Anda di halaman 1dari 6

Karakteristik appendicitis akut di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apendisitis merupakan infeksi bakteri yag memiliki berbagai hal berperan sebagai

faktor pencetusnya, namun sumbatan lumen apendiks merupakan faktor utama dari

beberapa faktor pencetus yaitu hyperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, dan cacing

askaris dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan

apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica. (Arifuddin

et al., 2017) Berdasarkan data Apendisitis adalah salah satu penyebab paling umum dari

nyeri perut akut, dengan resiko seumur hidup sebesar 8,6% pada pria dan 6,7% pada

wanita.(Matthew J. Snyder et al., 2018)

Angka kejadian kasus apendisitis tertinggi berusia 10 sampai 30 tahun. Kejadian

apendisitis mencapai 321 juta kasus tiap tahun di dunia. Data mencatat terdapat 20-35

juta kasus apendisitis di Amerika tiap tahun 7% masyarakat Amerika menjalani

pegangkatan apendik vermiformis dengan insiden 1,1/1000 masyarakat pertahun.

Sedangkan di Eropa pravalensinya mencapai sekitar 16%. Pravalensi apendisitis di Eropa

dan Amerika lebih tinggi dibandingkan Afrika, akan tetapi 5 tahun terakhir cenderung

mengalami peningkatan akibat pola diet yang mengikuti pola masyarakat Amerika dan

Eropa. (Hartawan & Dkk, 2020)

Di Indonesia pada rawat inap dirumah sakit pada tahun 2009-2010, Apendisitis

merupaka penyakit tidak menular. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan

RI angka kejadian tembus hingga 95/1000 penduduk serta merupakan angka tertinggi

diantara negara-negara ASEAN. Survey yang di lakukan tahun 2008 di 28 provinsi


menunjukan 3.251 kasus rawat inap. Peningkatan terjadi secara signifikan dibandingkan

jumlah kasus sebelumnya, yakni sebanyak 1.236 orang. (Hartawan & Dkk, 2020)

Apendisitis diduga disebabkan oleh obstruksi luminal dari berbagai etiologi,

menyebabkan peningkatan produksi lendir dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan,

mengakibatkan ketegangan dinding dan akhirnya nekrosis dan potensi perforasi.

(Matthew J. Snyder et al., 2018) Namun ini sering menjadi masalah yang

membingungkan terutama tahap awal penyakit yang dalam beberapa kasus dapat

menunda diagnosis dan dapat berkontribusi pada angka kesakitan dan kematian yang

persisten. Tanda dan gejala klasik muncul hanya pada 60-70 % kasus-kasus yang

menunjukan kesulitan untuk memastikan diagnosis yang benar (Alvarado, 2016).

Perlunya meningkatkan ketajaman diagnostik dengan cara mencari dengan cermat

tanda dan gejala untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang persisten akibat

apendisitis. Meningkatkan jalur diagnostik adalah landasan untuk mengurangi tingkat

apendektomi negatif dan resiko salah diagnostik. Sebelum menyebar luas penggunaan CT

Scan, diagnosis apendisitis akut terutama berdasarkan tanda gejala dan data laboratorium.

Beberapa sistem penilaian diagnostik untuk apendisiti akut paling umum digunakan

adalah skor Alvarado dan AIR-Inflammatory Appendicitis Respon Skor. Kedua skor ini

sistem dapat meningkatkan akurasi diagnostik. Skor ini dapat meningkatkan akurasi

diagnostik, sehingga membimbing pengambilan keputusan dan mengurangi kebutuhan

penggunaan CT Scan.(Sartelli et al., 2018)

USG dan pencitraan Computer Tomography (CT) dengan manifestasi klnisis

harus menjadi kunci untuk mengurangi tingkat apendektomi, tetapi tidak ada yang

sepenuhnya mencegah oprasi. Sebagian besar pemeriksaan klinis dan pengalaman


melengkapi dengan sistem penilaian diagnosis appendisitis. (Kryzauskas et al., 2016)

Meskipun kemajuan teknologi, diagnosis radang usus buntu masih didasarkan terutama

pada riwayat pasien dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik perut yang diteliti adalah

salah satu prosedur diagnostik paling bermanfaat. Data laborotorium diagnosis apendisiti

acute menunjukan jumlah sel darah putih (WBC) tidak sensitif maupun spesifik.

Berdasarkan fakta bahwa WBC meningkat hampir 70% etiologi menyebabkan nyeri perut

kanan bawah dan studi terbaru menunjukan bahwa WBC normal ditemukan sebagai

faktor prediktif independen untuk apendisitis. (Er et al., 2018)

Ketika apendisitis bermanifestasi dalam bentuk klasik, apendisitis mudah

didiagnosis dan diobati. Walaupun gejala klasik terjadi pada lebih dari setengah pasien,

karena diagnosis apendisitis atipikal yang akurat dan tepat waktu tetap secara klinis dan

merupakan salah satu masalah paling sering terlewatkkan di unit gawat darurat. Selain itu

konsekuensi dari tidak adanya diagnosis apendisiti pasti, dapat meningkatkan mordibitas

dan memperpanjang masa rawat inap. Sehingga tingkat kematian 1-5 % pada pasien

muda dan lanjut usia yang diagnosisnya sering tertunda. Keterlambatan dalam diagnosis

akan menyebabkan komplikasi, yang meningkatkan morbiditas sedangkan diagnosis yang

dini meyebabkan tingkat apendektomi tidak terjadi. (Halbhavi et al., 2018)

Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ Karakteristik Apendisitis Acute dirumah sakit Ibnu Sina Makassar”

terhadap penegakan diagnosis Apendisiti Acute.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah penelitian ini

adalah bagaimana karakteristik apendisitis acute dirumah sakit Ibnu Sina Makassar ?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Karakteristik Apendisitis Acute

dirumah sakit ibnu sina makassar .

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi penderita penyakit Appendisitis Akut di Rumah Sakit Ibnu

Sina Makassar berdasarkan keluhan utama

2. Untuk mengetahui distribusi penderita penyakit Appendisitis Akut di Rumah Sakit Ibnu

Sina Makassar berdasarkan hasil pemeriksaan fisik

3. Untuk mengetahui distribusi penderita penyakit Appendisitis Akut di Rumah Sakit Ibnu

Sina Makassar berdasarkan hasil laborotorium

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta menambah

kecakapan peneliti dalam melakukan sebuah penelitian.

2. Bagi dunia kedokteran

Penelitian ini dapat menambah data baru mengenai karakteristik Appendisitis

Acute di Rs Ibnu Sina Makassar.

1.5 Keaslian Penelitian

Anda mungkin juga menyukai