DISUSUN OLEH :
NAGEENTHREN RAGUNATHAN
110100439
110100485
NUR SUHAILA
110100523
KHAIRUN NISAK
110100471
ii
Nilai
COW Pembimbing 1
COW Pembimbing 2
Pimpinan Sidang
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus ini dengan judul PSMBA ec Gastritis Erosiva.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, yakni dr. Riri Andri Muzasti, M. Ked, Sp.PD, dan PPDS
Pembimbing dr. Ahmad Muhar, dan dr. Herlina Sitorus yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................
Lembar Pengesahan.....................................................................................
ii
Kata Pengantar............................................................................................
iii
Daftar Isi.......................................................................................................
iv
1.1.Latar Belakang....................................................................................
1.2. Definisi...............................................................................................
1.3. Epidemiologi......................................................................................
1.4. Etiologi...............................................................................................
1.5. Patofisiologi.......................................................................................
1.7. Diagnosa............................................................................................
1.9. Penatalaksanaan..................................................................................
10
14
15
1.12.Prognosis...........................................................................................
15
16
32
40
Bab 5 Kesimpulan.......................................................................................
41
Daftar Pustaka.............................................................................................
42
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Latar Belakang
Pendarahan saluran cerna memiliki manifestasi yang bervariasi mulai dari
pendarahan massif yang mengancam jiwa hingga pendarahan samar yang tidak
dirasakan. Pada pendarahan saluran cerna perlu menentukan beratnya pendarahan
dan lokasi pendarahan.1
Perdarahan saluran makan bagian atas adalah perdarahan saluran makanan
proksimal dari ligamentum Treitz. Untuk keperluan klinik dibedakan perdarahan
varises esofagus dan non-varises, karena antara keduanya terdapat ketidaksamaan
antara pengelolaan dan prognosisnya. Kemungkinan pasien datang dengan anemia
defisiensi besi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung lama,
hematemesis dan atau melena disertai dengan atau tanpa gangguan hemodinamik.2
Perdarahan saluran cerna bagian atas memiliki prevalensi sekitar 75%80% dari seluruh kasus perdarahan akut saluran cerna. Insidennya telah menurun,
tetapi angka kematian dari perdarahan akut saluran cerna, masih berkisar 3%
hingga 5%. Tidak berubahnya angka kematian ini kemungkinan besar
berhubungan dengan bertambahnya usia pasien yang menderita perdarahan sauran
cerna serta dengan meningkatnya kondisi komorbid.1
Pendarahan saluran cerna bagian bawah adalah pendarahan yang berasal
dari sebelah distal dari ligamentum Treitz. Pasien dengan PSMBB datang dengan
keluhan keluar darah segar saat buang air besar. Hampir 80% keadaan akut akan
berhenti dengan sendirinya dan tidak berpengaruh pada tekanan darah sepeti pada
hemoroid, polip kolon, kanker kolon,atau colitis.3
Peptic ulcers adalah penyebab terbanyak pada pasien perdarahan saluran
cerna, terhitung sekitar 40% dari seluruh kasus. Penyebab lainnya seperti erosi
gastric (15%-25%), perdarahan varises (5%-25%), dan Mallory-Weiss Tear (5%15%). Penggunaan aspirin ataupun NSAIDS memiliki prevalensi sekitar 45%
hingga 60% dari keseluruhan perdarahan akut.1
1.2.
Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran
cerna yang terjadi di sebalah proksimal dari ligamentum Treitz, mulai dari
esophagus, gaster, duodenum sampai pada bagian atas dari jejunum sedangkan
Pendarahan saluran cerna bagian bawah adalah pendarahan yang berasal dari
sebelah distal dari ligamentum Treitz.2
1.3.
Epidemiologi
Insiden perdarahan saluran cerna bagian atas sekitar 100 kasus per 100.000
populasi per tahunnya.Perdarahan pada saluran cerna bagian atas terjadi sekitar 4
kali lebih sering dibandingkan perdarahan saluran cerna bawah dan penyebab
terbesar terhadap angka morbiditas dan mortalitas. Keseluruhan mortalitas
perdarahan saluran cerna bagian atas sekitar 6-10%.4
Data menunjukkan, sekitar 100.000 pasien dilarikan ke rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan terhadap perdarahan saluran cerna bagian atas. Di
Perancis, laporan menyimpulkan bahwa mortalitas perdarahan saluran cerna
bagian atas menurun dari 11% menjadi 7%, namun, dari laporan yang sama
dariYunani tidak menemukan penurunan angka mortalitas. Pada penelitian di
Spanyol, perdarahan saluran cerna bagian atas 6 kali lebih sering daripada
perdarahan saluran cerna bagian bawah.Insiden perdarahan saluran cerna bagian
atas 2 kali lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, pada semua usia;
namun angka kematian sama pada kedua jenis kelamin.4
Tukak peptik merupakan penyebab tersering pada perdarahan saluran
cerna bagian atas, yaitu lebih dari 50% kasus; mallory-weiss 5-10%; proporsi
perdarahan dari varises bervariasi dari 5-30% tergantung populasi. Di Indonesia
kejadian yang sebenarnya di populasi tidak diketahui. Berbeda dengan di negara
barat dimana perdarahan karena tukak peptic menempati urutan terbanyak, maka
di Indonesia perdarahan karena rupture varises gastroesofagei merupakan
penyebab tersering yaitu sekitar 50-60%, gastritis erosive hemoragika sekitar 2530%, tukak peptic sekitar 10-15% dank arena sebab lain < 5%. Mortalitas secara
keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 25%, kematian pada penderita ruptur
varises bisa mencapai 60%. Sebagian besar penderita perdarahan PSMBA
meninggal bukan karena perdarahannya itu sendiri melainkan karea penyakit lain
yang ada secara bersamaan seperti penyakit gagal ginjal, stroke, penyakit jantung,
penyakit hati kronis, pneumonia dan sepsis.5
1.4.
Etiologi
Penyebab perdarahan SCBA yang sering dilaporkan adalah pecahnya
Penyebab Jarang
Gangguan perdarahan
Mallory-Weiss
Varises Esofagus
Aorto-enteric fistula
Gastritis
Angiodisplasia
Obat-obatan
trombolitik, antikoagulan)
Lesi Dieulafoy
Esofagitis
Meckels diverticulum
Duodenitis
Peutz-Jeghers syndrome
Malignansi
Osler-Weber-Rendu syndrome
1.5.
Patofisiologi
mengakibatkan
kelemahan
bahkan
nekrosis
pada
dinding
arterial,
dengan tukak peptik akan mengalami perdarahan kembali dalam waktu 1-2 tahun
ke depan.4,7
1.5.3. Gastritis
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus, atau lokal. Pada gastritis terdapat
lesi mukosa sehingga tidak menimbulkan berdarahan yang massif. Perkembangan
penyakit yang paling sering akibat penggunaan NSAID, alcohol, dan stress.
Setengah dari pasien dengan riwayat penggunaan NSAID kronis memiliki erosi
(15-30% memiliki ulser), lebih dari 20% peminum alcohol aktif dengan gejala
perdarahan saluran cerna bagian atas memiliki erosi dan perdarahan subepitelial.
Luka mukosa gastrik terkait stres terjadi hanya pada pasien sakit ekstrim seperti
yang mengalami trauma serius, operasi besar, terbakar lebih dari 1/3 permukaan
tubuh, penyakit intrakranial berat, dan penyakit berat lainnya.6
1.5.4. Mallory-Weiss
Hematemesis atau melena yang secara khas mengikuti muntah-muntah
berat yang berlangsuung beberapa jam atau hari khususnya pada pasien alkoholik,
dapat ditemukan satu atau beberapa laserasi mukosa lambung mirip celah, terletak
memanjang , biasanya pada gaster (gastroesophageal junction), perdarahan
berhenti spontan pada 80-90% kasus.Terapi endoskopi diindikasikan untuk
perdarahan aktif robekan Mallory-Weiss. Terapi angiografi dengan embolisasi dan
terapi operasi jarang dilakukan.6
1.5.5. Gastropati OAINS
Mekanisme OAINS menginduksi traktus gastrointestinal tidak sepenuhnya
dipahami. OAINS merusak mukosa lambung melalui dua mekanisme, yaitu:
topikal dan sistemik. Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena OAINS
bersifat asam dan lipofilik, sehingga mempermudahkan trapping ion hidrogen
masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek sistemik OAINS lebih penting
yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat produksi prostaglandin menurun secara
bermakna. Prostaglandin merupakan substansi sitoprotektif yang sangat penting
bagi mukosa lambung yang dilakukan dengan cara menjaga aliran mukosa,
meningkatkan sekresi mukosa dan ion bikarbonat serta meningkatkan epitel
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis perdarahan saluran cerna bagian atas bisa beragam
tergantung lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan apakah
perdarahan berlangsung terus menerus atau tidak.2
Kemungkinan pasien datang dengan anemia defisiensi besi akibat
perdarahan tersembunyi yang berlangsung lama hematemesis dan atau melena
disertai atau tanpa anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik.1
Hematemesis
Hematochezia
Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan saluran
Melena
Feses yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur asam
Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan lewat anamnesis, pemeriksaan fisik, hingga
pemeriksaan dengan endoskopi sangat baik sebagai pilihan dan sebagian besar
kasus perdarahan bisa ditegakkan.Selain itu endoskopi dapat juga dijadikan terapi.
Endoskopi juga menunjukkan aktivitas perdarahan yang terjadi seperti pada tukak
peptik yang sudah diklasifikasikan oleh Forest. Berikut kalsifkasi Aktivitas
perdarahan berdasarkan Forest.2
Aktivitas Perdarahan
Kriteria Endoskopis
Forest Ia
Perdarahan Akut
Perdarahan
Forest Ib
Forest II
menyembur
Perdarahan aktif
Perdarahan merembes
Perdarahan berhentidan masih Gumpalan darah pada dasar
terdapat sisa-sisa perdarahan tukak
Forest III
atau
arteri
terlihat
pembuluh darah
Perdarahan berhenti tanpa sisa Lesi tanpa tanda
sisa
perdarahan
perdarahan
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi V 2009 hal 449
1.8.
Diagnosa Banding
Perdarahan saluran cerna atas dapat disebabkan oleh banyak etiologi,
1.9.
Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan dapat berupa non-endoskopis, endoskopi,
Non-endoskopis
Salah satu usaha menghentikan perdarahan yang sudah lama dilakukan
adalah kumbah lambung lewat pipa nasogastrik dengan air suhu kamar. Prosedur
10
Pemberian
11
12
13
Endoskopis2
Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak yang masih aktif atau
tukak dengan pembulh darah yang tampak. Metode terapinya meliputi : 1. Contact
Thermal (monopolar atau bipolar elekrokoagulasi, heater probe), 2. Non-Contact
14
Terapi Radiologi
Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung
dan belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal
dan pembedahan sangat berisiko. Tindakan hemostatis yang bisa dilakukan
dengan penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada
kontraindikasi dan fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan varises dapat
dipertimbangkan TIPS ( Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt)
4.
Pembedahan
Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medik, endoskopi dan
Rujukan
Kompetensi dokter umum dalam masalah PSMBA adalah pengkajian awal
tetap stabil.
15
1.11.
Prognosis
Sebagian besar pasien dengan perdarahan SCBA dapat berhenti sendiri,
Pencegahan10
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
16
No. Reg. RS
: 66.56.48
Tanggal Masuk
: 31 Januari 2016
Jam
: 23.50 WIB
Bed
: RA 2 II.3.1.
ANAMNESIS PRIBADI
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Pekerjaan
Suku
Agama
Alamat
: Ibrahim Gurusinga
: 69 Tahun
: Laki-laki
: Sudah Menikah
: Petani
: Padang
: Islam
: Jl. Dewantara No.110
ANAMNESIS
Autoanamnese
Alloanamnese
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama :
Telaah
Muntah Darah
- Hal ini dialami oleh O.S dalam 1 hari ini secara mendadak. Muntah darah
dialami os mulai jam 17.00 WIB sebanyak 3 kali. Isi muntah bercampur
dengan makanan dan minuman dengan volume muntah kira-kira 1,5 liter,
muntah berwarna hitam pekat.
- Riwayat muntah darah sebelumnya tidak dijumpai, riwayat perdarahan
spontan seperti mimisan, gusi berdarah dan lebam di kulit tidak dijumpai
dan riwayat BAB darah tidak dijumpai.
- Demam tidak dijumpai, batuk tidak dijumpai, sesak nafas tidak dijumpai,
sakit kepala dijumpai dalam 1 hari ini.
- Riwayat sakit kuning tidak dijumpai, riwayat darah tinggi dan sakit gula
disangkal O.S.
17
: Tidak ada
RPO
: Tidak ada
ANAMNESIS ORGAN
Jantung
Sesak Napas
Angina
: (-)
: (-)
Edema
Palpitasi
: (-)
: (-)
Lain-lain
: (-)
Pectoris
Saluran
Batuk-batuk
: (-)
Asma, bronchitis
: (-)
Dahak
: (-)
Lain-lain
: (-)
Nafsu Makan
: Menurun
Penurunan BB
: (-)
Keluhan
: (-)
Pernapasan
Saluran
Pencernaan
Saluran
Menelan
Keluhan Perut : (-)
Lain-lain
: (-)
Sakit Buang
: (-)
: (-)
18
Urogenital
Air Kecil
Mengandung
: (-)
tersendat
Keadaan Urin
:Kuning Pekat
Batu
Haid
: (-)
Lain-lain
: (-)
Sendi dan
Sakit
: (-)
Keterbatasan
: (-)
Tulang
Pinggang
Keluhan
: (-)
Gerak
Lain-lain
: (-)
Persendian
Endokrin
Haus/Polidipsi : (-)
Poliuri
: (-)
Polifagi
: (-)
Gugup
Perubahan Suara
Lain-lain
: (-)
: (-)
: (-)
Saraf Pusat
Sakit Kepala
: (+)
Hoyong
Lain-lain
: (-)
: (-)
Darah dan
Pucat
: (+)Wajah
Perdarahan
: (-)
Pembuluh
Petechiae
: (-)
Purpura
: (-)
Lain-lain
: (-)
Lain-lain
: (-)
darah
Sirkulasi
Claudicatio
Perifer
Intermitten
ANAMNESIS FAMILI
: (-)
: CM
: 100/70 mmHg
: 88x/i, reg, t/v cukup
: 20 x/i
: 37,0C (axilla)
Keadaaan Penyakit
Pancaran Wajah
Sikap Paksa
Reflek Fisiologis
Reflek Patologis
: Pucat
::+
:-
19
Keadaan Gizi :
TB : 160 cm
BB : 55 kg
BW =
RBW = 91.67 %
= kg/m2
IMT
Kesan : Normoweight
KEPALA :
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
: Lidah
Gigi geligi
Tonsil/faring
LEHER :
Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (-)
Posisi trakea: medial, TVJ : R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain: (-)
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk
: Simetris Fusiformis
20
Pergerakan
Nyeri tekan
: Tidak ada
Fremitus suara
Iktus
Palpasi
medial LMCS
Perkusi
Paru
Batas paru-hati R/A
: R: ICS V; A: ICS VI
Peranjakan
: 1 cm
Jantung
Batas atas jantung
: ICS II LMCS
: ICS V LMCS
: Vesikuler
Suara Tambahan
: Tidak ada
Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1, desah sistolis(-), desah diastolis(-),
HR : 88 x/i, reguler, intensitas cukup
THORAX BELAKANG
Bentuk
: Simetris Fusiformis
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Auskultasi :
SP : Vesikuler
ST : Tidak ada
ABDOMEN
Inspeksi
21
Bentuk
: Simetris
Gerakan lambung/usus
: tidak terlihat
Vena kolateral
: (-)
Caput medusae
: (-)
Lain Lain
: (-)
Dinding Abdomen
: Soepel
Palpasi
HATI
Pembesaran
: (-)
Permukaan
: (-)
Pinggir
: (-)
Nyeri tekan
: (-)
LIMFA
Pembesaran
: (-)
GINJAL
Ballotement
: (-)
UTERUS/OVARIUM
: (-)
TUMOR
: (-)
Perkusi
Pekak hati
: (+)
Pekak beralih
: (-)
Auskultasi
Peristaltik usus
: Normoperistaltik
Lain-lain
: (-)
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra (-), Kiri / Kanan
22
INGUINAL
GENITALIA LUAR
: Intak
Sphincter ani
: Ketat
Lumen
: Kosong
Mukosa
: Licin
Sarung tangan
Jari Tabuh
(-)
Femoralis
Arteri Tibialis :
(+)
(+)
(+)
(+)
: (-)
: (-)
(-)
Posterior
Arteri Dorsalis :
Telapak Tangan
: (-)
(-)
Pedis
Refleks KPR
(+)
(+)
Sembab
Sianosis
Eritema
: (-)
: (-)
(-)
(-)
Refleks APR
Refleks
:
:
(+)
(+)
(+)
(+)
Fisiologis
Refleks
(+)
(+)
Lain lain
Patologis
23
Darah
: 7,20 g%
Kemih
Warna
: kuning Warna
Eritrosit
:2,55x106/mm3
Leukosit :6,82x103/mm3
Trombosit :222x103/mm3
Ht
MCV
MCH
MCHC
: 21,20 %
: 83,10 fL
: 28.20 pg
: 34.00 g%
pekat
: : -
Protein
Reduksi
Tinja
:Coklat
Konsistensi
Eritrosit
Merah
: Lunak
:58
Bilirubin
:Urobilinogen : +
Sedimen
Leukosit
:01
Amoeba/Kista :
Telur Cacing
Eritrosit : 0 2
Ascaris
Hitung jenis :
Leukosit : 2 6
Ankylostoma : -
Eosinofil : 3,20 %
Silinder :
Basofil
Epitel
:35
Bakteri
: 0,400 %
Neutrofil : 4,59 %
Limfosit
:-
T. trichiura
:-
Kremi
:-
: 18,80 %
Monosit : 10.30 %
STATUS PRESENS
: Baik
24
Vital Sign
TD : 100/70 mmHg, HR : 88 x/i, RR : 20x/i, Temp. : 37.0C
Kepala
Mata : Anemis
Leher
Dalam batas normal
Thorax
PEMERIKSAAN FISIK
LABORATORIUM
RUTIN
DIAGNOSA BANDING
PSMBA
ec dd
1.Gastritis Erosiva
1.Perdarahan
2.Ulcer Bleeding
2.Penyakit Kronis
3.Stress Ulcer
+ Anemia ec dd
3.Defisiensi Besi
4.Variceal Bleeding
5.Mallory Weiss Syndrome
DIAGNOSA
SEMENTARA
PENATALAKSANAAN
25
26
Kesan : Fibrosis + kalsifikasi paru kanan dan kiri ec. squalae proses spesifik yang
sudah tenang
27
28
29
Hasil :
32
BAB IV
FOLLOW UP
Minggu, 17 Januari 2016
S
P
Terapi
Sens : CM
TD : 120/80 mmHg
HR : 78 x/I, RR : 20 x/I, T: 36,5 oC
Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Mata : Anemis
T/H/N : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Extrimitas : dalam batas normal
Senin, 18 Januari 2016
Rencana
Transfusi PRC 3
bag @ 175 cc hari
ini
Cek Darah
Lengkap Post
Transfusi
33
P
Terapi
Sens : CM
Rencana
USG Abdomen
Gastrokopi
Konsul Psikiatri
Konsul HOM
34
8.10/3.00/9.29/26.10/199
35
Sens : CM
TD : 140/70 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 24 x/i
Temp : 37.3 oC
Terapi
PSMBA ec Gastritis Erosiva + Tirah Baring
Diet M II + Ekstra Putih Telur 6 butir
Anemia
ec
Perdarahan
+
perhari
Skizofrenia
Residual
+
O2 1 2 L/i via nasal canule
Hipoalbuminemia
(2,1)
post IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/i
Inj. Omeprazole 40 mg/8 jam (H-2)
substitusi
Inj Asam Tranexamat 500 mg/ 8 jam
(H-2)
Inj Vit K 1 amp/24 jam (H-2)
Sucralfate Syr 3 x C II
Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Risperidone 2mg, 2 x 1
Mata : Anemis
Rencana
Gastrokopi
Pasien menolak
Cek DR,
Albumin post
substitusi
36
P
Terapi
Sens : CM
TD : 160/80 mmHg
HR : 86 x/i
RR : 26 x/i
Temp : 36.8 oC
Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Mata : Anemis
T/H/N : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Extrimitas : dalam batas normal
Rencana
Gastrokopi,
kolonoskopi
37
7.80/2.97/6.42/25.60/24.5
Albumin : 2.9
P
Terapi
Sens : CM
Rencana
38
TD : 160/80 mmHg
HR : 92 x/i
Residual + Hipoalbuminemia
RR : 24 x/i
Temp : 36,8 oC
perhari
O2 1 2 L/i via nasal canule
IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/i
Omeprazole 2 x 20mg
Inj Asam Tranexamat 500 mg/ 8 jam
Kepala
(H-2)
Inj Vit K 1 amp/24 jam (H-2)
Sucralfate Syr 3 x C II
Mata : Anemis
Risperidone 2mg, 2 x 1
Pemeriksaan Fisik :
39
BAB 4
DISKUSI
TEORI
KASUS
Etiologi:
Etiologi:
- ulkus peptikum,
didalamnya
yang
mana
merupakan
- varises esofagus,
- erosi gastritis,
- penggunaan NSAID,
- steroid, anti-trombolitik, anti koagulan,
- esophagitis,
- duodenitis,
- keganasan,
- idiopatik
Diagnosis:
Diagnosis:
PSMBA bukanlah diagnosis defenitif Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
melainkan sebuah manifestasi klinis fisik awal, serta pemeriksaan penunjang
dari berbagai penyakit di saluran pasien didiagnosis dengan PSMBA ec
cerna bagian atas yang mungkin bisa gastritis erosifa
menyebabkan
perdarahan
saluran
cerna.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan
anamesis,
pemeriksaan
pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan:
1. Endoskopi
2. Non endoskopi
Kubah lambung
PPI
fisik
dan
Penatalaksanaan:
1. Inj Omeprazole 80 mg bolus awal
40 mg/8 jam selama 3 hari
2. Inj Asam Tranexamat 500 mg/8 jam
40
Pencegahan:
PPI merupakan obat pilihan dalam
pengobatan
kerusakan
serta
pencegahan
gastroduodenal
akibat
NSAID.
Omeprazole lebih efektif dibanding
ranitidine dalam mencegah terjadinya
gastritis
akibat
NSAID,
maupun
BAB 5
KESIMPULAN
41
Dubia ad Bonam
Quo ad Funtionam
Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam
Dubia ad Bonam
DAFTAR PUSTAKA
1.
42