TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
Meningioma merupakan tumor jinak intrakranial tersering dengan estimasi
13-26% dari total tumor primer intra kranial. Angka insiden adalah 6/100.000
( terbanyak ter- dapat pada usia lebih dari 50tahun). Rasio perempuan
dibandingkan laki-laki = 2:1. 2-3% dari populasi memiliki meningioma tanpa
memberikan keluhan dan 8% dengan meningi- oma multipel.
D. Patofisiologi
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum
diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara
histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang
mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma
sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan
peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral.
E. Gejala klinis
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor
pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh
terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak atau tekanan pada
nervus atau pembuluh darah). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa
pada gejala awal. (www.cancer.net).
F. Penegakkan diagnosis
Anamnesis
Gejala dan tanda umum :
1. Asimtomatis (terutama meningioma di daerah midline, silent area,
tumbuh lambat dan tumor dengan ukuran kecil, diameter <3 cm).
2. Gejala atau tanda akibat peningkatan tekanan intrakranial: nyeri
kepala, mual muntah, kejang, penurunan visus sampai kebutaan.
Keluhan bersifat intermiten dan progresif.
3. Gejala dan tanda akibat kompresi atau destruksi struktur otak,
berupa defisit neurologis: kelemahan ekstremitas, kelumpuhan
saraf kranial, penurunan penglihatan, gangguan afektif dan
perubahan perilaku serta penurunan kesadaran (bradipsike, depresi,
letargi, apatis, confusion, koma) dan kejang. Gejala menyerupai
“TIA” atau stroke
4. false localizing sign: penekanan saraf kranialis, saraf kranialis ke 6.
Pemeriksaan fisik meliputi :
1. Tanda vital: Tensi,nadi,respiratory rate dan temperatur 2.
2. Status neurologis :
Kuantitas dan kualitas kesadaran, saraf kranial, status motorik dan
sensorik serta autonomik.
3. Pemeriksaan pupil, tajam pengliatan dan lapang pandang.
4. Pemeriksaan lokalis pada kepala dan wajah.
Pemeriksaan fisik bertujuan terutama untuk mengetahui lokasi
tumor.
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan neuroimaging, PA dan
imunohistokimia.
- Pemeriksaan neuroimaging yang dapat membantu diagnosis
meningioma adalah:
1. X foto polos kepala
X foto polos kepala dapat menunjukkan adanya
hiperostosis, sunbrust dan peningkatan vaskuler.
2. CT-Scan kepala
Pada umumnya meningioma dasarnya adalah dura. Tujuh
puluh sampai tujuh puluh lima persen hiperdens.
Menyangat homogen setelah penyuntikan dengan kontras.
Udema disekitar lesi dapat luas. Dapat juga tampak adanya
hiperostosis dan kalsifikasi intratumor. Kalsifikasi
deitemukan pada 20-25% kasus. Kista peritumoral dapat
ditemukan pada 2%-3% kasus. Tumor menekan otak tanpa
menginvasinya.
3. MRI
Biasanya isointens dengan kortex. Meningioma menyangat
homogen setelah penyuntikan kontras (95%), jarang
heterogen. Udem lebih terlihat pada MRI disbanding CT
Scan (50%-65%). Dapat terlihat adanya penyangatan “tail”
yang melibatkan dura (35%-80%).
4. MRS
Ratio Cholin/Creatin berhubungan dengan potensi
proliferasi, bila puncaknya pada 1.5 ppm dicurigai
meningioma.
5. DSA
Pembuluh pial memperdarahi bagian perifer, pembuluh
dura memperdarahi inti lesi. Tampak pola “Sunburst” dari
pembesaran dural feeders dan prolong vascular “stain”.
6. SPECT (Single-Photon Emission Computed Tomography)
Terdapat uptake yang tinggi dari analog somatostatin.
G. Tatalaksana
H. Edukasi
Pasien memerlukan pemeriksan tambahan berupa CT scan kepala
(dengan atau tanpa kontras), MRI kepala, dan patologi anatomi untuk
menegakkan diagnosis.
Pembedahan yang dilakukan bisa berupa biopsi (pegambilan tumor
dalam jumlah kecil untuk mengambil sampel PA), atau eksisi tumor.
Edukasi untuk pasien dan keluarganya: Selain gejala nonfokal (seperti
gejala dan tanda tumor supra dan infratentorial), terdapat kemungkinan
terjadi defisit neurologis fokal yang berhubungan dengan lokasi
meningioma dan akibat prosedur pembedahan.
I. Prognosis
Prognosis Atipikal dan anaplastik meningioma dapat metastase tapi jarang.
Reseksi tota baik. Angka harapan hidup 5 tahunan untuk meningioma tipikal
lebih dari 80%, dan turun menjadi 60% pada meningioma malignan dan
atipikal.
Ad vitam : dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
BAB III
KESIMPULAN
Bergasarkan gejala dan pemeriksaan fisik pada Tn.W dengan menunggu hasil dari
pemeriksaan penunjang yaitu ct scan didapatkan diagnosis meningioma.
Tatalaksana pada kasus ini adalah dengan pemberian diazepam, citicoline,
mecobalamin, ranitidine, depakote, dexamethason, dan ultravit. Prognosis pada
pasien tersebut akan baik bila diagnosis dan tatalaksana ditentukan dengan tepat