Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

W DENGAN GANGGUAN NYAMAN


NYERI DIRUANGAN TULIP RUMAH SAKIT UMUM IMELDA
PEKERJA INDONESIA MEDAN TAHUN 2021

OLEH KELOMPOK :
1. ADITIA MULIA NINGRUM
2. EUNIQUE FELICIA
3. DINDA FADILLA
4. LEO RICARD SIHOIMBING
5. M. FIKRI ARASIDI
6. SUCI HELENA
7. ZAINI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu di periksa oleh ahlinya tidak
mempunyai kelainan atau tidak terdapat tanda – tanda penyakit atau kelainan Undang-
Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, memberi rumusan sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan seseorang hidup produktif social
dan ekonomi. Menurut WHO (2010) suatu keadaan yang sempurna dari fisik, mental, dan
social, tidak hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan saja. (Abdullah & gunawan,
2012).
Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah kehilangan darah dalam lumen saluran
cerna mulai dari esophagus sampai duodenum (dengan batas anatomic di ligamentum
treitz). perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentun Treitz. Untuk keperluan
klinik dibedakan perdarahan varises esofagus dan non-varises, karena antara keduanya
terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan prognosisnya. Perdarahan saluran cerna
bagian bawah (SCBB) adalah kehilangan darah di sebelah bawah ligamentum treitz
(Azmidkk, 2016).
Kejadian perdarahan saluran cerna bagian atas di Negara Eropa mencapai 100 jiwa per
100.000 jiwa/tahun, kejadian terhadap pria jauh lebih banyak dari pada wanita. Insiden ini
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. di Indonesia kejadian ini nyatanya di populasi
tidak diketahui (Milani, 2015).
Etiologi perdarahan saluran cerna atas di Indonesia berbeda dengan yang dilaporkan
kepustakaan barat. Pecahnya varises esophagus di Indonesia presentasinya mencapai 70%
atau hipertensi portal (adanya gastropati hipertensi portal) menjadi penyebab lainnya.
Menurut jenis kelamin dan kelompok umur dari kasus perdarahan saluran cerna bagian atas
adalah sebagai berikut:
1) Tukak lambung sering terjadi pada pria dibanding dengan wanita (1,3:1). walaupun
dapat terjadi semua ke semua kelompok umur, tukak lambung sering terjadi pada
kelompok umur 55-70 tahhun.
2) Pada tukak duodenum, perbandingan antara laki-laki dan wanita (2:1). umur
terbanyak penderita antara kelompok umur 45-65 tahun semakin usia bertambah
makin meningkat.
3) Kanker gaster pada pria dua kali lebih sering dari pada wanita. kebanyakan kasus
kanker lambung terjadi pada umur 50-70 tahun dan jarang di bawah umur 40 tahun
(Azmi dkk, 2016).
Penegakan pasti etiologi hematemesis melena dilakukan pemeriksaan penunjang
dengan endoskopi, sehingga letak area perdarahan dan seberapa keparahan nya (Milani,
2015).
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1. Tujuan Umum
Dalam penulisan Makalah ini diharapkan pembaca dapat melaksanakan
penanganan keperawatan dasar pada klien yang menderita PSMBA sesuai dengan teori
yang didapat dari pelajaran dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan serta
mendapatkan pengalaman yang nyata dalam penanganan keperawatan secara langsung.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan penanganan keperawatan dasar pada klien yang menderita
PSMBA.
b. Mampu menentukan rencana tindakan dengan masalah pada klien PSMBA.
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dasar pada klien yang menderita
PSMBA.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KONSEP DASAR PSMBA


2.1.1. Defenisi PSMBA
Perdarahan saluran cerna bagian atas didefenisikan sebagai perdarahan yang terjadi
disebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal. sebagian besar perdarahan
saluran cerna bagian atass terjadi sebagai akibat penyakit ulkus peptikum (PUD,
Pepticulcerdisease) yang disebabkan olehH. Pylori atau penggunaan obat-obat anti-
inflamasi non-steroid (OAINS) atau alkohol. Robekan Mallory-Weiss, varises esofagus,
dan gastritis merupakan penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas yang jarang
(Dubey, 2018).
Sementara itu menurut Bararah & Jauhar (2013) perdarahan saluran cerna atas adalah
perdarahan yang berasal dari bagian proksimal ligamentum treitz dengan manifestasi klinik
berupa hematemesis dan melena. Hematemesis adalah muntah yang mengandung darah
berwarna merah terang atau kehitaman akibat proses denaturasi, sedangkan melena adalah
perdarahan saluran cerna atas yang keluar melalui rektum dan berwarna kehitaman atau
seperti ter. Pada perdarahan saluran cerna yang masif, darah yang keluar melalui rektum
dapat berwarna merah terang (hematokesia) akibat waktu singgah yang cepat dalam saluran
cerna.

2.1.2. Etiologi PSMBA


Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas, diantaranya:
1. Duodenalulcer (20-30%)
2. Gastric atau duodenalerosions (20-30%)
3. Varices (15-20%)
4. Gastriculcer (10-20%)
5. Mallory – Weisstear (5-10%)
6. Erosiveesophagitis (5-10%)
7. Angioma (5-10%)
8. Arteriovenousmalformation (< 5%)
9. Gastrointestinal stromaltumors
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di
Indonesia adalah pecahnya varises esofhagus dengan rata-rata 45- 50 % seluruh perdarahan
saluran makan bagian atas (Syaifudin 2010)
2.1.3. Tanda dan Gejala PSMBA
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya
kerusakan yang terjadi dari paada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut:
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare.
2. Demam, berat badan turun, mudah lelah.
3. Ascites, hidratonaks dan edema.
4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
5. Hematomegali
6. kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral di dinding, koput medusa,
wasir dan varises esofagus.
2.1.4. Patofisiologi PSMBA

DISPEPSIA

DISPEPSIA ORGANIK DISPEPSIA FUNGSIONAL

KOPI, BAKSO, MAKANAN PEDAS,


STRESS
ASAM, MAKANAN SIAP SAJI

RESPON MUKOSA LAMBUNG


PERANGSANGSANGAN SARAF
SIMPATIS NV
(Nevus Vagus)
VASO DILATASI EKSFELIASI
MUKOSA GASTER (PENGELUPASAN)
PRODUKSI HCL DI
LAMBUNG
HCL KONTAK DENGAN
MUKOSA GASTER

MUAL
MUAL

MUNTAH
NYERI EPIGASTRIUM b/d IRITASI
PADA MUKOSA LAMBUNG
2.1.5. Komplikasi PSMBA
Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien perdarahan saluran makanan bagian atas
adalah koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan
kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan neurologis, yang menyertai kelainan
parenkim hati), syok hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah
jantung dan tekanan darah menurun), aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat
cairan yang masuk saluran nafas), anemi post hemoragik (kehilangan darah yang mendadak
dan tidak disadari).
2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik PSMBA
1. Pemeriksaan Lab
a. Darah: Hb menurun/rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari sel yang
mengalami kerusaakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan kemampuan sel
hati yang kurang.
d. Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai sel hati. bila terjadi
kerusakan kadar VHE akan turun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet.
f. Peninggian kadar gula darah.
g. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seper HBSAg/HBSAB, HBeAg,
dll.
2. Radiologi
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan splenomegali,
acites.
b. Esofagus untuk melihat perdarahan esofagus.
c. Angiografi untuk pengukuran vena portal
2.1.7. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang
berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena
sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu
fungsi lambung.
2.1.8. Penatalaksanaan PSMBA
Bila pasien memuntahkan darah maka sumber cedera di bagian atas saluran
pencernaan seperti esofagus, duodenum dan lambuung. Muntahan darah segar dihubungkan
dengan perdarahan varises esofagus yang merupakan vena besar. keadaan tersebut terjadi
sebagai penyulit penyakit hati berat, seperti alkoholisme menahun. sokong sirkulasi
penderita dengan darah Ringer Laktat dan Oksigen: penderita dapat merasakan. muntah
darah segar dengan riwayat berak hitam menggambarkan ulkus yang berdarah yang tak
semendesak perdarahan varises esofagus. pengeluaran darah segar dalam feses atau setelah
buang air air besar merupakan tanda perdarahan saluran cerna bawah akibat hemoroid,
divertikula, penyakit keganasan atau polip (Sayaifudin.2010).
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin
dan sebaiknya dirawat dirumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan
pertolongan yang lebih baik. pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas
meliputi:
1. Pengawasan dan pengobatan umum
2. Pemasangan pipa naso-gastrik
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
4. Pemasangan balon SB Tube
5. Pemakaian bahan sklerotik
6. Tindakan operasi bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung.
1) Penatalaksanaan non farmakologis
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang
berlebihan, nikotin rokok, dan stress.
c. Atur pola makan
2) Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya
pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap
placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah
terjadinya muntah).

2.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit (MRS), dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan: riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pola nutrisi dan metabolisme, pola aktivitas dan latihan, pola eliminasi, pola
tidur dan istirahat, pola hubungan peran, pola reproduksi seksual, pola
penanggulangan stress, pola tata nilai dan kepercayaan.
2.2.2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien perdarahan saluran makan bagian atas akan terjadi
ketidakseimbangan nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan/ tidak
dapat mencerna, mual, muntah, kembung.
b. Sistem Respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan
hipoksia, ascites.
c. Sistem Kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi jantung, (S3, S4).
d. Sistem Persyaratan
e. Sistem Geniturianaria / eliminasi
2.2.3. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal berhubungan dengan
hipovelemik karena perdarahan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada saluran pencernaan.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.

2.3. Laporan Pendahuluan Kebutuhan Nyaman Nyeri


2.3.1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapat mnejelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum
nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Batasan Karakteristik Nyeri:
1) Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi
2) Nyeri bersifat subyektif dan individual
3) Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
4) Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis
5) tingkah laku dan dari pernyataan klien
6) Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
7) Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
8) Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
9) Nyeri mengawali ketidakmampuan
10) Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak
optimal
11) Nyeri bersifat individu
12) Nyeri tidak menyenangkan
13) Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi
14) Bersifat tidak berkesudahan
2.3.2. Etiologi
Penyebab timbulnya gangguan rasa nyaman nyeri menuut SDKI (2016) :
1. Gejala penyakit
2. kurang pengendalian situsional/lingkungan
3. ketidakadekuatan sumber daya (mis: dukungan finansial, sosial dan pengetahuan)
4. kurangnya privasi
5. gangguan stimulus lingkungan
6. efek samping terapi (mis: medikasi, radiasi, kemoterapi)
7. gangguan adaptasi kehamilan.
2.3.3. Gejala Klinis
Tanda dan gejala klinis dibagi menjadi 2 menurut SDKI (2016) :
1. Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif : mengeluh tidak nyaman
b. Objektif : gelisah
2. Gejala dan tanda minor
a. Subjektif :
- mengeluh sulit tidur
- tidak mampu rileks
- mengeluh kedinginann/ kepanasan
- merasa gatal
- mengeluh mual
- mengeluh lelah
b. Objektif
- menunjukkan gejala distres
- tampak merintih/menangis
- pola eliminasi berubah
- iritalitas
2.3.4. Klasifikasi
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan
nyeri dalam intensitas yan g sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda
oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
Keterangan Nyeri :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul, nyeri
sudah tidak bisa dikontrol.
Ada beberapa macam-macam nyeri, yaitu ;
1. Berdasarkan sumbernya
1) Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan.
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar), nyeri berlangsung sebentar dan
terlokalisasi ex: terkena ujung pisau atau gunting.
2) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri akibat stimulasi organ-organ internal,
nyeri dapat mnyebar ke beberapa arah. Nyeri dapat terasa lebih tajam,
tumpul. Sensai pukul (angina pectoris), sensasi terbakar ( ulkus lambung).
3) Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari
jaringan penyebab nyeri.
4) Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia,
regangan jaringan
2. Berdasarkan penyebab
1) Fisik
Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
2) Psycogenic
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari
emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah,
tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya)
3. Berdasarkan lama/durasinya
1) Nyeri akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari 6 bulan. awitan
gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah
diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan
kecemasan yang keduanya meningkatkan persepsi nyeri.
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik berlangsung lebih dari 6 bulan. sumber nyeri bisa
diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat
disembuhkan. Penginderaan nyeri lebih dalam sehingga penderita sulit
menunjukkan lokasinya.Dampak nyeri penderita mudah tersingguung dan
insomnia. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam periode waktu tertentu.
Ada kalanya penderita terbebas dari rasa nyeri (sakit kepala migrant).
4. Berdasarkan lokasi/letak
1) Radiating pain
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)
2) Intractable pain
Nyeri yang sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
3) Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian. Tubuh yang hilang (ex: bagian tubuh
yang diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla
spinalis.
2.3.5. Penyebab/ faktor Predisposisi
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri
yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus
dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo
laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan
tehnik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
7. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini
nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah
tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam
mengatasi nyeri.
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi
nyeri.
9. Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
2.3.6. Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien yang mengalami Gangguan Kebutuhan
kenyamanan dan Nyeri
Riwayat nyeri :
1. Lokasi, Meminta klien untuk menunjukkan area nyeri.
2. Intensitas nyeri, Penggunaan skala intensitas nyeri, yang sering dilakukan adala
rentang 0-5 atau 0-10. Angka 0 menunjukkan tidak nyeri, sedangkan 10
merupakan nyeri terhebat.
3. Kualitas nyeri.
4. Pola, Meliputi awitan, durasi, kekambuhan atau interval nyeri (kapan nyeri
dimulai, berapa lama berlangsung, apakah nyeri berulang, kapn nyeri terkahir
muncul).
5. Faktor presipitasi, Aktifitas fisik berat dapat menimbulkan munculnya nyeri,
stressor fisik dan emosional juga memunclkan nyeri.
6. Gejala yang menyertai, Mual, muntah, pusing, diare.
7. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari, Sejauh mana nyeri dapat mempengaruhi
aktivitas klien, kaji tidur, nafsu makan, konsentrasi, pkerjaan, hubungan
interpersonal, aktivitas dirumah, status emosional.
8. Sumber koping, Tiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam
menghadapi nyeri.
9. Respon afektif, Kaji perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal
ada diri klien
10. Ekspresi klien terhadap nyeri Banyak klien tidak
melaporkan/mendiskusikan kondisi ketidak nyamanan. Untuk itulah perawat
harus mempelajari cara verbal dan nonverbal klien dalam mengkomunikasikan
rasa ketidaknyamanan. Klien yang tidak mampu berkomunikasi efektif sering
kali membutuhkan perhatian khusus ketika pengkajian.
11. Klasifikasi pengalaman nyeri, Perawat mengkaji apakah nyeri yang
dirasakan klien akut atau kronik. Apabila akut, maka dibutuhkan pengkajian
yang rinci tentang karakteristik nyeri dan apabila nyeri bersifat kronik, maka
perawat menentukan apakah nyeri berlangsung intermiten, persisten atau
terbatas.
12. Karakteristik nyeri, Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan
adalah adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan waktu
serangan.
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST:
P : provoking/pemicu, yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri
Q : quality dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat
R : region, yaitu daerah perjalanan nyeri
S : severity adalah keparahan atau intensitas nyeri
T : time adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Resume
Pasien Ny.W umur 25 tahun, No Rekam Medis 273876, jenis kelamin perempuan,
agama Islam, suku Jawa/Indonesia. Pendidikan terakhir SMA, status perkawinan sudah
menikah, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Jl. Parkit V No. 188 Lingk V Kel.
Kenangan, Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa Indonesia. Penanggung jawab klien selama di RS IPI adalah Tn. H ayah dari klien
yang berumur 52 tahun pekerjaan wiraswasta.
Ny. W masuk Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia pada hari Sabtu tanggal 6
November 2021 pukul 15.50 wib, dengan alasan masuk Rumah Sakit Imelda Pekerja
Indonesia dengan keluhan nyeri ulu hati dialami sejak ± 4 hari, mual muntah (+), lemas (+),
pusing (+), demam (+) ± 3 hari ini. Hasil pemeriksaan di IGD TD : 100/70 mmHg, RR :
20x/i, HR : 100x/i, T : 37,3ᴼ C, Kesadaran : Compos Mentis, TB : 155 cm, BB : 47 kg,
IMT : 21,3 kg/m2. Pasien dianajurkan untuk rawat inap di ruang tulip dengan dokter
penanggung jawab dr. Religus SPPD KGEH. Setelah pasien di pindahkan ke ruangan rawat
inap Tulip dilakukan kembali pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 90/70 mmHg, RR : 20x/i,
HR : 100x/i, T : 38ᴼC, Kesadaran : Compos Mentis.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa pada Ny.W di ruangan tulip pada
tanggal 08 November 2021 pukul 09:00. Dilakukan pengkajian fisik dengan hasil 100/70
mmHg, RR : 20x/i, HR : 88x/i, T : 38ᴼC, Kesadaran : Compos Mentis. Ny.W mengatakan
sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit Muhammadiyah dengan diagnosa Gastritis,
kemudian Os Di beri obat Syrup Antasida. Kebiasaan Pasien sering mengkonsumsi
makanan seperti :kopi, bakso, mie, dan saos serta makanan yang pedas-pedas, makanan
yang mengandung asam, makanan cepat saji, dan pasien sering makan terlambat. Pasien
mengatakan hanya rawat jalan di rumah sakit muhammadiyah karena alat medis tidak
lengkap. Setelah pasien dari rumah sakit muhammadiyah beberapa hari kemudian Os
merasakan sakit dibagian abdomen, pasien pun datang ke klinik Magdalena untuk
melakukan pemeriksaan, sesampainya di klinik os diperiksa dan dinyatakan gastrtitis. Klien
mengatakan nafsu makan berkurang dan hanya menghabiskan 2-3 sendok dari porsi diet
yang diberikan diet yang diberikan M2, minum kurang, BAB jarang, Pola istirahat tidur
siang 1-2 jam/hari, sedangkan pada malam hari klien mengatakan sulit untuk tidur
dikarenakan rasa nyeri yang dirasakan. Pola mandi pasien mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x
sehari, cuci rambut 1 x dua hari, pasien tidak butuh dibantu oleh keluarga untuk mobilisasi
ke kamar mandi.
Pasien tampak bingung saat di tanya tentang penyakitnya Pasien ingin cepat sembuh,
pasien merasa cemas dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah, hubungan pasien dengan
keluarga baik, pasien mendapat dukungan dari keluarga, penyesuaian terhadap lingkungan
baik. Klien susah tidur karena adanya nyeri perut dibagian tengah atas, Intensitas nyeri
dengan skala 8. Tindakan mandiri yang dilakukan perawat adalah menganjurkan pasien
untuk relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa nyerinya, memberikan kompres hangat,
menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering dan berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi obat.
Diagnosa Medis : Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas (PSMBA)

TERAPI OBAT YANG DIBERIKAN


Ruangan No Nama Obat Dosis Cara Fungsi
Pemberian
1. RINGER LAKTAT 20 gtt/menit IVFD Menggantikan cairan tubuh
yang hilang
2. ASAM 1 ampl/ 8 jam Intravena Mengurangi perdarahan
TRANEKSAMAT
IGD
3. ONDANSETRON 1 ampl/8 jam Intravena Mencegah mual dan muntah
UMUM
4. OMEPRAZOLE 1 gr /8jam Intravena Mengatasi gangguan
lambung / mengurangi
produksi asam lambung
5. CEFTRIAXONE 5 ml/ 8 jam Intravena Mencegah terjadinya infeksi
6. PARACETAMOL 500 mg 3 x 1 Oral Meredakan demam
tab
7. CEFTRIAXONE 1 gr/12 jam Intravena Mencegah terjadinya infeksi
8. ANTASIDA Syrup 3 x 1 Oral Meredakan asam lambung
9. FUROSEMIDE 1 amp/ 24 Intravena Mengobati penumpukan
jam cairan
TULIP 10. CODEIN 1 x 1 tab Oral Meredakan nyeri ringan
hingga sedang
11. CETIRIZIN 3 x 1 tab Oral Meredakan gejala alergi
12. CHANNA 3 x 2 tab Oral Menyembuhkan luka
3.2. Pemeriksaan data Penunjang
Laboratorium
- Darah Lengkap
- USG
- Endoskopi (Gastroskopi)
N Pemeriksaan Hasil Normal
o
1. Leukosit 4.1 10 *3 uL 4-11

2. Trombosit 60.000/mm3 140.000-450.000


3. Hemoglobin 9,2 g/dl P: 13-18, W: 12-
16

3.3. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS: DISPEPSIA Nyeri
1. klien mengatakan nyeri
pada perut terasa seperti
tersayat/tertusuk, penilaian
nyeri dengan cara PQRST PSMBA
2. P: mukosa lambung
meningkat
3. Q:terasa seperti tersayat Iritasi pada mukosa
dan tertusuk lambung
4. R: daerah sekitar abdomen
5. S:dengan skala nyeri: 8
(sedang) Peradangan Pada
6. T: ± selama 5 menit. Epigastrium
DO:
- Klien Tampak
lemah, pucat dan Nyeri
berkeringat dingin
- Klien tampak
meringis kesakitan
- Kelien tampak
Gelisah
- Sekala nyeri 8
- Vital Sign
TD:100/70 mmHg
RR:20 x/i
HR:100 x/i
Temp: 37,3◦C
3.4. Prioritas Diagnosa keperawatan
1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung ditandai dengan klien tampak lemah, pucat
dan berkeringat dingin, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak gelisah, vital sign TD:100/70 mmHg, RR:20
x/I, HR:100 x/I, Temp: 37,3◦C

3.5. Rencana Asuhan Keperawatan


N Diagnosa NOC NIC
O keperawatan
1 Nyeri akut NOC : Manajemennyeri :
Defenisi: Pengalaman 1.Pain level  Kaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk
sensori dan emosional 2.Pain kontrol lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
yang tidak menyenangkan 3.Comfort level  Observasi  reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
yang muncul akibat Kriteria hasil:  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
kerusakan jaringan yang 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
actual atau potensial atau mampu menggunakan teknik nonfarmokologi untuk  Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti
di gambarkan dalam hal mengurangi nyeri mencari bantuan) suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
kerusakan sedemikian 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan  Kurangi presipitasi nyeri.
rupa. menggunakan menejemen nyeri     Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non
Batasan karakteristik : 3. Mampu mengenali nyeri (skala, insensitas, frekuensi farmakologis)..
1. Perubahan selera dan tanda nyeri)
 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi
makan 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
dll) untuk mengatasi nyeri..
2. Perubahan tekanan
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
darah
 Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
3. Perubahan, frekuensi
 Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang
jantung dan pernafasan
pemberian analgetik tidak berhasil.
4. Mengapresiasikan
 Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
perilaku (mis: gelisah,
merengek, menangis) Administrasi analgetik :.
5. Sikap melindungi area  Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan
nyeri frekuensi.
6. Masker Wajah (mis:  Cek riwayat alergi..
mata kurang bercahaya,  Tentukanan algetik pilihan, rute pemberian dan dosis
tampak kacau, optimal.
meringis)  Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberianan
7. Melaporkan nyeri algetik.
secara verbal  Berikanan algetik tepat waktu terutama saat nyeri
muncul.
 Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek
samping.

3.6. Implementasi Keperawatan


N Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
O
1. Senin, 8 Nyeri - Mengkaji sekala nyeri secara komprehensif termasuk S :Klien mengatakan nyeri pada perut bagian atas
November 2021 Epigastrium lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas O:
Nyeri - Memberikan kompres buli-buli hangat - Skala nyeri 8
Epigastrium - Menganjurkan kepada pasien teknik relaksasi nafas - Klien tampak meringis kesakitan
dalam - Klien tampak gelisah dan cemas
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian teraphy TD:100/70 mmHg
obat RR:20x/i
- RL 20x gtt/i HR:100x/i
- Asam Tranexamat 1 amp/8 jam, Tem:37,3◦C
- Ondansentron 1 amp/8 jam, A: masalah belum teratasi
- Omeprazole 1 amp/8 jam, P: Intervensi dilanjutkan
- Cefotaxime 1 gr/12 jam, - Mengkaji sekala nyeri
- Paracetamol tab 3 x 500 mg - Kolaborasi dengan dokter dalam
- Antasida syrup 3 x 1 pemberian therapi obat
- Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
M2
- Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
2 Selasa, 9 Nyeri - Mengkaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk S :Klien mengatakan nyeri pada perut bagian atas
November 2021 Epigastrium lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas O:
- Memberikan kompres buli-buli hangat - Skala nyeri 6
- Menganjurkan teknik relaksasi nafas dalam - Klien tampak meringis kesakitan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian teraphy - Klien tampak gelisah dan cemas
obat TD:110/81 mmHg
- RL 20x gtt/i RR:20x/i
- Asam Tranexamat 1 amp/8 jam, HR:84x/i
- Ondansentron 1 amp/8 jam, Tem:37◦c
- Omeprazole 1 amp/8 jam, A: masalah sebagian teratasi
- Paracetamol Inf 1 fls/8 jam (K/P), P: Intervensi dilanjutkan
- Antasida syrup 3 x 1. - Mengkaji sekala nyeri
- Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet - Kolaborasi dengan dokter dalam
M2 pemberian
- Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
3 Rabu, 10 Nyeri - Mengkaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk S :Klien mengatakan nyeri pada perut bagian atas
November 2021 Epigastrium lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas O:
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian teraphy - Skala nyeri 3
obat - Klien tampak lebih tenang tidak gelisah
- RL 20x gtt/i TD:116/80 mmHg
- Asam Tranexamat 1 amp/8 jam, RR:20x/i
- Ondansentron 1 amp/8 jam, HR:90x/i
- Omeprazole 1 amp/8 jam, Tem:36◦c
- Paracetamol Inf 1 fls/8 jam (K/P), A: masalah teratasi
- Antasida syrup 3 x 1. P: Intervensi dihentikan
- Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
M2
- Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering

3.7. Discharge Planning


1. Jangan menunda dan mengurangi jadwal makan .
2. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung pedas dan asam.
3. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal.
4. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran dan sereal.
5. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan mengandung banyak kolestrol.
6. Hindari minuman yang beralkohol, minuman bersoda dan kurangi konsumsi garam
7. Menghindari rasa stress.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dyspepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada,
yang sering di rasakan adanya gas, perasaan penuh atau rasa terbakar di perut. Ada
beberapa hal yang menjadi penyebab dyspepsia antara lain, yaitu Iritasi lambung
(gastritis), peradangan kandung empedu (kolesistitis), kecemasan atau depresi, infeksi
bacteri Helibacter Pylori, kelainan gerakan pencernaan missal usus, dan pengeluaran
asam lambung yang berlebih. Pada klien yang menderita Disepsia hendaknya asupan
nutrisinya harus diperhatikan dan dipertahankan agar adekuat. Dan harus banyak
istirahat, serta menerapkan gaya hidup sehat untuk mengelola dan mencegah
timbulnya gangguan akibat Disepsia seperti Atur pola makan seteratur mungkin,
hindari makanan yang pedas, hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung
(semangka, kentang, melon dan lain lain), vitamin penambah nafsu makan, hindari
makanan yang mengandung santan , hindari makanan yang susah di cerna dalam
tubuh , hindari minuman dengan kadar caffeine dan alcohol, kelola stress fisiologi
seefisien mungkin, olah raga yang teratur dapat mengurangi stress, jika anda perokok,
berhenti merokok, pertahankan berat badan anda, dan ikuti rekomendasi dokter anda
mengenai pengobatan disepsia.

4.2. Saran
Pada klien yang menderita PSMBA hendaknya asupan nutrisinya harus
diperhatikan dan dipertahankan agar adekuat. Dan harus banyak istirahat, serta
menerapkan gaya hidup sehat untuk mengelola dan mencegah timbulnya gangguan
akibat PSMBA seperti Atur pola makan seteratur mungkin, hindari makanan yang
pedas, hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (semangka, kentang,
nangka dan lain lain), vitamin penambah nafsu makan, hindari makanan yang
mengandung santan, hindari makanan yang susah di cerna dalam tubuh, hindari
minuman dengan kadar caffeine dan alkohol, kelola stress fisiologi seefisien
mungkin, olah raga yang teratur dapat mengurangi stress, jika anda perokok, berhenti
merokok, pertahankan berat badan anda, dan ikuti rekomendasi dokter anda
mengenai pengobatan PSMBA.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, P. 2009. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas: Ilmu Penyakit
Dalam, jilid I, edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Alema ON, Martin DO, Okello TR. 2012. Endoscopic findings in upper
gastrointestinal bleeding patients at Lacor Hospital. Northern Uganda. African
Health Sciences. Maret 06, 2017.http://www.bioline.org.br/ pdf?hs12088.

Azmi, dkk. 2016. Gambaran Esofagogastroduodenoskopi Pasien Hematemesis dan


atau Melena di RSUP M Djamil Padang. Januari 20,
2017.http://jurnal.fk.unand.ac.id.

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap


menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Bulecheck, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).


Singapore : Elsevier Global Rights.
Hadi, Sujono. 2013. Gastroenterologi. Bandung : PT. Alumni.
Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Januari, 16 2017.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hepatitis.pdf..
Moorhead, Sue., dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC).
Singapore : Elsevier Global Rights.
NANDA Internasional.2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017, edisi 10. Jakarta : EGC.
Nurdjannah, Siti. 2009. Sirosishati :Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi 5.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Potter, P. A., & Perry, A.G. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi 7,
volume 2. Jakarta: EGC.
Saputra, Dr. Lyndon. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pasien dengan Gangguan
Fungsi Gastrointestinal. Tangerang Selatan :Binarupa Aksara.
Saryono, & Anggraini. M. D. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta :Nuha Medika.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2013.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
12. Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, edisi 5.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai