Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATEMESIS MELENA
DIRUANG FLAMBOYAN RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun guna memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan KMB ( Keperawatan Medikal Bedah ) Di Ruang Flamboyan
Rsud Raa Soewondo Pati

Disusun oleh:
Nama: Fiorentina Melanti Astiana
Nim : 62019040022

Universitas Muhammadiyah Kudus


Progran Studi Provesi Ners Tahun Ajaran 2019/2020
A. DEFINISI
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah
darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna
bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di
tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena
pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum (Bruner and Suddart,
2011).
Hematomesis (muntah darah) biasanya menunjukan adanya perdarahan
saluran gastrointestinal diatas ligamen treit yng menekan duodenum (usus 12 jari)
pada pertemuan dengan jejunum. Muntahan yang berwarna merah terang atau
bernoda darah menunjukan perdarahan baru terjadi atau darah segar, sedangkan
muntahan berwarna merah gelap, coklat atau hitam (warna yg konsisten warna ampas
kopi) menunjukan darah sudah tertahan lama di lambung dan tercerna sebagaian
(williams,2012)
Melena adalah Istilah kedokteran yang memiliki makna buang air besar
dengan feses berwarna hitam , warna feses hitam di sebabkan oleh perdarahan pada
saluran cerna bagian atas ( kerongkongan, lambung, dan duodenum. Feses berwarna
hitam pada melena terjadi akibat hemoglobin yang ada dalam darah bereaksi dengan
bahan kimia pencernaan termasuk asam lambung serta adanya reaksi oleh bakteri usus
dalam durasi waktu tertentusehingga tidak lagi berwarna merah saat keluar menjadi
feses. (honestdocs 2019).

B. ETIOLOGI
Penyebab melena:
 Tukak lambung dan ulkus duodenum yang luka akibat adanya infeksi bakteri
H.pylori atau konsumsi obat anti inflamasi nonsteroid atau konsumsi obat anti
inflamasi nonsteroid dalam jangka waktu yang lama
 Robekan pada dinding kerongkongan
 Pecah varises pada kerongkongan
 Perdrahan kerongkongan
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas :
 Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
 Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan
dan lain-lain.
 Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),
purpura trombositopenia dan lain-lain.
 Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
 Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol, dan lai-lain.
 Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran
makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap
macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran
makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya
varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan
bagian atas (Hilmy 2010)

C. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya terdapat gejala yang timbul seperti pusing, berkunang kunang,
keringat dingin, urine menjadi sedikit, jantung berdebar, sesak nafas,
tidaksadarkan diri.
Gejala-gejala yang ditimbulkan pada pasien melena adalah sebagai berikut:
 Gelisah
 Suhu badan mungkin meningkat
 Nafsu makan berkurang atau tidak ada
 Berak yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
 Rasa sakit di perut
 Rasa kembung
 Tonus dan turgor kulit berkurang
 Selaput lendir dan bibir kering

D. PATHOFIDIOLOGI
Patofisiologi
Penyebab terjadinya hematemesis melena salah satunya yaitu aspirin,
OAINS, stres, kortikosteroid, rokok, asam lambung, infeksi H.Pylori dapat
mengakibatkan erosi pada mukosa lambung sampai mencapai mukosa muskularis
disertai dengan kerusakan kemampuan mukosa untuk mensekresi mukus sebagai
pelindung. Hal ini akan menimbulkan peradangan pada sel yang akan menjadi
granulasi dan akhirnya menjadi ulkus, dan dapat mengakibatkan hemoragi
gastrointestinal.

Penyebab hematemesis melena yang lainnya adalah alkohol dan hipertensi


portal berat dan berkepanjangan yang dapat menimbulkan saluran kolateral
bypass : melalui vena koronaria lambung ke dalam vena esofagus subepitelial dan
submukosal dan akan menjadi varises pada vena esofagus. Vena-vena yang
melebar dan berkeluk-keluk terutama terlatak di submukosa esofagus distal dan
lambung proksimal, disertai penonjolan tidak teratur mukosa diatasnya ke dalam
lumen. Dapat mengalami ulserasi superficial yang menimbulkan radang, beku
darah yang melekat dan kemungkinan ruptur, mengakibatkan hemoragi
gastrointestinal.
Gagal hepar sirosis kronik, kematian sel dalam hepar termasuk penyebab
hematemesis melena yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta.
Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral pada dinding abdominal anterior.
Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi
mengembang oleh darah dan membesar. Pembuluh yang berdilatasi ini disebut
varises dan dapat pecah, mengakibatkan hemoragi gastrointestinal.
Hemoragi gastrointestinal dapat menimbulkan hematemesis melena.
Hematemesis biasanya bersumber di atas ligamen Treitz (pada jungsi
denojejunal). Dari hematemesis akan timbul muntah darah. Muntah dapat
berwarna merah terang atau seperti kopi, tergantung dari jumlah kandungan
lambung pada saat perdarahan dan lamanya darah telah berhubungan dengan
sekresi lambung. Asam lambung mengubah hemoglobin merah terang menjadi
hematin coklat dan menerangkan tentang warna seperti kopi drainase yang
dikeluarkan. Cairan lambung yang berwarna merah marun atau merah terang
diakibatkan dari perdarahan hebat dan sedikit kontak dengan asam lambung.
Sedangkan melena terjadi apabila darah terakumulasi dalam lambung dan
akhirnya memasuki traktus intestinal. Feses akan seperti ter. Feses ter dapat
dikeluarkan bila sedikitnya 60 ml darah telah memasuki traktus intestinal.
(Adnani,H. 2011.)
E. PATHWAY
Kelainan esofagus: Kelainan Penyakit Penyakit Obat-obatan
varises esophagus, lambung & darah:leukemia sistemik serosis ulserogenik:
esofagitis, duodenum: DIC, purpura, hati golongan salisiat,
keganasan esofagus tukak lambung trombositopenia, kortikostiroid,
keganasan hemopilia alkohol

Tekanan portal Iritasi Pecahnya PD Obstruksi aliran O2 mukosa


meningkat mukosalambung darah lewat hati terhambat

Pembuluh darah Erosi dan Perdarahan Pemben As. Lambung


pecah ulserasi tukan kolateral meningkat

Kerusakan Masuk saluran Distensi Inflamasi mukosa


vaskuler pada cernsa pembuluh lambung
mukosa darah abdomen
lambung

Varises

Pembuluh
darah ruptur

Hematemesis Perdarahan
melena

anoreksia Mual-muntah Tekanan


kapiler
meningkat
Gangguan
kebutuhan nutrisi Syok hipovolemik Protein plasma
hilang

Gangguan keseimbangan Edema


cairan dan elektrolit
Penekanan
pembuluh
darah

Perfusi jaringan
menurun

Gangguan perfusi
jaringan

Sumber: Abdul Bari Saifudin.2010.ilmu kebidanan.edisi 4.jakarta:bina pustaka.


Sarwono prawirohardjo.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSA
 Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi
gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap
berbagai antibiotika (pada diare persisten).
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin
berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan hemostasis
lengkap untuk mengetahui adanya kelainan hemostasis, pemeriksaan fungsi
hati untuk menunjang adanya sirosis hati, pemeriksaan fungsi ginjal untuk
menyingkirkan adanya penyakit gagal ginjal kronis, pemeriksaan adanya
infeksi Helicobacter pylori.
 Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat
memastikan diagnosis pecahnya varises esofagus atau penyebab perdarahan
lainnya dari esofagus, lambung dan duodenum.
 Kontras Barium (radiografi)
Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan atas
dasar urgensinya dan keadaan kegawatan.
 Ongiografi
Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang
tersembunyi dari visual endoskopik.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan
yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum
 Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek
sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan. Penderita
dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan
berhenti dapat diberikan makanan cair.
 Infus cairan langsung dipasang dan diberikan larutan garam fisiologis
selama belum tersedia darah.
 Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila
perlu dipasang CVP monitor.
 Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk
mengikuti keadaan perdarahan.
 Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
 Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
 Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian
antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus.
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi
amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.
2. Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung,
lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian
air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga
diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan
demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan
berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi
berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam.
Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung
sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus
akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga
menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan
varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot
polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-
hati dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung
iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis
terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat
pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita
tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan
makna pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja
ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan. Beberapa
peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises
esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan
ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
5. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %
sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan
dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini
tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara
pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan
yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang
disebabkan pecahnya varises esofagus.
6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan
perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi .
Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus,
transeksi esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6
minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian Fokus (Pola Fungsi Kesehatan)
 Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan obat-obat
ulseroge.
 Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual,muntah,
kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisiharus dalam bentuk
makanan yang lunak yang mudah dicernac.
 Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan
subjektifpada pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivit
assehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus
berhenti bekerjad.
 Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. PdaBAB
terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadihitam seperti
petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada BAK, warnagelap dan konsistensi
pekat..
 Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadikurus,
perut membesar karena ascites dan kulit mengering, bersisikagak
kehitaman.
 Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatandalam
menjalankan perannya seperti semula.
 Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgendan
estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat
menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada wanita (istri)
menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat terjadi aminoredan hal
ini tentu saja mempengaruhi pasien sebagai pasangan suamidan istri.
 Pola penaggulangan stres
Biasanya dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasimasalahnya
namun sebaliknya bagi kx yang tidak bagus kopingnyamaka dapat
destruktif lingkungan sekitarnya.
 Pola tata nilai dan kepercayaa
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien

2) Diagnosa Keperawatan
 Gangguan kebutuhan nutrisi b/d intake yang kurang, anoreksia.
 Gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit b/d pendarahan.
 Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang.

3) Rencana Keperawatan
Diagnosa Noc Nic
Gangguan kebutuhan Status nutrisi:  Menitoring intake
nutrisi b/d intake yang - Kriteria hasil makanan/cairan dan
kurang, anoreksia.  Terpenuhinya hitung masukan kalori
asupan gizi per hari sesuai
 Terpenuhinya kebutuhan
asupan makanan  Memonitor intruksi
 Terpenuhinya diet yang sesuai untuk
asupan caran memenuhi kebutuhan
 Energi nutrisi pasien per hari
 Rasio berat sesuai kebutuhan
badan/tinggi badan  Memonitor hasil
 hidrasi laboratorium yang
sesuai
 Memberikan
perawatan mulut
sebelum dan sesudah
makan
 Menganjurkan untuk
menghindari makanan
yang mengandung
laktosa sesuai
kebutuhan
 Mengajarkan pasien
dan keluarga diet
yang dianjurkan
 Menentukan jumlah
kalori dan tipe nutrisi
yang diperlukan
untukmemenuhi
kebutuhan nutrisi
dengan berkolaborasi
besama ahli gizi
sesuai kebutuhan.
Gangguan kebutuhan Keseimbangan cairan  Memonitor
cairan dan elektrolit b/d -kriteria hasil: kehilangan cairan
pendarahan.  Terpenuhinya  Memonitor efek
asupan kalori samping dari
 Terpenuhinya suplemen elektrolit
asupan protein yang diresepkan
 Terpenuhinya lemak memonitor
 Terpenuhinya manifestari dari
asupan karbohidrat ketidak seimbangan
 Terpenuhinya elektrolit
asupan serat,  Memonitor tanda-
vitamin, mineral,zat tanda vital yang
besi, kalsium, sesuai
kalium  Memberikan
suplemen elektrolit
tambahan
 Memberikan resep
diet yang tepat untuk
cairan tertentu atau
pada ketidak
seimbangan elektrolit
 Melakukan tindakan
untuk mengontrol
kehilangan elektrolit
yg berlebihan
Gangguan perfusi Perfusi jaringan  Memonitor adanya
jaringan b/d penurunan -kriteria hasil: parasthesia dengan
konsentrasi Hb dan  Terpenuhinya tepat (mati rasa dll)
darah, suplai oksigen pengisian kapiler  Memonitor
berkurang. jaringan kemampuan untuk
 Terpenuhinya nilai BAB dan BAK
rata-rata tekanan  memberikan obat
darah analgesik
 Wajah tidak pucat  Menginstruksikan
 Tidak terjadi pasien untuk selalu
kelemahan otot mengamati posisi
tubuh jika
propriosepsi
terganggu
 Mendiskusikan atau
identifikasi penyebab
sensasi abnormal
atau perubahan
sensasi yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA

Bruner and Suddart, 2011. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol
3. Jakarta: EGC.
Bulechek, gloria M.dkk.2018. Nanda Nic Noc. Jakarta:United Kingdom
Hilmy.2010. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan
Terapi(2ndEd.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai