Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA

Disusun guna memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester


”Bahasa Indonesia”

Dosen pengampu:

Nita Budi Utami M.Pd

Wulandari Nursetiadi 105220791

Prodi D3 Keperawatan
POLTEKES TNI AU CIUMBULEUIT BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Kebutuhan Gizi Pada Lansia” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ujian akhir semester “Bahasa Indonesia” Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 18 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

BAB I .................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ............................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 5

1.4 Manfaat ...................................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN .................................................................................................. 6

2.1 Karakteristik gizi pada Lansia ..................................................................... 6

2.2 Kebutuhan Gizi untuk Lansia...................................................................... 7

2.3 Anorexia Penuaan ..................................................................................... 12

2.4 Penyebab Kekurangan Gizi pada Lansia ................................................... 14

BAB III.............................................................................................................. 17

PENUTUP ......................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17

3.2 Saran ...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, tubuh manusia mengalami perubahan sesuai
dengan masanya. Misalnya saja yang telah berusia lanjut atau kelompok lansia.
Tubuh mereka mengalami perubahan sehingga mempengaruhi kebutuhan gizi
lansia. Semakin terjaga kebutuhan nutrisi pada lansia, semakin sehat tubuh
mereka. Sebaliknya, bila gizi dan nutrisi tidak terpenuhi terlebih di usia lanjut,
kelompok lansia akan semakin rentan terkena penyakit yang membahayakan
mereka. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengetahui nutrisi yang dibutuhkan
serta tips untuk memenuhinya sebagai upaya menjaga kesehatan lansia.
Kebutuhan gizi lansia tidak bisa disamakan satu sama lain. Artinya
beberapa lansia mungkin membutuhkan lebih sedikit nutrisi tertentu, tapi lebih
banyak jenis nutrisi lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan dari masing-
masing lansia. Namun, umumnya kebutuhan nutrisi pada lansia akan mengalami
penurunan karena adanya penurunan dari massa tubuh dan kecepatan
metabolisme. Lansia pun dapat dikategorikan ke dalam beberapa karakteristik
dilihat dari sistem pencernaannya. Dari beberapa kategori dapat dilihat kebutuhan
gizi lansia yang perlu dipenuhi seperti menurunnya kemampuan alat pengecap,
menurunnya daya penyerapan pada usus, tidak nafsu makan.

Menurunnya kemampuan alat pengecap pada manusia menurut penelitian,


seseorang akan mengalami penurunan kemampuan indra pengecep pada usia 40-
50 tahun untuk wanita dan 50-60 tahun pada pria. Setelah usia 60 tahun, lansia
akan mulai merasa kehilangan sensasi rasa. Dimulai dari rasa manis dan asin lalu
asam dan pahit. Karena menurunnya kemampuan ini, lansia pun akan mulai
kehilangan selera makan. Akibatnya kebutuhan gizi lansia sulit terpenuhi.
Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami lansia adalah sembelit.
Gangguan sembelit ini disebabkan oleh menurunnya daya penyerapan pada usus
sehingga berpengaruh pada intensitas buang air besar. Penurunan daya serap pada
usus juga bisa disebabkan oleh konsumsi obat tertentu sehingga berpengaruh pada
kesehatan pencernaan dan menyebabkan konstipasi.
Kelompok lanjut usia sering mengalami masalah hilangnya nafsu makan.
Akibatnya kebutuhan gizi lansia tidak terpenuhi. Masalah kehilangan nafsu makan
sejalan dengan menurunnya kemampuan pengecap. Selain itu, masalah hilangnya
nafsu makan dipicu oleh gangguan di otak atau psiko-kognitif, turunnya produksi
air liur, gusi menciut, refleks peregangan dinding lambung yang berlebihan, dan
gigi tanggal. Penyebab ini akan menyebabkan lansia kehilangan nafsu atau selera
makan. Bila makan pun, porsinya lebih sedikit sehingga akan sulit untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas pengetahuan untuk
kebutuhan gizi lanjut usia sangat penting untuk kita ketahui. Maka
rumusan masalahnya adalah :
 Apa karakteristik gizi pada Lansia?
 Apa saja kebutuhan gizi untuk lansia?
 Apa yang dimaksud dengan Anorexia Penuaan (Penyakit Gizi)?
 Apa saja penyebab kekurangan Gizi pada Lansia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, berikut
adalah tujuan penyusunan makalah:
 Mendeskripsikan pengertian gizi seimbang
 Mendeskripsikan betapa pentingnya gizi seimbang bagi lansia
 Menjelaskan pola makan gizi seimbang untuk lansia
 Menjelaskan dampak yang ditimbulkan jika adanya
kekurangan/kelebihan gizi pada lansia.

1.4 Manfaat
 Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
pentingnya menjaga kebutuhan/keseimbangan Gizi pada Lanjut
Usia (Lansia)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik gizi pada Lansia


Seiring berjalannya waktu, tubuh manusia mengalami perubahan sesuai
dengan masanya. Misalnya saja yang telah berusia lanjut atau kelompok lansia.
Tubuh mereka mengalami perubahan sehingga mempengaruhi kebutuhan gizi
lansia. Semakin terjaga kebutuhan nutrisi pada lansia, semakin sehat tubuh
mereka.
Sebaliknya, bila gizi dan nutrisi tidak terpenuhi terlebih di usia lanjut,
kelompok lansia akan semakin rentan terkena penyakit yang membahayakan
mereka. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengetahui nutrisi yang dibutuhkan
serta tips untuk memenuhinya sebagai upaya menjaga kesehatan lansia.

Karakteristik Lansia Terkait Pencernaan


Kebutuhan gizi lansia tidak bisa disamakan satu sama lain. Artinya
beberapa lansia mungkin membutuhkan lebih sedikit nutrisi tertentu, tapi lebih
banyak jenis nutrisi lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan dari masing-
masing lansia. Namun, umumnya kebutuhan nutrisi pada lansia akan mengalami
penurunan karena adanya penurunan dari massa tubuh dan kecepatan
metabolisme.
Lansia pun dapat dikategorikan ke dalam beberapa karakteristik dilihat
dari sistem pencernaannya. Dari kategori inilah bisa dilihat kebutuhan gizi lansia
yang perlu dipenuhi:
1. Menurunnya Kemampuan Alat Pengecap
Bukan hanya kemampuan kognitif saja yang melemah, lansia pun bisa
mengalami penurunan kemampuan alat pengecap. Menurut penelitian, indera
pengecap seseorang akan mengalami penurunan kemampuan pada usia 40 – 50
tahun untuk wanita dan 50 – 60 tahun pada pria. Setelah menginjak usia 60 tahun,
lansia akan mulai merasa kehilangan sensasi rasa.
Dimulai dari rasa manis dan asin lalu asam dan pahit. Karena menurunnya
kemampuan ini, lansia pun akan mulai kehilangan selera makan. Akibatnya
kebutuhan gizi lansia sulit terpenuhi. Mereka pun akan mencari berbagai makanan
yang tinggi gula dan garam untuk mengatasi rasa hambar di lidah. Tentunya
makanan yang tinggi akan gula dan garam dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan.
2. Menurunnya Daya Penyerapan pada Usus
Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami lansia adalah sembelit.
Gangguan sembelit ini disebabkan oleh menurunnya daya penyerapan pada usus
sehingga berpengaruh pada intensitas buang air besar. Penurunan daya serap pada
usus juga bisa disebabkan oleh konsumsi obat tertentu sehingga berpengaruh pada
kesehatan pencernaan dan menyebabkan konstipasi. Contoh obat yang
mempengaruhi pencernaan adalah jenis obat-obatan untuk menghilangkan rasa
sakit dan menstabilkan tekanan darah. Jenis obat-obatan ini juga sering
dikonsumsi oleh lansia.
3. Tidak Nafsu Makan
Kelompok lanjut usia sering mengalami masalah hilangnya nafsu makan.
Akibatnya kebutuhan gizi lansia tidak terpenuhi. Masalah kehilangan nafsu makan
sejalan dengan menurunnya kemampuan pengecap. Selain itu, masalah hilangnya
nafsu makan dipicu oleh gangguan di otak atau psiko-kognitif, turunnya produksi
air liur, gusi menciut, refleks peregangan dinding lambung yang berlebihan, dan
gigi tanggal. Penyebab ini akan menyebabkan lansia kehilangan nafsu atau selera
makan. Bila makan pun, porsinya lebih sedikit sehingga akan sulit untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pada lansia.

2.2 Kebutuhan Gizi untuk Lansia


1. Kebutuhan Kalori pada Lansia
Kebutuhan kalori harian Anda akan berkurang sejalan dengan
bertambahnya usia. Selain itu, kebutuhan kalori juga dipengaruhi oleh faktor lain,
seperti berat tubuh, jenis kelamin, tinggi badan, berat tubuh, dan tingkat aktivitas.
Meskipun kebutuhan nutrisi pada lansia akan mengalami peningkatan untuk
beberapa makanan, bukan berarti kebutuhan kalorinya akan meningkat.
Bila dilihat dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, wanita berusia 30 tahun rata-rata
membutuhkan 2.150 kalori dan berubah menjadi 1.425 kalori ketika menginjak
usia 80 tahun. Sedangkan pria berusia 30 tahun membutuhkan 2.625 kalori yang
akan berubah menjadi 1.525 kalori ketika menginjak usia 80 tahun ke atas.
Untuk mengetahui kebutuhan kalori lansia di atas usia 50 tahun
berdasarkan tingkat aktivitas fisiknya, National Institute on Aging merilis panduan
berikut ini:
● Kebutuhan kalori untuk pria di atas 50 tahun;
Aktif, membutuhkan 2.400 – 2.800 kalori per hari
Sedikit aktif, membutuhkan kalori 2.200 – 2.400 kalori per hari
Tidak aktif, membutuhkan 2.000 kalori per hari
● Kebutuhan kalori untuk wanita di atas usia 50 tahun;
Aktif, membutuhkan 2.000 – 2.200 kalori per hari
Sedikit aktif, membutuhkan 1.800 kalori per hari
Tidak aktif, membutuhkan 1.600 kalori per hari
Meskipun dapat dijadikan patokan, panduan kalori yang lebih akurat bisa
Anda dapatkan dengan berkonsultasi pada dokter atau ahli gizi. Asupan kalori
tersebut akan disesuaikan juga dengan kondisi dan usia Anda.

2. Kebutuhan Protein Lansia


Kebutuhan gizi lansia perlu dipenuhi untuk menjaga kesehatan mereka.
Salah satu gizi yang penting bagi kesehatan mereka adalah protein. Meskipun
lansia mengalami penurunan massa otot, kebutuhan akan protein tidak berkurang
malah harus lebih tinggi bila dibandingkan orang dewasa. Protein memiliki
peranan penting bagi lansia karena dapat mempengaruhi otak, massa tulang dan
otot, sistem kekebalan tubuh, metabolisme, serta kesehatan rambut, kulit, dan
kuku.
Sebagai contoh, karena massa otot berkurang saat usia lanjut, maka untuk
memperbaikinya diperlukan asupan protein dari luar. Kebutuhan gizi lansia yang
berasal dari protein perlu ditingkatkan sebanyak 12 – 14% dari kebutuhan protein
orang dewasa. Sumber protein ini bisa didapatkan dari telur, daging sapi, ikan,
susu, seafood, dan kacang-kacangan.
3. Kebutuhan Lemak Lansia
Lemak menjadi kebutuhan gizi lansia yang perlu dipenuhi, tapi dengan
batasan tertentu. Lansia dianjurkan untuk mengonsumsi 20 – 30% dari total kalori
yang dibutuhkan. 20% konsumsi lemak sebaiknya berasal dari asam lemak tak
jenuh atau polyunsaturated fatty acid (PUFA). Minyak nabati seperti minyak
zaitun, minyak jagung, dan minyak bunga matahari menjadi sumber lemak tidak
jenuh yang bisa dikonsumsi oleh lansia, sedangkan lemak hewani biasanya lebih
banyak mengandung asam lemak jenuh. Hindari konsumsi lemak total yang
terlalu tinggi, lebih dari 40%, untuk mencegah penyakit atherosclerosis.

4. Kebutuhan Karbohidrat dan Serat Pangan


Kebutuhan gizi lansia yang perlu dipenuhi adalah karbohidrat. Tetapi,
pilihlah karbohidrat kompleks yang berasal dari biji-bijian, umbi-umbian,
kentang, roti gandum, dan kacang-kacangan. Selain sebagai sumber energi,
karbohidrat kompleks juga menjadi sumber serat yang baik untuk sistem
pencernaan lansia.
Serat sendiri menjadi kebutuhan nutrisi pada lansia yang perlu dipenuhi
karena dapat menurunkan risiko penyakit yang umumnya diderita saat usia lanjut
seperti diabetes dan penyakit jantung. Serat pangan bisa didapat melalui biji-bijian
utuh, buah-buahan, dan sayuran.

5. Kebutuhan Vitamin dan Mineral


Vitamin dan mineral merupakan kebutuhan nutrisi pada lansia yang perlu
dipenuhi. Dengan mendapatkan asupan vitamin dan mineral, tubuh akan terjaga
kesehatannya. Misalnya, beberapa vitamin dapat menjaga kesehatan saraf,
mencegah infeksi, meningkatkan kesehatan saraf. Secara umum, berikut ini
kebutuhan vitamin dan mineral lansia yang perlu dipenuhi berdasarkan data
Angka Kecukupan Gizi (AKG) dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
No. 28 Tahun 2019:
AKG Pria Lansia (Usia 65 – 80 tahun)
1. Vitamin
Vitamin A: 650 RE
Vitamin D: 20 mcg
Vitamin E: 15 mcg
Vit. B1 (Tiamin): 1,2 mg
Vit. B2 (Riboflavin): 1,3 mg
Vit. B3 (Niacin): 16 mg
Vitamin K: 65 mcg
Vitamin C: 90 mg
Vitamin B5: 5 mg
Vitamin B6: 1,7 mg
Vitamin B12: 4 mcg
Asam folat: 400 mcg
2. Mineral
Kalsium: 1.200 mcg
Fosfor: 700 mg
Magnesium: 350 mg
Zat besi: 9 mg
Iodium: 150 mcg
Seng: 11 mg
Kalium: 4.700 mg
Natrium: 1.100 mg
Tembaga: 900 mcg

AKG Wanita Lansia (Usia 65 – 80 tahun)


1. Vitamin
Vitamin A: 600 RE
Vitamin D: 20 mcg
Vitamin E: 20 mcg
Vit. B1 (Tiamin): 1,1 mg
Vit. B2 (Riboflavin): 1,1 mg
Vit. B3 (Niacin): 14 mg
Vitamin K: 55 mcg
Vitamin C: 75 mg
Vitamin B5: 5 mg
Vitamin B6: 1,6 mg
Vitamin B12: 4 mcg
Asam folat: 400 mcg
2. Mineral
Kalsium: 1.200 mcg
Fosfor: 700 mg
Magnesium: 320 mg
Zat besi: 8 mg
Iodium: 150 mcg
Seng: 8 mg
Kalium: 4.700 mg
Natrium: 1.200 mg
Tembaga: 900 mcg

6. Kebutuhan Cairan (Air)


Sistem hidrasi semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Hal
inilah yang dialami oleh lansia sehingga kebutuhan akan cairan atau air semakin
meningkat. Pada dasarnya, karena menurunnya sistem hidrasi, lansia tidak akan
merasa haus seperti dulu meskipun tubuh membutuhkan asupan cairan. Akibatnya
lansia jadi rentan terkena dehidrasi yang menyebabkan mereka jadi mudah lupa,
lelah, bahkan meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit berbahaya seperti
hipertensi atau demensia.
Asupan cairan dalam bentuk minuman dan makanan sangat dibutuhkan
oleh tubuh untuk mengganti cairan yang hilang. Asupan cairan semakin penting
bagi lansia karena dapat membantu mencerna makanan sekaligus meningkatkan
fungsi kerja ginjal. Maka dari itu, lansia dianjurkan untuk memenuhi asupan
cairan dengan mengonsumsi air putih sebanyak 6 – 8 gelas per hari. Asupan
cairan memang penting, tapi jangan sampai berlebihan dalam mengonsumsinya.
Pasalnya, bila mengonsumsi terlalu banyak air malah akan membahayakan
kesehatan di usia lanjut.
Seiring bertambahnya usia, tubuh kita mengalami perubahan. Terlebih
ketika memasuki usia lanjut, fungsi organ tubuh berisiko mengalami penurunan
kinerja. Untuk mencegah hal ini, memenuhi kebutuhan gizi lansia sangatlah
penting guna menjaga kesehatan tubuh di usia lanjut. Namun, perlu diperhatikan
juga apa saja asupan gizi serta kebutuhan nutrisi pada lansia yang diperlukan agar
dapat menyesuaikan dengan kondisi tubuh.

2.3 Anorexia Penuaan


Peningkatan kesehatan masyarakat dan perawatan medis merupakan faktor
yang diakui secara luas peningkatan kematian bayi dan anak-anak diamati pada
paruh pertama abad ke-20. Ditingkatkan pada orang dewasa juga sekarang
meningkatkan umur panjang umum di negara maju. Perubahan demografis ini
telah mengakibatkan peningkatan jumlah dan karenanya proporsi populasi orang
dewasa berusia di atas 60 tahun. Waktu ketika orang tua akan melebihi jumlah
orang yang lebih muda dengan cepat mendekat, diperkirakan bahwa pada tahun
2025 jumlah orang di seluruh dunia berusia 60 tahun ke atas akan melebihi 1,2
miliar. Ini proyeksi pertumbuhan populasi yang lebih tua akan menciptakan
tuntutan tambahan yang signifikan pada perawatan kesehatan danlayanan
pendukung.

Diet dan gaya hidup, ditambah dengan pemeliharaan berat badan yang
sehat adalah penting dalam pemeliharaan kesehatan untuk semua kelompok umur
tetapi sangat penting untuk penuaan yang sehat. Menjaga nutrisi yang baik status
memiliki implikasi yang signifikan bagi kesehatan dan kesejahteraan, menunda
dan mengurangi risiko pengembangan penyakit, mempertahankan kemandirian
fungsional dan dengan demikian mempromosikan kehidupan mandiri yang
berkelanjutan.
Penuaan disertai dengan banyak perubahan dapat mempersulit kebutuhan nutrisi.
Perubahan ini telah dikategorikan ke dalam kategori besar fisik/fisiologis dan
psikososial.

Anorexia of Perubahan fisik


Pengurangan aging  Hormon
pengeluaran energy  Cytokines
 BMR  Hilang rasa/penciuman
 Aktivitas fisik  Gangguan pencernaan

Perubahan patologis

 Medis
 Social
 Psikologis

Gambar 1. Factors which challenge nutritional status in older adults.

Patofisiologi anoreksia penuaan pada orang tua manusia bersifat


multifaktorial dan diperparah oleh faktor biologis, sosial, dan faktor lingkungan,
dan masalah. Oleh karena itu, ketika mencoba untuk campur tangan, baik faktor
intrinsik dan ekstrinsik perlu untuk diidentifikasi dan diperbaiki secara bersamaan.
Indera penciuman dan rasa berkurang seiring bertambahnya usia dan dapat
mempengaruhi keinginan orang yang lebih tua untuk makan. Dengan
bertambahnya usia, ada bisa peningkatan sitokin pro-inflamasi, yang pada
gilirannya terkait dengan cachexia, katabolisme berlebih dan pengurangan
makanan pemasukan.

Perubahan produksi pengatur nafsu makan peptida dan hormon


mempengaruhi pengosongan lambung, rasa kenyang, dan perasaan puas yang
berpuncak pada perasaan awal kenyang dan mengurangi asupan oral. Sedangkan
faktor intrinsik melibatkan perubahan neuro-endokrin, ini tidak dibahas dalam
detail di sini, tetapi ulasan telah diterbitkan. Dalam hal faktor risiko yang dapat
diminimalkan untuk mencegah risiko kurang gizi, gigi hilang atau patah atau
buruk gigi palsu yang pas, dengan atau tanpa kesehatan mulut yang buruk dapat
bertambah anoreksia penuaan untuk mengurangi asupan oral.

2.4 Penyebab Kekurangan Gizi pada Lansia


1. Faktor sosial

Bagi sebagian orang, nutrisi yang baik mungkin menjadi kurang penting
seiring bertambahnya usia. Faktor-faktor seperti berkabung, sosial isolasi dapat
mempengaruhi praktik diet. Memasak makanan yang tepat untuk seseorang
membutuhkan waktu dan mungkin terasa memberatkan dan akibatnya makanan
menjadi terbatas pada makanan ringan. Penyakit dan kecacatan juga dapat
mempengaruhi kemampuan untuk berbelanja, dan menyiapkan makanan.

2. Penyakit kronis

Penuaan disertai dengan peningkatan kemungkinan menderita satu, atau


lebih penyakit kronis seperti penyakit pernapasan, arthritis, stroke, depresi dan
demensia. Kondisi ini dapat mempengaruhi nafsu makan, kemampuan fungsional
atau kemampuan menelan, semuanya mengarah pada perubahan asupan makanan
dan gangguan fungsi status nutrisi.

Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan penyakit kronis juga dapat


memiliki efek yang merugikan pada nutrisi status melalui kehilangan nafsu
makan, mual, diare, penurunan motilitas gastrointestinal dan mulut kering.

3. Perubahan psikologis

Rasa dan bau berkurang seiring bertambahnya usia dan gigi yang buruk
dapat membatasi pilihan makanan untuk makanan lunak. Mulut kering
(xerostomia) adalah umum, membuat menelan sulit dengan menghindari makanan
berikutnya. Malabsorbsi (pengganggu) nutrisi penting dapat terjadi sebagai akibat
dari perubahan gastrointestinal seperti gastritis atrofi. Pengosongan Lambung
melambat dengan penuaan dengan efek merugikan potensial pada nafsu makan.
Semua faktor ini, secara independen atau secara kolektif, dapat menyebabkan
pengurangan asupan makanan.

Seiring bertambahnya usia, komposisi tubuh berubah—massa lemak


meningkat dan massa tubuh tanpa lemak (otot) menurun (sarkopenia). Kehilangan
massa otot dimulai pada sekitar usia 50 tetapi menjadi lebih cepat setelah usia usia
60 tahun, dan massa lemak terus meningkat hingga sekitar usia 75 tahun.
Kehilangan otot massa menyebabkan penurunan tingkat metabolisme basal sekitar
15% antara usia 30 dan 80, dan ini menghasilkan pengurangan selanjutnya dalam
kebutuhan energi, sekitar 150 kkal per hari setelah usia 75.

Pengurangan kebutuhan energi berdampak pada jumlah atau volume


makanan yang dikonsumsi, orang cenderung makan lebih sedikit secara alami dan
ini seiring dengan perubahan fisiologis yang dijelaskan, dapat menyebabkan
kekurangan asupan zat gizi mikro.

Asupan yang lebih rendah terutama terlihat pada mereka yang berusia 75
tahun ke atas. Kekurangan asupan zat gizi mikro disertai dengan prevalensi yang
tinggi kelebihan berat badan dan obesitas (70%), menunjukkan asupan makanan
padat energi tetapi miskin nutrisi mikro. Data survei diet Inggris menunjukkan
asupan vitamin D, dari sumber makanan, untuk pria dan wanita berusia 65 tahun
ke atas, kekurangan, hanya 33% dari Nutrisi Referensi Nilai asupan. Di Prancis,
sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengkarakterisasi populasi lemah dari
orang dewasa yang hidup bebas berusia lebih dari 65 tahun ditemukan hampir
semua orang (>95% dari peserta) memiliki kekurangan vitamin D klinis.

Vitamin D sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan tulang dan


kekuatan otot serta kekurangannya pada orang tua orang dewasa dapat berdampak
pada kapasitas fungsional dan meningkatkan risiko jatuh. Suplementasi vitamin D
dari 10 mcg/hari direkomendasikan untuk orang dewasa yang lebih tua, terutama
mereka yang menghabiskan sedikit waktu di luar. Namun meta-analisis telah
melaporkan bahwa suplementasi 700-1000 IU (17,5-25 ucg) vitamin D setiap hari
mengurangi risiko jatuh sebesar 19%, sementara dosis yang lebih rendah dari 10
mcg/400 IU tidak mungkin untuk mengurangi risiko jatuh di antara individu yang
lebih tua. Pedoman nutrisi Nordik menganjurkan vitamin D suplementasi untuk
individu yang lebih tua dari 20 mcg setiap hari, yang mungkin cukup untuk
berdampak pada otot kekuatan. Banyak populasi yang beragam telah
mencerminkan kecenderungan orang dewasa yang lebih tua untuk memiliki status
mikronutrien.
4. Konsekuensi Kesehatan Kekurangan dan Kelebihan Gizi pada Lansia

Lansia rentan terhadap malnutrisi yang berhubungan dengan peningkatan


risiko morbiditas dan kematian. Peningkatan jatuh, kerentanan terhadap infeksi,
kehilangan energi dan mobilitas, luka yang buruk penyembuhan dan kebingungan
dilaporkan sebagai konsekuensi dari kekurangan gizi. Di Inggris kesehatan dan
sosial biaya perawatan yang terkait dengan kekurangan gizi dilaporkan sekitar £
13 miliar per tahun. Malnutrisi adalah umum di semua jenis pengaturan perawatan
institusional, namun banyak dari malnutrisi hadir di masuk ke institusi
diperkirakan berasal dari komunitas di antara orang dewasa yang hidup bebas. Di
Inggris prevalensi malnutrisi pada pasien yang dirawat di rumah sakit dari rumah
dilaporkan 23%. Sebuah penelitian kecil di AS yang bertujuan untuk
meningkatkan pengakuan kekurangan gizi di masyarakat tinggal orang dewasa
yang lebih tua diidentifikasi 4% dengan kekurangan gizi dan 56% lebih lanjut
berisiko tinggi.

Sosial kekurangan adalah salah satu dari banyak faktor yang mungkin
berkontribusi terhadap hal ini. Mereka yang berpenghasilan rendah diketahui
memiliki pola makan yang lebih buruk daripada yang lebih kaya dan pasien yang
berisiko malnutrisi saat masuk ke rumah sakit ditemukan lebih mungkin berasal
dari daerah kekurangan. Di Skotlandia sekitar 16% orang tua orang (>65 tahun)
saat ini hidup dalam kemiskinan.

Sementara kekurangan gizi dapat dianggap sebagai risiko kesehatan yang


lebih besar pada orang tua, obesitas juga meningkat morbiditas dan mortalitas
akibat diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. Prevalensi dari kelebihan
berat badan dan obesitas terus meningkat di antara populasi secara keseluruhan,
dan bukti saat ini menunjukkan bahwa prevalensi pada mereka yang berusia 65+
meningkat. Data Survei Kesehatan Skotlandia menunjukkan bahwa antara tahun
1998 dan 2008, BMI terus meningkat antara usia 60 dan 70, terutama pada wanita.
Data Eropa dan AS menunjukkan tren serupa. Hal ini sangat kontras dengan
dekade sebelumnya ketika obesitas kurang umum dan prevalensi meningkat
seiring bertambahnya usia, memuncak sekitar usia 60 dan kemudian menurun.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tingkat pengetahuan dan sikap lansia terhadap kebutuhan gizi lanjut sudah
baik, maka di harapkan para lansia dapat menerapkan pola hidup sehat misalnya
dalam pemilihan makanan yang sesuai dan mengandung kadar gizi yang
seimbang.

3.2 Saran
a. Bagi pembaca
Semoga makalah ini dapat menjadi rujukan olleh pembaca untuk
lebih mengetahui dan memahami tentang kebutuhan gizi pada lansia.
b. Bagi Penulis
Semoga dengan adanya makalah ini penulis bisa lebih belajar apa
dan bagaimana kebutuhan gizi terhadap lansia untuk menjadi anak yang
dapat memperhatikan kebutuhan gizi orang tuanya.
c. Bagi keluarga
Penulis berharap semoga keluarga agar selalu memperhatikan
kondisi para lansia terutama pada hal pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
lansia dan menyiapkan maakanan yang sehat.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Saran agar dapat melakukan penelitian lanjutan dengan
menambahkan factor faktor yang mempengaruhi fungsi keperawatan
kesehatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Wilma Leslie and Catherine Hankey, 2015, Aging Nutritional Status and
Health https://www.mdpi.com/2227-9032/3/3/648

A.D Jadczaki and R. Visvanathan, 2019, Anorexia of Aging – An Updated


Short Review https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30820521/

https://www.anlene.com/id/ms/kebutuhan-gizi-nutrisi-lansia.html

Anda mungkin juga menyukai