Dosen Pembimbing:
Citra Suraya, S.Kep, Ns, M.Kes
DISUSUN OLEH:
1. Lulu Inex Innany S (14142013121)
2. Ricky Kurniasandi (13142013122)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas asuhan keperawatan system neurobehavior dengan judul
Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Tumor Kranial
Asuhan keperawatan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas asuhan keperawatan system
neurobehavior dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Tumor
Kranial dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 5
1.3 Tujuan...................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi....................................................................................................6
2.2 Anatomi Dan Fisiologi............................................................................7
2.3 Etiologi....................................................................................................13
2.4 Manifestasi Klinis...................................................................................15
2.5 Komplikasi..............................................................................................17
2.6 Patofisiologi............................................................................................21
2.7 Patoflow..................................................................................................24
2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................25
2.9 Penatalaksanaan Medis...........................................................................26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
3.1 Pengkajian...............................................................................................30
3.2 Diagnosis Keperawatan...........................................................................35
3.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................36
BAB IV CONTOH KASUS
4.1 Pengkajian.................................................................................................
4.2 Diagnosis Keperawatan.............................................................................
4.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................
4.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................
4.5 Evaluasi.....................................................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...............................................................................................44
5.2 Saran.........................................................................................................44
LAMPIRAN.........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
iii
peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan intra kranial ( PTIK ) dapat terjadi bila
kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat
menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume yang meninggi ini dapat
dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari rongga tengkorak ke
kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena
berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini
dikenal dengan complience. jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya
terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadi
peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan
gagal jantung serta kematian.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil dari tugas ini adalah Bagaimana melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor cranial?
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa
Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000).
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak (buku ajar patofisiologi)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak
dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor
berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lainlain, disebut tumor otak sekunder.
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat
terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak
dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah
massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam
jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.
Tumor intracranial diantaranya lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang
tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak menyebabkan gangguan
neurolgis progresif. Gangguan neurologis pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh dua faktor, yaitu gangguan fokal karena tumor dan kenaikan tekanan
intrakrinial (Arif Muttaqin, 2008)
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah
6
massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam
jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.
Tumor otak adalah pertumbuhan abnormal dari perkembangan asal, primer
metastasik yang terjadi didalam otak dan stuktur penyokong.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang didalan tengkorak. Tumor selalu tumbuh sebagai sebuah massa
berbentuk bola juga dapat menyebar kejaringan.
susunan saraf simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan susunan
saraf para simpatik (sistim pengontrol konstruktif dan menyenangkan).
Otak merupakan jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh
tubuh dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa dan 65% dari
kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang mana 90% aerobic
dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3 6 menit akan
timbul gangguan fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak berfungsi
sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim efektor perifer
tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang
keluar dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan
meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak. Otak bukan masa
yang uniform, melainkan suatu organ yang sangat kompleks. Secara fungsional dan
anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri
dari medulla oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah).
Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan
medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum
dan berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di medulla oblongata berkas
ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut jalan/ traktus
poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri akan
menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Selain
traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di medulla
oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan,
denyut jantung dan tonus pembuluh darah.
Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang
10
11
(Otak normal)
2.3 Etiologi
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasimutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel manusia memiliki
mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang
menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah
terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan
pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan
12
sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat
memicu terjadinya kanker.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
13
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat
edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat
destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang,
penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema
papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.
Gejala-gejala tumor otak dapat meliputi, antara lain:
1) Nyeri Kepala (Headache)
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang
pergi (rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam.
Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek. Nyeri
kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan
(misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat
waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini
diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh
darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor
otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
2) Muntah
14
keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di otak. Pengaruh
negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif, gangguan
tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique.
Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan
berbagai tes. Di antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota Multiphasic
Personality Inventory (MMPI), dan Mini mental State Examination (MMSE).
Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran, orientasi lingkungan, level
aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan kemampuan berpikir,
emosional afeksi serta persepsi.
2. Gangguan Wicara
Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini
kita mengenal istilah disartria dan aphasia. Disartria adalah gangguan wicara karena
kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang bertanggung jawab dalam proses
bicara. Tiga langkah yang menjadi prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan
kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal. Afasia
merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau sensorik tergantung
dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan. Fungsi bahasa yang terlibat
adalah kelancaran (fluency), keterpaduan (komprehensi) dan pengulangan (repetitif).
Pendekatan terapi untuk afasia meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi,
mengurangi
ketergantungan
padalingkungan
dan
memastikan
sinyal-sinyal
17
Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak,
yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap
gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit
kehilangan pasokan oksigen dan glukosa. Para gangguan aliran darah dapat terjadi
oleh salah satu dari dua mekanisme, yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh
perdarahan dari pembuluh darah kecil yang memasok darah ke otak dan Stroke
iskemik disebabkan oleh bekuan darah yang menghalangi aliran darah melalui arteri
yang memasok darah ke otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke
dan emboli. stroke trombotik disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di
dalam arteri otak. stroke emboli disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di
luar pembuluh darah otak, kemudian gumpalan darah itu berjalan melaui aliran darah
dan sampai pada pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya menyumbat
suplay darah ke otak. Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa H
emorrhagic stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan
akibat pembesaran tumor.
7. Epilepsi
Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan
karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan
listrik pada otak dan juga tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang dapat
menyebabkan kejang
8. Depresi
Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau
karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut, Gejala yang timbul dapat
berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social withdrawal,
18
Mudah marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan tidur, tingkah laku yang tidak
wajar. Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep changes, ganguan bipolar
(manicdepression).
9. Hidrosephalus
Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS,
akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya hidrosephalus.
Selain itu peningkatan tekanan intrakranial juga dapat menghambat aliran LCS.
10. Cerebral Hernia
Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui
pembukaan dalam tengkorak. Tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial, yang kemudian menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen
Magnum atau transtentorial
11. Ganguan Seksualitas
Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor
melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi
libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama
dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang yang dapat juga mengurangi kesuburan
dan libido selain itu dapat pula menyababkan menopouse dini.
2.6 Patofisiologi
Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan
neurologis pada tumor intrakranial biasanya dianggap disebabkan karena 2 faktor,
yaitu gangguan vokal olah tumor dan peningkatan intrakranial. Gangguan vokal
terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja dispensi
19
yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya,
gliobastoma multiform). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis vokal. Peningkatan tekanan intrakranial dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor:
Bertambahnya massa dalam tengkorak.
Terbentuknya edema sekitar tumor.
Perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengmbil
tempat dalam ruang yang relatif tetap dan ruangan kranial yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak di sekitrnya. Mekanisnya belum
sepenuhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor menyebabkan pendarahan.
Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh sawar darah otak, semuanya
menimbulkan
peningkatan
volume
intrakranial
dan
menyebabkan
tekanan
20
sel-sel
parenkim.
Peningkatan
tekanan
yang
tidak
di
obati
mengakibatkan herniasi unkus atau cerebelum. Herniasi unkus timbul bila girus
medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh masa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesen sefalon, menyebabkan hilangnya
kesadaran dan menekan saraf kranial ketiga. Pada herniasi cerebelum, tonsil
cerebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior.
Kompresi medula oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan
fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan. (Muttaqin Ariff, 2008)
2.7 Patoflow
Prespitasi
Herediter, sisa-sisa sel embrional
Presdeposisi
Radiasi, virus, substansi karsiogenik
21
Mutasi DNA
Masuk ketubuh
Sampai ke otak
Infeksi intrakranial
Infiltrasi
Peradangan intrakranial
Ketidak
seimbangan
nutrisi
Menstimulus
B.P.H
Ggn. Mekanisme
pengaturan diotak
Saraf afferent
Retensi natrium
Papiledema
Medulla spinalis
Ggn. Nervus II
dan VI
Thalamus
Ggn. Nervus
optikus
Korteks serebry
Penglihatan
menjadi kabur
Efferent
CES meningkat
Tekanan kapiler
Meningkat
Volume
interstitial
meningkat
Nyeri
Edema
Kelebihan
volume cairan
Resiko jatuh/
cidera
Imaging
(MRI)
MRI
sangat
penting
untuk
mendiagnosatumor sampai lesi terkecil dan tumor pada batang otak dan pituitary.
3. Elektroensefalogram (EEG) : dapat mendeteksi gelombang abnormal pada otak
yang disebabkan tumor hal ini dapat mengevaluasi kajang yang ditimbulkan
karena gangguan pada lobus temporal.
4. Stereotatic Radiosurgery : meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang
meliputi lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka Stereotatic dan study
pencitraan multipel (sinar x) cara yang digunakan untuk menemukam tumor
dan lokasinya.
5. Pemeriksaan cytologi : dapat mendeteksi keganasan pada sel yang disebabkan
tumor sistem saraf pusat.
6. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
7. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
8. Biopsi stereotaktik
23
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
9. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
2.9 Penatalaksanaan Medis
Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung
pada jenis dan stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan,
radioterapi, atau kemoterapi. Beberapa pasien menerima kombinasi dari perawatan
diatas. Selain itu, pada setiap tahapan penyakit, pasien mungkin menjalani
pengobatan untuk mengendalikan rasa nyeri dari kanker, untuk meringankan efek
samping dari terapi, dan untuk meringankan masalah emosional.
Jenis pengobatan ini disebut perawatan paliatif.
a. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya
adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa mungkin
peluang kehilangan fungsi otak. Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut
kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai,
rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala
menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari
tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup
kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan.
Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat
24
menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua
hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan. Efek samping
yang mungki timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau
rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat
diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi
adalah
menumpuknya
cairan
cerebrospinal
di
otak
yang
mengakibatkan
25
27
Kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya hubungan keluhan tumor intracranial pada generasi terdahulu.
5. Pengkajian psikososiospritual
Mengkaji mengenai status emos, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian koping
klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya, perubahan peran klien, serta respon atau pengaruhnya.
3.1.2 Pemerikasaan Fisik
1. BI (Breathing)
Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula
oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pada klien tanpa kompresi
medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada kelainan.
Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi
tidak di dapatkan bunyi napas tambahan.
2. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata
didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula
oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal,
dan tidak ada peningkatan heart rate.
3. B3 (Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung
pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3
(Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan
28
pengkajian pada sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan nyeri kepala,
muntah, dan papiledema.
4. B4 (Bladder) Lnkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis yang luas.
5. B5 (Bowel) Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai
akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering
terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan
dapat berupa muntah proyektil.
6. B6 (Bone) Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan , kehilangan
sensorik , mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat
Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan parameter
yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap
lingkungan adalah
Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut
biasanya status mental klien menglami perubahan.
Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian.
Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah laku
klien menjadi aneh. Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi
argumentasi yang sulit dari perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan
salah. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat
tumor. Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan
motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis
menyebabka kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada
lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstermitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap,
sering menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan
terkena, akan terihat adanya afasia dan aparaksia.
Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.
30
Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi
saraf ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari
lintasan visual. Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus.
Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral dari
saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma
multiformis.
Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus,
tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini
akan di dapatkan adanya paralisis wajah ulilateral.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik ke bagian sisi sehat.
Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus
temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin
diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan
membuka mulut.
Saraf XI. Tidk ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.
Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra
pengecap normal.
Pengkajian system motorik. Keseimbangan dan koordinasi, lesi serebelum
mengakibatkan gangguan pergerakan, gangguannya tergantung besarna tumor.
31
Diagnose
Keperawatan
Nyeri
berhubungan
dengan
traksi
pergeseran
NOC
Pain level
Pain control
struktur Comfort level
Kriteria Hasil
dan
Intervensi
NIC
Pain Management
32
mampu
frekuensi,
klien
rongga intracranial
faktor
nonfamakologi
untuk
prepitasi
observasi reaksi nonverbal
mengurangi
nyeri,
dari ketidaknyamanan
gunakan teknik komunikasi
menggunakan
teknik
mencari bantuan)
intensitas,
masa lampau
bantu pasien dan keluarga
berkurang
menggunakan
manajemen nyeri
dan
dan
untuk
tanda
mencari
dan
nyeri)
menyatakan rasa aman
menemukan dukungan
control lingkungan yang
suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan
kurangi faktor
nyeri
kolaborasi dengan dokter
dan
2.
NOC
nutrisi
Nutritional status
Nutritional status: food
kebutuhan
dari
prespitasi
apoteker
untuk
Ketidakseimbangan
kurang
dan
Nutricion management
status:
nutrient intake
Weight controle
untuk
Criteria Hasil:
adanya
berat
peningkatan
badan
dengan tujuan
sesuai
menentukan
kalori
pasien
Nutrition monitoring
33
BB
Pasien
normal
Monitor adanya penurunan
jumlah
fungsi
pengecapan
dari
menelan
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
batas
malnutrisi
Menunjukan
peningkatan
dalam
aktivitas
yang
saat makan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Moitor kekeringan, rambut
Ht
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan
jaringan
konjungtiva
Catat
adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
34
3.
Kelebihan
cairan
volume
berhubungan
NOC
NIC
Elektrolit
dan
acid
balance
dengan
mekanisme Fluid balance
Hydration
pengaturan di otak
Kriteria Hasil
Terbebas
dari
Fluida management
intakedan
edema,
efusi, anaskara
Bunyi napas bersih tidak
jugularis,
paru,
reflex
output
Menjelaskan indicator
4.
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
berhubungan
penurunan
dengan
suplai
cairan
Monitor vital sign
Kaji luas dan lokasi edema
Monitor
masuk
dan
cairan
intake kalori
Kolaborasi
hitung
dengan
pemberian deuretik
NIC
Circulation status
Tissue prefusion
Peripheral
Kriteria Hasil
sensasi perifer)
Mendemonstrasikan
darah ke jaringan otak
status sirkulasi yang
ditandai dengan:
(tumor otak)
1) Tekanan
systole
dandiastole dalam
rentang
yang
diharapkan
2) Tidak
ada
ortostatikhipertens
3) Tidk ada tanda
tanda peningkatan
tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15
mmHg)
Mendemonstrasikan
yang
akurat
Pasang kateter urin jika
keluarnya
kelebihan cairan
NOC
output
hepatojugular (+)
Memelihara
tekanan
catatan
Pertahankan
Sensation
Management
Monitor
(Manajemen
adanya
daerah
panas/dingin/tajam/tumpul
Monitor adanya paretese
Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada
proteksi
Batasi gerakan pada kepala,
35
kemampuan
kognitif
yang ditandai dengan:
1) Berkomunikasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik
Monitor
adanya
tromboplebitis
Diskusikan
mengenai
dan
3) Memproses
informasi
4) Membuat
keputusan
benar
dengan
Menunjukkan
fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran
mambaik,
tidak
ada
gerakan
gerakan involunter
5.
Resiko
jatuh
berhubungan
ggn.
(kompresi
optikus)
dengan
penglihatan
saraf
NOC
NIC
Fall Prevetion
Criteria hasil
Keseimbangan:
deficit
kemampuan
untuk
mempertahankan
ekuilibrum
Gerakan terkoordinasi
Tidak ada kejadian
jatuh
Pemahaman
Mengidentifikasi
tentang
pengethuan jatuh
Pengetahuan
potensi
jatuh
dalam
lingkungan tertentu
Mengidentifikasi perilaku
dan
faktor
yang
36
keamanan
pribadi
tingkat agitasi
Mengidentifikasi
karakteristik
lingkungan
potensi jatuh
Ajarkan pasien bagaiman
cara jatuh agar menimalkan
cidera
Diagnosa
Nyeri
Implementasi
yang
akut
berhubungan
dengan
menemukan dukungan
Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
intracranial.
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
rongga
untuk
37
tubuh
kebutuhan
berhubungan
mual
dan
dengan
muntah,
penurunan
intake
makanan.
makan
Memoonitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Memoonitor turgor kulit
Memonitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Memonitor mual dan muntah
Memonitor kadar albumin, total protein, kadar Hb, dan
kadar Ht
Memonitor pertumbuhan dan perkembangan
Memonitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Mencatat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah
Kelebihan
volume
cairan
berhubungan
dengan
gangguan
mekanisme pengaturan
diotak
Resiko
jatuh
berhubungan
gangguan
(kompresi
optikus)
dengan
penglihatan
saraf
38
Ketidakefektifan
napas
pola
berhubungan
dengan suplai O2 ke
otot pernapasan
resiko jatuh
Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
3.5 Evaluasi
Hasil dari asuhan keperawaytan ini diharapkan pasien:
1. Nyeri akut yang diderita pasien berkurang atau hilang
2. Nutrisi yang dibutuh dalam kehidupannya sehari hari dapat terpenuhi dengan
baik.
3. Volume cairan yang stabil
4. Pola napas dapat kembali teratur
5. Menghilangkan resiko jatuh atau cidera
Contoh kasus
KAYU
AGUNG
39
Umur
: 28 Th
Umur
: 25 Th
Pekerjaan
: pemasangan tenda
Jenis kelamin : perempuan
Status pernikahan
: kawin
Alamat
: tanjung raja
Alamat
: tanjung raja
Dx medis
: tumor regio capitis
PENGKAJIAN
1. Alasan utama datang ke RS : adanya benjolan di kepala bagian belakang
sebelah kanan.
2. Riwayat penyakit saat ini : Tn.R mengatakan ada benjolan di kepala
bagian belakang sebelah kanan, nyeri nyut-nyutan di bagian benjolan
skala 2, datang secara tiba-tiba dan hilang timbul.
3. Keluhan utama (saat pengkajian) : Tn. R mengatakan benjolan dan nyeri
kepala bagian belakang sebelah kanan.
4. Riwayat kesehatan lalu : Tn.R mengatakan benjolan sudah ada 6 bulan
yang lalu, tapi belum perna datang ke rumah sakit untuk di periksa.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Tn.R mengatakan tidak ada keluarga
menderita penyakit yang sama maupun penyakit yang lain.
6. Riwayat pengobatan dan alergi : Tn.R mengatakan tidak ada alergi
terhadap obat apapun.
PENGKAJIAN FISIK
Status present
Tanggal
TD
N
RR
40
T
5 maret 2014
110/70 mmHg
80 x/m
22 x/m
35,2 oc
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
maret 2014
120/70 mmHg
80 x/m
20x/m
36 oc
7 maret 2014
120/70 mmHg
80 x/m
20 x/m
37 oc
Sakit/ nyeri
: nyeri dengan skala 2
status gizi
: baik
BB ideal
: BB : 65 Kg, TB : 175 cm
Personal
: mandi : 1x/hari
kuku : bersih
rambut : bersih
kulit : bersih
MK : Nyeri
A. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Denyut
: 80x/m
Irama
: Teratur
Bunyi Jantung
: Normal
Akral
: Hangat
Edema
: Tidak ada
MK : tidak ada
B. Sistem saraf pusat
41
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
Kesadaran
: GCS : 15, E:4 M:6 V:5
Bicara
: Pasien mengatakan berbicara spontan dan lancar, mengerti
xbnsxmscmscb msbc mapa yang di bicarakan.
Status motorik
: Normal
Koordinasi
: Tes hidung-jari-hidung
Kekuatan otot
:5
Gaya bejalan dan keseimbang : normal
Mk : tidak ada
Saraf-saraf otak
Nervus olfaktorius (N1)
penciuman : baik, pasien masih dapat mencium bau dan daya penciuman baik.
MK
:
tidak
ada
-
Nervus
visus
dapat
MK
-
optikus
(N
membaca
tulisan
:
Nervus
II)
perawat.
tidak
oculomotorius,
trachealis
dan
ada
abdusen
(N
III,IV,VI)
tidak ada kelainan bentuk mata, bola mata simetris, gerakan bola mata lateral atas
bawah, medial atas bawah pupil bulat, pupil mata isokor Os/Od reflek cahaya saat
berlangsung
MK
maupun
tidak
langsung
baik
dan
reflek
pupil
tidak
Nervus
trigeminus
norma.
ada
(N
V)
s Mampu mengunyah yang keras seperi buah apel dan mampu membuka mulut
s
Mengigit
s
s
Reflek
Sensorik
/sensebilitas
baik
kornea
baik
mampu
merasakan
baik
rangsangan
nyeri
42
MK
Nervus
tidak
statoakustikus
Nervus
ada
vestibula
kokhlearis
(N
VIII)
Pendengaran
s
Suara
bisikan
bisa
di
dengar
Suara
arloji
bisa
di
dengar
Tes
s
s
weber
Tes
rinne
Keseimbangan
MK
dapat
berdiri,
Reflek
glosso
mampu
faringeus
tidak
(N
secara
muntah
berjalan
IX)
normal
dan
tidak
Nervus
normal
ada
berbicara
pasien
MK
dan
normal
tidak
Nervus
Pasien
normal
batuk
ada
vagus
(N
X)
Suara sama normal, reflek menelan baik, ,mampu menelan makanan, denyut
jantung
teratur,
irama
MK
Pasien
MK
:
Nervus
mampu
denyut
tidak
aksesoris
memutar
:
jantung
kepala
ada
(
dan
tidak
kuat
XI)
mengangkat
bahunya
ada
43
Pasien
Nervus
mampu
hipoglosus
menjulurkan
MK
Pasien
Pasien
dan
mampu
Abdomen
makan
mukosa
ada
bibir
dan
tidak
berkurang
nyeri
berwarna
menelan
tekan,
(normal)
merah
dengan
pasien
BAB
Rentang
1x/hari
Muskuluskletal
gerak
Keseimbangan
baik.
ada
Sistem
muda.
makanan
tidak
D.
tidak
dan
cara
terbatas
berjalan
tegap
MK
ada
gastrointestinal
nafsu
mnegunyah
tidak
MK
kembali
Pasien dapat mengunyah makanan dengan baik, bibir pasien normal, tidak
lidahnya
tidak
mengatakan
pecah-pecah
XII)
Sistem
ada
menarik
C.
-
dan
(N
Gengaman
Otot
kaki
kuat,
tangan
akral
E.
sama
hangat,
tidak
tidak
kuat
ada
fraktur
ada
Sistem
integumen
Warna
kulit
normal
Turgor
kulit
elastis
44
Luka
Kemerahan
MK
habis
:
operasi
tidak
ada
tidak
F.
ada
Sistem
reproduksi
Skrotum
normal
Testis
normal
Prostat
normal
MK
tidak
G.
Sistem
Urine
jumlah
perkemihan
24
jam
Warna
MASALAH
BUDAYA
cc
normal
tidak
PSIKOSOSIAL
1200
kuning
urinaria:
PENGKAJIAN
:
:
Vesika
MK
ada
ada
DAN
SPIRITUAL
Pasien mengatakan ikhlas dengan musibah yang dialami dan hanya bisa
berserah diri berdoa kepada Allah SWT. Pasien mengatakan setelah masalah ini
teratasi dan pengobatan selesai ingin menjaga kesehatan agar tidak terulang
kembali.
MK
-
cemas
Sosial
45
Pasien mengatakan aktifitas dan peran di masyarakat tidak ada kebiasaan yang
tidak
disukai
dan
MK
tidak
ada
masalah
dengan
sesama.
tidak
ada
Budaya
Pasien mengatakan budaya yanga ada dilingkungan, akitivitas dalam budaya yang
ada dengan cara menyesuaian budaya dilingkungan, tidak merasa keberatan dengan
budaya
yang
MK
ada.
tidak
ada
Aktivitas
Spiritual
ibadah
yang
dilakukan
mengerjakan
sholat,
mengikuti
pengajian
dilingkungan sekitar, pasien mengatakan hanya bisa beriktiar dan berdoa kepada
Allah
SWT
MK
DATA
Jenis
Nilai
semua
:
PENUNJANG,
TANGGAL
kejadian
yang
menimpanya.
tidak
PEMERIKSAAN
ada
04
MARET
2014
pemeriksaan
normal
Hasil
Hb
46
14-16
14,6
P
g/dl
g/dl
12-14
g/dl
Leukosit
5000-10000
mm3
Basofil
0-1
7700
mm3
Eosinofil
1-3
N.
inti
batang
2-6
N.
inti
segmen
50-70
66
Limposit
47
20-40
30
Monosit
2-8
Hematokrit
40-50
41
Trombosit
150000-400000
mm3
176000
mm3
Gol.
Darah
A,B,O,AB
O
TERAPI
YANG
DIBERIKAN
Obat/tindakan
Golongan
Dosis
Indikasi
48
Kontra
indikasi
Cefpirome
Sefalosporin
2x1
vial
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit, bakterimia, ISK bagian atas
dan
bawah
Hipersensitifitas
terhadap
sepolos
porin
Ranitidine
Antasida
dan
ulkus,
antibusa
2x1
ampul
non
narkotika
3x1
ampul
Penanganan
Tukak
jangka
peptic
aktif
pendek
pendarahan
untuk
atau
nyeri
perforasi
berat
GI
IVFD
Elektrolit
GGT
20x/m
49
Injeksi
intravena
ANALISA
DATA
Nama pasien
Jenis
: Tn. R
kelamin
laki-laki
No.medis
Hari/tanggal
record
425998
No
Data
Etiologi
Masalah
keperawan
1
Ds
-
:
Tn.
mengatakan
takut
karena
akan
dilakukan
Do
-
:
Tn.R
tampak
gelisah
dan
TD
N
RR
operasi
tidak
tenang
TTV
:
:
:
110/70
mmHg
80
x/m
22
x/m
50
Timbul
desakan
35,2
ruang
baik
yang
Tumor
jinak/ganas
c
yang
regio
timbul
di
otak
capitis
Pre
operasi
Perubahan
fisik
Bentuk
kulit
abnormal
Bentk
kulit
abnormal
Kurang
pengetahuan
dari
individu
Anxietas
Anxietas
2
Ds
-
:
Tn.R mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi
Do
Pasien tampak meringis dan tidak merasa nyaman dengan kondisi sekarang
TTV
TD
N
RR
:
:
:
110/70
mmHg
80
x/m
22
x/m
51
35,2
Post
operasi
Tindakan
insisi
dilakukan
anastesi
insisi
pada
bagian
tumor
Terputusnya
Aktifnya
kontinuitas
reseptor
jaringan
nyeri
BPH
Aferen
Medula
spinallis
Talamus
Kortek
selebri
Eferen
Nyeri
Nyeri
3
Ds
Do
-
:
Tn.R
mengatakan
gatal-gatal
pada
luka
bekas
operasi
:
52
TD
N
TTV
:
mmHg
80
x/m
22
x/m
RR
T
110/70
:
:
35,2
Post
operasi
Adanya
Fase
Bentuk
bekas
penyembuhan
terbentuknya
permukaan
operasi
benang
kulit
Bercak
permukaan
berubah
merah
Kerusakan
integritas
kulit
Kerusakan
integritas
kulit
53
NURSING
PLANING
Nama pasien
Jenis
: Tn. R
kelamin
No.medis
Hari/tanggal
record
425998
No
Diagnosa
Jam
Tujuan
Intervensi
Rasional
Paraf
1
Anxietas
b/d
dilakukan
tindakan
pembedaha
Ds
Tn.
:
R
mengatakan
takut
karena
akan
dilakukan
operasi
54
Do
Tn.R
tampak
gelisah
dan
tidak
tenang
TTV
TD
110/70
mmHg
80
x/m
22
x/m
RR
35,2
15.45
Diharapkan
setelah
dilakukan
tindakan
dalam
1x24
cemas
berkurag.
2.
Ajarkan
teknik
relaksasi
3.
1.
Agar pasien dapat memahami penyakitnya dan penting nya tindakan operasi
2.
Pasien
3.
dapat
tenag
dan
Menyetabilkan
tidak
merasa
kondisi
cemas
pasien
2
Nyeri
b/d
putusnya
kontinuitas
jaringan
dan
luka
bekas
operasi
55
Ds
Tn.R
mengatakan
sakit
dan
nyeri
di
daerah
luka
bekas
operasi
Do
Pasien tampak meringis dan tidak merasa nyaman dengan kondisi sekarang
TTV
TD
110/70
mmHg
80
x/m
22
x/m
RR
35,2
15.45
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
nyeri
1x24
jam
dapat
diatasi
Kriteria
hasil:
Pasien
1.
2.
dapat
Kaji
TTV
Berikan
3.
kolaborasikan
1.
untuk
2.
beraktivitas
pada
klien
tehnik
dengan
dan
relaksasi
tim
mengetahui
seperti
medis
semula
skala
nyeri
pada
dalm
kondisi
pasien
terapi
obat
sekarang
56
3.
Mengurangi
ras
nyeri
setelah
operasi
3
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kuliy berubah akibat insisi
Ds
Tn.R
:
mengatakan
gatal-gatal
pada
luka
bekas
Do
operasi
:
110/70
mmHg
80
x/m
22
x/m
RR
35,2
15.45
Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam bentuk kulit kembali semula
Kriteria
hasil
1.
: agar
kondisi
kulit
pasien
Kaji
2.
Berikan
perawatn
3.
Kolaborasi
dengan
dapat
kembali
TTV
luka
tim
bekas
medis
dalam
normal
pasien
operasi
terapi
pada
pasien
dan
tindakan
57
1.
Mengetahuan
2.
Mempertahankan
3.
kondisi
kondisi
Membantu
luka
sekarang
pasien
memperbaiki
Jenis
bersih
kulit
NURSING
Nama pasien
tetap
pasien.
IMPLEMENTASI
: Tn. R
kelamin
No.medis
Hari/tanggal
record
425998
No
Diagnosa
Jam
Tindakan
keperawatan
Respon
Paraf
58
Anxietas
b/d
dilakukan
tindakan
pembedaha
Ds
Tn.
mengatakan
takut
karena
akan
dilakukan
Do
operasi
:
Tn.R
tampak
gelisah
dan
tidak
tenang
TTV
TD
110/70
mmHg
80
x/m
22
x/m
RR
35,2
15.45
1.
untuk
2.
mengangkat
tumor
yang
dideritanya
mengajarkan pasien untuk tarik napas dari hidung dan mengeluarkan lewat
mulut
sebagai
teknik
relaksasinya
3.
1.
2.
Pasien
3.
Pasien
tampak
lebih
tampak
nyaman
lebih
setelah
rileks
di
lakukna
teknik
relaksasi
dan
nyamn
dan
tenang
59
2
Nyeri
b/d
putusnya
kontinuitas
jaringan
dan
luka
bekas
Ds
operasi
:
Tn.R
mengatakan
sakit
dan
nyeri
di
daerah
luka
bekas
Do
operasi
Pasien tampak meringis dan tidak merasa nyaman dengan kondisi sekarang
TTV
TD
110/70
mmHg
80
x/m
22
x/m
RR
35,2
15.00
1.
Mengkaji TTV aagr mengetahui kondisi dan keadaan pasien sekarang dan
skala nyeri dengan menyebutkan angka pada pasien kemudian pasien diminta
menilai
2.
dari
dari
angka
batas
nyerinya
dan
dihembuskan
melalui
mulut
secaar
perlahan
60
3.
1.
berkolaborasi
dengan
tim
medis
dalam
terapi
obat
analgetik
pasien mengikut pemeriksaan dengan baik dan menegrti yang dimaksud oleh
perawat
2.
pasien
3.
tampak
pasien
rileks
dan
kelihatan
lebih
lebih
tenang
nyaman
3
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
Ds
Tn.R
:
mengatakan
gatal-gatal
pada
luka
bekas
Do
Luka
operasi
:
Tn.R
tampak
kemerahan
timbulnya
jaringan
parut
TTV
TD
N
:
:
RR
T
:
:
110/70
mmHg
80
x/m
22
x/m
35,2
16.00
61
1.
2.
mengkaji
TTV
pasien
untuk
mengetahui
kondisi
pasien
Merawat ganti perban pada luka bekas operasi agar luka pasien tetap bersihan
3.
berkolaborasi
1.
pasien
2.
3.
dengan
medis
tampak
pasien
pasien
tim
mengikuti
tampak
dalam
terapi
mngikuti
tindakan
senang dengna
GV
keadaan
Jenis
tindakan
pemeriksaan
yang
CATATAN
Nama pasien
dan
dengan
baik
semangkin
membaik
PERKEMBANGAN
: Tn. R
kelamin
No.medis
Hari/tanggal
record
425998
No
Diagnosa
keperawatan
Jam
Perkembangan
sift
TTV
1
62
Anxietas
b/d
dilakukan
tindakan
pembedahan
15.45
S : Pasien mengatakan merasa tenang dan mnegatakan pasrah dan iklas
menghadapi
O
operasi
pasien
tampak
tidak
gelisah
besok
lagi
dan
lebih
rileks
TTV
TD
RR
A
P
mmHg
80
x/m
22
x/m
35,2
:
:
110/70
masalah
intervensi
teratasi
di
hentikan
63
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama pasien
Jenis
: Tn. R
kelamin
laki-laki
No.medis
Hari/tanggal
record
425998
No
Diagnosa
keperawatan
Jam
Perkembangan
sift
TTV
2
Nyeri
b/d
terputusnya
kontinuitas
jaringan
dan
luka
bekas
operasi
15.00
S : pasien mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi
O
pasien
tampak
menahan
nyeri
dan
ekspresi
wajah
tamp
meringis
TTV
TD
N
:
:
RR
120/70
mmHg
80
x/m
20
x/m
36
64
masalah
intervensi
belum
di
teratasi
lanjutkan
nomor
(1-3)
1.
Kaji
2.
TTV
Berikan
3.
pada
klien
tehnik
kolaborasikan
dan
skala
relaksasi
dengan
tim
medis
nyeri
pada
dalm
pasien
terapi
obat
E
-
:
Ds
:
Do
pasien
:
mengatakan
wajah
masih
pasien
terasa
nyeri
masih
Jenis
lukanya.
tampak
CATATAN
Nama pasien
pada
meringis
PERKEMBANGAN
: Tn. R
kelamin
No.medis
Hari/tanggal
record
425998
No
Diagnosa
keperawatan
Jam
Perkembangan
sift
TTV
2
65
Nyeri
b/d
terputusnya
kontinuitas
jaringan
dan
luka
bekas
operasi
09.00
S : pasien mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi
O
pasien
tampak
menahan
nyeri
dan
ekspresi
wajah
tamp
meringis
TTV
TD
RR
A
P
I
:
:
120/70
mmHg
80
x/m
20
x/m
37
masalah
intervensi
:kolaborasikan
di
dengan
belum
lanjutkan
tim
medis
teratasi
nomor
dalm
(3)
terapi
obat
Ds
Do
:
:
pasien
pasien
mengatakan
tampak
lebih
sudah
nyeri
nyamn
dan
pada
rileks
lukanya.
skala
66
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama pasien
Jenis
: Tn. R
kelamin
laki-laki
No.medis
Hari/tanggal
record
425998
No
Diagnosa
keperawatan
Jam
Perkembangan
sift
TTV
2
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
16.00
S
O
pasien
:
mengatakan
luka
tampak
gatal-gatal
kemerahan
pada
luka
timbulnya
bekas
jaringan
operasi
parut
TTV
TD
RR
120/70
mmHg
80
x/m
20
x/m
36
masalah
belum
c
teratasi
67
intervensi
di
lanjutkan
nomor
(1-3)
1.
Kaji
2.
Berikan
perawatn
3.
Kolaborasi
dengan
TTV
luka
tim
bekas
medis
pasien
operasi
dalam
terapi
pada
pasien
dan
tindakan
E
-
:
Ds : pasien masih
mulai
merata
CATATAN
Nama pasien
Jenis
PERKEMBANGAN
: Tn. R
kelamin
No.medis
Hari/tanggal
record
425998
No
Diagnosa
keperawatan
Jam
Perkembangan
sift
TTV
2
68
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
09.00
S
pasien
masih
sedikit
gatal-gatal
pada
luka
bekas
operasinya
O : luka tampak berkurang kemerahan pada kulitnya dan jaringan parut mulai
merata
TTV
TD
mmHg
80
x/m
20
x/m
RR
A
P
120/70
:
:
37
masalah
intervensi
belum
di
lanjutkan
teratasi
nomor
1.
Berikan
perawatn
2.
Kolaborasi
dengan
E
-
(2-3)
luka
tim
bekas
medis
operasi
dalam
terapi
pada
pasien
dan
tindakan
:
kering dan perlekatan jaitan baik dan adanya jaringan parut fase penyembuahan
EVALUASI
69
Nama pasien
Jenis
: Tn. R
kelamin
laki-laki
No.medis
Hari/tanggal
record
425998
No
Diagnosa
Jam
Evaluasi
Paraf
1
Anxietas
b/d
dilakukan
tindakan
pembedahan
16.00
S : pasien mengatakan merasa tenang dan mengatakan pasrah dan ikhlas
menghadapi
O
pasien
operasi
tampak
tidak
gelisah
lagi
dan
lebih
rileks
TTV
TD
RR
T
A
:
:
110/70
mmHg
80
x/m
22
x/m
35,2
Masalah
c
teratasi
70
P:
Intervensi
dihentikan
2
Nyeri
b/d
terputusnya
pasien
kontinuitas
jaringan
dan
luka
bekas
operasi
nyeri
lagi
11.00
S
O
pasien
mengatakan
tampak
lebih
sudah
nyaman
tidak
dan
rileks.
Skala
TTV
TD
mmHg
80
x/m
22
x/m
RR
A
P
110/70
35,2
:
:
intervensi
dihentikan
masalah
pasien
pulang,
teratasi
karena
perintah
dokter
3
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
11.00
S
Pasien
mengatakan
terasa
gatal-gatal
sudah
berkurang
71
O : luka pasien tampak kering dan perlekatan jaitan baik dan adanya jaringan parut
fase
penyembuhan
TTV
TD
mmHg
80
x/m
22
x/m
RR
A
P
110/70
:
:
Intervensi
35,2
Masalah
dihentikan
pasien
sebagian
pulang,
karena
teratasi
perintah
pasien
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor otak bisa mengenai segala usia. Tapi umumnya pada usia dewasa muda
atau pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli
menyatakan insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi
menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria dan wanita. Tumor otak atau
tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying
lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen
supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks,
meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta
tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya. Tumor otak menunjukkan manifestasi
72
klinik yang tersebar. Tumor ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
(TIK) serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang menggangu bagian
spesifik dari otak. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit
kepala, muntah, papiledema (edema saraf optik), perubahan kepribadian dan adanya
variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial.
4.2 Saran
Diharapkan perawat dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien
tumor otak dengan semaksimal mungkin. Dengan tujuan agar pasien pasien
pengidap penyakit tumor otak ini dapat segera sembuh dan dapat menjalankan
aktivitasnya kembali seperti saat sebelum sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
Anonim.2012. https://www.google.com/search?q=askep+pasien+tumor+kranial&ie
=utf-8&oe=utf 8#q=asuhan+keperawatan+pada+pasien+tumor+kranial+
nic+noc diakses tnggal 3 Oktober 2016
Anonim.2012. http://www.portalperawat.com/2016/09/askep-tumor-otak.html diakses
tanggal 3 Oktober 2016
Farma, Buddi. 2013. http://buddifarma.blogspot.co.id/2013/03/asuhan-keperawatantumor-otak.html diakses tanggal 3 Oktober 2016
Muttaqin, arif.2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Nuraif, Amin Huda,dkk. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan
Diagnose Medis Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Percetakan Mediaction
Publishing
73
74