Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

IBU HAMIL DENGAN ABORTUS

Disusun oleh kelompok 2

Anggota:

Ammrullah abiazza (10522052)


Noerzaquila moreno putri (10522058)
Ira septia wulandari. (10522067)
Azka ula syifa (10522068)
Wulandari nursetiadi (10522079)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


POLTEKES TNI AU CIEUMBULEUI BANDUNG
2024
A. KONSEP DASAR DAN DEFINISI
Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah kehamilan baik sebagian
ataupun keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu. Kematian janin
dalam rahim disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni kematian yang terjadi
saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang
beratnya 500 gramJika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus
(Setiawati, 2013:189-190).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan (Yulaikha Lily, 2015: 72).

B. TANDA DAN GEJALA


1) Abortus Imminen
a. Terlambat datang bulan
b. Terdapat perdarahan, disertai rasa sakit perut dan mules
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan
dan terjadi kontraksi rahim
d. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan
kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi atot rahim
e. Hasil test kehamilan masih positif
2) Abortus Insipiens
a. Perdarahn lebih banyak
b. Perut mules atau sakit lebih hebat
c. Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba.
3) Abortus inkomplit
a. Perdarahan memanjang sampai terjadi keadaan anemis
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
4) Abortus kompletus
a. Uterus telah mengecil
b. Perdarahan sedikit
c. Canalis servikalis telah menutup
5) Missed Abortion
a. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan
maserasi janin
b. Payudara mengecil kembali

C. PENYEBAB
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
Ada beberapa faktor-faktor penyebab abortus adalah:
1) Faktor pertumbuhan hasil konsespi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan
cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
a. Faktor kromosom. Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom
termasuk kromosom seks.
b. Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
c. Pengaruh luar.
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
b) Hasil konsepsi berpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu
2) Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi. Gangguan pembuluh dara plasenta diantaranya diabetes mellitus.
b. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran dara plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
3) Penyakit ibu.
Penyakit ibu yang dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui plasenta antara lain :
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan sifilis
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran O2 menuju
sirkulasi retroplasenter.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal. Penyakit hati, dan
penyakit diabetes mellitus kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim
merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroplefsia uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (kolisasi, amputasi, serviks),
robekan serviks postpartum (Manuaba, Ida Ayu Candranita dkk, 2013:288-
289).
D. PATOFISIOLOGI DAN PATWAY
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena vili korialis belum menembus desidua secara mendalam.

Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus desidua


lebih dalam dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat
menyebabkan banyak pendarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul setelah beberapa waktu
kemudian adalah plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas
dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur
(Yulaikha, 2015:75).

PATHWAY
E. PENGKAJIAN (HAD TO TOE)
1) Keadaan umum
a) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,
sedang, buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan kuretase, adalah sedang.
Berdasarkan tanda-tanda pasien post kuret yaitu adanya ibu merasakan
nyeri danada darah keluar dari jalan lahir dan ibu merasa lemas.
b) Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah
komposmentis, apatis, samnolen atau koma.
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah: untuk mengetahui atau mengukur batas normal tekanan
darah antara sistolik 90-130 mmHg. diastolik 70-90 mmHg. Sedangkan
tekanan darah pada diagnosa abortus normal atau menurun
b) Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan yang normal
36,50c -37,50c.sedangkan pada kasus abortus suhu badan normal atau
meningkat.
c) Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien. Berdasarkan kasus abortus
denyut nadi normal, cepat, kecil dan lambat
d) Respirasi: untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam
menit. Sedangkan respirasi pada ibu abortus cenderung lebih lambat.
Pada abortus inkomplit, kuman dapat berimigrasi pada daerah abdomen
hingga menyebabkan infeksi dalam rahim, syok dan perdarahan jika
kontraksi dan sisah hasil konsepsi belum keluar semua. Tanda-tanda
infeksi pada ibu post kuret yaitu suhu tubuh meningkat, nadi cepat dan
nyeri perut bagian bawah.
e) Tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan pasien.
f) Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien. Pada kasus
post kuret dengan dengan riwayat abortus inkomplit, pengeluaran darah
dari jalan lahir merupakan salah satu terjadinya abortus inkomplit.
3) Pemeriksaan cepalo caudal
a. Kepal dan rambut
untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit kepala bersih, rontok
atau tidak.
Wajah pucat atau tidak, ada oedema atau tidak dan ada cloasma gravidarum
atau tidak.

b. Hidung
Kaji adanya kelainan bentuk, adanya nafas cuping hidung, adanya nyeri
tekan pada hidung, fungsi penciuman
c. Telinga
Kaji kesimetrisan bentuk telinga, adanya cerumen, nyeri tekan dan fungsi
pendengaran.
d. Mata
Pada pasien dengan abortus umumnya kongjungtiva pucat. Hal ini trjadi
karena perdarahan yang dialami oleh pasien sehingga menyebabkan anemia
e. Mulut gigi lidah dan tonsil
Mulut dan gigi: untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak, gusi ada
stomatitis atau tidak, ada caries pada gigi atau tidak
f. Leher dan tenggorokan
untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar gondok
g. Dada thorax (paru, jantung)
Dada: untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak, ada nyeri
tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak
h. Payudara
Amati bentuk kedua payudara, simetris atau tidak, adanya lesi atau kelainan
bentuk putting susu menonjol
i. Pemeriksaan abdomen
untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak. Pada kasus abortus
pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, keadaan
kontraksi uterus, timegi fundus uteri berapa jari dibawah pusat.
j. Ekstremitas, kuku dan kekuatan otot
Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien. Ekstremitas
untuk mengetahui ada tidaknya varices
k. Genitalia dan anus
Genetalia: untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau tanpa jaringan
hasil konsepsi. pemeriksaan pembukaan serviks, inspekulo menilai ada
tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau tertutup, ada
atau tidaknya jaringan di ostium.
F. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri melahirkan
2. Hipertermi
3. Resiko infeksi
4. resikopendarahan
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PATHWAY
1. Nyeri melahirkan b.d dilatasi pervik d.d pasien mengeluh nyeri
2. Hipertemia b.d proses infeksi d.d suhu tubuh diatas batas normal
3. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
4. Esiko pendarahan b.d sebagian hasil konsepsi tertinggal di dalam uterus
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan keperawatan keperawatan l
1. Nyeri Setelah Observasi: Observasu
dilakukan 1. identifikasii 1. Untuk
melahirkan b.d mengetahui
tindakan lokasi, durasi,
dilatasi pervik keperawatan frekuensi, kualitas lokasi, durasi,
frekuensi, dan
selama 3x24 nyeri.
d.d pasien kualitas nyeri
jam diharapkan 2. identifikasi skala 2. Untuk
mengeluh tingkat nyeri nyeri mengetahui
menurun 3. identivikasi tingkat nyeri
nyeri
dengan kriteria respon nyeri non yang dirasakan
hasil: verbal 3. Untuk
1. keluhan 4.monitor mengetahui
nyeri menurun efeksamping respons non
2. meringis penggunaan verbal
menurun anallgetik 4. Untuk
3. gelisah Terapeutik: mengetahui
faktor yang
menurun 5. berikan terapi
4. frekuensi non farmakologi memperberat
nadi membaik untuk mengurangi dan
5. tekanan nyeri memperingan
darah membaik 6. fasilitasi istirahat nyeri
Terapeutik
tidur
5. Untuk
Edukasi menghindari
7. jelaskan faktor yang
penyebab,periode, memperberat
dan pemicu nyeri nyeri
8. jelaskan 6. Untuk
strategi meredakan mengurangi
nyeri tingkat nyeri
Kolaborasi: agar pasien
9. Kolaborasi tidak sulit tidur
pemberian Edukasi
7. agar pasien
analgetik jika perlu
mengetahui
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
8. Agar pasien
mengetahui
strategi
meredakan
nyeri
Kolaborasi
9. Analgetik dapat
memblok
reseptor nyeri
pada saraf
pusat
2. Hipertermia bd Setelah Observasi: Observasi
proses infeksi dilakukan 1. identivikasi 1. Untuk
d.d suhu tubuh tindakan penyebab mengetahui
diatas batas keperawatan hipertermi penyebab
normal selama 3x24 2. monitor suhu terjadinya
jam diharapkan tubuh hipertermi
tingkat 3. monitor kadar 2. Untuk
termogulasi elektrolit mengetahui
membaik Terapeutik: kenaikan dan
dengan kriteria 4, lakukan penurunan
hasil: pendinginan suhu tubuh
1. suhu tubuh eksternal 3. Untuk
membaik Edukasi: mengetahui
2. suhu kulit 5. anjurkan tirah terjadinya
membaik baring dehidrasi atau
Kolaborasi: tidak
6. kolaborasi Terapeutik
pemberian cairan 4. Agar suhu
dan elektrolit jika permukaan
perlu tubuh tetap
stabil
Edukasi
5. Agar pasien
beristirahat
Kolaborasi
6. Bertujuan
untuk
menurunkan
hipertermi
3. Resiko infeksi Setelah Observasi: Observasi
b.d efek dilakukan 1. memonitor tanda 1. Untuk
prosedur tindakan dan gejala infeksi mengetahui
invasif keperawatan lokal dan sistemik adanya gejala
selama 3x24 Terapeutik: awal dari
jam diharapkan 2. berikan proses infeksi
tingkat infeksi perawatan kulit Terapeutik
menurun pada area luka 2. Untuk
dengan kriteria 3. pertahankan mencegah
hasil: teknik aseptik pada terjadinya
1. kemerahan pasien beresiko infeksi
menurun tinggi 3. Untuk
2. nyeri Eduksi: mencegah
menurun 4. jelaskan tanda terjadinya
3. bengkak dan gejala infeksi infeksi
menurun 5. Anjurkan untuk Edukasi
memgganti balutan 4. Agar
sesering mungkin mengetahui
Kolaborasi: tanda dan
6. Memberikan gejala infeksi
antibiotik jika perlu 5. Untuk
mengurangi
penyebaran
bakteri dan
meningkatkan
penyembuhan
Kolaborasi
6. Mempercept
penyembuhan
4. Resiko Setelah Observasi: Observasi
pendarahan dilakukan 1. memonitor tanda 1. Untuk
b.d sebagai tindakan dan gejala mengetahui
hasil konsepsi keperawatan pendarahan tanda dan
tertinggal di selama 3x24 2. memonitor nilai gejala awal
dalam uterus jam diharapkan HB sebelum dan pendarahan
tingkat setelah kehilangan 2. Untuk
pendarahan darah mengetahui
menurun Terapeutik kadar sel
dengan kriteria 3. pertahankan darah merah
hasil: bedrest selama dalam darah
1. hemogobin pendrahan Kolaborasi
membaik 4. batasi tindakan 3. Agar
2. kelelnapan invsif jka perlu pendatahan
membran Edukasi: dapat
mukosa 5. Anjurkan diminimalisir
meingkat meningkatkan 4. Untuk
3. hematokrit asupan cairan mengurangi
membaik untuk menghindari resiko
konstipasi pendarahan
6. anjurkan Edukasi
meninggalkan 5. Mengedan
asupan dan vitamin terlalu keras
K saat sulit
Kolaborasi : BAB karena
7. kolaborasi konstipasi
pemberian obat beresiko
pengontrol terjadi
pendarahan jika pendarahan
perlu 6. Asupan
makanan yang
baik serta
vitamin K
dapat
membantu
dalam proses
pembekuan
darah yang
dapat
meminimalisi
r terjadinya
pendarahan
Kolaborasi
7. Meminimalisi
r terjadi
perdarahan

I. LITERATUR PENDUKUNG
Setiawati. (2013). Asuhan Keperawatan Maternal. Buku A jar. Jakarta: EGC
Tim pokja SOKI PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : OPP PPNI
Tim pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: OPP PPNI
Tim pokja SLKI PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : OPP PPINI

Anda mungkin juga menyukai