kadar hb dan hematokrit

telah terjadi kehilangan darah yang masif. dilakukan secara serial (setiap 6-8 jam)

Langkah awal yang dapat dilakukan agar dapat dilakukan antisipasi transfusi

sebagai penilaian awal dari perdarahan secara lebih tepat dan untuk mengevaluasi

851
ISSN : 2721-2882
lajunya proses perdarahan. dimasukkan lagi dalam sistem sirkulasi

Endoskopi adalah pemeriksaan darah dapat menentukan lokasi sumber

penunjang pilihan utama (gold standart) perdarahan walaupun laju perdarahan

untuk menegakkan diagnosis perdarahan relative sedikit (0,1 ml/mnt), tetapi tehnik

saluran cerna, dengan tingkat keakuratan labeling sel darah merah ini masih kurang

diagnosis lebih dari 90%. standar spesifik untuk menentukan lokasi

perawatan yang direkomendasikan dalam perdarahan dibandingkan dengan teknik

pemeriksaan endoskopi adalah 24 jam arteriografi.

pertama. Pasien dengan perdarahan yang Pada pemeriksaan dengan

telah diberikan terapi suportif dan tidak arteriografi selektif melalui aksis seliac,

terdapat perbaikan membutuhkan arteri mesenterika inferior, arteri

pemeriksaan endoskopi segera (urgent mesenterika superior dan percabangnya

endoscopy) tidak hanya untuk dapat digunakan sebagai diagnosis dan

mendiagnosis, tetapi sebagai terapi. Tujuan dapat berfungsi sebagai terapeutik.

utama dalam pemeriksaan endoskopi selain Pemeriksaan ini memerlukan daya laju

untuk menemukan penyebab utama dan perdarahan minimal 0,5 sampai 1,0 mililiter

lokasi terjadinya perdarahan, juga untuk permenit. Tetapi teknik pemeriksaan ini

menentukan tingkat keparahan dari tidak direkomendasikan. Karena selain

perdarahan tersebut. Forest membuat sukar dalam menentukan lokasi perdarahan,

klasifikasi perdarahan ulkus peptikum atas juga karena adanya zat kontras akan

dasar penemuan endoskopi yang menyulitkan pemeriksaan penunjang

bermanfaat untuk menentukan tindakan lainnya seperti pemeriksaan endoskopi dan

selanjutnya. arteriografi.

Selain endoskopi pemeriksaan Tujuan utama penanganaan pada

melalui Labeling sel darah merah dengan perdarahan adalah menghentikan

menggunakan zat radioaktif yang perdarahan yang terjadi, melakukan

852
ISSN : 2721-2882
hemodynamic stabilitation, mencegah pembuluh darah vena sentral 5 sampai 10

terjadinya perdarahan berulang dan cm H2O, kadar Hemoglobin terpenuhi (8 -

menurunkan angka terjadinya mortalitas. 10 gr%).

Apabila pasien dalam keadaan Terapi menggunakan obat golongan

renjatan atau dalam keadaan hemodinamik Proton Pump inhibitor (PPI) merupakan

yang tidak stabil, maka proses resusitasi pilihan pertama dan utama dalam

cairan (cairan koloid atau kristaloid) harus pengobatan perdarahan saluran cerna non

segera dilakukan. Pilihan jalur akses, jenis variseal. Dalam beberapa studi menyatakan

cairan resusitasi yang diberikan, serta bahwa efektifnya Proton pump inhibitor

kebutuhan transfusi darah, tergantung dari dalam menghentikan perdarahan yang

derajat perdarahan dan manifestasi klinis disebabkan ulkus peptikum dan dapat

pasien. Cairan kristaloid yang diberikan menurunkan resiko perdarahan yang

melalui akses perifer dapat diberikan pada berulang. Proton pump inhibitor memiliki

perdarahan dengan drajat ringan sampai dua mekanisme kerja yaitu menghambat

sedang tanpa disertai dengan adanya H+/K+ATPase dan enzim karbonik

gangguan hemodinamik. anhidrase mukosa lambung manusia.

Penggunaan cairan koloid dapat Hambatan pada H+/K+ATPase

diberikan pada drajat perdarahan yang berat menyebabkan terhambatnta sekresi asam

sebelum transfusi darah bisa diberikan. lambung sehingga pH lambung akan

Pada pasien dengan keadaan syok dan perlu meningkat. Hambatan pada pada enzim

monitoring dan evaluasi ketat pemberian karbonik anhidrase terjadi perbaikan

cairan, diperlukan pemberian cairan melalui vaskuler, peningkatan mikrosirkulasi

akses sentral. Target utama dalam resusitasi lambung, dan meningkatkan aliran darah

yang disebabkan perdarahan adalah mukosa lambung. Obat golongan Proton

stabilnya hemodinamik tubuh, produksi pump inhibitor yang banyak dikonsumsi di

urin yang cukup (>30 cc/jam), tekanan Indonesia yaitu lansoprazole, rabeprazole,

853
ISSN : 2721-2882
omeprazol, esomeprazole, dan pantoprazol. Hematemesis merupakan salah satu

intravena proton pump inhibitor dapat men- wujud manifestasi klinis dari perdarahan

supresi asam lambung lebih lama dan lebih saluran gastrointestinal. Pendarahan dari

kuat tanpa efek samping toleransi. Pada saluran gastrointestinal (GI) merupakan

studi Randomized Controlled Trial (RCT) keadaan darurat medis.

menunjukkan bahwa Proton Pump Inhibitor Pada pasien ini dicurigai

lebih efektif jika diberikan melalui mengalami perdarahan saluran cerna karena

intravena dengan dosis tinggi selama 72 datang dengan keluhan muntah darah serta

jam setelah dilakukannya terapi endoskopi terdapat keluhan nyeri epigastric. Pada

pada perdarahan ulkus dengan stigmata pemeriksaan status lokalis pada abdomen

endoskopi risiko tinggi didapatkan adanya nyeri tekan dibagian

Dosis rekomendasi pada omeprazol epigastric, dan pada pemeriksaan penunjang

untuk stigmata resiko tinggi pada ditemukan anemia ringan dan

pemeriksaan endoskopi adalah 80 mg hiperurisemia.

melalui bolus di ikuti dengan 8 mg/jam Tatalaksana haematemesis diawali

infus selama 72 jam dilanjutkan dengan dengan menstabilkan keadaan

terapi oral. Pada pasien dengan stigmata hemodinamik pasien dengan proses

endoskopi risiko rendah PPI oral dosis resusitai cairan menggunakan cairan

tinggi direkomendasikan. Proton Pump kristaloid dan koloid, jika terjadi anemia

Inhibitor oral diberikan rutib selama 6 sedang-berat bisa di pertimbangkan

sampai 8 minggu setelah pemberian diberikan tranfusi darah. Selain resusitasi

intravena, atau bisa lebih lama diberikan cairan juga diperlukan terapi causative dari

jika ada infeksi Helicobacter pylori atau hematemesis yaitu menggunakan Proton

penggunaan regular aspirin, OAINS dan Pump Inhibitor (PPI). PPI adalah terapi

obat antiplatelet. pilihan pertama dan utama dalam

pengobatan perdarahan saluran cerna non


SIMPULAN DAN SARAN

854
ISSN : 2721-2882
variseal, dari beberapa studi mengatakan Maduseno S. Rekomendasi terbaru
perdarahan ulkus peptic, “konsensus
bahwa tingginya efektifitas PPI dalam internasional”. Dalam: Purnomo HD,
Hirlan, editor. Semarang
menghentikan perdarahan karena ulkus Gastroenterohepatology update 2011
“Current issues in
peptikum dan dapat menurunkan resiko gastroenterohepatology: from theory
to clinical Practice; 2011 Apr 8-10”.
perdarahan yang berulang. Semarang (Indonesia): Badan
Penerbit Universitas Diponegoro;
2011:33-51.
DAFTAR PUSTAKA
Noolima G, Vallurupalli MD, Samuel Z,
Adi P. Pengelolaan perdarahan saluran Goldhaber M. Gastrointestinal
cerna bagian atas. Dalam: Sudoyo complications of dual antiplatelet
AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, therapy. Circulation. 2006;(113):655-
Setiati S, editor. Buku ajar ilmu 58.
penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta:
Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam Robinson M, Syam FA, Abdulah M.
FK UI; 2010: 447-53. Mortality risk factors in acute upper
gastrointestinal bleeding. Indones J
Djojodiningrat, Hardjodisastro D. Gastroenterol Hepatol Dig Endosc.
Hematemesis Melena. Dalam: 2012; 13:1-37.
Subekti I, Lydia A, Rumende CM,
Syam AF, Mansjoer A, Suprohaita, Siregar L, Rani AA, Manan C, Simadibrata
editor. Prosiding symposium: M, Makmun D. Clinical profile and
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan outcome of non-variceal upper
di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. gastrointestinal bleeding in relation
Jakarta: Pusat Informasi dan to timing of endoscopic Procedure in
Penerbitan Bagian IPD FKUI; patient undergoing elective
2001:111-7. endoscopy. Indones J Gastroenterol
Hepatol Dig Endosc. 2011;
Djojoningrat D. Perdarahan saluran cerna 12(3):140-5.
bagian atas (hematemesis melena).
Dalam: Rani AA, K MS, Syam AF, Soll AH, Graham YD. Peptic ulcer disease.
editor. Buku ajar gastroenterology. In: Yamada T, ed. Textbook of
Edisi ke-1. Jakarta: Pusat penerbit gastroenterology. 5th ed. 2009; 936-
Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2011: 46.
33-44.
Thomson ICR, Teo E. The changing face of
Gilbert DA, Silverstein FE. Acute upper non-variceal, upper gastrointestinal
gastrointestinal bleeding. In: Sivak hemorrhage. J Gastroenterol Hepatol.
MV, Schleutermann DA, eds. 2007; (22): 13-7.
Gastroenterologic endoscopy. 2nd ed.
Philadelphia: WB Saunders; 2000. Turner JR. The gastrointestinal tract. In:
284-300. Kumar V, Abbas A.K, Fausto N,
Aster J.C. Robbins and cotran
Gralnek I.M, Barkun A.N, Bardou M. pathologis basis of disease. 8th ed.
Management of acute bleeding from Philadelphia: Elsevier Saunders Inc;
a peptic ulcer. N Engl J Med. 2008; 2010; 763-70
359:928-37.

855
ISSN : 2721-2882

Anda mungkin juga menyukai