Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses
atauntinja berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan
bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara
darah dengan asam lambung dan besar kacilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna
seperti kopi atau kemerh-merahan dan bergumpal-gumpal.
Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan
perawatan segera di rumah sakit. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit
hematemesis melena akan dibahas pada studi kasus di dalam makalah ini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
- Mengetahui mengenai penyakit hematemesis melena dan diet yang sesuai.
2. Tujuan Khusus
- Menjelaskan mengenai penyakit hematemesis melena
- Faktor-faktor penyebab penyakit hematemesis melena
- Faktor-faktor pemberat penyakit hematemesis melena
- Terapi (pengobatan) yang diberikan untuk penyakit hematemesis melena
- Terapi diet yang diberikan:
a) Assesment gizi
b) Diagnosa gizi
c) Intervensi gizi

Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hematemesis melena
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses
atauntinja berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan
bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara
darah dengan asam lambung dan besar kacilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna
seperti kopi atau kemerh-merahan dan bergumpal-gumpal.
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum
dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling
sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena.
Banyaknya darah yang keluarnselama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai
patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas.
Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan
perawatan segera di rumah sakit.

Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas :


 Kelainan esofagus: varises, esofagitis, keganasan
 Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan
lain-lain
 Penyakit darah: leukimia, DIC (Disseminated Intravasculer Coagulation),
purpura trombositopenia dan lain-lain.
 Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
 Penyakit obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,kortikosteroid, alkohol,
dan lain-lain.

Penyebab hematemesis melena:

1. Kelainan di esofagus
a. Varises esofagus
b. Karsioma esofagus

Page 2
c. Sindroma Mallory-Weis
d. Esofagogastritis korosif
e. Esofagitis dan tukak esofagus
2. Kelainan di lambung:
a. Gastritis erosiva hemorhagik
b. Karsioma lambung
3. Kelainan di duodenum:
a. Tukak duodeni
b. Karsinoma papila veteri

Kelainan di esofagus

Varises esofagus

Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises esofagus, tidak
pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada umumnya sifat perdarahan spontan
dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena
sudah bercampur dengan asam lambung.

Karsinoma esofagus

Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis. Di


samping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali penderita muntah darah
dan itupun tidak masif. Pada penendoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang hampir
menutup esofagus dan mudah berdarah yang terletak di sepertiga bawah esofagus.

Sindroma Mallry-Weiss

Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah hebat yang pada akhir baru
timbul perdarahan, misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil muda. Biasanya disebkan
oleh karena terlali muntah=muntah hebat dan terus menerus. Bila penderita mengalami disfagia
kemungkinan disebabkan oleh karsioma esofagus.

Esofagitis korosiva

Page 3
Pada sebuah penelitia n ditemukan seorang penderita wanita dan seorang pria muntah
darah setelah minumair keras untuk patri. Dari hasil anaalisis air keras tersebut ternyata
mengandung asam sitrat dan asam HCL, yang bersifat korosif untuk mukosa mulut, esofagus dan
lambung. Di samping muntah darah penderita juga mengeluh rasa terbakar di mulut, dada dan
epigastrum.

Esofagitis dan tukak lambung

Esofagitis bila smpai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat interniten atau kronis
dan bidsanya ringan lebih sering timbul melena daripada hematemesis. Tukak di esofagus jarang
sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingakan dangan tukak lambung dan duodenum.

Kelainan di lambung

Gastritis erisova hemiragika

Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan yang
menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati. Perlu
ditanyakan apakah penderita sedang atau sering menggunakan obat renatik (NSAID + steroid)
ataukah sering minum alkohol atau jamu-jamuan.

Tukak lambung

Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah,nyeri ulu hati dan sebelum
hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang berhubungan dengan makanan.
Sesaat sebelum timbul hematemesis karena rasa nyeri dan pedih berkurang. Sifat hemaremesis
tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari hematemesis.

Karsinoma lambung

Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan pada umumnya
datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering mengeluh rasa peddih, nyeri di daerah ulu
hati serins mengaluh merasa lekas kenyang dan badan menjadi lemah. Lebih sering mengeluh
karena melena.

Page 4
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian
atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan
bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di
Indinesia adah varises esofagus dengan rata-rata 45-50% seluruh perdarahan saluran makan
bagian atas (Hilmy 1971:58%)

Diagnosis

Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Dilakukan anamnesis yang teliti dan bila keadaan menurun maka dapat diambil
aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat penyakit terdahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati
menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulsergonik dan penyakit darah
seperti: leukimia dan lain-lain. Biasnya pada perdarahan saluran makan bagian atas yang
disebabkan pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya rasa nyeri atau pedih di daerah
epigastrium dan segala hemaremesis timbul secara mendadak. Dari hasil anamnesis sudah dapat
diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai takaran yang praktis seperti
beberapa gelas, beberapa laleng dan lain-lain.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu
diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah,tanda-tanda anemia dan
gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya
rejatan atau kegagakan fungsi hati. Di sampingitu, dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis
hepatis, seperti spiser neavi, ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae, adanta kolateral,
asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.

Pemeriksaan laboratorium

Pemerisaan laboratirium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosiy, kesedian darah


hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti
perkembangan penderita

Pemerisaan radiologik

Page 5
Pemerisaan radilogik dilakukan debgan pemeriksaan double contrast pada lambung dan
duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal
esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada atau tidaknya varises. Untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan radiologi ini sedini mungkin, dan
sebaiknya segera setelah hematemesis berhenti.

Pemerisaan endoskopi

Dengan adanya berbag asal dan sumber perdarahan. keuntungan ai macam tipe
fiberendoskop, maka pemerisaan secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan
dengan tepat tempat dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik
adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan dan biosi untuk
pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang
berlangsung, pemerisaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sedini mungkin setelah
hematemesis berhenti

Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati

Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati
kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian
atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya
dapat di kota besar saja.

Terapi

Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas garus sedini mungkin dan
dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pengobatan yang lebih
baik, pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi:

1. Penawasan dan pengobatan umum


 Penderita haris diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek sadatif
morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
 Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan
berhenti dapat diberikan makanan cair.

Page 6
 Infus cairan langsung dipasang dan diberikan larutan garam fisiologis selama
belum tersesia darah
 Pengwasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu
dipasang CVP monitor
 Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematrokrit perlu dilakukan untuk mengikuti
keadaan perdarahan
 Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan
mempertahankan hemoglobin 50-70% harga normal.
 Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,karboskrom
(Adona AC) antasida dan golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau
ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
 Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika
yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri
usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.
2. Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage
(kumbah lambung) dengan air, dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah
lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan
aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah
lambung ini akan dilakukan berulang kal memakai air sebanyak 100-150 ml sampai
cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam.
Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambungh sudah
jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktrksi, pada pemberian pitresin per infus akan
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan
vena forta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat
bahwa pitresin dapat merangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner,
karena itu harus berhati-hati dengan demikian prmakaian obat tersebut terutama pada

Page 7
penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu, perlu pemerisaan elektrokardiogram dan
anamnesis terhadap penyakit jantung koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB Tube
Pemasangan balonSB tube unuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises.
Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif,
sehingga penderita dapat diberitahukan dan di jelaskan makna pemakaian alat tersebut,
cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang timbul pada waktu dan selama
pemasangan.
5. Pemakaian baham sklerotik
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dan pemakaian SB Tube ini dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus.
Komplikasi pemasangan SB Tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus,
obstruksi jalan napas tidak pernah di jumpai.
6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan di atas mengalami kegagalan dan
perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi. Tindakan operasi
yang bisa dilakukan adalah: ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-
kaval, operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hati
membaik.

Prognosis

Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan
pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk/terganggunya sehingga setiap
perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor
yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama
perawatan, dan lain-lain.

Hasil penelitian menunjukan bahawa anfka kematian penderita dengan perdarahan


saluran makan bagian bagian atas dipengruhi oleh faktor kadar Hb waktu dirawat,
terjadinya/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus,encefalopati dan golongan
menurut kriteria Child. Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam

Page 8
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas maka perlu dipertimbangkan tindakan
yang besifat preventif terutama untuk mencegah terjadinya sirosis hati.

a. Riwayat kesehatan
1. Riwayat mengidap:
Penyakit hepatitis kronis, cirrochis hepatia, hepatoma, ulkus peptikum
2. Kanker saluran pencernaan bagian atas
3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
4. Riwayat pengguna obat-obat ulserogenik
5. Kebiasaan/gaya hidup: alkoholisme, kebiasan makan
b. Pengkajian umum
1. Intake: anorexia, mul, muntah penurunan berat badan
2. Eliminasi :
 BAB : Konstipasi atau diare, adakah melena ( warna darah hitam, konsistensi
pekat, jumlahnya)
 BAK : warna gelap, konsistensi pekat.
3. Neurosensori : adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma)
4. Respirasi : sesak, dyspnoe, hipoxia
5. Aktifitas : lemah, lelah,letargi, penurunan tonus otot
c. Pengkajian khusus
Pengkajian kebutuhan fisiologi
1. Oksigen
Yang dikaji adalah :
 Jumlah serta warna darah hematemesis
 Warna kecoklatan : darah dari lambung kemungkinan masih tertinggal,
potensial aspirasi.
 Posisi tidur klien : untuk mencegah adanya muntah masuk ke jalan napas,
mencegah renjatan.
 Tanda-tanda renjatan : bisa terjadi apabila jumlah darah > 500cc dan terjadi
secara kontinyu.

Page 9
 Jumlah perdarahan : observasi tanta-tanda hemodinamik yaitu tekanan darah,
nadi, pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg,
pernapasan cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38-39oC,kulit dingin pucat
atau cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal
berkurang, menyebabkan urin berkurang.
2. Cairan
Keadaan yang perlu dikaji pada klien dengan hematemesis melena yang
berhubungan dengan kebutuhan cairan yaitu jumlah perdarahan yang terjadi . Jumlah
darah akan menentukan cairan pengganti.
Dikaji : macam perdarahan/cara pengeluaran darah untuk menentukan lokasi
perdarahan serta jenis pembuluh darah yang pecah. Perdarahan yang terjadi secara
tiba-tiba, warna darah merah segar, serta keluarnya secara kontinyu menggambarkan
perdarahan yang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas dan terjadi pecahnya
pembuluh darah arteri. Jika fase emergensi sudah berlalu, pada fase berikutnya
lakukan pengkajian terhadap:
 Keseimbangan intake output. Pengkajian ini dilakukan pada klien
hematemesis melena yang disebabkan oleh pecahnya varises esofagus
hepatis yang sering mengalami asites dan edema.
 Pemberian cairan infus yang diberi pada klien
 Output urine dan catat jumlah per 24 jam
 Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, mata cekung,
jumlah urine sedikit. Untuk klien dengan hematemesis melena sering
mengalami gangguan fungsi ginjal.
3. Nutrisi
Dikaji :
 Kemampuan klien untuk beradaptasi dengan diit :3 hari makanan cair dan
selanjutnya makanan lunak.
 Pola makan klien
 BB sebelum terjadi perdarahan
 Kebersihan mulut : karena hematemesis dan melena, sisa-sisa perdarahan
dapat menjadi sumber infeksi yang menimbulakan ketidaknyamanan.

Page 10
4. Temperatur
Klien dengan hematemesis melena pada umumnya mengalami kenaikan suhu
temperatur sekitar 38-39oC. Pada keadaan pre renjatan temperatur kulit menjadi
dingin sebagai akibat gangguan sirkulasi. Penumpukan sisa perdarahan merupakan
sumber infeksi pada saluran cerna sehinga suhu tubuh klien dapat meningkat. Selain
itu, pemberian infus yang lama juga dapat menjadi sumber infeksi yang
menyebabkan suhu tubuh klien yang meningkat
5. Eliminasi
Pada klien hematemesis melena pada umumnya mengalami gangguan eliminasi.
Yang perlu dikaji adalah :
 Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal terganggu. Urine berkurang
dan bisanya dilakukan perawatan tirah baring.
 Defekasi, perlu dicatat jumlah, warna dan konsistensinya.
 Perlindungan : latar belakang sosial ekomomi klien, karena pada hematemesis
melena dilakukan beberapa tindakan sebagai penegakan diagnosa dan terapi
bagi klien.
 Kebutuhan fisik dan psiologis
 Perlindungan terhadap bahayabinfeksi. Perlu dikaji : kebersihan diri,
kebersihan lingkungan klien, kebersihan alat-alat tenun, mempersipkan dan
melakukan pembilasan lambung, cara pemasangan dan perawatan pipa
lambung, cara persiapan dan pemberian injeksi IV atau IM.
 Perlindungan terhadap bahaya komplikasi :
o Kaji persiapan pemeriksaan endoskopi (informed concern)
o Pesiapan yang berhubungan dengan pengam bilan/pemerisaan darah.

Diagnosa yang muncul

1. Defisit volume cairan sehubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)


2. Potensial gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.
3. Tidak efektif pola napas sehubungan dengan asites dan menurunnya pengembangan
diafragma.
4. Potensial infeksi sehubungan dengan berkurangnya sel darah putih.

Page 11
5. Gangguan rasa nyaman : nyeri sehubung an dengan rasa panas/terbakar pada mukosa
lambung dan rongga mulut atau spasme otot dinding perut
6. Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya
7. Kecemasan sehubungan dengan penyakitnya.
8. Risiko tertinggi terjadinya gangguan kesadaran.

Page 12
BAB III
GAMBARAN UMUM PENDERITA

Kasus hematemesis melena dengan anemia


Ny. Letha umur 62 th, TL = 46,6 cm, BB= kg. Ny. Letha telah dirawat selama 2 hari di
RSUD Doris Silvanus Palangka Raya. Keluhan dan riwayat penyakit pasien sekarang:
 1 hari Sebelum masuk RS Ny. Letha BAB hitam.
 Ny. Letha memiliki riwayat penyakit maag dan 1 tahun yang lalu pernah mengalami
penyakit strok tetapi sudah sembuh.
 Pasien sering mengalami nyeri uluh hati dan selama megidap penyakit maag pasien
hanya bisa makan bubur dan minum air teh setiap kali makan.

Hasil pemeriksaan di rumah sakit

pemeriksaan Nilai Nilai normal


Hb 4,1 g/dl 12-16 g/dl
Leukosit 29.000 ribu/ml 5-10 ribu/ml
trombosit 420 ribu/ml 150-400 ribu/ml
hematokrit 12% 40-48 %

Keadaan pasien:

 Sakit sedang
 Composmentis (sadar penuh)
 Extrimitas hangat dan pucat
 Abdomen datar
 Kondisi badan lemah
 Muntah dan BAB hitam

Pengobatan yang diberikan:

 Infus RL =distro 10 tetes /menit


 Inj. Dicynon 3x1 amp IV

Page 13
 Inj. Ramifidin 2x1 amp IV
 Inj. Gfriaxon 1x2 g IV
 NGT terpasang sampai BAB hitam berhenti untuk membersihkan lambung
 Captropil 3x 25 mg
 Sukralfat 3x20mg
 Samagetic 4x 650 mg
 Diet yang diberikan bubur saring

A. Identitas Pesien

Nama : Letha Np
Usia : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Daerah Asal : Desa Pahawan
Diagnosa Penyakit :Hematemesis Melena dengan Anemia
Tanggal Masuk : 21 November 2010

B. Skirining Gizi

No Indikator Ya Tidak
1 Perubahan Berat Badan - -
2 Nafsu Makan Kurang √
3 Kesulitan mengunyah & menelan √
4 Mual & Muntah √
5 Diare/Konstipasi
6 Alergi/Intoleransi zat gizi √
7 Diet Khusus √
8 Enteral/parenteral √
9 Serum Albumin rendah √
10 Status gizi √
Kesimpulan :
Pasien mengalami nafsu makan kurang, kesulitan mengunyah & menelan dan mual
serta mual sehingga menyebabkan diberikan diet khusus serta parenteral, status gizi
pasien tidak normal.

Page 14
1. Assesment
 Antropometri
Tinggi Lutut = 46,6 cm
TB = 89,68 + (1,53 X TL) – (0,17 X Umur)
= 89,68 + (1,53 X 46,6) – (0,17 X 62)
= 89,68 + 71,3 – 10,54
= 150, 44 cm

Perkiraan BB yaitu :

BB = TB perkiraan – 100 cm
= 150, 44 cm – 100 cm
=50, 44 cm
 Biokimia
Tanggal 21 November 2010
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Keterangan
Hb 4,1 g/dl 12-14 g/dl Rendah
Leukosit - - -
Trombosit - - -
Hematokrit - - -

Tanggal 22 November 2010

Pemeriksaan Nilai Nilai normal Keterangan


Hb 4,1 g/dl 12-16 g/dl Rendah
Leukosit 29 ribu/ml 5-10 ribu/ml Tinggi
Trombosit 420 ribu/ml 150-400 ribu/ml Tinggi
Hematokrit 12% 40-48 % Rendah

Kesimpulan : dari hasil pemeriksaan biokimia pasien mengalami kadar


hemoglobin,hematokrit, rendah dan trombositnya tinggi.

Page 15
 Klinis –Fisik
Klinis:
Parameter Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Tanggal 21 Tanggal 22
November November 2010
2010
Tekanan Darah 160/80 mmgh 130/70 mmhg 120/80 mmhg
Nadi 80x/ menit 80x/menit 120x/menit
Suhu 380 C 36,5 0C 36,5 – 370C
Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan Clinis pasien Hipertensi dan suhu tubuh
turun, terakhir kondisi suhu tubuh normal.

Fisik:
- Ketidakefektifan pola pernafasan,
- Composmentis (sadar penuh)
- Extrimitas hangat dan pucat
- Abdomen datar
- Kondisi badan lemah
- Muntah dan BAB hitam

 Dietary History:

Ibu Letha selama dirawat rumah sakit hanya mengkonsumsi bubur 1 mangkok
dan teh 1 gelas dan ibu Letha dianjurkan untuk berpuasa yang berfungsi untuk
mengistirahatkan lambung. Ibu Letha diberikan makan secara parenteral (infus)
yaitu RL sebanyak 5 botol dan Glukosa 5% sebanyak 1 botol. Di dalam satu
botol infus sebanyak 500 ml.

Hasil Recall 24 jam:

Page 16
Anamnesa Gizi:

Waktu Makanan Bahan Berat (g) Energi Protein Lemak KH (g)


Makan Makanan (kal) (g) (g)
Pagi Bubur Beras 50 180,4 3.3 0,3 39,8
06.00 nasi Giling
WIB Teh Teh 200 25,8 6,4
Manis manis
Siang Bubur Beras 50 180,4 3.3 0,3 39,8
11.00 nasi Giling
WIB Teh Teh 200 25,8 6,4
Manis manis
Malam Bubur Beras 50 180,4 3.3 0,3 39,8
18.00 nasi Giling
WIB Teh Teh 200 25,8 6,4
Manis manis
Cairan Dextrose 500 ml 144 - - 36
Infus 5%
TOTAL 762,6 9,9 0,9 174,6

Audit Gizi:

762,6
Energi = 1744,7 x 100 % = 43,7 % (buruk)

9,9
Protein = 65,4 x 100 % = 15,14 % (buruk)

0,9
Lemak = 38,8 x 100 % = 2,3 % (buruk)

174,6
KH = 288,4 x 100 % = 60,5 % (kurang)

Page 17
1. Infus RL 500 ml

Infus Ringer Laktat

Perhitungan infus RL 30/tetes/menit


= 10 tetes x 60 menit x 24 jam
= 14400/20 tetes/hr.24 jam ( 1 ml = 20 tetes )
= 720 ml

Infus RL 500 ml 720 ml


Natrium laktat (C2H5N4O3) 1,55 gr 2,23 gr
Natrium Klorida (NaCl) 3,0 gr 4,32 gr
Natrium Kalium Klorida 0,15 gr 0,22 gr
(KCl)
Natrium Kalsium 0,1 gr 0,14 gr
CaCl22H2O
Tek.Osmolaritas 274 394,56
mosm/L mosm/L

. 2. Infus Dextrose 5 % 500ml

Infus Dextrose 5 %
Perhitungan infuse dextrose 5% 30/tetes/menit
= 10 tetes x 60 menit x 24 jam
= 14400/20 tetes/hr.24 jam ( 1 ml = 20 tetes )
= 720 ml = 0,72 L
=0,72 L x 200 kal
= 144 Kal
Infus Dextroce 5% 500 ml 720 ml
Glukosa C6H12O6H2O 25 gr 36 gr
Osmolalitas 280 403,2
mOsm/L mOsm/L

Page 18
Pengobatan yang diberikan:

1. Captopril
Captropil ( rINN ) (diucapkan / kæptəprɪl / ) adalah angiotensin-converting enzyme
inhibitor ( ACE inhibitor ) yang digunakan untuk pengobatan hipertensi dan beberapa
jenis gagal jantung kongestif. Captopril adalah ACE inhibitor pertama yang
dikembangkan dan dianggap sebagai terobosan baik karena novel mekanisme kerjanya
dan juga karena proses pembangunan revolusioner. Captopril umumnya dipasarkan oleh
Bristol-Myers Squibb di bawah nama dagang Capoten.

Penggunaan Klinis

Penggunakan Captopril utama adalah berdasarkan vasodilatasi dan penghambatan


beberapa kegiatan fungsi ginjal. Manfaat ini yang paling jelas terlihat dalam kondisi
berikut:
1) Hipertensi
2) kondisi Jantung seperti pasca infark miokard dan gagal jantung kongestif
3) Pelestarian fungsi ginjal pada nefropati diabetik

Selain itu, ia telah menunjukkan mood-elevating properti di beberapa pasien. Hal ini
konsisten dengan pengamatan bahwa skrining model binatang menunjukkan aktivitas
antidepresan putatif untuk senyawa ini, walaupun sudah ada satu studi negative, uji klinis
formal pada pasien depresi belum dilaporkan.

Ini juga telah diteliti untuk digunakan dalam pengobatan kanker.

2. Sukralfat

Indikasi:
Pengobatan jangka pendek (sampai 8 minggu) pada duodenal ulcer.
Kontra Indikasi:
Tidak diketahui kontraindikasi penggunaan sukralfat.
Komposisi:

Page 19
Tiap 5 ml suspensi mengandung:
Sukralfat...........................................................500 mg.
Farmakologi:
Sukralfat adalah suatu kompleks yang dibentuk dari sukrosa oktasulfat dan
polialuminium hidroksida.
Aktivitas sukralfat sebagai anti ulkus merupakan hasil dari pembentukan kompleks
sukralfat dengan protein yang membentuk lapisan pelindung menutupi ulkus serta
melindungi dari serangan asam lambung, pepsin dan garam empedu.

Percobaan laboratorium dan klinis menunjukkan bahwa sukralfat menyembuhkan tukak


dengan 3 cara:
1. Membentuk kompleks kimiawi yang terikat pada pusat ulkus sehingga merupakan lapisan
pelindung.
2. Menghambat aksi asam, pepsin dan garam empedu.
3. Menghambat difusi asam lambung menembus lapisan film sukralfat-albumin.
Penelitian menunjukkan bahwa sukralfat dapat berada dalam jangka waktu lama dalam
saluran cerna sehingga menghasilkan efek obat yang panjang.
Sukralfat sangat sedikit terabsorpsi di saluran pencernaan sehingga menghasilkan efek
samping sistemik yang minimal.
Dosis dan Cara Pemberian: Umumnya bagi orang dewasa adalah:
2 sendok teh (10 mL), 4 kali sehari, sewaktu lambung kosong (1 jam sebelum makan dan
tidur).
Pengobatan harus dilanjutkan, kecuali apabila pemeriksaan endoskopi atau sinar-x telah
memperlihatkan kesembuhan.
Peringatan dan Perhatian:

Inpepsa harus diberikan secara hati-hati pada pasien gagal ginjal dan pasien dialisis.
Penggunaan Inpepsa selama kehamilan hanya dilakukan jika benar-benar diperlukan.
Inpepsa harus diberikan secara hati-hati pada wanita yang sedang menyusui.
Jika diperlukan, antasida dapat diberikan dalam jangka waktu 1/2 jam sebelum atau
sesudah pemberian Inpepsa.

Page 20
Keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum dapat ditetapkan.

Efek Samping:

Terjadinya efek samping sangat jarang, yang relatif sering dilaporkan hanya konstipasi
dan mulut terasa kering. Keluhan lainnya adalah diare, mual, muntah, tidak nyaman di
perut, flatulent, pruritus, rash, mengantuk, pening, nyeri pada bagian belakang dan sakit
kepala.

Interaksi Obat:

Inpepsa dapat mengurangi absorpsi atau bioavailabilitas obat-obatan: simetidin,


ciprofloxacin, digoxin, ketokonazol, norfloxacin, fenitoin, ranitidin, tetracyclin dan
teofilin, sehingga obat-obatan tersebut harus diberikan dalam waktu 2 jam sebelum
pemberian Inpepsa.
Kemasan:
Botol isi 100 mL dan 200 mL suspensi.

3. Sumagesic

Indikasi:
SUMAGESIC ideal untuk menyembuhkan rasa sakit termasuk sakit kepala, sakit gigi,
sakit pada otot dan persendian, rheumatoid arthritis, osteoarthritis dan sakit karena trauma
ringan dan tindakan pembedahan. Juga ideal untuk menurunkan demam yang menyertai
flu, masuk angin, tonsilitis, tuberkulosis dan infeksi-infeksi lainnya.

Kontra Indikasi:
N/A

Komposisi:
Setiap tablet mengandung:
Asitominofen .......................................... 600 mg

Page 21
Sumagesik mengandung dosis optimum yang efektif dari 600 mg asetaminofen. Pada
dosis ini, asetaminofen menyembuhkan rasa sakit sebanding dengan penyembuhan oleh
600 mg asam asetilsalisilat dan 60 mg kodeina tanpa efek samping dari obat-obat
tersebut.

SUMAGESIC menyembuhkan rasa sakit dengan cara bekerja pada pusat rasa sakit dalam
otak dan mencegah timbulnya rangsangan rasa sakit pada tempat-tempat bersangkutan.
SUMAGESIC juga menurunkan demam dengan cara mempengaruhi pusat pengatur suhu
dalam otak untuk menurunkan panas dengan jalan mengeluarkan peluh. Khasiat
antipiretiknya hampir dua puluh lima kali lebih hebat daripada aspirin. SUMAGESIC
lebih manjur dan bekerja lebih cepat daripada asam asetilsalisilat sebagai antipiretik.

SUMAGESIC adalah analgetik-antipiretik pilihan utama bagi penderita yang peka


terhadap asam asetilsalisilat dan obat-obatan sejenis. SUMAGESIC dua kali lebih aman
daripada asam asetilsalisilat dan jauh lebih aman dibandingkan dengan obat-obat
analgetik-antipiretik lainnya. SUMAGESIC tidak menyebabkan iritasi lambung,
karenanya dapat diberikan dengan aman kepada penderita-penderita hiperasiditas
(pengeluaran asam lambung yang berlebihan), tukak lambung dan gastritis (radang pada
lambung).
Aturan Pakai:

(3 - 4 kali sehari)

Anak-anak ................................................. 1/4 - 1/2 tablet

Dewasa .................................................... 1 tablet

Atau menurut petunjuk dokter.

Penyimpanan:
Simpan pada suhu 25 - 30 derajat Celsius.

Jenis: Tablet

4. DICYNONE
(Etamsilat)

Page 22
HEMOSTATIK – ANTIHEMORHAGIK
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PERDARAHAN

KOMPOSISI :

Tiap ml larutan Dicynone injeksi


125 mg Etamsilat
mengandung
Tiap tablet Dicynone mengandung 500 mg Etamsilat

MEKANISME KERJA :

DICYNONE bekerja pada fase vaskuler dari hemostasis, dengan cara :

- Memulihkan daya lekat dari platelet yaog targanggu

- Memulihkan lapisan endo-endothelium dari fibrin

- Menghambat sintesa Prostasiklin yang merupakan antihemostatik,

- Dengan demikian memulihkan resistensi kapiler yang berkurang. Hal ini yang
menjelaskan cara kerja Dicynone yang nyata pada perdarahan. Selain itu, DICYNONE
mempercepat proses normal dari pembekuan (pembentukan thromboplastin) pada
temperatur di bawah 37°C, dan tidak menyebabkan trombosis dalam aliran darah.

TOLERANSI :

Toksisitas tidak ada, Tidak ada efek sampingan dan khususnya tidak ada risiko terjadinya
trombosis. DICYNONE dapat diberikan bersamaan dengan pengobatan anti koagulansia.

DICYNONE dapat diberikan pada wanita hamil.


DOSIS :

• DALAM PEMBEDAHAN-(BEDAH UMUM DAN BEDAH KHUSUS)


Sebelum operasi : Selama 2 atau 3 hari sebelum operasi : 3 x 1 tablet sehari.

Page 23
Satu jam sebelum operasi: 2 ampul I.V. atau I.M.

Selama operasi: I.M. atau I.V. bila diperlukan, atau 4 ampul dalam cairan
infus.
Dalam keadaan darurat, untuk efek yang segera, 2 ampul t.V. dan 2 ampul
I.M.

Sesudah operasi :

Selama 4 harl sesudah operasi, 2 ampul I.V. atau I.V. pagi dan petang, atau
3 tablet sehari dibagi dalam 3 dosis.

UNTUK ANAK-ANAK 1/2 DOSIS ORANG DEWASA

• DALAM KEDOKTERAN UMUM DAN BIDANG KEAHLIAN LAINNYA

Untuk pengobatan atau pencegahan semua perdarahan kapiler (pada lambung,


usus, kebidanan........dsb.) ecchymosis, purpura, hematoma.

Keadaan darurat : 3 x 2 ampul sehari I.V atau I.M Pencegahan dan terapi
konsolidasi: 3 x 1 tablet.sehari

UNTUK ANAK-ANAK 1/2 DOSIS ORANG DEWASA


CATATAN :

Larutan dalam ampul dapat juga diminum setelah lebih dahulu diencerkan dalam
setengah gelas air.

KEMASAN :

Dus isi 6 ampul yang mudah dipatahkan


Ampul :
Tiap ampul (2 mi) mengandung 250 mg Etamsilat.
Dus isi 20 tablet.
Tablet :
Tiap tablet mengandung 500 mg Etamsilat
Ampul No : Reg. D 7813050 Tablet No. Reg. : DL 2010373

Page 24
2. Diagnosa Gizi
a. Domain Intake
Kekurangan intake makanan dan minuman oral (NI-2.1) berkaitkan dengan
pasien dianjurkan untuk berpuasa sehingga diberikan makanan lewat parenteral
dibuktikan dengan hasil audit gizi yaitu E = 43,7 % (buruk), P = 15,14 % (buruk), L=
2,3% (buruk), 60,5% (kurang).
b. Domain Klinis
Perubahan Nilai Laboratorium Terkait Zat Gizi Khusus (NC-2.2) berkaitan
dengan gangguan fungsi organ lain akibat perubahan biokimia dibuktikan dengan
nilai laboratorium Hb= 4,1 g/dl (rendah).
c. Domain Perilaku
Kurangnya Pengetahuan Berhubungan dengan Makanan/ Zat Gizi (NB-1.1)
berkaitan dengan keyakinan/ perhatian yang salah mengenai makanan, zat gizi dan
masalah-masalah yang lain berhubungan dengan makanan/ zat gizi dibuktikan dengan
Ny. Letha hanya mengkonsumsi bubur dan teh saja.

3. Intervensi Gizi
a. Tujuan Diet
1) Tujuan Pendek:
- Memberikan makanan secara parenteral kepada pasien untuk sementara waktu,
supaya memperistirahatkan organ khususnya lambung untuk sementara.
- Memberikan makanan dalam bentuk cairan secukupnya yang tidak
memberatkan kerja lambung serta mencegah dan menetralkan asam lambung
yang berlebihan.
- Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.
- Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran
cerna, mengurangi resiko pendarahan ulang, dan mencegah aspirasi.
- Memperbaiki kadar Hb hingga mencapai normal.
2) Tujuan Jangka Panjang
- Mencegah terjadinya perdarahan kembali, agar Hb tetap optimal.
- Memperbaiki Pola makan.

Page 25
b. Jenis Diet : Diet pasca Hematemesis Melena

c. Perhitungan Zat Gizi


 Kebutuhan energi
BMR = (10,5 x BB) + 596 kkal
= (10,5 x 50,44) + 596 kkal
= 1125,62 kkal
TEE = (1,56x BMR)
= (1,56 x 1125,62)
=1744,7 kkal + 5 % = 1831,9 kal
- 5 % = 1657,5 kal
 Kebutuhan zat gizi makro :
15% 𝑥 1744,7 𝑘𝑎𝑙
P = = 65,4 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 5% = 68,7 gram
4

- 5% = 62,1 gram
20% 𝑥 1744,7 𝑘𝑎𝑙
L = = 38,8 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 5% = 40,7 gram
9

- 5% = 36,9 gram
65%𝑥 1744,7 𝑘𝑎𝑙
KH = = 288,4 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 5%= 302,8 gram
4

- 5% = 273,9 gram
 Kebutuhan vitamin dan mineral:
50,44
- Vit. A = x 500 RE = 458,5 RE
55
50,44
- Vit. D = x 10 mcg = 9,2 mcg
55
50,44
- Vit. E = x 15 mg = 13,7 mg
55
50,44
- Vit. B12 = x 2,4 mcg = 2.2 mcg
55
50,44
- Vit. B1 = x 1,0 mg = 0,9 mg
55
50,44
- Vit. C = x 75 mg = 68,8 mg
55
50,44
- Fe = x 12 mg = 11 mg
55
50,44
- Zink = x 9,8 mg = 8,9 mg
55

Page 26
50,44
- Ca = x 800 mg = 733,7 mg
55

 Kebutuhan cairan = 35 ml/kgBB/hari x 50,44 kg


= 1765,4 ml/kgBB/hari
d. Prinsip diet
 Energi cukup
 Protein cukup
 Lemak rendah
 Karbohidrat cukup
 Serat rendah
 Cairan cukup
e. Syarat diet:
 Energi diberikan sebesar 1744,7 kkal berfungsi dalam proses metabolisme tubuh.
 Protein diberikan sebesar 65,4 gram dari kebutuhan energi total untuk membantu
memperbaiki sel-sel dan jaringan tubuh yang rusak akibat sakit.
 Lemak diberikan rendah sebesar 38,8 gram dari kebutuhan energi total, yang
berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E, K dan sebagai pengatur suhu tubuh
pasien.
 KH diberikan sebesar 288,4 dari kebutuhan energi total sebagai sumber energi.
 Makanan sedikit meninggalkan sisa.
 Makanan tidak merangsang saluran cerna.
 Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24 jam untuk
memberi istirahat pada lambung.
 Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada.
 Cairan cukup terutama bila muntah untuk mencegah dehidrasi yaitu sebesar
 Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan.

f. Bentuk Makanan: cair jernih (cair dingin) dilanjutkan makanan saring.


g. Frekuensi: 1-2 hari saja (diet pasca hematemesis melena)
h. Rute: parenteral

Page 27
i. Edukasi Gizi Melalui Bed Site Teaching:
1) Topic: Hematemesis melena, penyebab hematemesis melena, faktor-faktor yang
dapat memperparah penyakit hematemesis melena, makanan & diet yang perlu
untuk penyakit hematemesis melena, serta kebutuhan zat gizi yang sesuai.
2) Tujuan: Memberikan penjelasan mengenai hematemesis melena, penyakit
hematemesis melena, makanan & diet yang diperlukan, kecukupan zat gizi, serta
tahapan diet selanjutnya untuk mengurangi pendarahan lambung.
3) Sasaran: Ny. Letha & Keluarga
4) Waktu: ± 30 menit
5) Alat: Leaflet
6) Metode: Ceramah, diskusi & tanya jawab
7) Materi:
- Penyakit hematemesis melena
- Penyakit anemia
- Makanan & diet yang dianjurkan serta dihindari untuk melangsungkan terapi diet
yang diperlukan.
- Kebutuhan zat gizi sesuai dengan kebutuhan.
8) Monitoring & Evaluasi
a) Monitoring
- Memantau asupan makanan pasien sesuai atau tidak dengan diet yang
diberikan.
- Memantau asupan makanan sesuai dengan kebutuhan atau tidak.
- Memantau keadaan pasien apabila mengalami mual & muntah khususnya
melena, BAB darah atau tidak.
- Memantau data antropometri seperti BB.
- Memantau kadar Hb pasien hingga mencapai kadar normal.
b) Evaluasi
- Pola makan pasien.
- Perubahan kadar Hb.
- Diet yang diberikan sesuai atau tidak dengan penyakit pasien.

Page 28
BAB IV
PEMBAHASAN

Ny. Letha paien wanita berusia 62 tahun dengan tinggi lutut 46,6 cm dan perkiraan berat
badan 50,44 kg, Beberapa makanan yang dikonsumsi pada tgl 21 November 2010 adalah Pagi,
siang dan malam hanya mengkonsumsi bubur nasi 1 mangkuk dan teh manis 1 gelas.Hasil recall
24 jam pada tanggal 21 November 2010 maka didapatkan energi 762,6 kal, dengan audit gizi
43,7% (Buruk) ; Protein 9,9 gr dengan audit gizi 15,14% (buruk); Lemak 0,9 gr dengan audit gizi
2,3% (buruk) dan Karbohidrat 174,6 gr dengan audit gizi 60,5% (sedang).
Berdasarkan diagnosa dokter, Ny. Letha mengalami hematemesis melena. Akibat dari
hematemesis melena tersebut pasien mengalami muntah darah (melena) dan BAB hitam
(berdarah) yang menyebabkan kadar Hb pasien menjadi rendah/kurang dari normal yaitu 4,1
gr/dl. Pasien diberikan selang NGT (Naso Gastric Tube) yang berfungsi untuk membuang
kotoran atau darah dari hidung dan lambung, apabila kotoran/darah telah bersih maka selang
NGT tersebut dilepas (evaluasi terhadap perdarahan), serta selang NGT tersebut juga digunakan
untuk pemberian obat-obatan kepada pasien. Pada saat di Rumah sakit dianjurkan untuk
berpuasa yaitu selama beberapa hari guna mengistirahatkan organ lambung yang mengalami
peradangan lambung. Di duga peradangan lambung pada pasien karena adanya riwayat penyakit
maag pada pasien.
Asupan makan pasien selama di RS diperoleh dari makanan parenteral yaitu glukosa 5%,
RL, dan NGT. Diet diberikan dalam bentuk makanan saring. Setelah berpuasa dan perdarahan
pasien berkurang dapat diberikan diet pasca hematemesis melena. Diet yang diberikan dalam
bentuk makanan cair jernih setiap 2 – 3 jam. Nilai gizi makanan ini sangat renbdah sehingga
dianjurkan diberikan selama 1 – 2 hari saja. Setelah pasien diberikan diet pasca hematemesis
melena pasien diberikan diet penyakit lambung yaitu diet lambung I yang diberikan dalam
bentuk makanan saring yang diberikan apabila fase akut telah teratasi. Tujuan pemberian diet
lambung I adalah untuk menetralkan asam lambung yang berlebihan dan tidak memberatkan
kerja lambung.
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau tinja
berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Pasien (Ny.
Letha) mengalami Hematemesis melena yang disebabkan penyakit Gastroentritis (peradangan
pada lambung).

Page 29
Data biokimia dapat disimpulkan pasien mengalami rendah kadar hemoglobin,
hematokrit, dan trombositnya tinggi. Dan data clinis-fisik yaitu pasien mengalami Hipertensi dan
suhu tubuh turun, terakhir kondisi suhu tubuh normal. Dan pasien mengalami mual, muntah,
BAB hitam dan lemas, serta sulit tidur.

Selama perawatan Ny. Letha diberikan cairan infus RL yang berfungsi untuk menangani
dehidrasi yang diderita dan mencegah dehidrasi menjadi lebih buruk. Dan infuse dextroce 5%
untuk memberikan tambahan asupan energi/kalori dan karbohidrat. Untuk terapi hematemesis
melena pada kasus ini penderita diberi Infus RL =distro 10 tetes /menitInj. Dicynon 3x1 amp IV,
Inj. Ramifidin 2x1 amp IV, Inj. Gfriaxon 1x2 g IV, Captropil 3x 25 mg, Sukralfat 3x20mg,
Samagetic 4x 650 mg.

Untuk intervensi gizi, kami memberikan jenis diet pasca hematemesis melena dengan
energi 1744,7 kal, protein 9,9 gr , Lemak 0,9 gr dan Karbohidrat 174,6 gr. Cairan diberikan
sebanyak 1765,4 ml/hr . Makanan bentuk cair jernih dan tidak merangsang lambung, sedikit
meninggalkan sisa dengan rute parenteral dengan frekuensi 2 jam sekali diberikan. Selanjutnya
melakukan edukasi gizi melalui bedsite teaching dan terakhir memonitoring dan evaluasi asuhan
nutrisi yang telah diberikan.

Page 30
BAB V
KESIMPULAN

1. Ny. Letha pasien wanita berumur 62 tahun dengan tinggi lutut 46,6 cm dan perkiraan berat
badan 50,44 kg. Masuk RS. Doris Sylvanus pada tanggal 20 November 2010 dengan
diagnosis hematemesis melena dan anemia.
2. Dari hasil kunjungan kami ke RS Doris Sylvanus pada tanggal 22 November 2010 keadaan
pasien Badan lemas, muntah, BAB hitam, ketidakefektifan pola pernafasan, composmentis,
3. Selama di rawat di RS. Doris Sylvanus pasien Ny. Letha diberikan diet Pasca Hematemesis
Melena.

Page 31

Anda mungkin juga menyukai