Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMASANGAN NGT DAN BILAS LAMBUNG

Disusun oleh :

Nama : Desi Safitri Wagola


NPM : 1420118038
Kelas : Kairatu
Semester : IV (Empat)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKY HUSADA
KAIRATU
2020
PEMASANGAN PIPA NASOGASTRIK (NASOGASTRIC TUBE/NGT )

A. Pengertian
Pemasangan Pipa Nasogastrik (NGT) adalah prosedur memasukkan pipa panjang
yang terbuat dari polyurethane atau silicone melalui hidung, esofagus sampai
kedalam lambung dengan indikasi tertentu. Sangat penting bagi mahasiswa
kedokteran untuk mengetahui cara pemasangan pipa NGT dan mengetahui pipa
NGT tersebut sudah masuk dengan benar pada tempatnya.

B. Anatomi fisiologi
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran percenaan yang terdiri atas 2
bagian luar (vestibulasi),yaitu ruang antara gusi,gusi,bibir,dan pipi serta bagian
dalam yang terdiri dari rongga mulut.
b. Faring
Faring merupakan bagian saluran pernapasan yang terletak dibelakang
hidung,mulut dan laring.Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di
bagian atas yang berjalan hingga vertebrae vertical ke enam.Faring langsung
berhubungan dengan esophagus,sebuah tabung yang memiliki otot dengan
panjang kurang lebih 20-25 cm yang terletak di belakang trakea dan didepan
tulang punggung,kemudian masuk melelui toraks menuju diafragma yang
berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.
c. Esofhagus
Esofhgus yaitu bagian yang menghantarkan makanan dari faring menuju
lambung,bentuknya seperti silinder yang berongga dengan panjang 2 cm, kedua
ujungnya dilindungi oleh spihincter.Dalam keadaan normal spihincter bagian
atas selalu tertutup ,kecuali bila ada makanan yang masuk ke dalam
lambung.Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke organ bagian
atas,yaitu esofhagus,proses penghantaran makanan dilakukan dengan kerja
peristaltic.
d. Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas
(disebut fundus),bagian utama dan bagian bawah yang horizontal (disebut
antrum pilorik).Lambung ini berhubungan langsung dengan esofhagus melalui
orifisium kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung
terletak di bawah diafragma dan di depan pancreas.
Lambung memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi motoris : yaitu meanmpung makanan,mencegah makanan menjadi
partikel kecil,dan mencampurnya dengan asam lambung.
2. Fungsi sekresi dan pencernaan : yaitu mensekresi pepsinogennin,dan lipase.
Pepsinogen diaktifkan oleh HCl menjadi pepsin yang daapat memecah
protein menjadi proteosan peptone.

e. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar.
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)


Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.

3.  Usus Penyerapan (illeum)


. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

f. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon adalah bagian antara usus buntu dan rektum. Ungsi
utama rgan ini adalah menyerap air dari feses

Usus besar terdiri dari :

 Kolon asendens (kanan)


 Kolon transversum
 Kolon desendens (kiri)
 Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna


beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus.

g. Usus Buntu (sekum)


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.

h. Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang
parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).

i. Rektum dan anus


Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

j. Pankreas
Adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
 Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
 Pulau pankreas, menghasilkan hormon

C. Tujuan
1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami
kesulitan menelan.
2. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar.
3. Untuk melakukan kumbah lambung pada pasien keracunan.
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau
perdarahan pada lambung.

D. Indikasi
Ada 3 indikasi utama pemasangan NGT :
1. Dekompresi isi lambung Mengeluarkan cairan lambung pada pasien ileus
obstruktif/ileus paralitik peritonitis dan pankreatitis akut. Perdarahan saluran
cerna bagian atas untuk bilas lambung (mengeluarkan cairan lambung)
2. Memasukkan Cairan/Makanan ( Feeding, Lavage Lambung) Pasien tidak dapat
menelan oleh karena berbagai sebab Lavage lambung pada kasus keracunan
3. Diagnostik Membantu diagnosis dengan analisa cairan isi lambung.

E. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemasangan NGT meliputi:
1. Pasien dengan maxillofacial injury atau fraktur basis cranii fossa anterior.
Pemasangan NGT melalui nasal berpotensi untuk misplacement NGT melalui
fossa cribiformis, menyebabkan penetrasi ke intrakranial
2. Pasien dengan riwayat striktur esofagus dan varises esofagus.
3. Pasien dengan tumor esofagus

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan NGT:
1. Iritasi hidung, sinusitis, epistaksis, rhinorrhea, fistula esophagotracheal akibat
pemasangan NGT jangka lama.
2. Pneumonia Aspirasi.
3. Hypoxia, cyanosis, atau respiratory arrest akibat tracheal intubation

G. Bahan dan Alat


1. Handscoon
2. Selang nasogastrik (Nasogastric tube)
3. Jeli silokain atau K-Y jelly
4. Stetoscope
5. Spuit 10 cc
6. Non-allergenic
7. tape Curved Basin
8. kapas alkohol

F. Prosedur Tindakan
1. Melakukan Informed Consent kepada pasien:
a. Menjelaskan indikasi pemasangan NGT sesuai dengan kondisi pasien
b. Prosedur pemasangan NGT.
c. Meminta persetujuan pasien.
2. Menyiapkan peralatan dan bahan untuk pemasangan NGT.
3. Mencuci tangan dan memakai Personel Protective Equipment ( Handscoen).
4. Memposisikan pasien setengah duduk dengan kepala sedikit di tekuk ke depan
(High Fowler) bila pasien sadar.
5. Memposisikan pasien dalam posisi telentang jika pasien tidak sadar.
6. Melakukan pengukuran / perkiraan batas lambung dengan menggunakan NGT,
yaitu dari hidung ke telinga, lalu dari telinga ke processus xiphoideus.
Menentukan batas panjang NGT yang akan dimasukkan dengan melihat
indikator yang pada NGT.
7. Mengoles NGT dengan K-Y Jelly.
8. Memasukkan NGT melalui hidung secara pelan-pelan sampai mencapai lambung
(sampai batas yang telah ditentukan sebelumnya) .
9. Menguji letak NGT apakah sudah sampai lambung dengan menggunakan metode
Whoosh tes :
a. Memasang membran stetoskop setinggi epigastrium kiri.
b. Melakukan aspirasi udara dengan spoit 10 cc.
c. Memasang spuit 10 cc yang telah berisi udara ke NGT.
d. Menyemprotkan udara yang berada di dalam spuit dengan cepat sambil
mendengarkan ada tidaknya suara “whoosh” pada stetoskop. Jika terdengar
suara “whoosh” maka NGT telah masuk ke dalam lambung. Jika tidak
terdengar maka selang NGT dimasukkan/dikeluarkan beberapa cm. Kemudian
dilakukan pengulangan metode “whoosh” hingga terdengar suara pada
stetoskop.
10. Melakukan fiksasi NGT pada hidung dengan menggunakan plester.
11. Menyambungkan NGT dengan botol penampung.
12. Membuka dan membuang handschoen pada tempat sampah medis.
13. Melakukan cuci tangan.

G. Pelepasan Pipa Nasogastrik


a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan identitas pasien,
menjelaskan dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
b. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
c. Meminta pasien duduk atau berbaring terlentang.
d. Melepaskan plester
e. Mencabut pipa nasogastric dengan perlahan
f. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis pakai ke tempat sampah medis.
g. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.

H. Contoh kasus :
Seorang perempuan berusia 70 tahun masuk ke RS karena klien mengalami
penurunan kesadaran, dengan pengukuran tingkat kesadaran (GCS) E 3M5Vafasia..
Keluarga klien mengatakan saat mengikuti kegiatan tiba-tiba klien terjatuh tidak
sadarkan diri, tidak muntah dan tidak kejang. Selama di RS Klien tidak mau makan
dan minum dan susah dalam mengunyah dan menelan. Selama dirawat klien
mendapat diet cair (susu) 200cc/4 jam. Dari hasil pemeriksaan N:78x/mnt, S:38,2 oC,
TD:170/110 mmHg, RR:44x/mnt, Hemoglobin:10,7 g/dl. Hasil rongsen CT scan
tanpa kontras terdapat perdarahan intraserebral pada lobus tempora parieto
occipital dextra dengan volume perdarahan kurang lebih 100,82cc.

a. Analisa data
N Data Etiologi Masalah
o
DS : Kelemahan otot Gangguan nutrisi
- Keluarga klien mengunyah dan kurang dari
mengatakan saat menelan kebutuhan
mengikuti kegiatan tiba-
tiba klien terjatuh tidak
sadarkan diri, tidak
muntah dan tidak
kejang.
DO :
- Klien tidak mau makan
dan minum, penurunan
kesadaran, BB:38 kg,
TB:148cm,
Hemoglobin:10,7 g/dl,
diet cair (susu) 200cc/4
jam, (GCS) E3M5Vafasia,
Terpasang NGT, Hasil
rongsen CT scan tanpa
kontras terdapat
perdarahan
intraserebral pada lobus
tempora parieto
occipital dextra dengan
volume perdarahan
kurang lebih 100,82cc.
b. Diagnose keperawatan
- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d adanya kelemahan otot
mengunyah dan menelan.

c. Intervensi
No Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Pasang infus. 1. Membantu
tindakan keperawatan 2. Pasang intake nutrisi
1x24 jam tidak terjadi NGT,monitor adekuat.
gangguan nutrisi dengan intake cairan. 2. Menjaga
KH: 3. Kolaborasi intake nutrisi
1. BB pemberian diet adekuat.
dipertahankan cair 6x200 cc tiap 3. Memperta
atau hari. hankan intake
ditingkatkan. nutrisi
2. Hb dalam batas adekuat.
normal.

d. Implementasi
N Diagnosa keperawatan Intervensi Paraf
o
- Gangguan nutrisi 1. Memasang infus.
kurang dari 2. Memasang NGT.
kebutuhan tubuh b.d 3. Mengkolaborasi
adanya kelemahan pemberian diet cair
otot mengunyah dan 6x200 cc tiap hari.
menelan.

e. Evaluasi
N Diagnosa keperawatan Evaluasi Paraf
o
- Gangguan nutrisi S:-
kurang dari O : klien tampak sehat.
kebutuhan tubuh b.d A : masalah teratasi
adanya kelemahan P : intervensi dihentikan.
otot mengunyah dan
menelan.
BILAS LAMBUNG

A. Definisi
Bilas lambung (gastric lavage) adalah membersihkan lambung dengan cara
memasukan  dan mengeluarkan air ke/dari lambung dengan menggunakan NGT
(Naso Gastric Tube). Menurut Smelltzer dan Bare (2001:2487), lavase lambung
adalah aspirasi isi lambung dan pencucian lambung dengan menggunakan selang
lambung.
Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan
suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara
mengurasnya.
Lavase lambung dikontraindikasikan setelah mencerna asam atau alkali, pada
adanya kejang, atau setelah mencerna hidrokarbon atau petroleum disuling. Hal ini
terutama berbahaya setelah mencerna agen korosif kuat. Kumbah lambung
merupakan metode alternatif yang umum pengosongan  lambung, dimana cairan
dimasukkan kedalam lambung melalui orogastrik atau nasogastrik dengan
diameter besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk membuang bagian agen
yang mengandung toksik. Selama lavage, isi lambung dapat  dikumpulkan untuk
mengidentifikasi toksin atau obat. Selama dilakukan bilas lambung, cairan yang
dikeluarkan akan ditampung untuk selanjutnya diteliti racun apa yang terkandung.

B. Tujuan :
Menurut Smelltzer dan Bare (2001:2487), tujuan lavase lambung yaitu sebagai
berikut:

1. Untuk mengeliminasi racun yang masuk kedalam lambung.

2. Untuk mengambil sample cairan dan bahan-bahan yang ada dalam lambung
untuk menentukan diagnosa medis.  

3. Untuk pembuangan urgen substansi dalam upaya menurunkan absorpsi


sistemik;
4. untuk mengosongkan lambung sebelum prosedur endoskopik.
5. untuk mendiagnosis hemoragi lambung dan menghentikan hemoragi.
C. Indikasi :
1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu.
2. Persiapan operasi lambung.
3. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung.
4. Tidak ada refleks muntah.
5. Gagal dengan terapi emesis.
6. Pasien dalam keadaan sadar.
7. Persiapan untuk pembedahan.
8. Perdarahan gastrointestinal.
9. Kelebihan dosis obat-obatan(Krisanty, Paula.2009. Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat .hlm : 89)

D. Kontraindikasi :

1. Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam


penatalaksanaan pasien dengan keracunan. Kumbah lambung dilakuakan
ketika pasienmenelan substansi toksik yang dapat mengancam nyawa, dan
prosedurdilakukan dalak 60 menit setelah tertelan.
2. Kumbang lambung dapat mendorong tablet ke dalam duodenum
selainmengeluarkan tablet tersebut.
3. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk bahan-bahan toksik yangtajam
dan terasa membakar (risiko perforasi esophageal). Kumbahlakukan tidak
dilakukan untuk bahan toksik hidrokarbon (risikorespirasi), misalnya:
camphor, hidrokarbon, halogen, hidrokarbonaromatik, pestisida.
4. Kumbah lambung dikontrindikasikan untuk pasien yang menelan benda tajam
dan besar.
5. Pasien tanpa gerak refleks atau pasien dengan pingsan (tidak
sadar)membutuhkan intubasi sebelum kumbah lambung untuk
mecegahinspirasi.
6. Pasien kejang
7. Tumor paru-paru
8. Menginsersi tube melalui nasal bila ada fraktur 
9. Menelan alkali kat (rosyadi, khlid.2015.Buku Saku Keperaatan Medikal Bedah.
Hal 348).
E. Persiapan Alat & Bahan
Persiapan Alat :
Alat dan bahan yang digunakan dalam prosedur bilas lambung yaitu sebagai
berikut:
1. selang nasogastrik/ diameter besar atau selang Ewald diameter besar;
2. spuit pengirigasi besar dengan adapter;
3. saluran plastic besar dengan adapter;
4. pelumas larut air;
5. air biasa atau antidote yang tepat (susu, larutan salin, larutan bikarbonat
natrium, jus jeruk, karbon teraktivasi);
6. wadah untuk aspirat;
7. gag mulut, selang nasotrakea atau endotrakea dengan cuv yang dapat
dikembungkan;
8. wadah untuk spesimen.

F. Persiapan pasien
Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang keracunan, tidak ada
persiapan khusus yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan Bilas
lambung (gastric lavage), akan tetapi pada waktu tindakan dilakukan untuk
mengambil specimen lambung sebagai persiapan operasi, biasanya dokter akan
menyarankan akan pasien puasa terlebih dahulu atau berhenti dalam meminum
obat sementara.

G. Prosedurkerja Prosedur bilas lambung pada kasus keracunan
1. Bisa dilakukan pada klien yang tidak sadar / stupor atau jika induksi muntah
dengan sirup ipekak tidak berhasil.
2. Bila klien setengah sadar dan masih ada refleks muntah, maka posisikan klien
miring pada satu sisi untuk memudahkan irigasi dan mencegah aspirasi.
3. Bila klien tidak sadar dan refleks muntah tidak ada, maka klien harus dilakukan
intubasi trachea sebelum dilakukan bilas lambung.
4. Gunakan pipa nasogastrik berdiameter besar (>28Fr) untuk
memudahkan aliranirigasi cairan.
5. Gunakan larutan garam fisiologis untuk pembilasan, suhu cairan yang
digunakansebaiknya sesuai suhu tubuh.
6. Lakukan irigasi dan aspirasi cairan garam faal sebanyak +/- 200 ml
beberapa kalisampai terpakai 2-4 liter.
7. Lakukan pencatatan setelah tindakan yang meliputi jumlah, karakteristik,
bau cairan yang dilakukan irigasi serta reaksi klien.

H. Prosedur Bilas lambung (gastric lavage) pada kasus perdarahan lambung


1. Sebelumnya pasang NGT berukuran besar, jenis yang biasanya digunakan
adalah selang Ewald. Selang dengan diameter kecil tidak cukup efektif untuk
mengeluarkan bekuan darah dan dapat menyebabkan kesalahan penegakan
diagnosa karena bila ada bekuan darah yang menyumbat selang, akan sulit
mendeteksi masih terjadinya perdarahan.
2. Lakukan irigasi dengan menggunakan cairan garam faal dengan cara
memasukkan sejumlah cairan secara bertahap dan kemudian mengeluarkannya
dengan cara mengalirkan atau diaspirasi menggunakan tekanan rendah.
3. Alirkan cairan yang dikeluarkan ke dalam kantong (collection bag) yang
diletakkan dengan posisi lebih rendah dari tubuh klien atau tempat tidur klien.
4. Cairan irigasi yang digunakan bisa berjumlah +/- 500-700 ml.
5. Pastikan bahwa aliran cairan lancar, begitu juga dengan system drainasenya.
6. Waspada terhadap potensial terjadinya sumbatan bekuan darah pada
selangatau perubahan posisi selang.
7. Gunakan cairan dengan suhu ruangan, karena akan lebih efektif dalam
tindakan gastric lavage. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
penggunaan cairan dengan suhu rendah (dingin) akan menggeser kurva
disosiasi hemoglobin kearah kiri dan dapat berakibat langsung seperti :
penurunan aliran oksigen ke organ-organ vital serta memperpanjang waktu
perdarahan dan protrombin time.

I. Komplikasi
1. Perforasi esophagus
Perforasi esophagus adalah sebuah lubang melalui mana isi kerongkongan dapat
masuk ke mediastinum, daerah sekitarnya payudara. Hal ini dapat
menyebabkan infeksi mediastinum.
2. Aspirasi pulmonal
Pneumonia Aspirasi merupakan infeksi paru-paru yang diakibatkan oleh
terhirupnya seseuatu ke dalam saluran pernapasan.
3. Ketidakseimbangan elektrolit (Hiponatremi, Hipokloremi)
Ketidak seimbangan elektrolit adalah ketika jumlah natrium dan kalium dalam
tubuh terlalu banyak atau terlalu sedikit.
4. Hipotermia
Hiptermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan
suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
5. Laringospasme
Laringpasme adalah kejang singkat dari pita suara yang sementara membuat
sulit untuk berbicara dan bernafas. Seringkali penyebabnya tidak dapat
diketahui. Tapi laringopasme dapat dikaitkan dengan penyakit reluks
gastroesofagus.
6. Hipoksia
Hipoksia adalah suatu kondisi di mana jaringan tubuh kekurangan
oksigen.kondisi ini disebabkan oleh hipoksemia, yaitu tingkat oksigen dalam
darah lebih rendah dari normal.
7. Bradikardi
Bradikardi adalah kondisi dimana jantung penderita berdetak lebih lambat dari
kondisi normal. Umumnya detak jantung normal pada orang dewasa saat
beristirahat adalah 60-100 kali/menit. Sedangkan jantung penderita bradikardi
berdetak dibawah 60 kali/menit.
8. Epistaksi
Epistasi atau mimisan adalah suatu keadaan pendarahan dari hidung. Sering
ditemukan sehari-hari hampir sebagian besar dapat berhenti sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Insertion and Confirmation of position of Nasogastric tubes for adults and children.
Northern Health and Social Care Trust. June 2010

Policy for the insertion of a Naso-gastric tube in Adults. Birmingham East and North NHS.
October 2009.

Nasogastric Feeding Tube Placement and Management Resource Manual. Salford Royal
NHS Foundation. August 2011.

Schwartz Manual of Surgery 8th Edition. The MacGraw-Hill company York, 2006

Lippincott Williams & Wilkins. Nasogastric Tube Insertion and Removal. Nursing
Prosedures Fourth ed. A Wolters Kluwer Company 2016;10:544-64.

Sieecaemmhazma. https://pdfdokumen.com pemasangan ngt 2017

Anda mungkin juga menyukai