Anda di halaman 1dari 4

CIROSIS HEPATIS

Introduction

Dalam jurnal keperawatan Indonesia yang ditulis oleh Budhiarta D.M.F. 2017 tentang
Penatalaksanaan dan edukasi pasien sirosis hati dengan varises esofagus di RSUP Sanglah
Denpasar. Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh fibrosis,
disorganisasi struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regeneratif dari hepatosit. Keseluruhan
insiden sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Penyebabnya sebagian
besar akibat penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus kronik. Di RS Sarjito Yogyakarta,
jumlah pasien sirosis hati berkisar pada 4, 1 % dari pasien yang dirawat di bagian penyakit
dalam selama kurun waktu 1 tahun pada 2004. Etiologi sirosis hepatis mempengaruhi
penanganan pada penyakit ini. Terapi yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi
progresivitas penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang dapat menambah kerusakan hati,
pencegahan serta penanganan komplikasi. Edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang
penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi akan sangat membantu memperbaiki hasil
pengobatan, serta diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas hidup penderita.

Content

 Case Study
Pasien laki-laki, umur 43 tahun, beragama Islam, suku Madura, datang ke
poliklinik rumah sakit dengan keluhan lemas sejak seminggu sebelum datang, Pasien
juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati disertai perasaan mual dan muntah sehingga
pasien kurang bernafsu makan. Pasien menyatakan bahwa perasaan nyeri juga disertai
dengan perasaan penuh pada perut. Pada bulan Desember 2012 Pasien mengeluh tidak
bisa menggerakkan anggota gerak dan tidak bisa jalan. Pasien diantar ke rumah sakit
dan diopname selama 1 minggu. Pasien mengatakan dirinya mengalami anemia dalam
jangka waktu yang lama dan penasaran mengapa tidak sembuh juga. Setelah dirawat
dan diperiksa laboratorium, pasien didiagnosis mengidap Hepatitis B. Pasien mengeluh
dirinya sering merasa lelah dan mudah capek. Frekuensi buang air kecil lebih
meningkat sejak beberapa bulan terakhir, volume sekali kencing sekitar ¼ gelas aqua
(240 cc) dengan warna kecoklatan seperti teh. Pasien bekerja dari pukul 9 pagi hingga
9 malam setiap harinya. Pasien mengatakan dahulu sebelum sakit, pasien merokok
sebanyak 1 bungkus rokok dan terkadang melebihi dari 1 bungkus dalam satu hari.
Pasien mengatakan dirinya rutin minum kopi dan berhenti sejak bulan April 2013
Pasien menyangkal dirinya meminum minuman beralkohol. Pasien mengaku sangat
sering minum minuman penambah energy dan Adem Sari. pasien mengatakan tidak
mempunyai riwayat pernah menerima transfusi darah serta menyangkal adanya riwayat
aktivitas seksual multipartner.
Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu aksilla 36, 5 °C,
berat badan 65 kg, tinggi badan 169 sentimeter, Body Mass Index 22, 75 kg/m2. Pada
pemeriksaan generalis didapatkan mata anemis dextra dan sinistra, jantung dan paru
dalam batas normal, abdomen dalam batas normal. Tidak ada edema pada ekstremitas
atas bawah. Pada pemeriksaan faal hemostassis, didapatkan hasil bleeding time 1 menit,
clotting time 8 menit, PT 16 (memanjang), aPTT 54, 50 (memanjang), INR 1, 50
(tinggi). Hasil Esophagus varises grade II-III arah jam 2, 3; Gaster pada cardia varises
(+), pada fundus varises (+), pada corpus normal, pada antrum erosi (+). Duodenal:
normal. Disimpulkan Varises Esofagus, Varises Fundus, Gastritis erosive Antrum.
Pasien didiagnosis dengan Sirosis Hepatis (CP A) dengan varises esophagus, varises
fundus, gastritis erosiva antrum.
Dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil WBC 2, 667 x 103/µL (rendah),
komposisi limfosit 48, 14 % (tinggi), RBC 5, 063 x106/µL, Hemoglobin 13, 01 g/dL
(rendah), Hematokrit 39, 95 % (rendah) MCV 78, 9 fL (rendah), MCH 25, 69 Pg,
MCHC 32, 56 g/dL, platelet 68, 72 x 103/µL (rendah). Dilakukan pemeriksaan kimia
darah dengan hasil bilirubin total 2, 411 mg/dL (tinggi), bilirubin indirect 1, 101 mg/dL
(tinggi), bilirubin direct 1, 31 (tinggi), alkali phosphatase 138, 20 U/L (tinggi), SGOT
119, 20 U/L (tinggi), SGPT 73, 69 U/L (tinggi), gamma GT 122, 30 U/L (tinggi),
albumin 3, 2 g/dL (rendah).
Pada pemeriksaan faal hemostassis, didapatkan hasil bleeding time 1 menit, clotting
time 8 menit, PT 16 (memanjang), aPTT 54, 50 (memanjang), INR 1, 50 (tinggi). Hasil
Esophagus varises grade II-III arah jam 2, 3; Gaster pada cardia varises (+), pada fundus
varises (+), pada corpus normal, pada antrum erosi (+). Duodenal: normal. Disimpulkan
Varises Esofagus, Varises Fundus, Gastritis erosive Antrum. Pasien didiagnosis dengan
Sirosis Hepatis (CP A) dengan varises esophagus, varises fundus, gastritis erosiva
antrum.
 Patofisiologi
Menurut Budhiarta D.M.F. (2017) Pasien datang dengan keluhan utama lemas
dan muntah darah. Pada anamnesis yang berkaitan dengan sirosis hepatik akan
didapatkan lemah letih lesu, penurunan berat badan, nyeri perut, ikterus (BAB
kecoklatan dan mata kuning), perut membesar, riwayat konsumsi alcohol, riwayat sakit
kuning, muntah darah, BAB hitam. Penyebab alkohol tidak ada, riwayat sakit kuning
ada, Dapat di simpulkan bahwa etiologi sirosis hepatis yakni hepatitis kronis, alcohol,
penyakit metabolit, kholestasis yang berkepanjangan, obstruksi vena hepatica, toksin,
dan obat-obatan. Pada pasien ini didapatkan riwayat pernah menderita hepatitis
sebelumnya meskipun tidak pernah mengkonsumsi alcohol sebelumnya.
Infeksi hepatitis B/C, alcoholic → Peradangan sel hati → Nyeri akut
Nekrosis hati → Pembentukan jaringan parut → Atropi hati dan parenkim rusak →
Sirkulasi darah berkurang → Gangguan aliran darah porta → Tekanan balik pada
sistem porta → Hipertensi porta → Gangguan sekresi → ADH Na dan air tertahan→
Kelebihan volume cairan
Kadar protein plasma menurun → Garam dan air tertahan di ginjal→ Peningkatan
sintesis dan aliran limfa di hati → Hepatomegali → Menghancurkan sel darah →
Gangguan faktor pembekuan → Kelemahan fisik→ Intoleransi aktifitas

 Current treatment and nursing management


Pada sirosis hati dekompensata pengobatan didasarkan pada gejala/tanda yang
menonjol dan komplikasi yang muncul pada penderita. pada pasien ini diberikan beta-
blocker propanolol untuk mengendalikan varises esofagus dan Sebivo® yang
mengandung telbivudine tablet 600 mg untuk mengobati hepatitis B kronis yang
diderita.

 Conclusion
Pada sirosis hati dekompensata pengobatan didasarkan pada gejala/tanda yang
menonjol dan komplikasi yang muncul pada penderita.5 pada pasien ini diberikan beta-
blocker propanolol untuk mengendalikan varises esofagus dan Sebivo® yang
mengandung telbivudine tablet 600 mg untuk mengobati hepatitis B kronis yang
diderita. Pasien ini didiagnosis sirosis hati serta didapatkan varises esophagus. Varises
esofagus biasanya merupakan komplikasi sirosis. Faktor-faktor predisposisi dan
memicu perdarahan varises masih belum jelas. Dugaan bahwa esofagitis dapat memicu
perdarahan varises telah ditinggalkan. Saat ini faktor-faktor terpenting yang
bertanggung jawab atas terjadinya perdarahan varises adalah; tekanan portal, ukuran
varises, dinding varises dan tegangannya, dan tingkat keparahan penyakit hati.

 Referensi
1. Kasper, Dennis, et al. 2004. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th
Edition. McGraw-Hill Professional
2. Lawrence, M. 2007. Current Medical Diagnosis & Treatment, forty-sixth edition.
McGraw-Hill/Appleton & Lange. P 1440-1441.
3. Sudoyo, Aru W, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke 4, jilid I.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
4. Nurdjanah Siti. 2009. Sirosis Hati. Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi ke 5, Jilid I.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.p. 668-673
5. Joel, J. Maryann, Sherbondy. 2006. Cirrhosis and Chronic Liver Failure: Part II.
Complications and Treatment. (Online), (http://www.aafp.org/afp/
20060901/767.html, diakses 15 Desember 2008).
6. Setiawan, Poernomo Budi. 2007. Sirosis hati. Buku Ajar Penyakit Dalam. Fakultas
kedokteran Universitas airlangga. P. 129-136
7. Tandio, D., Manuaba, A. 2016. Safety Procedure for Biosafety and Controlling a
Communicable Disease: Streptococcus Suis. Bali Medical Journal 5(2): 74-77.
DOI:10.15562/bmj.v5i2.220
8. MANUABA, Amertha Putra. PROSEDUR PENGGUNAAN ALAT
PERLINDUNGAN DIRI DAN BIOSAFETY LEVEL 1 DAN 2. Intisari Sains
Medis, [S.l.], v. 6, n. 1, p. 117-123, june 2016. ISSN 2503-3638. Available at:
http://isainsmedis.id/ojs/index.php/ISM/article/ view/91. Date accessed: 30 june
2016.

Anda mungkin juga menyukai