Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.

T DENGAN
CA GASTER DI RUANG KENANGA
RS PELNI JAKARTA

Annyndhyta 16006
Choirunisa Suci Rumandani 16008
Angka Kematian Ca Gaster Menurut Kasus Ca Gaster Menurut National
WHO Tahun 2012 Cancer Institute Tahun 2018
Frekuensi

63%
Kematian
29%
Kasus Baru
71%
26.24%

10.80%

Kasus Baru Kematian Bertahan Hidup


Persentase Kasus Baru dan Kematian Ca
Gaster Tahun 2012 Menurut DEPKES RI
Kematian Kasus Baru

17.50% Kegawatan/komplikasi penyakit ca gaster terhadap kesehatan


apabila tidak segera diberikan tindakan, sel kanker akan
13.50%
menyebar atau metastasis melalui dinding perut dan
menyerang organ terdekat seperti usus, hati, pankreas dan
6% 7%
esofagus.

Laki-Laki Perempuan
■ Mengingat ca gaster merupakan keganasan kelima yang paling umum di dunia
setelah karsinoma paru-paru, payudara, prostat, dan kolorektum maka dibutuhkan
peran perawat sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan dalam upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif seperti memberikan
pendidikan kesehatan tentang pentingnya pola hidup sehat, upaya preventif seperti
pemberian vaksin kanker, upaya kuratifnya dengan cara menganjurkan klien agar
minum obat secara teratur dan upaya rehabilitatifnya dengan cara menganjurkan
klien untuk rutin kontrol ke dokter.

■ Berdasarkan uraian di atas, ca gaster sebagai keganasan kelima yang paling umum
di dunia, kegawatan/komplikasi ca gaster dan peran perawat maka penulis tertarik
untuk membuat makalah asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Gaster secara
komperehensif dengan menggunakan metode ilmiah proses keperawatan.
■ Kanker lambung (perut) merupakan malignasi yang bermula di lapisan mukosa yang
melapisi lambung dan menyebar melalui dua lapisan lainnya ketika kanker tersebut
tumbuh. Mayoritas kanker lambung merupakan jenis adenokarsinoma pada usus yang
terjadi pada lambung bagian distal dan cenderung menjadi ulseratif. (Marlene Hurst, 2016)

■ Etiologi
1. Helicobacter pylori (H. pylori)
2. Gastritis kronis (inflamasi lambung) atau gastritis atrofik yang dapat terjadi setelah
pembedahan lambung
3. Anemia pernisiosa dan aklorhidria
4. Metaplasia intestinal
5. Familial adenomatous polyposis (FAP)
6. Polip lambung
■ Faktor risiko lain :
1. Mengkonsumsi diet tinggi garam seperti ikan asin
2. Mengkonsumsi makanan yang tidak disiapkan dengan baik
3. Lansia atau pria
4. Merokok
5. Riwayat operasi lambung
6. Penderita anemia pernisiosa
7. Penderita sindroma kanker yang diwariskan
PATOFISIOLOGI
Dari rokok, maka zat-zat yang terkandung pada rokok seperti nikotin dan tar akan masuk ke
pembuluh darah dan akan menyebar sampai ke organ pencernaan. Ketika zat-zat yang ada pada
rokok masuk dan menumpuk ke dalam organ pencernaan seperti lambung, maka zat tersebut
akan merusak mukosa lambung sehingga mengakibatkan tubuh akan merangsang asam lambung
untuk membunuh zat tersebut karena dianggap sebagai benda asing. Asam lambung yang
berlebihan ini akan merusak dinding lambung sehingga terjadilah gastritis kronis.
Dari gastritis kronis ini akan terjadi ulkus gaster karena terkikisnya dinding lambung oleh asam
lambung. Ulkus gaster yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan atrofi mukosa lambung
atau gastritis atrofi, yaitu kondisi dimana kelenjar lambung yang bertanggung jawab untuk
produksi asam lambung mengalami dekstruksi sehingga tidak dapat menghasilkan asam
lambung.
Dari atrofi lambung akan mengakibatkan metaplasia intestinal, yaitu suatu perubahan histologis
kelenjar-kelenjar mukosa lambung menjadi kelenjar-kelenjar mukosa usus halus yang
mengandung sel goblet. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secara menyeluruh pada
hampir seluruh segmen lambung, tetapi dapat pula hanya merupakan bercak-bercak pada
beberapa bagian lambung. Keadaan sel-sel yang abnormal ini bila tidak segera ditangani akan
mengalami displasia yang mana sel-sel abnormal tersebut akan berkembang menjadi sel-sel
kanker.
■ Pada stadium awal, ca gaster sering tanpa gejala karena lambung masih dapat
berfungsi normal. Gejala biasanya timbul setelah massa tumor cukup membesar
sehingga bisa menimbulkan gangguan anoreksia, dan gangguan penyerapan
nutrisi di usus sehingga berpengaruh pada penurunan berat badan.
■ Keluhan utama tumor ganas gaster adalah berat badan menurun, nyeri
epigastrium, muntah, keluhan pencernaan, anoreksia, nausea, kelemahan,
sendawa, hematemesis, regurgitasi, lekas kenyang, adanya melena, darah dalam
feses, muntah darah yang jelas (hematemesis), muntah dengan emesis ampas
kopi,nyeri lambung, disfagia, ikterus (metastasis ke hati) dan asites (cairan bebas
dalam kavitas peritoneal).
■ Komplikasi ca gaster antara lain hemoragik akibat perforasi atau ulserasi tumor
ke dalam arteri, kaheksia (malnutrisi eksterm) akibat malabsorpsi nutrien dan
penurunan kemampuan untuk makan, anemia akibat kehilangan darah,
malabsopsi vitamin B12 dan zat besi dan gagal hati dan koma sekunder akibat
hipertensi portal, karena tumor memenuhi ruang dalam hati.
■ Penatalaksanan medis
1. Konservatif
a. Farmakoterapi
1) Kemoterapi
2) Radiasi
3) Obat untuk mual dan muntah
b. Non Farmakoterapi
1) Hiperalimentasi (nutrisi intravena).
2) Diet

2. Operatif
a. Pembedahan
■ Pengkajian keperawatan
1. Perawat mendapatkan riwayat diet dari klien, yang memfokuskan seperti masukan tinggi
makanan asap atau diasinkan dan masukan buah dan sayuran yang rendah.
Apakah klien mengalami penurunan berat badan, bila demikian seberapa banyak? Apakah klien
merokok? Bila demikian, seberapa banyak seharinya dan berapa lama? Apakah klien mengeluarkan
ketidaknyamanan lambung selama atau setelah merokok? Apakah klien minum alkohol? Bila demikian,
seberapa banyak? Perawat menanyakan klien bila ada riwayat keluarga tentang kanker. Bila demikian,
anggota keluarga dekat atau langsung atau kerabat jauh yang terkena? Apakah status perkawinan klien?
Adakah seseorang yang dapat memberikan dukungan emosional?
2. Pemeriksaan Fisik
Di daerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati,teraba
hati hati yang ireguler, dan kadang kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi g. Tes darah, meliputi DPL
b. Pemeriksaan endoskopi: (EGD) h. Analisis lambung dapat mengungkap
c. Gastroskopi dan biopsy aklorhidria
d. CT dan endoskopi ultrasound i. Pemeriksaan makroskopis
e. Pemeriksan double-contrast j. Sitologi sekresi lambung
f. Pemeriksaan darah pada tinja k. Foto rontgen dada
■ Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup
yang berikut:
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang
diantisipasi
2. Risiko/aktual ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
3. Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal
4. Berduka berhubungan dengan diagnosis Ca
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan syok/hemoragi
6. Risiko/aktual ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penurunan kemampuan batuk efektif
7. Risiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah. (Smeltzer, 2002)
Tinjauan Kasus

■ Identitas Klien
Tn. T berusia 52 tahun jenis kelamin laki-laki datang ke RS Pelni Jakarta dengan
diagnosis nausea and vomiting suspect ca gaster. Status perkawinan sudah menikah
dan beragama Islam. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia
dan suku bangsa adalah Sunda. Pendidikan terakhir SD. Pekerjaan sebagai
pedagang baju seragam sekolah di pasar Tanah Abang. Klien tinggal di Jl.
Petamburan II RT 008 RW 002, Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang,
Jakarta Pusat. Sumber biaya yang klien gunakan untuk membayar biaya
pengobatannya adalah JKN-BPJS. Sumber informasi yang penulis dapatkan
berasal dari klien dan keluarga.
■ Resume
Tn. T datang ke IGD RS Pelni Jakarta pada hari jum’at, tanggal 27 Juli 2018 pukul
15.00 diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri abdomen kiri sejak hari 4 hari yang
lalu, mual dan sejak 2 bulan yang lalu, muntah ada, nafsu makan kurang. Keluhan
dirasakan memberat sejak 2 hari yang lalu. Klien mengatakan sebelumnya sempat
berobat di klinik umum namun klien tidak merasakan ada perubahan. Klien
mengatakan nyeri abdomen kiri berawal karena klien sering telat makan selama
sebulan ini kerena klien sibuk mengurusi dagangan baju nya. Di IGD dilakukan
pengkajian, didapatkan TD: 135/77 mmHg, N: 103 x/menit, Suhu: 36,6 0C, RR: 20
x/menit, Skala nyeri: 2-3, Saturasi O2: 99%, GCS E: 4 M:6 V:5. Masalah keperawatan
yaitu nyeri dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Di IGD dilakukan tindakan mandiri mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi nyeri, memberikan air hangat dan dilakukan tindakan kolaborasi
pemasangan infus NaCl 0,9% loading 300 cc setelah itu menjadi 20 tpm, pemeriksaan
darah DPL, GDS, Elektrolit, Ureum, Creatinin dan pemberian injeksi Ranitidine 50 mg
iv, injeksi sotatic 10 mg iv dan melakukan EKG. Evaluasi akhir klien mengatakan nyeri
berkurang, mual berkurang. Pukul 15.50 klien diantarkan ke ruang radiologi untuk
melakukan pemeriksaan thorax. Pukul 16.49 klien mendapat terapi dari dr. A.S berupa
Ranitidine 3x150 mg via iv, Sotatic 3 x 60 mg via iv, Curcuma 3 x 600 mg via oral, dan
B Complex 3 x 60 mg via oral. Pukul 19.00 klien tiba di ruang Kenanga diantar oleh
keluarga dan perawat IGD dengan menggunakan kursi roda. Di ruang Kenanga, klien
dirawat di kamar 3 bed 22.
a. Riwayat kesehatan keluarga

Asma Asma

52 thn

Keterangan:
: Meninggal :Perempuan
: Sehat :Garis pernikahan
: Laki-laki : Garis keturunan

: Tinggal serumah : Klien


Hasil EGD Hasil LABORATORIUM
1. Analisa Data
DS : Nyeri Sel epitel
NO DATA MASALAH ETIOLOGI 2.
Klien mengeluh nyeri abnormal
1. DS : Ketidakefektifan Akumulasi abdomen kiri sejak hari
Klien mengeluh setiap bersihan jalan sputum senin. Klien mengatakan
nyeri tidak menyebar
malam sering batuk nafas
kemana-mana. Nyeri
disertai sputum warna
muncul ketika sedang
putih kental. Klien cegukan dan batuk. Klien

mengatakan sering mengatakan ketika nyeri


muncul, nyerinya tajam,
merokok sejak masih
lambungnya seperti
muda sampai sekarang. tertarik dan ditusuk, skala
Klien mengatakan dulu nyeri: 4-5. Lama nyeri
kurang lebih 5 menit.
pernah sakit TB Paru,
Klien mengatakan untuk
namun sekarang sudah
menghilangkan nyeri, ia
dinyatakan sembuh oleh minum obat promag.

dokter.
DO :
Kesadaran composmentis,
DO: wajah rileks, TD: 99/52
Kesadaran composmentis, mmHg, Nadi: 68 x/menit,
RR: 20x/menit, Suhu:
wajah rileks, TD: 99/52
0
36,8 C, Skala nyeri: 0.
mmHg, Nadi: 68 x/menit, Hasil Esofagoskopi
RR: 20x/menit, Suhu: tanggal 28 Juli 2018:
0 suspek massa di Esofagus
36,8 C, Skala nyeri: 0,
Distal DD/ Ca Gaster,
klien tidak tampak batuk.
GIST
3. DS : Risiko nutrisi Mual dan
Klien mengeluh mual kurang dari muntah
sejak 2 bulan yang lalu, kebutuhan tubuh
muntah dulu ada dan
sekarang muntah tidak
ada. Nafsu makan kurang
baik karena mual. Klien
mengatakan berat badan
sebelum sakit 55 kg
dengan tinggi badan 155
cm.

DO :
Kesadaran composmentis,
keadaan umum baik. TD:
99/52 mmHg, Nadi: 68
x/menit, RR: 20x/menit,
Suhu: 36,8 0C. BB saat ini
50 kg, TB 155 cm, Skala
nyeri: 0, IMT 20,8
(normal).
Hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 27
Juli 2018: Hemoglobin=
9,1 g/dL (13,5 – 18).
Hasil Esofagoskopi
tanggal 28 Juli 2018:
suspek massa di Esofagus
Distal DD/ Ca Gaster,
GIST
■ Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sputum
2. Nyeri berhubungan dengan sel epitel abnormal
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah
■ Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sputum
– Data Subyektif : Klien mengeluh setiap malam sering batuk disertai sputum warna
putih kental. Klien mengatakan sering merokok sejak masih muda sampai sekarang.
Klien mengatakan dulu pernah sakit TB Paru, namun sekarang sudah dinyatakan
sembuh oleh dokter.

– Data Obyektif : Kesadaran composmentis, wajah rileks, TD: 99/52 mmHg, Nadi: 68
x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,8 0C, Skala nyeri: 0, klien tidak tampak batuk.

– Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam bersihan jalan
napas kembali efektif
■ Kriteria Hasil :
1. Sesak tidak ada/berkurang
2. Tidak ada dispneu
3. Tidak ada takikardi
4. Pernapasan dalam rentang normal 16-20 x/menit
5. Tekanan darah normal (100-140/70-90 mmHg)
6. Nadi 60-100 x/menit
7. Suhu 36,5 – 37,50C
8. Batuk tidak ada/berkurang

■ Rencana Tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital pukul 05.00, 11.00, 15.00, 20.00
2. Observasi adanya dispneu dan takipneu
3. Observasi adanya batuk
4. Observasi adanya sesak
5. Berikan posisi nyaman semi fowler
6. Ajarkan teknik batuk efektif
7. Berikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok
■ Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 30 Juli 2018
Pukul 10.00 mengobservasi klien dan mengukur tanda-tanda vital, TD= 99/52 mmHg,
Nadi= 68 x/menit, RR= 20 x/menit, Suhu= 36,8 0C, Skala nyeri= 0, dyspneu tidak ada,
takikardi tidak ada, klien mengatakan tidak ada sesak, semalam batuk-batuk disertai
sputum warna putih kental. Pukul 12.30 mengobservasi klien, klien sedang ngobrol
dengan keluarganya, ada anak dan istri yang menemani, infus menetes lancar 14 tpm,
plebitis tidak ada, tidak ada tanda-tanda infeksi, wajah rileks, dyspneu tidak ada,
takikardi tidak ada, sesak tidak ada. Pukul 15.00 mengobservasi klien dan mengukur
tanda-tanda vital, TD= 104/53 mmHg, RR= 18 x/menit, Nadi= 65 x/menit, Suhu= 36,5
0C, Skala nyeri= 0, Saturasi O = 98%, dyspneu tidak ada, takikardi tidak ada, sesak
2
tidak ada, infusan menetes lancar 14 tpm, plebitis tidak ada, wajah rileks. Pukul 19.40
mengobservasi klien dan mengukur tanda-tanda vital, kesadaran composmentis,
dyspneu tidak ada, takikardi tidak ada, sesak tidak ada, terpasang threeway cabang 1
Triofusin E1000 12 jam/kolf dan cabang 2 NaCl 0,9% 12 jam/kolf, wajah rileks, TD=
115/51 mmHg, Nadi= 76 x/menit, RR= 20 x/menit, Suhu= 37,6 0C, Skala nyeri= 0.
Tanggal : 31 Juli 2018
Pukul 05.00 mengukur tanda-tanda vital, TD= 90/60 mmHg, Nadi= 72 x/menit, Suhu=
36,3 0C, RR= 20 x/menit, Skala nyeri= 0. Pukul 09.00 mengobservasi klien, kesadaran
composmentis, klien sedang duduk di kursi sambil mainan hp, tidak ada yang menemani,
klien mengatakan semalam masih batuk dan tidak bisa tidur, terpasang NaCl 0,9% 12
jam/kolf 14 tpm, infusan menetes lancar, plebitis tidak ada, wajah tampak rileks, klien
tenang, dyspneu tidak ada, takikardi tidak ada, sesak tidak ada. Pukul 11.00 mengukur
tanda-tanda vital, TD= 110/80 mmHg, Nadi= 63 x/menit, RR= 19 x/menit, Suhu= 36,7
0C, Skala nyeri= 0. Pukul 12.00 mengajarkan batuk efektif, klien paham dan dapat

mempraktekkan teknik batuk efektif dan dapat menyebutkan kegunaan dari teknik batuk
efektif. Pukul 15.00 mengobservasi klien dan mengukur tanda-tanda vital, TD= 98/63
mmHg, RR= 18 x/menit, Nadi= 66 x/menit, Suhu= 37,1 0C, Skala nyeri= 0, Saturasi O2=
98%, dyspneu tidak ada, takikardi tidak ada, sesak tidak ada, infusan menetes lancar 14
tpm, plebitis tidak ada, wajah rileks, klien sedang ngobrol dengan istrinya. Pukul 19.45
mengobservasi klien dan mengukur tanda-tanda vital, kesadaran composmentis, terpasang
threeway cabang 1 Triofusin E1000 12 jam/kolf dan cabang 2 NaCl 0,9% 12 jam/kolf,
wajah rileks, dyspneu tidak ada, takikardi tidak ada, sesak tidak ada, TD= 115/65 mmHg,
Nadi= 70 x/menit, RR= 19 x/menit, Suhu= 36,6 0C, Skala nyeri= 0.
Tanggal : 1 Agustus 2018
Pukul 05.35 mengukur tanda-tanda vital termasuk skala nyeri, TD= 110/61 mmHg,
Nadi= 75 x/menit, Suhu= 36,5 0C, RR= 19 x/menit, Skala nyeri= 0. Pukul 09.00
mengobservasi klien, kesadaran composmentis, klien sedang duduk di tempat tidur
ditemani istri, terpasang NaCl 0,9% 12 jam/kolf, infusan menetes lancar, plebitis tidak
ada, wajah tampak rileks, klien tenang, dyspneu tidak ada, takikardi tidak ada, sesak
tidak ada, batuk berkurang. Pukul 10.00 memberikan pendidikan kesehatan kepada klien
tentang bahaya merokok bagi kesehatan dan menganjurkan klien untuk mengurangi
merokok, klien dapat mengerti dan dapat menyebutkan bahaya merokok bagi kesehatan
dan klien mengatakan akan mencoba untuk mengurangi merokoknya ketika sudah
pulang dari rumah sakit. Pukul 11.00 mengukur tanda-tanda vital klien, TD= 119/75
mmHg, Nadi= 73 x/menit, RR= 19 x/menit, Suhu= 36,8 0C, Skala nyeri= 0. Pukul 12.30
mengobservasi klien, kesadaran composmentis, terpasang threeway, wajah rileks,
dyspneu tidak ada, takikardi tidak ada, sesak tidak ada. Hari ini klien rencana rawat
jalan.
■ Evaluasi Keperawatan
Tanggal 30 Juli 2018
– Subjektif : klien mengatakan tidak ada sesak, semalam batuk-batuk disertai sputum warna
putih kental, klien mengatakan sputum bisa dikeluarkan.

– Objektif : TD= 104/53 mmHg, RR= 18 x/menit, Nadi= 65 x/menit, Suhu= 36,5 0C, Skala
nyeri= 0, Saturasi O2= 98%, dyspneu tidak ada, takikardi tidak ada, sesak tidak ada.

– Analisa : tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian

– Perencanaan :
1. Observasi tanda-tanda vital pukul 05.00, 11.00, 15.00, 20.00
2. Observasi adanya dispneu dan takipneu
3. Observasi adanya batuk
4. Observasi adanya sesak
5. Berikan posisi nyaman semi fowler
6. Ajarkan teknik batuk efektif
7. Berikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok
Tanggal 31 Juli 2018
– Subjektif : klien mengatakan tidak ada sesak, semalam batuk sehingga tidak bisa tidur. Klien
mengatakan mengerti cara melakukan batuk efektif dan mengerti kegunaannya.

– Objektif : kesadaran composmentis, klien tidak nampak sesak, wajah tenang, TD= 110/80
mmHg, Nadi= 63 x/menit, RR= 19 x/menit, Suhu= 36,7 0C, Skala nyeri= 0, dyspneu tidak
ada, takikardi tidak ada. Klien dapat menyebutkan kegunaan batuk efektif dan dapat
mempraktekannya.

– Analisa : tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian

– Perencanaan : memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok


1. Observasi tanda-tanda vital pukul 05.00, 11.00, 15.00, 20.00
2. Observasi adanya dispneu dan takipneu
3. Observasi adanya batuk
4. Observasi adanya sesak
5. Berikan posisi nyaman semi fowler
6. Ajarkan teknik batuk efektif
7. Berikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok
Tanggal : 1 Agustus 2018
– Subjektif : klien mengatakan tidak ada sesak, batuk masih ada Cuma sudah
berkurang.

– Objektif : kesadaran composmentis, TD 119/75 mmHg, N: 73 x/menit, Suhu:


36,8 0C, RR: 19 x/menit, Skala nyeri: 0, dyspneu tidak ada, takikardi tidak
ada, sesak tidak ada.

– Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian

– Perencanaan : Intervensi dihentikan


NO. ITEM TEORI KASUS PEMBAHASAN
H. pylori, gastritis kronis, anemia Klien suka merokok, suka makan Etiologi sesuai antara teori dengan kasus.
pernisiosa dan aklorhidria, FAP, polip makanan yang tinggi garam dan jenis
Etiologi/faktor
1. lambung, makan makanan yang tinggi kelamin laki-laki, klien mengalami anemia
predisposisi
garam, suka merokok dan lansia atau karena hasil laboratorium hb klien
pria. rendah, yatu 9,1 g/dl.
Berat badan menurun, nyeri epigastrium, Klien mengeluh nyeri perut, berat badan Manifestasi sesuai antara teori dengan kasus. Namun ada
muntah, anoreksia, disfagia, nausea, menurun, nyeri epigastrium, mual dan beberapa yang tidak sesuai seperti disfagia, nausea, kelemahan,
kelemahan, sendawa, hematemesis, muntah, dan anoreksia.. sendawa, hematemesis, regurgitasi, lekas kenyang dan adanya

2. Manifestasi regurgitasi, lekas kenyang dan massa di massa di abdomen yang dapat diraba karena stadium kanker klien
abdomen yang dapat diraba mungkin masih tahap awal. Klien tidak terjadi hematemesis karena tidak
ditemukan. terjadi ulserasi tumor ke dalam arteri. Dan berdasarkan hasil
pemeriksaan EGD, klien masih suspek Ca Gaster.

Hemoragik akibat perforasi atau ulserasi Tidak ditemukan komplikasi pada klien Komplikasi yang ada pada teori tidak terdapat pada kasus karena
tumor ke dalam arteri, kaheksia pada kasus klien belum terjadi komplikasi penyakit. Klien tidak
(malnutrisi eksterm) akibat malabsorpsi mengalami komplikasi karena tidak terjadi perforasi atau ulserasi
nutrien dan penurunan kemampuan tumor ke dalam arteri yang akan mengakibatkan perdarahan. Jika
untuk makan, anemia akibat kehilangan perdarahan terjadi, maka terjadi malabsorpsi vitamin B12 dan zat
3. Komplikasi darah, malabsopsi vitamin B12 dan zat besi sehingga menyebabkan anemia. Klien tidak mengalami gagal
besi, gagal hati dan koma sekunder hati dan koma karena tumor tidak memenuhi ruang dalam hati
akibat hipertensi portal, karena tumor akibat hipertensi portal. Klien tidak mengalami kaheksia karena
memenuhi ruang dalam hati. tidak terjadi malabsorpsi nutrien dan penurunan kemampuan
untuk makan, hal ini dibuktikan dengan IMT klien 20,8 dan ini
masih normal.
EGD, CT Scan dan endoskopi Klien dilakukan pemeriksaan Klien tidak dilakukan pemeriksaan darah pada tinja
ultrasound, pemeriksan double diagnostik berupa EGD, USG karena warna BAB klien normal tidak berwarna hitam
contrast, pemeriksaan darah pada abdomen, biopsy, pemeriksaan darah atau merah. Dan klien tidak melakukan analisis
Pemeriksaan
4. tinja, tes darah, meliputi DPL, analisis DPL, foto rontgen dada. lambung, endoskopi ultrasound, CT Scan, pemeriksaan
diagnostik
lambung, sitologi sekresi lambung, double contrast dan sitologi sekresi lambung karena
foto rontgen dada tidak diprogramkan oleh dokter.

Kemoterapi, radiasi, obat multiple Klien mendapat terapi obat Vitamin B Klien tidak dilakukan kemoterapi, radiasi dan
(fluorosil, mitomisin C dan Complex 3 x 60 mg oral, Curcuma 3 x pembedahan karena menurut hasil endoskopi tanggal
doksorubisin), hiperalimentasi (nutrisi 600 mg oral, Ranitidine 3 x 150 mg 28 Juli 2018, massa yang ditemukan pada esofagus
intravena), diet cair atau bubur saring IV, Sotatic 3 x 30 mg IV dan distal DD/ suspect ca gaster, GIST. Klien tidak
dan pembedahan. Metoclopramide 3 x 60 mg IV. diberikan hiperalimentasi (nutrisi intravena) karena
Penatalaksanaan Diet TIM 1700 kalori non DM. klien masih bisa makan melalui mulut, nafsu makan
5.
Medis klien baik, klien tidak mengalami tanda-tanda
kekurangan nutrisi, mual dan muntah sudah tidak ada
dan IMT 20,8 (normal). Klien tidak diberikan diet cair
atau bubur saring karena klien masih bisa makan
makanan lunak, tidak ada disfagian dan ketika makan
klien tidak ada keluhan nyeri ketika menelan.
1. Nyeri berhubungan dengan adanya 1. Nyeri berhubungan dengan sel epitel Pada diagnosa keperawatan
ketidaktefektifan bersihan jalan nafas tidak
sel epitel abnormal abnormal penulis ambil dari teori yatu berhubungan
2. Resiko/Risiko ketidakseimbangan 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan penurunan kemampuan batuk
efektif karena klien masih bisa batuk dan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan merokok mengeluarkan sputumnya.
berhubungan dengan anoreksia, 3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi
Penulis tidak mengambil diagnosa
mual dan muntah kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan berduka berhubungan dengan
3. Berduka berhubungan dengan berhubungan dengan mual dan diagnosisi Ca karena klien belum
mengetahui jika dirinya terkena ca gaster.
diagnosisi Ca muntah Dan dari hasil pemeriksaan EGD, klien masih
4. Ansietas berhubungan dengan suspek Ca Gaster. Penulis tidak mengambil
diagnosa ansietas berhubungan dengan
penyakit dan pengobatan yang penyakit dan pengobatan yang diantisipasi
diantisipasi karena klien tidak mengalami ansietas
Diagnosa
terhadap penyakitnya. Penulis tidak
Keperawatan 5. Kekurangan volume cairan mengambil diagnosa kekurangan volume
berhubungan dengan syok/hemoragi cairan berhubungan dengan syok/hemoragi
karena klien tidak mengalami tanda-tanda
6. Risiko/aktual ketidakefektifan kekurangan cairan dan tidak mengalami
bersihan jalan nafas berhubungan tanda-tanda syok/hemoragi yang dibuktikan
dengan normalnya tanda-tanda vital klien,
dengan penurunan kemampuan turgor kulit baik yaitu <2 detik, mukosa bibir
batuk efektif lembab dan klien mendapatkan terapi cairan
NaCl 0,9% 14 tpm 12 jam/kolf dan tidak
7. Risiko infeksi berhubungan dengan terjadi peningkatan hematokrit yang mana
insisi bedah. hasil hematokrit klien pada tanggal 27 Juli
2018 yaitu 28,8% (38 – 54). Penulis tidak
mengambil diagnosa risiko infeksi
berhubungan dengan insisi bedah karena
klien tidak dilakukan tindakan pembedahan.
Perencanaan Keperawatan

■ Tujuan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas antara teori dengan kasus sesuai yaitu bersihan jalan nafas
kembali efektif. Kriteria hasil sesuai antara teori dan kasus. Perencanan antara teori dan kasus sesuai namun ada beberapa
yang tidak sama. Perencanaan yang ada pada teori namun tidak penulis ambil dalam kasus yaitu kolaborasi dalam
pemberian oksigen. Hal ini dikarenaan klien tidak mengeluh sesak napas, ditandai dengan frekuensi pernapasan klien
normal yaitu 20 x/menit, klien tidak melakukan pernapasan cuping hidung, klien tidak menggunakan otot bantu pernapasan,
klien tidak nampak sianosis dan klien tidak mengalami dyspneu maupun takikardi sehingga klien tidak mendapatkan terapi
oksigen dari dokter. Dan perencanaan yang tidak terdapat pada teori namun penulis tambahkan pada kasus yaitu
memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok. Penulis mengambil perencanaan ini karena klien sering
merokok. Tujuan penulis melakukan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok agar klien lebih memahami tentang
bahaya merokok bagi kesehatan sehingga klien mau mengurangi merokoknya dan kalau bisa berhenti merokok.
■ Pada diagnosa kedua penulis mengambil diagnosa nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal. Tujuan antara
teori dan kasus sama yaitu nyeri dapat berkurang/teratasi. Kriteria hasil sesuai antara teori dengan kasus. Tidak ada
perbedaan rencana keperawatan antara teori dan kasus.
■ Sedangkan untuk risiko ketidakseimbangan nutrisi penulis letakkan pada diagnosa ketiga karena itu masih risiko, hal ini
dibuktikan dengan IMT klien 20,8 (normal).
■ Tujuan antara teori dan kasus sesuai yaitu nutrisi seimbang dalam 3 x 24 jam. Kriteria hasil sesuai antara teori dan kasus.
Perencanan antara teori dan kasus sesuai namun ada beberapa yang tidak sama. Perencanaan yang ada pada teori namun
tidak penulis ambil dalam kasus yaitu memberikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan. Hal ini dikarena klien
dapat melakukan aktivitasnya sendiri seperti sikat gigi sehingga penulis tidak memasukkan rencana tersebut.
■ Faktor pendukung pada tahap perencanaan adanya kerjasama klien dan keluarga serta penulis dan sarana yang cukup
diruang perawatan serta perawat ruangan yang kooperatif. Sehingga penulis tidak menemukan faktor penghambat pada
tahap ini.
Pelaksanaan Keperawatan

■ Pada tahap pelaksanaan diagnosa pertama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan akumulasi sputum ada beberapa tindakan yang tidak terlaksana yaitu
memberikan posisi nyaman semi fowler. Hal ini dikarenakan tempat tidur klien sudah berada
pada posisi semi fowler dari sebelum penulis mengkaji klien sehingga penulis tidak melakukan
tindakan memberikan posisi nyaman semi fowler.
■ Pada tahap pelaksanaan diagnosa kedua yaitu nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel
abnormal, perencanaan sudah sesuai dengan teori dan kasus, serta terlaksana semua.
■ Pada tahap pelaksanaan diagnosa ketiga yaitu risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah, ada beberapa tindakan dalam kasus yang tidak penulis
laksanakan yaitu kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan ringan dengan
tambahan makanan yang disukai bila perlu. Hal ini dikarenakan makanan ringan sudah pasti
didapatkan setiap klien karena sudah termasuk paket menu makan dalam sehari.
■ Pada saat dilakukan tindakan keperawatan penulis tidak mendapatkan faktor penghambat,
sedangkan faktor pendukung yaitu adanya kerjasama yang terjalin antara klien dengan perawat
serta perawat ruangan dan staf diruang perawatan cukup mendukung terlaksananya rencana
tindakan keperawatan
Evaluasi Keperawatan

■ Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien antara teori dan kasus, penulis menggunakan
metode SOAP dalam mengevaluasi dari proses keperawatan dan hasil respon klien terhadap tindakan
pelaksanaan keperawatan selama 3x24 jam.
■ Diagnosa keperawatan yang pertama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan
akumulasi sputum, tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian ditandai dengan klien
mengatakan tidak ada sesak, batuk masih ada cuma sudah berkurang, TD 119/75 mmHg, N: 73 x/menit,
Suhu: 36,8 0C, RR: 19 x/menit, Skala nyeri: 0, dyspneu tidak ada, takikardi tidak ada dan sesak tidak
ada.
■ Diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal. Tujuan pada diagnosa ini
tercapai dan masalah teratasi ditandai dengan klien mengatakan nyeri sudah tidak ada, semalam bisa
tidur dengan nyenyak, wajah klien tampak rileks, kesadaran composmentis, TD 119/75 mmHg, N: 73
x/menit, Suhu: 36,8 0C, R: 22 x/menit, Skala nyeri: 0.
■ Diagnosa keperawatan risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah, tujuan tercapai dan masalah teratasi ditandai dengan klien mengatakan nafsu
makan baik, mual dan muntah tidak ada, makan habis 1 porsi, TD 119/75 mmHg, N: 73 x/menit, Suhu:
36,8 0C, R: 22 x/menit, Skala nyeri: 0 dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
■ Faktor pendukung yang penulis dapatkan yiatu adanya acuan kriteria hasil pada tahap perencanaan
sehingga menjadi tolak ukur asuhan keperawatan berhasil atau tidak. Tidak ditemukan faktor
penghambat oleh penulis pada tahap ini.
Kesimpulan

Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan kepada Tn. T, etiologi terjadinya Ca gaster pada klien
yaitu merokok, suka makan makanan yang tinggi garam seperti ikan asin dan jenis kelamin laki-
laki. Tanda dan gejala pada kasus yaitu nyeri perut, berat badan menurun, nyeri epigastrium, mual
dan muntah, dan anoreksia. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa
klien antara lain dilakukan EGD, USG abdomen, biopsy, pemeriksaan darah DPL, dan foto
rontgen dada.

Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan ditemukan masalah keperawatan dengan diagnosa


yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sputum, nyeri
berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal, dan risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.

Perencanaan yang dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil masing-masing diagnosa. Untuk
diagnosa nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal, rencana tindakan yang ada dalam
kasus sesuai dengan teori.
Pelaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang dibuat masing masing diagnosa.
Pada diagnosa nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal, rencana tindakan
yang penulis buat dalam kasus dapat dilaksanakan semua karena klien sangat
kooperatif dan pendokumentasian yang jelas.

Evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode SOAP. Terdapat dua diagnosa
dengan tujuan sudah tercapai dan masalah sudah teratasi.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu adanya kerjasama antara klien dengan
perawat serta perawat ruangan dan staff diruang perawatan cukup mendukung
terlaksananya asuhan keperawatan.
Saran

Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
– Diharapkan penulis dan perawat tetap dapat mempertahankan kerjasama dengan klien dan
keluarga agar mudah dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya mahasiswa harus
banyak belajar dalam memberikan asuhan keperawatan.

– Diharapkan lebih intensif dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya memberikan


pendidikan kesehatan mengenai penyebab, pencegahan, dan perawatan untuk Ca Gaster.

– Perawat khususnya penulis lebih peka dalam melakukan pengkajian agar mendapatkan data-
data yang lebih spesifik dan akurat.

– Penulis dapat lebih meningkatkan ketelitian dalam mengkaji masalah yang ada dan masalah
yang mungkin muncul pada klien dengan Ca gaster.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C dan JoAnn C Hackley. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Dari Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Buku 2. Edisi 8. (Joko Mulyanto, dkk, penerjemah). Singapura: Elseiver
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. (Nike Budhi Subekti, penerjemah). Jakarta: EGC
Handaya, Adeodatus Yuda. (2017). Deteksi Dini Dan Atasi 31 Penyakit Bedah Saluran Cerna (Digestif). Yogyakarta: Rapha
Publishing
Hidayat, A.Aziz Azimul. (2007). Konsep dasar keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika..
Hust, Marlene. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah. Vol 2. (Devi Yulianti dan Sari Isneini,
penerjemah). Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta: Mediaction
Potter, Patricia A dan Anna G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A dan Lorraine McCarty Wilson. (2006) .Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Edisi
6. (Brahm U. Pendit, dkk, penerjemah). Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Vol 1. Edisi 8.
(Agung Waluyo, dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W., dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing

DEPKES. (2015). Infodatin Kanker. Diambil pada tanggal 6 Agustus 2018 jam 19.30 WIB dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin-kanker.pdf

Departemen Patologi, Fakultas Kesehatan Univeritas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia. (2003). Gastro-intestinal
Cancer in Indonesia. Diambil pada 8 Agustus 2018 pukul 09.30 WIB dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14728585

Diana, Nur. (2014). Pathway Ca gaster. Diambil pada 8 Agustus 2018 pukul 21.30 WIB dari
http://scribd.com/doc/219887294

NIH (National Cancer Institute). (2018). Cancer Stat Facts: Stomach Cancer. Diambil pada tanggal 8 Agustus 2018
jam 09.00 WIB dari https://seer.cancer.gov/statfacts/html/stomach.htm

Anda mungkin juga menyukai