Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA PARAUMBIKALIS

DISUSUN OLEH

PATRISIA DIRNA (23203032)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG
2023
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1) Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan pada organ atau struktur melalui
di dinding otot perut. Hernia meliputi jaringan subkutan yang umumnya
terdiri dari kulit, peritoneal kantung, dan yang mendasarinya adalah
Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya.
Pembedahan mendadak termasuk Faktor yang terjadi peningkatan
tekanan intra-abdomen, selama mengangkat penyakit ini terjadi
diakaibatkan beban berat atau batuk yang berkepanjangan sehingga
peningkatan tekanan intra-abdomen berhubungan dengan kehamilan,
obesitas, atau asites (Schwartz,2010).
2) Anatomi fisiologi
Secara anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot multilaminar, yang berhubungan
dengan aponeurosis, fasia, lemak, dan kulit. Pada bagian lateral, terdapat tiga lapisan otot
dengan fasia oblik yang berhubungan satu sama lain. Pada setiap otot terdapat tendon yang
disebut dengan aponeurosis. Otot tranversus abdominis adalah otot internal lateral dari otot-
otot dinding perut dan merupakan lapisan dinding perut yang mencegah hernia inguinalis.
Bagian kauda otot membentuk lengkungan apoeneurotik transversus abdominis sebagai tepi
atas cincin inguinal internal dan di atas dasar medial kenalis inguinalis. Ligamentum
inguinal menghubungkan 10 antara tuberkulum pubikum dan Spina Ilika Anterior Superior
(SIAS). Kanalis inguinalis dibatasi di krainolateral oleh anulus ingunalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan aponeurosis muskulus tranversus
abdominis. Pada bagian madial bawah, di atas tuberkulum publikum, kanal ini dibatasi oleh
anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus eksternus.
Bagian atas terdapat aponeurosis muskulus oblikus eksternus, dan pada bagian bawah
terdapat ligamen inginalis . Secara fisiologis, terdapat beberapa mekanisme yang dapat
mencegah terjadinya hernia inginalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur dari muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus
ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat menutupi trigonum. Hasselbach
yang umumnya hampir tidak berotot. Pada kondisi patologis gangguan pada mekanisme ini
dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis (Sjamsuhifayat, 2005 dalam Arif &
Kumala, 2011: 586).
3) Etiologi
Hal-hal yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia secara
umum adalah mengendong barang yang sangat berat, batuk,
kegemukan, mengedan, asites (terjadi kumpulan cairan abnormal di
daerag rongga perut), aktifitas fisik yang berlebihan. Etiologi terjadinya hernia yaitu :
1.Hernia inguinal Menurut Black,J dkk (2012) hernia ingunal terjadi karena beberapan
faktor antara lain :
a. Terjadi penurunan kekuatan otot dindingabdomen.
b. Terjadi tekanan pada intrabdominal
c. Hernia Hiatal
Faktor Hernia Hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa terjadi karena adanya
kelemahan pada jaringan penyokong. Faktor resiko terjadinya Hernia Hiatal adalah:
Pertambahan usia serta kegemukan.
d. HerniaUmbilical Hernia umbilical terdapat jika penutupan umbilikus tidak
sempurna.
e. Hernia Femoralis Akibat adanya hernia Femoralis adalah kehamilan multipara,
kegemukan dan keturunan penahanikat. Faktor kekurangan bagan fascia dan
aponeurosis tranversa, degenerasi/atropi, tekanan intra abdomen meningkat,
pekerjaan mengangkat benda-benda berat, batuk kronik, gangguan BAB, dan
gangguan BAK.

4) Patofisiologi dan patoflowdiagram


Tonjolan yang semakin besar, lama kelaman tidak bisa masuk Kembali secara sepontan
maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan dorongan dengan jari yang disebut hernia
reponable. Jika kondisi ini dibiarkan maka dapat terjadi pelengketan dan lama kelaman
pelengketan tersebut menyebabkan tonjolan yang tidak dapat dimasukan kembali dan
disebut hernia irreponable. Dengan tujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi pada
hernia maka dilakukan pembedahan tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat
menimbulkan nyeri yang dapat membuat tidak nyaman sehinggah mengurangi pengerakan
dan resiko infeksi (Liu & Campbell,2011).
Factor pencetus : Aktifitas berat, bayi premature,
kelemehan dinding abdomen, intraabdominal Hernia
tinggi, adanya tekanan.

Hernia umbilkalis Hernia paraumbilikalis Hernia ingunalis


kongenital
Dinding posterior canalis
Masuknya Kantung hernia melewati inguinalis yg lemah
omentum organ dinding abdomen
intensinal ke Benjolan pd region
Prostusi hilang timbul inguinal
Gang. Suplai darah ke
intestinal Kantung hernia melewati
Ketidak nyamanan celah inguinal
abdominal
Nekrosis intestinal
Intervensi bedah Diatas ligamentum
relative/konservati ingunal mengecil bila
berbaring
Ansietas Pembedahan

Terputusnya jaringan Asupan gizi kurang Mual


syaraf

Peristaltic usus menurun Nafsu makan menurun


Insisi bedah

Konstipasi Intake makanan


Resti pendarahan Resti inadekuat
infeksi
Ketidak seimbangan
Heatus hernia Gangguan Pola Tidur nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Hernia insisional Kantung hernia memasuki


celah bekas insisi

Kantung hernia Nyeri


memasuki rongga
thorak

Nurarif & Kusuma, 2016.


5) Manifestasi klinis
Menurut Jong (2008) tanda dan gejala hermia, antara lain:
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras yang tersering tampak benjolan di lipatan
paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah
4. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak
nafas.
5. Bila pasien megejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
6. Bila terjadi hernia iguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
7. Hernia femonalis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehinggah
menimbulkan gejala sakit kencing (dysuria) isertai hematuria ( kencing darah )
disamping benjolan dibawah sela paha.
6) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pengecekan laboratorium untuk mengetahui kerusakaan organ lain seperti jantung dan
ginjal.
2. Pemeriksaan EKG untuk mengetahui hasil hipertrofi ventrikel kiri
3. Pemeriksaan urin untuk mengetahui hasil urin, glukosa, darah dan protein serta faal
ginjal.
4. Rontgen dan CT-SCAN.

7) Komplikasi
1. Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain :
Terjadi pelengketan berupa isi hernia hal ini disebut hernia inguinalis lateralis
ireponsibilis.
2. Terjadi tekanan pada cincin hernia maka akan terjadi banyaknya
usus yang masuk. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya isi usus
diikuti dengan gangguan vascular. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis strangulata (Mansjoer, 2012).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengenal
masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan masalah dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Dan terdiri dari 4 tahap: pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, atau ada pula yang menerjemahkannya ke dalam 5
tahap yaitu: pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Suarni Lisa & Apriyani Heni, 2017:
1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan merupakan salah satu komponen dari
proses keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam
menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data
tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh,
akurat, singkat, dan berkesinambungan (Arif Mutaqin, 2010: 2).
Menurut (Suarni Lisa & Heni Apriyani, 2017: 26) format pengkajian
sebagai berikut:
a. Identifikasi
Meliputi kamar /ruangan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, waktu pengkajian, no.
rekam medis, nama inisial klien, umur, alamat, jenis kelamin, status pernikahan, agama
pendidikan, dan pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada hernia biasanya keluhannya terjadi ketika tekanan intra abdomen meningkat karena
obesitas, batuk, mengangkat beban berat atau kehamilan. Pada hernia inkaserata (terisolasi)
dan stangulata akut (terpilin) didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah dan anoreksia.
c. Keluhan utama saat pengkajian
Riwayat penyakit sistemik seperti gastritis serta asam urat
d. Pengkajian fisik pada pasien post operasi herniorafi menurut Arif &
Kumala (2011), sebagai berikut :
1. Inspeksi
Secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada lipat paha.
Apabila tidak terlihat pasien didorong untuk melakukan aktivitas
peningkatan intra abnorminal, seperti mengedan.
2. Palpasi
Bila dipalpasi mungkin teraba usus dengan jari telunjuk atau jari
kelingking.
2). Pemeriksaan penunjang
3). Diagnosa keperawatan
1. nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

No DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA


KEPERAWATAN HASIL ATAU
INTERVENSI
KEPERAWATAN
DAN
RASIONAL
1 Nyeriakut Setelah diberikan asuhan 1. Pemberian
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam analgetik
denganagen diharapkannyeri menurun
Observasi
pencederafisik dengan kriteria hasil:
a. Identifikasi
:prosedur operasi, Tingkat Nyeri
riwayat alergi
ditandai dengan pasien
1. Keluhan nyeri
obat Rasional
mengeluh nyeri,bersikap
menurun
:Untuk
protektif(mis. waspada,
2. Tampak meringis
mengetahui
menghindari
menurun
adanya reaksi
nyeri),gelisah, frekuensi
3. Sikap protektif
alergi obat yang
nadi meningkat,
menurun
akan diberikan
sulittidur, tekanan darah
4. Gelisahmenurun
selanjutnya.
meningkat polanapas
5. Kesulitan tidur b. Monitor tanda –
berubah.
menurun tanda vital
6. Frekuensi nadi Rasional :Untu
membaik k
7. Tekanan darah mengetahui
membaik keadaan umum
8. Pola napas pasien dan
membaik keluahan apa
yang timbul
Terapeutik

a. Dokumentasikan

respons terhadap
efek analgetik
dan efek yang
tidak diinginkan
Respons : Untuk
mengetahui
keluhan apa yang
dirasakan pasien
saat obat
diberikan

Edukasi

a. Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat
Rasional :
Untuk
memberikan
pengertian kepada
pasien fungsi obat
yang diberikan

Kolaborasi

a. Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis
analgesik sesuai
terapi Rasional :
Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
pasien
2. Manajemen nyeri

Observasi

a. Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, dan
intensitas nyeri
Rasional : Untuk
mengetahui
lokasi nyeri dan
skala yang
muncul saat nyeri
b. Identifikasi skala
nyeri

Rasional : untuk
mengetahui
seberapakah rasa
nyeri yang
dialami oleh
pasien
c. Identifikasi
respons nyeri non
verbal
Rasional : Untuk
mengetahui
mimik wajah
yang
diperlihatkan
pasien saat nyeri
muncul
d. Identifikasi
faktor yang
memperberat dan
memperingan
nyeri
Rasional : Untuk
mengetahui apa
saja yang
memperburuk
dan
memperingan
keadaan nyerinya

Terapeutik

a. Berikan
teknik non-
farmakologis
Rasional :
Untuk
mengurangi
rasa nyeri
yang
dirasakan
pasien

b. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
(misalnya
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Rasional : Untuk
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan pasien
dan memberikan
kenyamanan
c. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Rasional : Untuk
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan pasien

Edukasi

a. Jelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri
Rasional : Untuk
memberikan
pemahaman agar
pasien tidak
gelisah saat nyeri
timbul

Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
analgetic.
Rasional Untuk
membantu
proses
penyembuhan
pasien pasca
operasi/untuk
mengurangi
nyeri
2 Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan Tindakan
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam Observasi
dengan prosedur diharapkannyeri menurun a. Monitor
invasif dengan kriteria hasil: tanda dan
Tingkat infeksi: gejala
1. Kebersihan tangan infeksi
meningkat local dan
2. Kebersihan badan sistemik
meningkat Terapeutik
3. Nafsu makan meningkat a. Cuci tangan
4. Demam cukup menurun sebelum dan
5. Nyeri menurun sesudah
kontak dengan
pasien dan
lingkungan
pasien
b. Pertahankan
teknik aseptik
pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
a. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara
mencuci
tangan dengan
benar
c. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
d. Ajarkan
kecukupan
olahraga
sesuai
kebutuhan
e. Ajarkan
latihan nafas
dalam
4) Implementasi
Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan kepada nursing
olders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang menengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,
2009). Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan implementasu meliputi :
a) Harus berdasarkan dengan respons klien

b) Harus berdasarkan dengan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan,


standart pelayanan profesional dan hukum serta kode etik keperawatan
c) Berdasarkan dengan sumber yang tersedia

d) Sesuai dengan tanggungjawab dann tanggunggugat profesi keperawatan


e) Harus memahami dengan benar mengenai rencana intervensi keperawatan
f) Perawat harus mampu menciptakan sebuah adaptasi untuk meningkatan self
care
g) Upaya dalam meningkatkan status kesehatan klien

h) Mampu menjadi pelindung bagi klien

i) Memberikan dukungan, pendidikan dan bantuan

j) Bersifat holistik

k) Mampu menjalin kerjasama dengan profesi lain

l) Mendokumnetasikan Tindakan

5) Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan dari diagnosis keperawtan,
rencana keperawatan dan implementainya.Meskipun tahap evaluasi diletakan pada
akhir proses keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap
tahap proses keperawatan. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk
menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif
(Nursalam, 2009).

Daftar Pustaka
1. Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
2. Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
3. Black, J dan Hawks, J. 2012. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban
Patria.
4. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE, Galloway AC. Principles
of Surgery. United States of America : McGraw-Hill companies; 2011
5. sjamsuhifayat, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
6. Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing
Group.
7. (Nurarif & Kusuma, 2016). (2016). Terapi Komplementer Akupresure. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
8. Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong.
Sistem Organ dan Tindak Bedahnya (1). 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2017

Anda mungkin juga menyukai