Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA HEMATEMESIS MELENA

OLEH:

IDA AYU PUTU SRI WAHYUNI

16089014097

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

2018

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA HEMATEMESIS MELENA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Hematemesis adalah muntah darah atau darah kehitaman (“Coffee ground”)

Menunjukkan perdarahan proksimal dari ligament Treitz, dan Melena adalah


pengeluaran tinja yang berwarna hitam (>100mL darah) seperti Ter yang mengandung
darah dari pencernaan (Fauci, Braunwald). Warna hematemesis tergantung pada lamanya
hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,
sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.

Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna
bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung
campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley,
2007).

2. Epidemiologi
Dari penelitian retrospektif di Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta selama 3 tahun (1996-1998) didapatkan penyebab
perdarahan SCBA terbanyak adalah pecahnya varises esofagus (27,2 %). Tukak duodenum
dan tukak lambung menempati nomor 5 dan 6 sebagai penyebab perdarahan SCBA.

Penyebab Perdarahan SCBA dengan pemeriksaan

endoskopi di RSCM (1996-1998)

Penyebab Presentase (%)

Pecahnya varises esofagus 27,2

Kombinasi 22,1

Gastritis erosif 19,0

Gastropati hipertensi portal 11,7

Tukak duodenum 5,7

Tukak lambung 5,5

Pecahnya varises fundus 1,9

Kanker duodenum 1,1

Kanker lambung 0,9

Esofagitis erosif 0,7

Dikutip dari Simadibrata M

3. Etiologi

Hematemesis Melena terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejenum dan
melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit
terjadi perdarahan sebanyak 50-100ml, baru dijumpai keaadaan melena. Banyaknya
darah yang keluar selama hematememesis melena sulit dipakai sebagai patokan untuk
menduga besar kecilnya perdarahan saluran makanan bagian atas. Hematemesis dan
melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di
rumah sakit. (Sjaifoellah Noer,dkk,)

Etiologi dari hematemesis melena adalah :

1. Kelainan esophagus; varise ,esophagus,keganasan

2. dan duodenum: tukak lambung dan duodenum keganasan dan lain-lain

3. Penyakit darah: leukimia, DIC (disseminated intravaskular coagulation) purpura


trombositopenia dan lain-lain

4. Penyakit sistemik lainnya : uremik, dan lain-lain

5. Pemakain obat-obatan yang ulserogenik: golongan: golongan salisilat,kortikosteroid,


alkohol dan lain-lain.

Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian
atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran
makan bagian atas.

4. Tanda dan Gejala

Gejala tejadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan
yang terjadi pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut

1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare

2. Demam, berat badan turun, lekas lelah.

3. Ascites, hidratonaks dan edomo

4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.

5. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecilkan fibrosis. Bila secara klinis
didapati adanya demam, ikterus dan asites dimana demam bukan oleh lain, ditambahkan
sirosis dalam keadaan aktif

6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding koput medus,wasir dan


varises esofagus
Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme. ( NANDA NIC NOC
jilid 2 halaman 71-72).

5. Patofisiologi

Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus peptikum. Begitu juga riwayat
muntah-muntah berulang yang awalnya tidak berdarah, konsumsi alkohol yang
berlebihan mengarahkan ke dugaan gastritis serta penyakit ulkus peptikum. Adanya
riwayat muntah-muntah berulang yang awalnya tidak berdarah lebih kearah
Mallory-Weiss. Konsumsi alkohol berlebihan mengarahkan dugaan ke gastritis (30-40%),
penyakit ulkus peptikum (30-40%), atau kadang-kadang varises. Penurunan berat badan
mengarahkan dugaan ke keganasan. Perdarahan yang berat disertai adanya bekuan dan
pengobatan syok refrakter meningkatkan kemungkinan varises. Adanya riwayat
pembedahan aorta abdominalis sebelumnya meningkatkan kemungkinan fistula
aortoenterik. Pada pasien usia muda dengan riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas
singkat berulang (sering disertai kolaps hemodinamik) dan endoskopi yang normal, harus
dipertimbangkan lesi Dieulafoy (adanya arteri submukosa, biasanya dekat jantung, yang
dapat menyebabkan perdarahan saluran pencernaan intermitten yang banyak) (Davey,
2005).
6. WOC

Terbentuknya varises esotogus

lambung,pembesaran

limfe dan asites

Sesak

Pembuluh ruptur Sesak

Penurunan

Ekspansi paru

Pendarahan lambung

Pola nafas
tidak efektif

Mual muntah dan nafsu Muntah darah dan berak berdarah

Nafsu makan menurun

Resiko defisit nutrisi


HB menurun atau anemis

Plasma darah

Menurun

Intoleransi Aktivitas

Resiko syok hipovolemik

(Nanda,2015)

7. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

- Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat, nyaman atau bergerak dengan mudah,
atau berbaring tak bergerak

-Adakah tanda-tanda anemia

- Periksa keadaan umum denyut nadi,tekanan darah, dehidrasi dan hipovolemia

- Periksa abdomen lakukan inspeksi abdomen adakah distensi ,asimetris.

2. Palpasi

-Palpasi abdomen : Adakah nyeri tekan pada bagian abdomen


3. Lakukan pemeriksaan colok dubur (rectal tuse)

Adakah nyeri tekan, massa abnormal, pembesaran prostat tinja darah atau lendir

8. Pemerksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik/Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin


berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan hemostasis
lengkap untuk mengetahui adanya kelainan hemostasis, pemeriksaan fungsi
hati untuk menunjang adanya sirosis hati, pemeriksaan fungsi ginjal untuk
menyingkirkan adanya penyakit gagal ginjal kronis, pemeriksaan adanya
infeksi Helicobacter pylori.

2. Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi

Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat


memastikan diagnosis pecahnya varises esofagus atau penyebab perdarahan
lainnya dari esofagus, lambung dan duodenum.

3. Kontras Barium (radiografi)

Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan atas


dasar urgensinya dan keadaan kegawatan.

4. Ongiografi

Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang


tersembunyi dari visual endoskopik.

9. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan
sebaiknya dirawat dirumah sakit untuk mendapatkan pengawasan dan pertolongan yang
lebih baik. Pengobatan meliputi :

1. Tirah baring

2. Diet makanan lunak

3. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah

4. Pemberian transfusi darah bila terjadi pendarahan yang luas

5. Infus cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi

6. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu CVP
monitor

7. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan

8. Transfursi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan mempertahankan
kadar Hb 50-70% nilai normal

9. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari, karbosokrom


(adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis berfungsi untuk
mengurangi pendarahan

10. Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak terserap
oleh usus, sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah
produksi amoniak oleh bakteri usus dan ini dapat menimbulkan ensefalopati
hepatik. ( NANDA NIC NOC jilid 2 halaman 72).
10. Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena adalah koma hepatik (suatu
sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan kesadaran, penurunan intelektual,
dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati), syok
hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah
menurun), aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran
napas), anemi posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari). (Mubin,
2006)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Identitas pasien, meliputi :


Nama, Umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis kelamin (bisa laki-laki maupun
perempuan), Suku bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Tanggal MRS, dan Diagnosa
medis
2. Keluhan utama
biasanya keluhan utama kx adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara tiba-tiba.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
keluhan utama kx adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara tiba-tiba .
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya kx mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis hepatitis, hepatoma, ulkus
peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah (misal : DM),
riwayat penggunaan obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup (alkoholisme, gaya hidup /
kebiasaan makan).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan makan yang dapat
memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang
lain
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan obat-obat ulserogenik
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual, muntah, kembung, dan nafsu
makan menurun, dan intake nutrisi harus daam bentuk makanan yang lunak yang mudah
dicerna
c. Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein (hydroprotein) yang dapat
menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga
aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti bekerja
d. Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pda BAB terjadi konstipasi
atau diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan
pada BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
e. Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus, perut membesar
karena ascites dan kulit mengering, bersisik agak kehitaman.
f. Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatan dalam menjalankan
perannya seperti semula.
g. Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen dan estrogen, bila terjadi
pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada
wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat terjadi aminore dan hal ini
tentu saja mempengaruhi pasien sebagai pasangan suami dan istri.
h. Pola penaggulangan stres
Biasanya kx dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasi masalahnya namun
sebaliknya bagi kx yang tidak bagus kopingnya maka kx dapat destruktif lingkungan
sekitarnya.
i. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
1.Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak seimbangan nutrisi akibat
anoreksia, intoleran terhadap makanan / tidak dapat mencerna, mual, muntah, kembung.
b. Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan hipoksia, ascites.
c. Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal
hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).
d. Sistem gastrointestinal.
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus perifer.
e. Sistem persyaratan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat tak jelas.
f. Sistem geniturianaria / eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali. asites), penurunan / tak adanya
bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin gelap pekat, diare / konstipasi.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan

2. Intoleransi Aktifitas b/d kelemahan

3. Resiko syok( hivolemik) b/d perdarahan di lambung

4. Pola nafas tidak efektif b/d ekspansi paru

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Par
No NOC NIC Rasional
Keperawatan af

1 Resiko defisit -Nutriotional -Nutrion


nutrisi b/d status Management
- Untuk mengetahui
ketidakmampuan
-intake O: Observasi adanya riwayat alergi
mencerna
adanya alergi makanan
makanan
makanan
-Agar perawat mengetahui
Setelah
N: Memonitor berapa jumlah kalori yang
dilakukan
jumlah dan masuk
tindakan
kandungan
keperawatan _Agar pasien dan keluarga
kalori.
selama ….x pasien mengerti
24 jam E: Berikan kebutuhan nutrisi untuk
diharapkan informasi tubuh pasien
nutrisi tentang
-Untuk mempercepat
terpenuhi kebutuhan
proses penyembuhan
dengan nutrisi
pasien
kriteria
C: kolaborasikan
hasil :
pemberian
-Mengidentifikas obat dengan
i kebutuhan dokter dan ahli
nutrisi gizi

-Tidak ada
tanda-tanda
manutrisi

2 5. Intolerans - Activity -Activity Therapy


i Aktifitas b/d tolerance
O: Observasi - untuk mengetahui
kelemahan
Setelah tanda-tanda tekanan darah pasien
dilakukan vital normal nadi,suhu,respirasi
tindakan
N: Bantu pasien - Untuk mengetahui
keperawata
untuk kemampuan aktivitas
n
mengidentifikas pasien
selama ….x
i aktivitas yang
24 jam - Untuk mengurangi
diharapkan mampu pasien memerlukan
kriteria dilakukan alat bantu
hasil :
E: Anjurkan pasien - Untuk mempercepat
berpindah proses penyembuhan
dengan atau
-Mampu
bantuan alat
melakukan
aktivitas C: kolaborasikan
sehari-hari pemberian obat
(ADLs) secara dengan dokter
mandiri

-Tanda-tanda
vital normal

-Mampu
berpindah
dengan atau
tanpa bantuan
alat

3 6. Resiko -syok -syok prevention


syok( hivolemik) prevention
O: Observasi tanda - Untuk mengetahui tanda
b/d perdarahan di
-syok awal syok awal syok
lambung
manegeme
N: Berikan cairan iv - Untuk penanganan syok
nt
dan atau obat
- Agar mengatasi gejala
Setelah oral yang tepat
syok
dilakukan
E: Anjarkan pasien
tindakan - Agar pasien dan
dan keluarga
keperawata keluarga pasien mengerti
pasien untuk
n -Untuk mengatasi masalah
mengatasi
selama ….x dengan tepat
gejala syok
24 jam
diharapkan C: Kolaborasikan
kriteria pemberian obat
hasil : dengan dokter

- Nadi dalam
batas
normal

-Irama jantung
dalam batas
yang
diharapkan

-Respiratory
status :
-Airway
Setelah management
dilakukan
O: Observasi ttv,
tindakan
pasien perlu
keperawata
Pola nafas tidak pemasangan alat
n
efektif b/d jalan nafas buatan
selama ….x -Untuk mengetahui ttv
ekspansi paru
24 jam N: Posisikan pasien pasien,perlu alat jalan
diharapkan untuk nafas buatan
4. kriteria memaksimalkan -Agar pasien bisa bernafas
hasil : ventilasi dengan baik
- Menunjukan E: ajarkan pasien -Agar keluarga pasien
jalan napas dan keluarga pasien
mengerti tanda-tanda
yang paten untuk mengetahui hivopentilasi
(pasien tanda hivopentilasi
tidak -untuk mempercepat
C: Kolaborasikan proses penyembuhan
merasa
pemberian obat
tercekik,ira
dengan dokter
ma nafas,
frekuensi
pernafasan
dalam
rentang
normal ,
tidak ada
suara nafas
abnormal)
-Tanda-tanda
vital dalam
rentang
normal
(tekanan
darah,nadi ,
pernafasan
)
Daftar pustaka

Huda Nuratif,Amin.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Nanda Nic Noc. Jilid 2.Yogjakarta :Mediaction

www.academia.edu/15114410/Laporan_Pendahuluan_HEMATEMESIS_MELENA-diakes
pada tanggal 12 oktober 2018

https://dwaney.wordpress.com/2010/12/02/makalah-kmb-ii-hematemisis-melena-dan-hernia/-
diakses pada tanggal 13 oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai