Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN TUMOR KRANIAL


Tugas Pada Mata Kuliah Askep Sistem Neurobehavior
PSIK Reguler A2 Semester 5

Dosen Pembimbing:
Citra Suraya, S.Kep, Ns, M.Kes

DISUSUN OLEH:
1. Lulu Inex Innany S (14142013121)
2. Ricky Kurniasandi (13142013122)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas asuhan keperawatan system neurobehavior dengan judul
Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Tumor Kranial
Asuhan keperawatan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas asuhan keperawatan system
neurobehavior dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Tumor
Kranial dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, 3 Oktober 2016

Penulis

2
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 5
1.3 Tujuan...................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi....................................................................................................6
2.2 Anatomi Dan Fisiologi............................................................................7
2.3 Etiologi....................................................................................................13
2.4 Manifestasi Klinis...................................................................................15
2.5 Komplikasi..............................................................................................17
2.6 Patofisiologi............................................................................................21
2.7 Patoflow..................................................................................................24
2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................25
2.9 Penatalaksanaan Medis...........................................................................26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
3.1 Pengkajian...............................................................................................30
3.2 Diagnosis Keperawatan...........................................................................35
3.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................36
BAB IV CONTOH KASUS
4.1 Pengkajian.................................................................................................
4.2 Diagnosis Keperawatan.............................................................................
4.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................
4.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................
4.5 Evaluasi.....................................................................................................

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan...............................................................................................44
5.2 Saran.........................................................................................................44
LAMPIRAN.........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
iii

1.1 Latar belakang


Tumor otak adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying lesion)
yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial
maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen,
vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor
metastasis dari bagian tubuh lainnya. Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20%
dari semua penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari
semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumortumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas metastase ke
otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah,
pankreas, ginjal dan kulit (melanoma). Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa
terjadi pada dekade kelima, keenam dan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria.
Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur
dan mendukung sistem otak dan medula spinalis) dan merupakan supratentorial
(terletak diatas penutup cerebellum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya
menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan dan adanya

peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan intra kranial ( PTIK ) dapat terjadi bila
kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat
menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume yang meninggi ini dapat
dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari rongga tengkorak ke
kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena
berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini
dikenal dengan complience. jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya
terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadi
peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan
gagal jantung serta kematian.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil dari tugas ini adalah Bagaimana melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor cranial?

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan dari diangkatnya masalah diatas adalah agar mahasiswa atau para pembaca
dapat mengetaui, menjelaskan, dan melakukan tindakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan tumor otak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi

Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa
Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000).
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak (buku ajar patofisiologi)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak
dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor
berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lainlain, disebut tumor otak sekunder.
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat
terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak
dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah
massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam
jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.
Tumor intracranial diantaranya lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang
tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak menyebabkan gangguan
neurolgis progresif. Gangguan neurologis pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh dua faktor, yaitu gangguan fokal karena tumor dan kenaikan tekanan
intrakrinial (Arif Muttaqin, 2008)
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah
6

massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam
jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.
Tumor otak adalah pertumbuhan abnormal dari perkembangan asal, primer
metastasik yang terjadi didalam otak dan stuktur penyokong.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang didalan tengkorak. Tumor selalu tumbuh sebagai sebuah massa
berbentuk bola juga dapat menyebar kejaringan.

1.2 Anatomi Dan Fisiologi


Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus
menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim
hormon, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai
jaringan tubuh, organ dan sistim organ manusia.
1) Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang
dikendalikan oleh keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot
rangka dan menghantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat
melakukan gerakan aktif dan menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara
sadar mengendalikannya.
2) Susunan saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga
organ tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paruparu, jantung dan saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan
seperti makan, metabolisme, sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan
dengan bantuan susunan saraf otonom. Susunan saraf otonom dibagi menjadi
7

susunan saraf simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan susunan
saraf para simpatik (sistim pengontrol konstruktif dan menyenangkan).

Gambar persyarafan (cranial)


Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu:
1) Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,
kepribadian dan menahan diri.
2) Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan
sensasi, berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak
bagian tubuhnya.
3) Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran
dan ingatan jangka pendek.
4) Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan. Otak
menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya.

Otak merupakan jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh
tubuh dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa dan 65% dari
kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang mana 90% aerobic
dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3 6 menit akan
timbul gangguan fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak berfungsi
sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim efektor perifer
tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang
keluar dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan
meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak. Otak bukan masa
yang uniform, melainkan suatu organ yang sangat kompleks. Secara fungsional dan
anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri
dari medulla oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah).
Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan
medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum
dan berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di medulla oblongata berkas
ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut jalan/ traktus
poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri akan
menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Selain
traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di medulla
oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan,
denyut jantung dan tonus pembuluh darah.

Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang

menghubungkan korteks serebri dan serebllum.


Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla
oblongata dan diensefalon. Pada mesensefalon terdapat formation
retikularis, suatu rangkaian penting yang antara lain mengatur irama tidur

dan bantun, mengontrol refleks menelan dan muntah.


2. Otak kecil (cerebelum)
Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian belakang
batang otak. Cerebllum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan
mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmrn posterior medulla
spinalis yang memberi informasi tentang keregangan otot dan tanda serta
posisi-posisi sendi.
3. Otak besar (cerebrum)
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan
yaitu : hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper dipisahkan oleh
pistula longitudinal dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang
melebar (korpus kolosum).
4. Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :
1) Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari
seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang
lebih tinggi. Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas
saraf penting yang datang dari serebri dan dikompres kedalam rongga yang
kecil.
2) Hipotalamus

10

Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga


mempengaruhi metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh,
karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
3) Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus
dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang
ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis
tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.
4) Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan
emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
1. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita
raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang
pambuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi
tiga :
1) Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
2) Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
3) Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri
komunikan posterior.
2. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat
diraba oleh karna kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang
leher, pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua

11

pembuluh darah teersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak


pembuluh darah yang disebut anastomosis.

Gambaran otak normal dan otak yang terkena tumor

(Otak normal)
2.3 Etiologi
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasimutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel manusia memiliki
mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang
menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah
terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan
pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan

12

sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat
memicu terjadinya kanker.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses

13

terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat
edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat
destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang,
penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema
papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.
Gejala-gejala tumor otak dapat meliputi, antara lain:
1) Nyeri Kepala (Headache)
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang
pergi (rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam.
Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek. Nyeri
kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan
(misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat
waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini
diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh
darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor
otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
2) Muntah
14

Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil


(menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri
kepala.
3) Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan
oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah
menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadangkadang tampak terputus-putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil
seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlcbih dahulu.
Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan
terhadap vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau
pembesarannya menckan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan
dan terjadi hidrocepallus.
4) Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks
motorik. Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi
otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya umum atau general sukar dibedakan
dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia
dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.
2.5 Komplikasi
1) Gangguan Fungsi Luhur
Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan
fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan
neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi
tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi. Neurobehavior adalah
15

keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di otak. Pengaruh
negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif, gangguan
tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique.
Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan
berbagai tes. Di antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota Multiphasic
Personality Inventory (MMPI), dan Mini mental State Examination (MMSE).
Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran, orientasi lingkungan, level
aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan kemampuan berpikir,
emosional afeksi serta persepsi.
2. Gangguan Wicara
Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini
kita mengenal istilah disartria dan aphasia. Disartria adalah gangguan wicara karena
kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang bertanggung jawab dalam proses
bicara. Tiga langkah yang menjadi prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan
kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal. Afasia
merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau sensorik tergantung
dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan. Fungsi bahasa yang terlibat
adalah kelancaran (fluency), keterpaduan (komprehensi) dan pengulangan (repetitif).
Pendekatan terapi untuk afasia meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi,
mengurangi

ketergantungan

padalingkungan

dan

memastikan

sinyal-sinyal

komunikasi serta menyediakan peralatan yang mendukung terapi dan metode


alternatif. Terapi wicara terdiri atas dua komponen yaitu bicara prefocal dan latihan
menelan.
3. Gangguan Pola Makan
16

Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan


menelan makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase
oral, pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya
asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula karena muntahnya makanan
ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese nervus glossopharynx dan nervus
vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi. Diagnosis ditegakkan dengan
videofluoroscopy. Gejala ini sering bersamaan dengan dispepsia karena space
occupying process dan kemoterapi yang menyebabkan hilangnya selera makan serta
iritasi lambung. Terapi untuk gejala ini adalah dengan sonde lambung untuk
pemberian nutrisi enteral, stimulasi, dan modifikasi kepadatan makanan (makanan
yang dipilih lebih cair/lunak).
4. Kelemahan Otot
Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf
khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis. Pendekatan
terapi yang dilakukan menggunakan prinsip stimulasi neuromusculer dan inhibisi
spastisitas. Cara lain adalah dengan EMG biofeedback, latihan kekuatan otot,
koordinasi endurasi dan pergerakan sendi.
5. Gangguan Penglihatan Dan Pendengaran
Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak
yang memproses informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan masalah
penglihatan, seperti penglihatan ganda atau penurunan lapang pandang. Tumor otak
yang mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas akustik - dapat
menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak.
6. Stroke

17

Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak,
yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap
gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit
kehilangan pasokan oksigen dan glukosa. Para gangguan aliran darah dapat terjadi
oleh salah satu dari dua mekanisme, yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh
perdarahan dari pembuluh darah kecil yang memasok darah ke otak dan Stroke
iskemik disebabkan oleh bekuan darah yang menghalangi aliran darah melalui arteri
yang memasok darah ke otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke
dan emboli. stroke trombotik disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di
dalam arteri otak. stroke emboli disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di
luar pembuluh darah otak, kemudian gumpalan darah itu berjalan melaui aliran darah
dan sampai pada pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya menyumbat
suplay darah ke otak. Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa H
emorrhagic stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan
akibat pembesaran tumor.
7. Epilepsi
Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan
karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan
listrik pada otak dan juga tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang dapat
menyebabkan kejang
8. Depresi
Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau
karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut, Gejala yang timbul dapat
berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social withdrawal,
18

Mudah marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan tidur, tingkah laku yang tidak
wajar. Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep changes, ganguan bipolar
(manicdepression).
9. Hidrosephalus
Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS,
akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya hidrosephalus.
Selain itu peningkatan tekanan intrakranial juga dapat menghambat aliran LCS.
10. Cerebral Hernia
Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui
pembukaan dalam tengkorak. Tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial, yang kemudian menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen
Magnum atau transtentorial
11. Ganguan Seksualitas
Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor
melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi
libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama
dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang yang dapat juga mengurangi kesuburan
dan libido selain itu dapat pula menyababkan menopouse dini.

2.6 Patofisiologi
Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan
neurologis pada tumor intrakranial biasanya dianggap disebabkan karena 2 faktor,
yaitu gangguan vokal olah tumor dan peningkatan intrakranial. Gangguan vokal
terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan

infiltrasi atau invasi

langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja dispensi
19

yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya,
gliobastoma multiform). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis vokal. Peningkatan tekanan intrakranial dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor:
Bertambahnya massa dalam tengkorak.
Terbentuknya edema sekitar tumor.
Perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengmbil
tempat dalam ruang yang relatif tetap dan ruangan kranial yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak di sekitrnya. Mekanisnya belum
sepenuhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor menyebabkan pendarahan.
Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh sawar darah otak, semuanya
menimbulkan

peningkatan

volume

intrakranial

dan

menyebabkan

tekanan

intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan cerebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan


subarakhnoid menimbulkan hidrosefalus.

20

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat


akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan unutk menjadi
effektif oleh karen aitu tidak berguna apabila tekanan itrakranial timbul dengan
cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra sel, dan
mengurangi

sel-sel

parenkim.

Peningkatan

tekanan

yang

tidak

di

obati

mengakibatkan herniasi unkus atau cerebelum. Herniasi unkus timbul bila girus
medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh masa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesen sefalon, menyebabkan hilangnya
kesadaran dan menekan saraf kranial ketiga. Pada herniasi cerebelum, tonsil
cerebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior.
Kompresi medula oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan
fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan. (Muttaqin Ariff, 2008)

2.7 Patoflow
Prespitasi
Herediter, sisa-sisa sel embrional

Presdeposisi
Radiasi, virus, substansi karsiogenik
21

Mutasi DNA

Masuk ketubuh

Perkembangan sel abnormal

Terbawa oleh laliran darah

Sel rusak berkembang

Sampai ke otak

Terbentuk jaringan baru

Infeksi intrakranial

Infiltrasi

Peradangan intrakranial

Masa dalam otak bertambah


TUMOR KRANIAL
Gangguan neurolgis
fokal
Penekanan
jaringan otak
Ggn. Sirkulasi
darah di otak
Suplai O2 ke
jaringan
menurun
Suplai O2 ke
otot pernapasan
berkurang
Kontraksi otot
pernapasan
Ketidakefektifan
pola napas

Ketidak
seimbangan
nutrisi

Tekanan intracranial meningkat


Obstruksi system
serebral

Menstimulus
B.P.H

Ggn. Mekanisme
pengaturan diotak

Stasis pada vena


retina

Saraf afferent

Retensi natrium

Papiledema

Medulla spinalis

Ggn. Nervus II
dan VI

Thalamus

Ggn. Nervus
optikus

Korteks serebry

Penglihatan
menjadi kabur

Ggn. Nervus IX dan X


Sukar membuka
mulut dan gangguan
menelan

Efferent

CES meningkat
Tekanan kapiler
Meningkat
Volume
interstitial
meningkat

Nyeri
Edema
Kelebihan
volume cairan
Resiko jatuh/
cidera

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Adapun beberapa pemeriksaan penunjang untuk penyakit tumor otak antara lain:
22

1. Computer Tomografik Scaning (CT SCAN) : CT SCAN digunakan lebih baik


dari pada X- Ray, CT SCAN dapat memberikan informasi tentang jumlah,
ukuran,dan densitas (warna gelap/terang) tumor, dapat memberikan informasi
sistem ventrikuler.
2. Magnetic Resonance

Imaging

(MRI)

MRI

sangat

penting

untuk

mendiagnosatumor sampai lesi terkecil dan tumor pada batang otak dan pituitary.
3. Elektroensefalogram (EEG) : dapat mendeteksi gelombang abnormal pada otak
yang disebabkan tumor hal ini dapat mengevaluasi kajang yang ditimbulkan
karena gangguan pada lobus temporal.
4. Stereotatic Radiosurgery : meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang
meliputi lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka Stereotatic dan study
pencitraan multipel (sinar x) cara yang digunakan untuk menemukam tumor
dan lokasinya.
5. Pemeriksaan cytologi : dapat mendeteksi keganasan pada sel yang disebabkan
tumor sistem saraf pusat.
6. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
7. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
8. Biopsi stereotaktik

23

Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
9. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
2.9 Penatalaksanaan Medis
Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung
pada jenis dan stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan,
radioterapi, atau kemoterapi. Beberapa pasien menerima kombinasi dari perawatan
diatas. Selain itu, pada setiap tahapan penyakit, pasien mungkin menjalani
pengobatan untuk mengendalikan rasa nyeri dari kanker, untuk meringankan efek
samping dari terapi, dan untuk meringankan masalah emosional.
Jenis pengobatan ini disebut perawatan paliatif.

a. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya
adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa mungkin
peluang kehilangan fungsi otak. Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut
kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai,
rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala
menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari
tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup
kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan.
Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat
24

menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua
hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan. Efek samping
yang mungki timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau
rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat
diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi
adalah

menumpuknya

cairan

cerebrospinal

di

otak

yang

mengakibatkan

pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan


pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan.
Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam
ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh,
biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan
dialirkan ke jantung sebagai gantinya. Infeksi adalah masalah lain yang dapat
berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic). Operasi otak dapat merusak
jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah serius. Pasien mungkin
memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami
perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang dengan
berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa permanen. Pasien
mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
b. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk
menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan
untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi

25

diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya


bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton,
ataupun sinar proton. Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil
kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan.
Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih
lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah
radioterapi. Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang
otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat
mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat
menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
c. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin
besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi
diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang. Radioterapi biasanya
dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor(sisa) yang mungkin
tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi
pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta
usia pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
d. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh selsel kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh
tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode
pengobatan dan periode pemulihan. Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide
26

(Temodar) dan bevacizumab (Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan


untuk pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping
lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama. Temozolomide
memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral. Untuk beberapa pasien dengan kasus
kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya melakukan operasi pengangkatan tumor
dan kemudian melakukan implantasi wafer yang mengandung obat kemoterapi.
Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut
kemudian membunuh sel kankernya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesis
Anamnesis pada tumor intrakrinial meliputi keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososiospritual.
1. Alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan
peningkatan tekanan intracranial dan adanya gangguan fokal, seperti nyeri kepala
hebat, muntah-muntah, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
2. Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penurunan tingkat
kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan didalam intracranial. Keluhan
perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargik, tidak responsive, dan koma.
3. Riwayat penyakit terdahulu

27

Kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya hubungan keluhan tumor intracranial pada generasi terdahulu.
5. Pengkajian psikososiospritual
Mengkaji mengenai status emos, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian koping
klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya, perubahan peran klien, serta respon atau pengaruhnya.
3.1.2 Pemerikasaan Fisik
1. BI (Breathing)
Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula
oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pada klien tanpa kompresi
medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada kelainan.
Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi
tidak di dapatkan bunyi napas tambahan.
2. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata
didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula
oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal,
dan tidak ada peningkatan heart rate.
3. B3 (Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung
pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3
(Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan

28

pengkajian pada sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan nyeri kepala,
muntah, dan papiledema.
4. B4 (Bladder) Lnkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis yang luas.
5. B5 (Bowel) Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai
akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering
terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan
dapat berupa muntah proyektil.
6. B6 (Bone) Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan , kehilangan
sensorik , mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat
Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan parameter
yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap

lingkungan adalah

indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem


digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma,
penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi
intelektual, dan lobus frontal.
29

Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut
biasanya status mental klien menglami perubahan.
Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian.
Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah laku
klien menjadi aneh. Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi
argumentasi yang sulit dari perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan
salah. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat
tumor. Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan
motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis
menyebabka kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada
lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstermitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap,
sering menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan
terkena, akan terihat adanya afasia dan aparaksia.
Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.

30

Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi
saraf ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari
lintasan visual. Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus.
Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral dari
saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma
multiformis.
Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus,
tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini
akan di dapatkan adanya paralisis wajah ulilateral.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik ke bagian sisi sehat.
Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus
temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin
diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan
membuka mulut.
Saraf XI. Tidk ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.
Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra
pengecap normal.
Pengkajian system motorik. Keseimbangan dan koordinasi, lesi serebelum
mengakibatkan gangguan pergerakan, gangguannya tergantung besarna tumor.

31

Pengkajian reflex. Gerakan inflonter: pada lesi tertentu memberikan tekanan


pada area kortikal tertentu, biasanya menyebabkan kejang umum, terutama pada
tumor lobus oksipital.
Pengkajian system sensorik. Nyeri kepala yang dirasakan lebih berat
dibandingkan nyeri kepala biasa bersifat dalam, terus menerus, tumpul, dan kadangkadang hebat sekali. Paling nyeri saat pagi hari dan menjadi hebat saat aktivitas otak
bertambah seperti membungkuk, batukatau mengejan saat buang air.

3.2 Diagnosis Keperawatan


1. Nyeri yang berhubungan dengan traksi dan pergeseran struktur peka nyeri
dalam rongga intracranial.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah, penurunan intake makanan.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
pengaturan diotak
4. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan (kompresi saraf
optikus)
5. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot
pernapasan
3.3 Intervensi Keperawatan
No
1.

Tujuan dan Kriteria


Hasil

Diagnose
Keperawatan
Nyeri

berhubungan

dengan

traksi

pergeseran

NOC

Pain level
Pain control
struktur Comfort level
Kriteria Hasil
dan

Intervensi
NIC
Pain Management

lakukan pengkajian nyeri

32

peka nyeri dalam

mampu

secara konfehensif termasuk

mengontrol nyeri (tahu

lokasi, karakteristik, durasi,

penyebab nyeri, mampu

frekuensi,

klien

rongga intracranial

faktor

nonfamakologi

untuk

prepitasi
observasi reaksi nonverbal

mengurangi

nyeri,

dari ketidaknyamanan
gunakan teknik komunikasi

menggunakan

teknik

mencari bantuan)

teraupetik untuk mengetahui

melaporkan bahwa nyeri


dengan

pengalaman nyeri pasien


kaji
kultur
yang

mempengaruhi respon nyri


evaluasi pengalaman nyeri

intensitas,

masa lampau
bantu pasien dan keluarga

berkurang
menggunakan
manajemen nyeri

mampu mengenali nyeri


(skala,
frekuensi

dan

dan

untuk

tanda

mencari

dan

nyeri)
menyatakan rasa aman

menemukan dukungan
control lingkungan yang

setelah nyeri berkurang

dapat mempengaruhi nyeri


seperti

suhu

ruangan,

pencahayaan,

kebisingan
kurangi faktor

nyeri
kolaborasi dengan dokter
dan

2.

NOC

nutrisi

Nutritional status
Nutritional status: food

kebutuhan

dari

prespitasi

apoteker

untuk

mengurangi rasa nyeri.


NIC

Ketidakseimbangan
kurang

dan

and fluid intake


Nutritional

Nutricion management

status:

Kaji adanya alergi makanan


Kolaborasi dengan ahli gizi

nutrient intake
Weight controle

untuk

Criteria Hasil:

dan nutrisi yang dibutuhkan

adanya
berat

peningkatan
badan

dengan tujuan

sesuai

menentukan

kalori

pasien
Nutrition monitoring

33

Berat badan ideal sesuai


tinggi badan
Mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda

BB

Pasien

normal
Monitor adanya penurunan

jumlah
fungsi

pengecapan

dari

menelan
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti

batas

berat badan monitor tipe dan

malnutrisi
Menunjukan
peningkatan

dalam

aktivitas

yang

dilakukan monitor interaksi


anatar anak dan orangtua

saat makan
Monitor lingkungan selama

makan
Jadwalkan pengobatan dan

tindakan selama jam makan


Monitor kulit kering dan

perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Moitor kekeringan, rambut

kusam, dan mudah patah


Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, kadar Hb, dan kadar

Ht
Monitor pertumbuhan dan

perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,

dan kekeringan

jaringan

konjungtiva
Catat
adanya

edema,

hiperemik,

hipertonik

papilla lidah dan cavitas oral


Catat jika lidah bewarna
magenta scarlet

34

3.

Kelebihan
cairan

volume
berhubungan

NOC

NIC

Elektrolit

dan

acid

balance
dengan
mekanisme Fluid balance
Hydration
pengaturan di otak
Kriteria Hasil
Terbebas

dari

Fluida management

intakedan
edema,

efusi, anaskara
Bunyi napas bersih tidak

jugularis,

paru,

reflex

output

dalam batas normal

Menjelaskan indicator
4.

Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
berhubungan
penurunan

dengan
suplai

cairan
Monitor vital sign
Kaji luas dan lokasi edema
Monitor
masuk
dan
cairan

intake kalori
Kolaborasi

hitung
dengan

pemberian deuretik
NIC

Circulation status
Tissue prefusion

Peripheral

Kriteria Hasil

sensasi perifer)

Mendemonstrasikan
darah ke jaringan otak
status sirkulasi yang
ditandai dengan:
(tumor otak)
1) Tekanan
systole
dandiastole dalam
rentang
yang
diharapkan
2) Tidak
ada
ortostatikhipertens
3) Tidk ada tanda
tanda peningkatan
tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15
mmHg)
Mendemonstrasikan

yang

akurat
Pasang kateter urin jika

keluarnya

jantung dan vital sign

kelebihan cairan
NOC

output

yang sesuai dengan retensi

hepatojugular (+)
Memelihara
tekanan

vena sentral, tekanan


kapiler

catatan

diperlukan monitor hasilHb

ada dispnea / orthopnea


Terbebas dari distensi
vena

Pertahankan

Sensation

Management

Monitor

(Manajemen
adanya

daerah

tertentu yang hanya peka


terhadap

panas/dingin/tajam/tumpul
Monitor adanya paretese
Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada

lsi atau laserasi


Gunakan sarun tangan untuk

proteksi
Batasi gerakan pada kepala,

leher dan punggung


Monitor kemampuan BAB

35


kemampuan
kognitif
yang ditandai dengan:

1) Berkomunikasi

dengan jelas dan


sesuai
dengan
kemampuan
2) Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi
orientasi

Kolaborasi

pemberian

analgetik
Monitor

adanya

tromboplebitis
Diskusikan

mengenai

penyebab perubahan sensasi

dan

3) Memproses
informasi

4) Membuat
keputusan
benar

dengan

Menunjukkan
fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran
mambaik,
tidak
ada
gerakan
gerakan involunter
5.

Resiko

jatuh

berhubungan
ggn.
(kompresi
optikus)

dengan

penglihatan
saraf

NOC

NIC

Trauma Risk for


Injury risk for

Fall Prevetion

Criteria hasil

Keseimbangan:

deficit

kognitif atau fisik pasien

kemampuan

untuk

yang dapat meningkatkan

mempertahankan
ekuilibrum
Gerakan terkoordinasi
Tidak ada kejadian
jatuh
Pemahaman

Mengidentifikasi

tentang

pengethuan jatuh
Pengetahuan

potensi

jatuh

dalam

lingkungan tertentu
Mengidentifikasi perilaku
dan

faktor

yang

mempengaruhi resiko jatuh

36

keamanan

pribadi

tingkat agitasi

Mengidentifikasi
karakteristik

lingkungan

yang dapat meningkatkan

potensi jatuh
Ajarkan pasien bagaiman
cara jatuh agar menimalkan
cidera

3.4 Implementasi Keperawatan


No
1

Diagnosa
Nyeri

Implementasi
yang

akut

berhubungan

dengan

traksi dan pergeseran

mengetahui pengalaman nyeri pasien


Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyri
Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan
Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan


Mengurangi faktor prespitasi nyeri
Berkolaborasi dengan dokter dan apoteker

intracranial.

Ketidakseimbangan
nutrisi

kurang

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor prepitasi


Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Menggunakan teknik komunikasi teraupetik untuk

rongga

struktur peka nyeri


dalam

Melakukan pengkajian nyeri secara konfehensif termasuk

untuk

mengurangi rasa nyeri.


Nutricion management
dari

Mengkaji adanya alergi makanan

37

tubuh

kebutuhan
berhubungan
mual

dan

dengan
muntah,

penurunan

nutrisi yang dibutuhkan pasien


Nutrition monitoring

intake

makanan.

Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kalori dan

Memonitor BB Pasien dalam batas normal


Memonitor adanya penurunan berat badan, memonitor tipe
dan jumlah aktivitas yang dilakukan monitor interaksi

anatar anak dan orangtua saat makan


Memonitor lingkungan selama makan
Menjadwalkan pengobatan dan tin dakan selama jam

makan
Memoonitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Memoonitor turgor kulit
Memonitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Memonitor mual dan muntah
Memonitor kadar albumin, total protein, kadar Hb, dan

kadar Ht
Memonitor pertumbuhan dan perkembangan
Memonitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

konjungtiva
Mencatat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah

Kelebihan
volume

cairan
berhubungan
dengan

gangguan

mekanisme pengaturan

diotak
Resiko
jatuh
berhubungan
gangguan
(kompresi
optikus)

dengan

penglihatan
saraf

dan cavitas oral


Mencatat jika lidah bewarna magenta scarlet
Mempertahankan catatn intakedan output yang akurat
Memasang kateter urin jika diperlukan monitor hasilHb
yang sesuai dengan retensi cairan
Memonitor vital sign
Mengkaji luas dan lokasi edema
Memonitor masuk dan keluarnya cairan hitung intake kalori
Berkolaborasi dengan pemberian deuretik
Memonitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
Memonitor adanya paretese
Menginstruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
ada lsi atau laserasi
Menggunakan sarun tangan untuk proteksi
Membatasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

38

Ketidakefektifan
napas

pola

berhubungan

dengan suplai O2 ke
otot pernapasan

Memonitor kemampuan BAB


Berkolaborasi pemberian analgetik
Memonitor adanya tromboplebitis
Mendiskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
Mengidentifikasi deficit kognitif atau fisik pasien yang

dapat meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu


Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi

resiko jatuh
Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat

meningkatkan potensi jatuh


Mengajarkan pasien bagaiman cara jatuh agar menimalkan
cidera

3.5 Evaluasi
Hasil dari asuhan keperawaytan ini diharapkan pasien:
1. Nyeri akut yang diderita pasien berkurang atau hilang
2. Nutrisi yang dibutuh dalam kehidupannya sehari hari dapat terpenuhi dengan
baik.
3. Volume cairan yang stabil
4. Pola napas dapat kembali teratur
5. Menghilangkan resiko jatuh atau cidera
Contoh kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.R DENGAN TUMOR REGIO CAPITIS


DI DAERAH CAPITIS POSTERIOR DEXTRA DIRUANGAN INTALASI RAWAT BEDAH
RSUD
2014
Tanggal / jam pengkajian
Tanggal / jam masuk rumah sakit
INDENTITAS
Pasien
Nama
: Tn.R

KAYU

AGUNG

: 16.00 / 04 maret 2014


: 15.45 / 04 maret 2014
penanggung jawab
Nama
: Ny.TB

39

Umur
: 28 Th
Umur
: 25 Th
Pekerjaan
: pemasangan tenda
Jenis kelamin : perempuan
Status pernikahan
: kawin
Alamat
: tanjung raja
Alamat
: tanjung raja
Dx medis
: tumor regio capitis
PENGKAJIAN
1. Alasan utama datang ke RS : adanya benjolan di kepala bagian belakang
sebelah kanan.
2. Riwayat penyakit saat ini : Tn.R mengatakan ada benjolan di kepala
bagian belakang sebelah kanan, nyeri nyut-nyutan di bagian benjolan
skala 2, datang secara tiba-tiba dan hilang timbul.
3. Keluhan utama (saat pengkajian) : Tn. R mengatakan benjolan dan nyeri
kepala bagian belakang sebelah kanan.
4. Riwayat kesehatan lalu : Tn.R mengatakan benjolan sudah ada 6 bulan
yang lalu, tapi belum perna datang ke rumah sakit untuk di periksa.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Tn.R mengatakan tidak ada keluarga
menderita penyakit yang sama maupun penyakit yang lain.
6. Riwayat pengobatan dan alergi : Tn.R mengatakan tidak ada alergi
terhadap obat apapun.
PENGKAJIAN FISIK
Status present
Tanggal
TD
N
RR

40

T
5 maret 2014
110/70 mmHg
80 x/m
22 x/m
35,2 oc
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

maret 2014
120/70 mmHg
80 x/m
20x/m
36 oc
7 maret 2014
120/70 mmHg
80 x/m
20 x/m
37 oc
Sakit/ nyeri
: nyeri dengan skala 2
status gizi
: baik
BB ideal
: BB : 65 Kg, TB : 175 cm
Personal
: mandi : 1x/hari
kuku : bersih
rambut : bersih
kulit : bersih
MK : Nyeri
A. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Denyut
: 80x/m
Irama
: Teratur
Bunyi Jantung
: Normal
Akral
: Hangat
Edema
: Tidak ada
MK : tidak ada
B. Sistem saraf pusat

41

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

Kesadaran
: GCS : 15, E:4 M:6 V:5
Bicara
: Pasien mengatakan berbicara spontan dan lancar, mengerti
xbnsxmscmscb msbc mapa yang di bicarakan.
Status motorik
: Normal
Koordinasi
: Tes hidung-jari-hidung
Kekuatan otot
:5
Gaya bejalan dan keseimbang : normal
Mk : tidak ada
Saraf-saraf otak
Nervus olfaktorius (N1)
penciuman : baik, pasien masih dapat mencium bau dan daya penciuman baik.
MK
:
tidak
ada
-

Nervus

visus

dapat

MK
-

optikus

(N

membaca

tulisan

:
Nervus

II)
perawat.

tidak

oculomotorius,

trachealis

dan

ada
abdusen

(N

III,IV,VI)

tidak ada kelainan bentuk mata, bola mata simetris, gerakan bola mata lateral atas
bawah, medial atas bawah pupil bulat, pupil mata isokor Os/Od reflek cahaya saat
berlangsung
MK

maupun

tidak

langsung

baik

dan

reflek

pupil

tidak

Nervus

trigeminus

norma.
ada

(N

V)

s Mampu mengunyah yang keras seperi buah apel dan mampu membuka mulut
s

Mengigit

s
s

Reflek
Sensorik

/sensebilitas

baik
kornea

baik

mampu

merasakan

baik
rangsangan

nyeri

42

MK

Nervus

tidak

statoakustikus

Nervus

ada

vestibula

kokhlearis

(N

VIII)

Pendengaran
s

Suara

bisikan

bisa

di

dengar

Suara

arloji

bisa

di

dengar

Tes

s
s

weber

Tes

rinne

Keseimbangan

MK

dapat

berdiri,

Reflek

glosso
mampu

faringeus

tidak

(N
secara

muntah

berjalan

IX)
normal

dan

tidak

Nervus

normal
ada

berbicara

pasien

MK

dan

normal

tidak

Nervus
Pasien

normal

batuk
ada

vagus

(N

X)

Suara sama normal, reflek menelan baik, ,mampu menelan makanan, denyut
jantung

teratur,

irama

MK
Pasien
MK

:
Nervus
mampu

denyut
tidak

aksesoris

memutar
:

jantung

kepala

ada
(

dan
tidak

kuat

XI)

mengangkat

bahunya
ada

43

Pasien

Nervus
mampu

hipoglosus

menjulurkan

MK

Pasien

Pasien

dan

mampu

Abdomen

makan

mukosa

ada

bibir
dan

tidak

berkurang

nyeri

berwarna

menelan
tekan,

(normal)

merah
dengan

pasien

BAB

Rentang

1x/hari

Muskuluskletal
gerak

Keseimbangan

baik.

ada

Sistem

muda.

makanan

tidak

D.

tidak

dan

cara

terbatas

berjalan

tegap

Kemampuan memenuhi aktivitas sehari-hari tampah bantuan orang lain

MK

ada
gastrointestinal

nafsu

mnegunyah

tidak

MK

kembali

Pasien dapat mengunyah makanan dengan baik, bibir pasien normal, tidak

lidahnya

tidak

mengatakan

pecah-pecah

XII)

Sistem

ada

menarik

C.
-

dan

(N

Gengaman
Otot

kaki

kuat,

tangan
akral

E.

sama

hangat,

tidak

tidak

kuat
ada

fraktur
ada

Sistem

integumen

Warna

kulit

normal

Turgor

kulit

elastis

44

Luka

Kemerahan

MK

habis
:

operasi

tidak

ada

tidak

F.

ada

Sistem

reproduksi

Skrotum

normal

Testis

normal

Prostat

normal

MK

tidak

G.

Sistem

Urine

jumlah

perkemihan
24

jam

Warna

MASALAH

BUDAYA

cc

normal

tidak
PSIKOSOSIAL

1200

kuning

urinaria:

PENGKAJIAN

:
:

Vesika

MK

ada

ada
DAN

SPIRITUAL

Pasien mengatakan ikhlas dengan musibah yang dialami dan hanya bisa

berserah diri berdoa kepada Allah SWT. Pasien mengatakan setelah masalah ini
teratasi dan pengobatan selesai ingin menjaga kesehatan agar tidak terulang
kembali.
MK
-

cemas
Sosial

45

Pasien mengatakan aktifitas dan peran di masyarakat tidak ada kebiasaan yang
tidak

disukai

dan

MK

tidak

ada

masalah

dengan

sesama.

tidak

ada

Budaya

Pasien mengatakan budaya yanga ada dilingkungan, akitivitas dalam budaya yang
ada dengan cara menyesuaian budaya dilingkungan, tidak merasa keberatan dengan
budaya

yang

MK

ada.
tidak

ada

Aktivitas

Spiritual
ibadah

yang

dilakukan

mengerjakan

sholat,

mengikuti

pengajian

dilingkungan sekitar, pasien mengatakan hanya bisa beriktiar dan berdoa kepada
Allah

SWT

MK

DATA
Jenis
Nilai

semua
:

PENUNJANG,

TANGGAL

kejadian

yang

menimpanya.

tidak

PEMERIKSAAN

ada

04

MARET

2014

pemeriksaan
normal

Hasil
Hb

46

14-16

14,6
P

g/dl
g/dl

12-14

g/dl

Leukosit
5000-10000

mm3

Basofil
0-1

7700

mm3

Eosinofil
1-3

N.

inti

batang

2-6

N.

inti

segmen

50-70

66

Limposit

47

20-40

30

Monosit
2-8

Hematokrit
40-50

41

Trombosit
150000-400000

mm3

176000

mm3

Gol.

Darah

A,B,O,AB
O

TERAPI

YANG

DIBERIKAN

Obat/tindakan
Golongan
Dosis
Indikasi

48

Kontra

indikasi

Cefpirome
Sefalosporin
2x1

vial

Infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit, bakterimia, ISK bagian atas
dan

bawah

Hipersensitifitas

terhadap

sepolos

porin

Ranitidine
Antasida

dan

ulkus,

antibusa

2x1

ampul

Tukak lambung, tukak duodenum, refluk esofagitis, hipersekresi pasca bedah.


Keterolac
Analgesic

non

narkotika

3x1

ampul

Penanganan
Tukak

jangka
peptic

aktif

pendek
pendarahan

untuk
atau

nyeri
perforasi

berat
GI

IVFD
Elektrolit
GGT

20x/m

49

Injeksi

intravena

ANALISA

DATA

Nama pasien
Jenis

: Tn. R

kelamin

Diagnosa medis : tumor region capitis

laki-laki

No.medis

No. Kamar Bed : 1

Hari/tanggal

record

425998

: selasa,04 maret 2014

No
Data
Etiologi
Masalah

keperawan

1
Ds
-

:
Tn.

mengatakan

takut

karena

akan

dilakukan

Do
-

:
Tn.R

tampak

gelisah

dan

TD
N
RR

operasi

tidak

tenang
TTV

:
:
:

110/70

mmHg

80

x/m

22

x/m

50

Timbul

desakan

35,2

ruang

baik

yang

Tumor

jinak/ganas

c
yang

regio

timbul

di

otak
capitis

Pre

operasi

Perubahan

fisik

Bentuk

kulit

abnormal

Bentk

kulit

abnormal

Kurang

pengetahuan

dari

individu

Anxietas

Anxietas
2
Ds
-

:
Tn.R mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi

Do

Pasien tampak meringis dan tidak merasa nyaman dengan kondisi sekarang

TTV

TD
N
RR

:
:
:

110/70

mmHg

80

x/m

22

x/m

51

35,2

Post

operasi

Tindakan

insisi

dilakukan

anastesi

insisi

pada

bagian

tumor

Terputusnya
Aktifnya

kontinuitas
reseptor

jaringan
nyeri

BPH

Aferen
Medula

spinallis

Talamus
Kortek

selebri

Eferen
Nyeri

Nyeri
3
Ds
Do
-

:
Tn.R

mengatakan

gatal-gatal

pada

luka

bekas

operasi
:

Luka Tn.R tampak kemerahan timbulnya jaringan parut fase penyembuhan

52

TD
N

TTV
:

mmHg

80

x/m

22

x/m

RR
T

110/70

:
:

35,2

Post

operasi

Adanya
Fase
Bentuk

bekas
penyembuhan

terbentuknya

permukaan

operasi
benang
kulit

Bercak

permukaan
berubah
merah

Kerusakan

integritas

kulit

Kerusakan

integritas

kulit

53

NURSING

PLANING

Nama pasien
Jenis

: Tn. R

kelamin

Diagnosa medis : tumor region capitis


laki-laki

No.medis

No. Kamar Bed : 1

Hari/tanggal

record

425998

: selasa,04 maret 2014

No
Diagnosa
Jam
Tujuan
Intervensi
Rasional
Paraf

1
Anxietas

b/d

dilakukan

tindakan

pembedaha

Ds
Tn.

:
R

mengatakan

takut

karena

akan

dilakukan

operasi

54

Do

Tn.R

tampak

gelisah

dan

tidak

tenang

TTV
TD

110/70

mmHg

80

x/m

22

x/m

RR

35,2

15.45
Diharapkan

setelah

dilakukan

Kriteria hasil : wajah pasien


1.

tindakan

dalam

1x24

cemas

berkurag.

dan bisa tampak rileks dan bisa lebih tenang

Berikan penyuluhan terhadap pasien tenang penyakit yang dideritanya

2.

Ajarkan

teknik

relaksasi

3.

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan tindakan

1.

Agar pasien dapat memahami penyakitnya dan penting nya tindakan operasi

2.

Pasien

3.

dapat

tenag

dan

Menyetabilkan

tidak

merasa

kondisi

cemas
pasien

2
Nyeri

b/d

putusnya

kontinuitas

jaringan

dan

luka

bekas

operasi

55

Ds

Tn.R

mengatakan

sakit

dan

nyeri

di

daerah

luka

bekas

operasi

Do

Pasien tampak meringis dan tidak merasa nyaman dengan kondisi sekarang
TTV
TD

110/70

mmHg

80

x/m

22

x/m

RR

35,2

15.45
Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

nyeri

1x24

jam

dapat

diatasi

Kriteria

hasil:

Pasien
1.
2.

dapat
Kaji

TTV

Berikan

3.

kolaborasikan

1.

untuk

2.

beraktivitas
pada

klien

tehnik
dengan

dan

relaksasi
tim

mengetahui

pasien dapat melakukan teknik

seperti

medis

semula
skala

nyeri

pada
dalm

kondisi

pasien
terapi

obat

sekarang

relaksasi agar rasa nyeri berkurang

56

3.

Mengurangi

ras

nyeri

setelah

operasi

3
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kuliy berubah akibat insisi
Ds
Tn.R

:
mengatakan

gatal-gatal

pada

luka

bekas

Do

operasi
:

Luka Tn.R tampak kemerahan timbulnya jaringan parut fase penyembuhan


TTV
TD

110/70

mmHg

80

x/m

22

x/m

RR

35,2

15.45
Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam bentuk kulit kembali semula
Kriteria

hasil

1.

: agar

kondisi

kulit

pasien

Kaji

2.

Berikan

perawatn

3.

Kolaborasi

dengan

dapat

kembali

TTV
luka
tim

bekas
medis

dalam

normal
pasien

operasi
terapi

pada

pasien

dan

tindakan

57

1.

Mengetahuan

2.

Mempertahankan

3.

kondisi

kondisi

Membantu

luka

sekarang

pasien

memperbaiki

Jenis

bersih

kulit

NURSING
Nama pasien

tetap

pasien.

IMPLEMENTASI
: Tn. R

kelamin

No. Kamar Bed : 1

Diagnosa medis : tumor region capitis


laki-laki

No.medis
Hari/tanggal

record

425998

: kamis 06 maret 2014

No
Diagnosa
Jam
Tindakan

keperawatan

Respon
Paraf

58

Anxietas

b/d

dilakukan

tindakan

pembedaha

Ds

Tn.

mengatakan

takut

karena

akan

dilakukan

Do

operasi
:

Tn.R

tampak

gelisah

dan

tidak

tenang

TTV
TD

110/70

mmHg

80

x/m

22

x/m

RR

35,2

15.45
1.

memberikan penyuluhan terhadap agar pasien tahu pentingnya tindakan operasi

untuk
2.

mengangkat

tumor

yang

dideritanya

mengajarkan pasien untuk tarik napas dari hidung dan mengeluarkan lewat

mulut

sebagai

teknik

relaksasinya

3.

berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan tindakan

1.

Pasien tampak mendengarkan dan mengikuti intruksi yang diberikan

2.

Pasien

3.

Pasien

tampak

lebih

tampak

nyaman
lebih

setelah

rileks

di

lakukna

teknik

relaksasi

dan

nyamn

dan

tenang

59

2
Nyeri

b/d

putusnya

kontinuitas

jaringan

dan

luka

bekas

Ds

operasi
:

Tn.R

mengatakan

sakit

dan

nyeri

di

daerah

luka

bekas

Do

operasi

Pasien tampak meringis dan tidak merasa nyaman dengan kondisi sekarang
TTV
TD

110/70

mmHg

80

x/m

22

x/m

RR

35,2

15.00
1.

Mengkaji TTV aagr mengetahui kondisi dan keadaan pasien sekarang dan

skala nyeri dengan menyebutkan angka pada pasien kemudian pasien diminta
menilai
2.
dari

dari

angka

batas

nyerinya

Menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi dengan cara menarik napas


hidung

dan

dihembuskan

melalui

mulut

secaar

perlahan

60

3.

1.

berkolaborasi

dengan

tim

medis

dalam

terapi

obat

analgetik

pasien mengikut pemeriksaan dengan baik dan menegrti yang dimaksud oleh

perawat
2.

pasien

3.

tampak

pasien

rileks

dan

kelihatan

lebih
lebih

tenang
nyaman

3
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
Ds
Tn.R

:
mengatakan

gatal-gatal

pada

luka

bekas

Do
Luka

operasi
:

Tn.R

tampak

kemerahan

timbulnya

jaringan

parut

TTV
TD
N

:
:

RR
T

:
:

110/70

mmHg

80

x/m

22

x/m

35,2

16.00

61

1.
2.

mengkaji

TTV

pasien

untuk

mengetahui

kondisi

pasien

Merawat ganti perban pada luka bekas operasi agar luka pasien tetap bersihan

3.

berkolaborasi

1.

pasien

2.
3.

dengan

medis

tampak

pasien
pasien

tim

mengikuti

tampak

dalam

terapi

mngikuti
tindakan

senang dengna

GV

keadaan

Jenis

tindakan

pemeriksaan

yang

CATATAN
Nama pasien

dan

dengan

baik

semangkin

membaik

PERKEMBANGAN
: Tn. R

kelamin

No. Kamar Bed : 1

Diagnosa medis : tumor region capitis


laki-laki

No.medis
Hari/tanggal

record

425998

: Rabu 05 maret 2014

No
Diagnosa

keperawatan

Jam
Perkembangan

sift

TTV
1

62

Anxietas

b/d

dilakukan

tindakan

pembedahan

15.45
S : Pasien mengatakan merasa tenang dan mnegatakan pasrah dan iklas
menghadapi
O

operasi

pasien

tampak

tidak

gelisah

besok
lagi

dan

lebih

rileks

TTV
TD

RR

A
P

mmHg

80

x/m

22

x/m

35,2

:
:

110/70

masalah
intervensi

teratasi
di

hentikan

63

CATATAN

PERKEMBANGAN

Nama pasien
Jenis

: Tn. R

kelamin

Diagnosa medis : tumor region capitis

laki-laki

No.medis

No. Kamar Bed : 1

Hari/tanggal

record

425998

: kamis 06 maret 2014

No
Diagnosa

keperawatan

Jam
Perkembangan

sift

TTV
2
Nyeri

b/d

terputusnya

kontinuitas

jaringan

dan

luka

bekas

operasi

15.00
S : pasien mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi
O

pasien

tampak

menahan

nyeri

dan

ekspresi

wajah

tamp

meringis

TTV
TD
N

:
:

RR

120/70

mmHg

80

x/m

20

x/m

36

64

masalah
intervensi

belum

di

teratasi

lanjutkan

nomor

(1-3)

1.

Kaji

2.

TTV

Berikan

3.

pada

klien

tehnik

kolaborasikan

dan

skala

relaksasi

dengan

tim

medis

nyeri

pada
dalm

pasien
terapi

obat

E
-

:
Ds

:
Do

pasien
:

mengatakan
wajah

masih

pasien

terasa

nyeri

masih

Jenis

lukanya.

tampak

CATATAN
Nama pasien

pada

meringis

PERKEMBANGAN
: Tn. R

kelamin

No. Kamar Bed : 1

Diagnosa medis : tumor region capitis


laki-laki

No.medis
Hari/tanggal

record

425998

: jumat 07 maret 2014

No
Diagnosa

keperawatan

Jam
Perkembangan

sift

TTV
2

65

Nyeri

b/d

terputusnya

kontinuitas

jaringan

dan

luka

bekas

operasi

09.00
S : pasien mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi
O

pasien

tampak

menahan

nyeri

dan

ekspresi

wajah

tamp

meringis

TTV
TD

RR

A
P
I

:
:

120/70

mmHg

80

x/m

20

x/m

37
masalah

intervensi

:kolaborasikan

di

dengan

belum
lanjutkan

tim

medis

teratasi
nomor

dalm

(3)

terapi

obat

Ds

Do

:
:

pasien
pasien

mengatakan
tampak

lebih

sudah

nyeri

nyamn

dan

pada
rileks

lukanya.
skala

66

CATATAN

PERKEMBANGAN

Nama pasien
Jenis

: Tn. R

kelamin

Diagnosa medis : tumor region capitis

laki-laki

No.medis

No. Kamar Bed : 1

Hari/tanggal

record

425998

: kamis 06 maret 2014

No
Diagnosa

keperawatan

Jam
Perkembangan

sift

TTV
2
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
16.00
S
O

pasien
:

mengatakan

luka

tampak

gatal-gatal
kemerahan

pada

luka

timbulnya

bekas
jaringan

operasi
parut

TTV
TD

RR

120/70

mmHg

80

x/m

20

x/m

36
masalah

belum

c
teratasi

67

intervensi

di

lanjutkan

nomor

(1-3)

1.

Kaji

2.

Berikan

perawatn

3.

Kolaborasi

dengan

TTV
luka
tim

bekas

medis

pasien

operasi

dalam

terapi

pada

pasien

dan

tindakan

E
-

:
Ds : pasien masih

sedikit gatal-gatal pada luka bekas operasinya

Do : luka tampak berkurang kemerahan pada kulitnya dan jaringan parut

mulai

merata

CATATAN
Nama pasien
Jenis

PERKEMBANGAN
: Tn. R

kelamin

No. Kamar Bed : 1

Diagnosa medis : tumor region capitis


laki-laki

No.medis
Hari/tanggal

record

425998

: juma 07 maret 2014

No
Diagnosa

keperawatan

Jam
Perkembangan

sift

TTV
2

68

Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
09.00
S

pasien

masih

sedikit

gatal-gatal

pada

luka

bekas

operasinya

O : luka tampak berkurang kemerahan pada kulitnya dan jaringan parut mulai
merata
TTV
TD

mmHg

80

x/m

20

x/m

RR

A
P

120/70

:
:

37
masalah

intervensi

belum

di

lanjutkan

teratasi
nomor

1.

Berikan

perawatn

2.

Kolaborasi

dengan

E
-

(2-3)

luka
tim

bekas

medis

operasi

dalam

terapi

pada

pasien

dan

tindakan
:

Ds : pasien mengatakan rasa gatal-gatal berkurang Do : luka pasien tampak

kering dan perlekatan jaitan baik dan adanya jaringan parut fase penyembuahan

EVALUASI

69

Nama pasien
Jenis

: Tn. R

kelamin

Diagnosa medis : tumor region capitis

laki-laki

No.medis

No. Kamar Bed : 1

Hari/tanggal

record

425998

: jumat 07 maret 2014

No
Diagnosa
Jam
Evaluasi
Paraf
1
Anxietas

b/d

dilakukan

tindakan

pembedahan

16.00
S : pasien mengatakan merasa tenang dan mengatakan pasrah dan ikhlas
menghadapi
O

pasien

operasi
tampak

tidak

gelisah

lagi

dan

lebih

rileks

TTV
TD

RR

T
A

:
:

110/70

mmHg

80

x/m

22

x/m

35,2
Masalah

c
teratasi

70

P:

Intervensi

dihentikan

2
Nyeri

b/d

terputusnya

pasien

kontinuitas

jaringan

dan

luka

bekas

operasi

nyeri

lagi

11.00
S
O

pasien

mengatakan

tampak

lebih

sudah
nyaman

tidak

dan

rileks.

Skala

TTV
TD

mmHg

80

x/m

22

x/m

RR

A
P

110/70

35,2

:
:

intervensi

dihentikan

masalah
pasien

pulang,

teratasi
karena

perintah

dokter

3
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
11.00
S

Pasien

mengatakan

terasa

gatal-gatal

sudah

berkurang

71

O : luka pasien tampak kering dan perlekatan jaitan baik dan adanya jaringan parut
fase

penyembuhan

TTV
TD

mmHg

80

x/m

22

x/m

RR

A
P

110/70

:
:

Intervensi

35,2
Masalah

dihentikan

pasien

sebagian
pulang,

karena

teratasi
perintah

pasien

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor otak bisa mengenai segala usia. Tapi umumnya pada usia dewasa muda
atau pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli
menyatakan insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi
menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria dan wanita. Tumor otak atau
tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying
lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen
supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks,
meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta
tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya. Tumor otak menunjukkan manifestasi
72

klinik yang tersebar. Tumor ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
(TIK) serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang menggangu bagian
spesifik dari otak. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit
kepala, muntah, papiledema (edema saraf optik), perubahan kepribadian dan adanya
variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial.
4.2 Saran
Diharapkan perawat dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien
tumor otak dengan semaksimal mungkin. Dengan tujuan agar pasien pasien
pengidap penyakit tumor otak ini dapat segera sembuh dan dapat menjalankan
aktivitasnya kembali seperti saat sebelum sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2012. http://asuhankeperawatanbebas.blogspot.co.id/2012/11/asuhankeperawatan -pasien-dengan-tumor.html diakses tanggal 2 Oktober 2016

Anonim.2012. https://www.google.com/search?q=askep+pasien+tumor+kranial&ie
=utf-8&oe=utf 8#q=asuhan+keperawatan+pada+pasien+tumor+kranial+
nic+noc diakses tnggal 3 Oktober 2016
Anonim.2012. http://www.portalperawat.com/2016/09/askep-tumor-otak.html diakses
tanggal 3 Oktober 2016
Farma, Buddi. 2013. http://buddifarma.blogspot.co.id/2013/03/asuhan-keperawatantumor-otak.html diakses tanggal 3 Oktober 2016
Muttaqin, arif.2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Nuraif, Amin Huda,dkk. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan
Diagnose Medis Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Percetakan Mediaction
Publishing

73

Pearce, Evelyn C. 2016. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama
Utama, Yohanes Duta Kurnia. 1996. Kamus saku kedokteran Dorland, E/25. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Rastiti. 2010. https://rastirainia.wordpress.com/2010/02/15/laporan-pendahuluan asuhan-keperawatan-pada-pasien-tumor-otak/. diakses tanggal 2 Oktober
2016
Siti.2012.
http://cuitycuitytea.blogspot.co.id/2012/10/asuhan-keperawatan-padaklien-dengan.html diakses tanggal 3 Oktober 2016
Walkinson, Judith M. 2009/ Buku Saku Diagnosis Keperawatan, E/9 .Jakarta: EGC
Mediaction Publishing

74

Anda mungkin juga menyukai