I PENDAHULUAN
Perdarahan saluran cerna bagian atas(SCBA) adalah perdarahan saluran makan
proksimal dari ligamentum Treitz. Manifestasi klinik perdarahan saluran cerna bagian
atas(SCBA) bisa beragam tergantung lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang,
dan apakah perdarahan berlangsung terus menerus atau tidak. Kemungkinan pasien datang
dengan 1) Anemia defesiensi besi akibat perdarahan yang tersembunyi yang berlangsung
lama, 2) hematemesis(muntah darah) dan atau melena(berak darah) disertai atau tanpa
anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik; derajat hipovolemi menentukan tingkat
kegawatan pasien. Penyebab SCBA yang paling sering adalah pecahnya varises esofagus,
gastritis erosif, tukak peptik, gastropati kongestif, sindroma Mallory-Weiss, dan keganasan.1
Hematemesis, dan melena merupakan keadaan yang diakibatkan oleh perdarahan
saluran cerna bagian atas(upper gastrointestinal tract). Perdarahan saluran cerna bagian
atas(SCBA) termasuk salah satu kegawatdaruratan yang banyak ditemukan di rumah sakit di
seluruh dunia yang banyak menimbulkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.2
Kebanyakan kasus hematemesis adalah keadaan gawat di rumah sakit dan menimbulkan 8-
14% kematian di rumah sakit. Faktor utama yang berperan dalam tingginya angka kematian
adalah kegagalan untuk menilai masalah ini sebagai keadaan klinis yang gawat dan kesalahan
diagnostik dalam menentukan sumber perdarahan.3
II LAPORAN KASUS
Hasil 23/9/2022
Hb 2,0
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
Segmen
Limfosit
Monosit
MCV
MCH
MCHC
Malaria negative
Golongan darah A+
SGOT/SGPT
Hasil Elektrolit
Natrium
Kalium
Chloride
III PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan hematemesis melena berdasarkan data
anamnesis bahwa pasien mengeluhkan BAB hitam sejak 3 hari yang lalu, muntah darah
kehitaman sejak 2 hari yang lalu, nyeri ulu hati, dan riwayat mengkonsumsi obat pereda nyeri
piroxicam(NSAID) sejak kurang lebih lima tahun yang lalu dan baru berhenti sekitar 2
minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis dan terdapat nyeri
tekan epigastrium. Tidak ditemukan stigmata penyakit kronis(ikterus, spider nevi, ascites,
splenomegali, eritema palmaris, edema tungkai). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
hemoglobin 6,3 g/dL, Leukosit 21.800/mm3, Ht 18,7%, Trombosirt 53.000/mm3
Kasus ini mengarah pada kelainan lambung yaitu adanya gastritis erosif atas dasar
riwayat pasien meminum obat antinyeri golongan NSAID yaitu piroxicam sejak 2 tahun yang
lalu sampai sekarang. Piroxicam bekerja dengan cara mnenghambat enzim yang
memproduksi prostaglandin, yaitu hormon yang memicu munculnya gejala radang saat tubuh
mengalami cedera. NSAID dapat merusak mukosa lambung secara topikal dan sistemik.
Prevalensi NSAID dapat menginduksi kerusakan lambung antara 10-25% dan itu merupakan
penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas. NSAID bersifat lipofilik dan asam,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan secara topikal, sedangkan efek sistemik NSAID
disebabkan karena perusakan mukosa yang terjadi akibat penurunan produksi prostaglandin.
Produksi prostaglandin menurun juga dapat menyebabkan kerusakan lambung dan usus dua
belas jari. Akibat penggunaan NSAID adalah gangguan fisiokimia pertahanan mukosa
lambung dan inhibisi sistemik terhadap pelindung mukosa lambung melalui inhibisi aktivitas
siklooksigenase(COX) mukosa lambung. NSAID bekerja menghambat sintesis prostaglandin.
Prostaglandin merupakan salah satu mediator inflamasi, pada saat prostaglandin dihambat
mengakibatkan berkurangnya tanda inflamasi. Meskipun demikian, prostaglandin merupakan
zat yang dapat melindungi mukosa slambung dengan bentuk ringan sampai berat. NSAID
yang bersifat lipofilik dan asam mempermudah trapping ion hidrogen masuk mukosa dan
menimbulkan ulserasi.6
Pemberian sukralfat pada kasus ini didasari mekanisme kerja bekerja pada
lingkungan yang asam, bereaksi dengan asam klorida dalam lambung membentuk kompleks
kental seperti pasta yang bertindak sebagai penyangga asam selama 6-8 jam. Kompleks ini
berfungsi sebagai penghalang dan pelindung permukaan ulkus, mencegah serangan faktor
agresif seperti asam klorida, pepsin, dan empedu.
Simpulan, telah ditegakkan diaignosis Hematemesis melena e.c. Gastric Ulcer pada
Tn H, laki-laki 51 tahun atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
serta telah ditatalaksana dengan pemberian edukasi dan pengobatan.
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor umur, kadar
Hb, tekanan darah selama perawatan, dan lain-lain. Banyak penelitian menunjukkan bahwa
angka kematian penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas dipengaruhi oleh
faktor Hemoglobin(Hb) waktu dirawat, terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hari
seperti ikterus dan ensefalopati.11
1. Adi P. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam: Setiati S, Alwi I,
Sudaya AW, et al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing. 1873
2. Simadibrata M. Penatalaksaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas Non-Varises-Peran
Penghambat Pompa Proton. Dalam: Simadibrata M, Abdullah M, Syam AF, editor.
Proceeding Symposium Emergency in Gastroenterology. Jakarta: Pusat Informasi dan
Penerbitan. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2006
3. Davey P, 2006. Hematemesis & Melena: dalam At a Glance Medicine. Jakarta:Erlangga.
36-7\
4,. Hastings GE, 2005. Hematemesis dan Melena. http://wichita.kumc.rdu/
hastings/hematemesis.pdf
5. Hadi S, 2002. Perdarahan Saluran Makan: Dalam Gastroenterologi. Bandung: PT. Alumni.
Hlm 281-305
6. Amrulloh, F. M. Dan Utami, N. 2016. Hubungan Konsumsi OAINS terhadap Gastritis.
Jurnal Majority; 5 18-21
7. Landefeld, K. Gonzales, H. dan Sander, G. E. 2016. Journal of Clinical Case Reports
Hypertensive Crisis: The Causative Effects of Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs.
Journal of Clinical Case Reports; 6: 10-12
8. Kosugi T, Nakagawa T, Kamath D dan Johnson R. J. 2009. Uric Acid and Hypertension:
An Age Related Relationship?. Journal of Human Hypertension; 23; 75-76
9. Purwadianto A, Budi S. 2000. Hematemesis dan Melena: dalam Kedaruratan Medik.
Jakarta: Binarupa Aksara. Hlm 105-10
10. Lacy. 2009. Drug Information Handbook 17th Edition, Lexi’s-comp’s Drug Reference
Handbooks, American Pharmacists Association
11. Astera IWM, Wubawa IDN. 1999. Tata Laksana Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas:
dalam Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta. ECG. Hlm 53-62